Tentang
Disusun oleh :
Kelompok 2
1. Wida Sulistiani (1816050010)
2. Chintya Aulia Putri (1816050011)
3. Huwa Zikri (1816050014)
4. Abd. Rahman Karim (1816050025)
5. Mutia Elvani (1816050027)
6. Alisya Salsabila (1816050038)
Dosen Pembimbing :
Yenti Afrida, M.Ag
Wushi Adilla Arsyi, SE.Sy.,M.Si
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya. Salawat dan
salam kepada Rasulullah SAW. Salah satu momen teragung dalam hidup adalah kala hati kita
membungkuk mengucapakan “terima kasih”. Makalah ini tidak akan selesai tanpa bantuan
banyak pihak. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Yenti Afrida, M.Ag dan Ibu Wushi
Adilla Arsyi, SE.Sy.,M.Si selaku dosen pembimbing mata kuliah Produk Perbankan Syariah
yang telah meluangkan waktu untuk membaca dan mengomentari makalah ini, juga semangatnya
yang “ditularkan” pada penulis untuk menyusun makalah ini dengan baik dan benar.
Sembah sujud Ananda untuk kedua orang tua tercinta yang telah banyak berkorban serta doa
yang tiada henti yang selalu menyertai setiap langkah Ananda. Terakhir kepada teman
sekelompok yang banyak memberikan bantuan, motivasinya, dan ide yang berguna bagi
penyusunan makalah ini.
Namun demikian, Ananda menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna . Oleh karena
itu, Ananda sangat mengharapkan kritik dan saran yang sekiranya dapat Ananda gunakan
sebagai masukan untuk perbaikan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................1
C. Tujuan .....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembiayaan Musyarakah .....................................................2
B. Landasan Syariah Pembiayaan Musyarakah ..........................................2
C. Rukun dan Syarat Pembiayaan Musyarakah ..........................................3
D. Jenis-jenis Syirkah ..................................................................................5
E. Manfaat Pembiayaan Musyarakah .........................................................6
F. Skema Pembiayaan Musyarakah ............................................................7
G. Aplikasi Pembiayaan Musyarakah .........................................................7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................10
B. Saran .......................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Musyarakah adalah akad kerja sama antara para pemilik modal yang mencampurkan modal
mereka untuk tujuan mencari keuntungan. Dalam musyarakah, mitra dan bank sama-sama
menyediakan modal untuk membiayai suatu usaha tertentu baik yang sudah berjalan maupun
yang baru. Selanjutnya mitra dapat mengembalikan modal tersebut beserta bagi hasil atau
keuntungan yang telah disepakati secara bertahap atau sekaligus kepada bank. Dalam proses
bisnis yang mendatangkan keuntungan, pihak yang melakukan akad musyarakah dapat
membagi keuntungan sesuai dengan porsi yang diberikan yang terwujud dalam proporsi
modal yang disetorkan oleh masing-masing pihak.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pembiayaan musyarakah?
2. Apa landasan syariah dari kegiatan pembiayaan musyarakah?
3. Apa saja yang termasuk ke dalam rukun dan syarat pembiayaan musyarakah?
4. Apa saja jenis-jenis syirkah?
5. Apa manfaat yang diperoleh dari kegiatan pembiayaan musyarakah?
6. Bagaimana bentuk skema pembiayaan musyarakah?
7. Bagaimana aplikasi pembiayaan musyarakah dalam kegiatan perbankan?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu pembiayaan musyarakah.
2. Mengetahui landasan syariah dari kegiatan pembiayaan musyarakah.
3. Mengetahui rukun dan syarat pembiayaan musyarakah.
4. Mengetahui jenis-jenis syirkah.
5. Mengetahui manfaat yang diperoleh dari kegiatan pembiayaan musyarakah.
6. Mengetahui bentuk skema pembiayaan musyarakah.
7. Mengetahui bagaimana aplikasi pembiayaan musyarakah dalam kegiatan perbankan.
BAB II
PEMBAHASAN
ۗۡيل َّما هُم َّ ٰ ض إِاَّل ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُو ْا َو َع ِملُو ْا ٱل
ِ صلِ ٰ َح
ٞ ِت َوقَل ُ َوإِنَّ َكثِ ٗيرا ِّمنَ ۡٱل ُخلَطَٓا ِء لَيَ ۡب ِغي بَ ۡع
ٍ ض ُهمۡ َعلَ ٰى َب ۡع
1
Prof. Dr. H. Akhmad Mujahidin, M.Ag, Hukum Perbankan Syariah, (Jakarta: Rajawali, 2016), hal. 82.
