“Proses adaptasi psikologi pada bayi dan anak sesuai tahap perkembangannya “
Di susun:
NAMA: AMELIA
NIM. : B. 19.11.003
PRODI: D. III. KEBIDANAN
a. Perkembangan bicara
Bicara merupakan berkomunikasi. Dalam berkomunikasi, minimal ada dua keterampilan
yang perlu dikuasai; kemampuan menangkap‟pesan‟dari orang lain dan kemampuan
menyampaikan „pesan‟ kepada orang lain. Komunikasi ini diungkapkan dalam berbagai
macam bahasa seperti lisan, tertulis, bahasa isyarat tangan, mimik dan sebagainya.Tugas
pertama dalam berkomunikasi adalah memahami maksud orang lain dan menyampaikan
maksud mereka
dalam bentuk kata-kata sesuai dengan tahap perkembangannya. Sampai dengan usia 18
bulan bayi masih membutuhkan penguatan bahasa isyarat baik dengan tangan, mimik, muka,
serta gerak tubuh untuk memahami komunikasi.Tugas kedua dalam berkomunikasi adalah
belajar berbicara. Karena belum mampu berbicara, bayi mengembangkan pola komunikasi
dengan cara mereka sendiri yang disebut dengan bentuk-bentuk prabicara
(menangis,mengoceh,
isyarat dan pengungkapan emosi) (Yudrik, 2011).
b. Perkembangan sosialisasi
Pengalaman sosial pada masa ini banyak mempengaruhi pola hubungan sosial dan pola
perilaku di masa depan. Hanya ada sedikit bukti bahwa sikap sosial dan antisosial merupakan
sikap bawaan. Bahkan seseorang menjadi introvert atau ekstrovet lebih banyak dipengaruhi
pengalaman-pengalaman sosial awal, dimana hal ini banyak terjadi dalam rumah (Yudrik,
2011).
Bayi yang banyak menangis cenderung akan menetap pada masa-masa berikutnya. Bayi
banyak menangis cenderung menjadi anak yang agresif atau mencari perhatian.Sebaliknya
bayi yang ramah dan bahagia biasanya memiliki penyesuaian sosial yang lebih baik pada
masa besarnya nanti (Yudrik, 2011).
1. Usia 2-3 bulan
Mampu membedakan manusia dan benda mati, tahu bahwa manusialah yang
memenuhi segala kebutuhannya, tidak suka ditinggal sendiri, tidak menunjukkan rasa
suka terhadap satu orang tertentu.
2. Usia 4-5 bulan
Bayi suka digendong oleh siapa saja, memberi reaksi yang berbeda terhadap
wajah yang tersenyum, suara yang ramah, atau suara yang menunjukkan kemarahan.
3. Usia 6-7 bulan
Mampu membedakan „teman‟ dan „orang asing‟ sehingga menunjukkan rasa
tersenyum kepada teman, dan menunjukkan rasa takut kepada orang asing.Sudah
ada keterikatan yang kuat terhadap ibu dan pengganti ibu.
4. Usia 8-9 bulan
Mencoba meniru kata-kata, isyarat atau gerakan sederhana dari orang lain.
5. Usia 12 bulan
Bayi bereaksi terhadap larangan.
6. Usia 16-18 bulan
Muncul negatif dalam bentuk keras kepala dan tidak mau mengikuti permintaan
atau perintah orang dewasa, bisa berupa perilaku menarik diri atau ledakan amarah.
7. Usia 22-24 bulan
Mulai bekerjasama dalam kegiatan rutin seperti makan, berpakaian dan mandi.
c. Perkembangan bermain
Ada beberapa pola bermain yang umum dari masa bayi:
1. Sensomotorik, merupakan bentuk permainan yang paling awal yaitu dengan gerakan
mengangkat tubuh, menendang, bergoyang-goyang, menggerakkan jari-jemari,
berceloteh dan berguling.
2. Menjelajah, baik dengan menjelajahi bagian-bagian tubuhnya maupun benda-benda
yang ada disekitarnya.
3. Meniru, menginjak tahun kedua bayi mulai meniru gerakangerakan orang disekitarnya
seperti membaca, menyapu, dan lainlain.
4. Berpura-pura, pada tahun kedua bayi memberikan sifat hidup pada benda kesayangan
dan mainnya.
5. Permainan, sebelum berusia satu tahun bayi sudah menyukai permainan sembunyi-
sembunyian, cilukba, dan sebagainya, yang dilakukan dengan orang dewasa atau
kakak-kakaknya.