2
Wirdyaningsih, SH.,MH, dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2005) hal. 119.
Artinya: “…Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu
sebagian mereka berbuat dzalim kepada sebagian yang lain, kecuali oran-orang yang
beriman dan mengerjakan amal yang soleh, dan amat sedikitlah mereka ini.”
2. Al-Hadits
“Diceritakan dari Abu Hurairah r.a.: bersabda Rasulullah Saw. Bahwa Allah Swt.
Berfirman: Aku adalah pihak ketiga dari 2 orang yang bersyarikat selama satu pihak tidak
mengkhianati pihak yang lain. Jika satu pihak telah berkhianat kepada lainnya, aku keluar
dari mereka.”3
C. Rukun dan Syarat Pembiayaan Musyarakah
1. Ijab Kabul
Ijab kabul yang dinyatakan oleh para pihak harus memerhatikan hal-hal berikut:
a) Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan tujuan kontrak (akad);
b) Penawaran dan penerimaan dilakukan pada saat kontrak;
c) Akad dituangkan secara tertulis melalui korespondensi atau dengan menggunakan cara-
cara komunikasi modern.
2. Subjek Hukum
Para pihak yang berkontrak harus cakap hukum dan memerhatikan hal-hal berikut ini:
a) Kompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan perwakilan;
b) Setiap mitra harus menyediakan dana dan pekerjaan, dan setiap mitra melaksanakan
kerja sebagai wakil;
c) Setiap mitra memiliki hak untuk mengatur aset musyarakah dalam proses bisnis
normal;
d) Setiap mitra memberi wewenang kepada mitra yang lain untuk mengelola aset dan
masing-masnig dianggap telah diberi wewenang untuk melakukan aktivitas
musyarakah dengan memerhatikan kepentingan mitranya, tanpa melakukan kelalaian
dan kesalahan yang disengaja;
e) Seorang mitra tidak diizinkan untuk mencairkan atau menginvestasikan dana untuk
kepentingannya sendiri.
3. Objek Akad
3
Ahmad Dahlan, Bank Syariah Teoritik, Praktik, Kritik, (Yogyakarta: Kalimedia, 2018), hal. 170-171.
Objek akad pada musyarakah terdiri dari modal, kerja, keuntungan, dan kerugian. Masing-
masing ditentukan hal-hal berikut ini:
a) Modal
Modal yang diberikan harus uang tunai, emas, perak, atau yang nilainya sama.
Para pihak tidak boleh meminjam, meminjamkan, menyumbangkan atau
menghadiahkan modal musyarakah kepada pihak lain, kecuali atas dasar
kesepakatan.
Pada prinsipnya, dalam pembiayaan musyarakah tidak ada jaminan, namun untuk
menghindari terjadinya penyimpangan, bank (LKS) dapat meminta jaminan.
b) Kerja
Partisipasi para mitra dalam pekerjaan merupakan dasar pelaksanaan musyarakah,
akan tetapi kesamaan porsi kerja bukanlah merupakan syarat.
Setiap mitra melaksanakan kerja dalam musyarakah atas nama pribadi dan wakil dari
mitranya.
c) Keuntungan
Keuntungan harus dikuantifikasi dengan jelas untuk menghindarkan perbedaan dan
sengketa pada waktu aloksi keuntungan atau ketika penghentian musyarakah.
Setip keuntungan mitra harus dibagikan secara proporsional atas dasar seluruh
keuntungan dan tidak ada jumlah yang ditentukan di awal yang ditetapkan bagi
seorang mitra.
Seorang mitra boleh mengusulkan, bahwa jika keuntungan melebihi jumlah tertentu,
kelebihan atau persentase itu diberikan kepadanya.
Sistem pembagian keuntungan harus tertuang dengan jelas dalam akad.
d) Kerugian
Kerugian harus dibagi diantara para mitra secara proporsional menurut saham masing-
masing dalam modal.
4. Biaya Operasional
Biaya operasional dibebankan pada modal bersama.4
D. Jenis-jenis Syirkah
4
Wirdyaningsih, SH.,MH, dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2005) hal.
120-122.
1. Syirkah Al-Milk
Syirkah al-milk dapat diartikan sebagai kepemilikan bersama antara pihak yang berserikat
dan keberadaannya muncul pada saat dua orang atau lebih secara kebetulan memperoleh
kepemilikan bersama atas suatu kekayaan tanpa adanya perjanjian kemitraan yang resmi.
2. Syirkah Al-Uqud
Syirkah al-Uqud (contractual partnership), dapat dianggap sebagai kemitraan yang
sesumgguhnya, karena para pihak yang bersangkutan secara sukarela berkeinginan untuk
membuat suatu perjanjian investasi bersama dan berbagai untung dan resiko. Dalam
syirkah al-Uqud dapat dilakukan tanpa adanya perjanjian secara tertulis dengan disertai
para saksi.
Syirkah al-uqud dibagi menjadi lima jenis:
a) Syirkah Mufawwadah. Merupakan akad kerja sama usaha antara dua pihak atau lebih,
yang masing-masing pihak harus menyerahkan modal dengan porsi modal yang sama
dan bagi hasil atas usaha atau resiko ditanggung bersama dengan jumlah yang sama.
b) Syirkah Inan. Merupakan akad kerja sama antara dua orang atau lebih, yang masing-
masing mitra kerja harus menyerahkan dana untuk modal yang porsi modalnya tidak
harus sama.
c) Syirkah Wujuh. Merupakan akad kerja sama usaha antara dua orang atau lebih yang
mana masing-masing mitra kerja memiliki reputasi dan prestise dalam bisnis.
d) Syirkah A’mal. Syirkah A’mal disebut juga dengan syirkah abdan merupakan kerja
sama usaha yang dilakukan oleh dua orang atau lebih, masing-masing mitra usaha
memberikan sumbangan atas keahliannya dalam mengelola bisnis.
e) Syirkah Mudharabah. Merupakan kerja sama usaha antara dua pihak atau lebih yang
mana satu pihak sebagai shahibul maal yang menyediakan dana 100% untuk keperluan
usaha, dan pihak lain tidak menyerahkan modal dan hanya sebagai pengelelo atas usaha
yang dijalankan, disebut mudharib.5
6
DR. Muhammad Syafi’I Antonio, M.Ec., Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani,
2001), hal. 93-94.
F. Skema Pembiayaan Musyarakah
PROYEK
USAHA
KEUNTUNGAN
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi al-musyarakah adalah akad yang menimbulkan hak yang sama antar yang berserikat
untuk bertindak hukum atas pekerjaan dan keuntungan. Sedangkan pembiayaan musyarakah,
yaitu pembiayaan sebagian kebutuhan modal pada suatu usaha untuk jangka waktu terbatas
sesuai kesepakatan. Maksudnya yaitu hasil usaha bersih dibagi antara bank sebagai
penyandang dana (shahibul maal) dengan pengelola usaha (mudharib) sesuai dengan
kesepakatan. Umumnya, porsi bagi hasil ditetapkan sesuai dengan persentase kontribusi
maisng-masing. Pada akhir jangka waktu pembiayaan, dana pembiayaan dikembalikan kepada
bank.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak
sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani. 2001.
Dahlan, Ahmad. Bank Syariah Teoritik, Praktik, Kritik. Yogyakarta: Kalimedia. 2018.
Rozalinda. Fikih Ekonomi Syariah: Prinsip dan Implementasinya pada Sektor Keuangan
Syariah. Jakarta: Grafindo. 2016.