6. Hiburan, bayi senang diceritai, dinyanyikan dan dibacakan dongeng.
2. Perkembangan psikologi pada anak
Anak diartikan sebagai seseorang yang berusia kurang dari delapan belas tahun
dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan kasus, baik, kebutuhan fisik,
psikologis, sosial, dan spiritual.
Pasal 1 ayat 1 UU No.23 tahun 2002 tentang perlindungan anak menyatakan anak
adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang
masih dalam kandungan. Anak adalah individu yang unik dan bukan orang dewasa
mini. Anak juga merupakan harta atau kekayaan orang tua yang dapat dinilai secara
sosial ekonomi, melainkan masa depan bangsa yang berhak atas pelayanan secara
individual (Marmi & Margiyati, 2013).
Kebutuhan utama seorang anak adalah mendapatkan perhatian dari orang-orang
yang paling dekat dengannya. Karena inilah yang akan mempengaruhi kehidupan
pribadi anak. Peran yang dimainkan juga menjadi akar untuk pertumbuhan
selanjutnya.Orang tua adalah pendidik utama, pertama, dan terbaik untuk anak.
Sebaik apapun tenaga pendidik, program kegiatan, dan fasilitas yang tersedia di
tempat penitipan anak tidak akan dapat menggantikan sepenuhnya peran orangtua
sebagai
pengasuh sekaligus pendidik bagi anak (Marmi & Margiyati, 2013).
Perkembangan psikologis setiap individu sangat dipengaruhi oleh beberapa factor, baik
bersifat internal atau ekternal.
a. Faktir internal
1. Kecakapan dam keterampilan seorang anak
Seorang anak yang cakap dan terampil akan lebih mudah dalam mengembangkan
potensi potensi yang ada dalam dirinya. Contohnya: seorang anak pandai bergaul, akan lebih
mudah bersosialisasi dengan lingkunganya
2. Harga diri
Seorang anak yang dapat menghargai dirinya sendiri dengan baik tidak akan mengalami
kesulitan dalam menghadapi berbagai hal yang dihadapinya
3. Presepsi seorang anak mengenai diri sendiri
Pandangan seornag anak terhadap dirinya sendiri dapat mempengaruhi dalam
perkembangan konaifnya. Seorang anak memandang dirinya buruk akan lebih sulit dalam
mengembangkan potensi dalam dirirnya.
Contoh: seorang anak yang kurang percaya diri akan merasa malu untuk menujukan
kemampuanya
4. Keinginan
Anak yang memiliki keingina dipastikan memiliki motivasi yang tinggi untuk meraih
keinginanya
b. Factor ekternal
Contoh: sahabat,orangtua,kakak,adik
Orang tua mendidik anak dengan cara bertahap dalam menjelaskan sesuatu hal, dan
mendidik anak dengan penuh kasih sayang, biasanya anak-anak mereka memiliki
kepercayaan diri yang tinggi dan merekan akan mudah dalam mengembangkan potensi
potensi yang dimilikinya.
Contoh: orang tua mengajarkan anak tentang kepercayaan diri kepada seorang anak dietai
dengan memberikan dorongan kepada anak
Pergaulan seorang anak dalam lingkunganya akan berpengaruh terhadap motivasi yang
dimunculkan dalam dirinya.
5. Keinginan
Anak yang memiliki keingina dipastikan memiliki motivasi yang tinggi untuk meraih
keinginanya
c. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh
terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya.
Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi
sosialisasi anak (Marmi & Margiyati, 2013).
Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih
banyak ditemukan oleh keluarga, pola pergaulan, etika berinteriksa dengan orang
lain banyak ditentukan oleh keluarga (Marmi & Margiyati, 2013).
d. Kematangan
Untuk dapat bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik dan psikis
sehingga mampu mempertimbangkan proses sosial, memberi dan menerima
nasehat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional, disamping
itu kematangan dalam berbahasa juga sangat menentukan (Marmi & Margiyati,
2013).
e. Status sosial ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi keluarga
dalam masyarakat. Perilaku anak akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang
telah ditanamkan oleh keluarganya (Marmi & Margiyati, 2013).
f. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan
sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, anak memberikan warna
kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan kehidupan mereka dimasa yang akan
datang (Marmi & Margiyati, 2013).
g. Kapasitas mental
Emosi dan intelegensi kemampuan berfikir dapat banyak, mempengaruhi
banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa.
Perkembangan emosi berpengaruh sekali terhadap perkembangan sosial anak. Anak
yang berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan berbahasa dengan baik.
Oleh karena itu jika perkembangan ketiganya seimbang maka akan sangat
menentukan keberhasilan perkembangan sosial anak (Marmi & Margiyati, 2013).
KESIMPULAN :
Perkembangan psikologis setiap individu sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor
1. Faktir internal
2. Faktor eksternal
3. Keluarga
. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap
berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya.
4. Kematangan
Untuk dapat bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik dan
psikis
5. Status sosial ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi keluarga
dalam masyarakat.
6. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah.
7. Kapasitas mental
Emosi dan intelegensi kemampuan berfikir dapat banyak, mempengaruhi
banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan
berbahasa. Perkembangan emosi berpengaruh sekali terhadap
perkembangan sosial anak. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan
berkemampuan berbahasa dengan baik.
C. Masalah-masalah psikologi pada anak yang sering terjadi
2. Diseleksia
Kesulitan membaca (Diseleksia) adalah adanya hambatan dalam
perkembangan kemampuan membaca pada seseorang namun, penyebabnya
bukanlah tingkat kecerdasan yang rendah, gangguan penglihatan atau pendengaran,
gangguan neurologis ataupun kurangnya kesempatan berlatih.Seperti pada kesulitan
berhitung (Diskalkulia), kesulitan menulis ekspresif (Disgrafia), masalah penyandang
diseleksia adalah pemrosesan di dalam otaknya. Tak heran seringkali ada perbedaan
nyata antara lain IQ mereka dengan nilai prestasi akademik disekolahnya(Desmita,
2008).
Gangguan ini tampak pada tiga gejala pokok: tidak teliti dalam membaca,
membacanya dengan lambat, dan pemahaman yang buruk dalam membaca
(Desmita, 2008).
(IQ)Intelligence quotient anak diseleksia umumnya normal, bahkan tak sedikit
yang memiliki IQ di atas rata-rata.Meskipun mereka kesulitan dalam hal membaca
namun apabila mereka mempunyai minat dan bakat pada suatu bidang khusus
mereka bahkan dapat mencapai hasil yang tak terduga.Jadi, jangan menganggap
anak diseleksia anak terbelakang atau bodoh.Tak banyak pula yang tahu penderita
diseleksia sendiri merupakan gifed children (anak cerdas istimewa) (santoso, 2012).
Cara membantu anak mengatasi diseleksia:
a. Jangan memberikan stigma negatif seperti bodoh, bego, pemalas, pengacau.
b. Jangan membanding-bandingkan dengan orang lain.
c. Jangan memberi tekanan berlebihan sehingga ia akan merasa takut gagal atau
mengecewakan.
d. Jangan (tanpa kesadarannya) menyuruh membaca keras-keras agar terdengar
orang lain.
e. Gunakan (kalau perlu) alat penunjuk atau penanda baca agar penglihatannya
mengikuti alur membacanya.
f. Sebaiknya keterampilan tangan mereka dilatih dengan melempar tangkap bola,
memainkan wayang, bermain dengan bulir-bulir.
g. Berikan lingkungan yang kondusif serta guru yang kompeten.
3. Gangguan artikulasi
Anak-anak yang bicaranya tak jelas atau sulit ditangkap dalam istilah psikologi
atau psikiatrik disebut mengalami gangguan arttikulasi atau fonologis.Namun
gangguan ini wajar terjadi karena tergolong gangguan perkembangan. Dengan
bertambah usia, diharapkan gangguan ini bisa diatasi (Desmita, 2008).
Kendati begitu, gangguan ini ada yang ringan dan berat. Yang ringan, saatu usia
3 tahun si kecil belum bisa menyebut bunyi L, R, atau S. hingga, kata mobil disebut
mobing atau lari dibilang lali. Biasanya gangguan ini akan hilang dengan bertambah
usia anak atau bila kita melatihnya dengan membiasakan menggunakan bahasa yang
baik dan benar. Hanya saja, untuk anak yang tergolong „pemberontak‟ atau
negatifitasnya kuat, umumnya enggan dikoreksi. Sebaiknya kita tak memaksa meski
tetap memberitahu yang benar dengan segera timpali, „oh maksud adik, larilari‟.
Yang tergolong berat, anak menghilangkan huruf tertentu atau mengganti huruf dan
suku kata. Misal, took jadi toto atau stasiun jadi tatun(Desmita, 2008).
4. Autisme
Autisme atau disebut dengan Autistic SpectrumDisorder (ASD), hingga kini
belum diketahui secara pasti penyebabnya.Meski demikian, saat ini sudah ada
beberapa langkah tepat untuk penderita autis agar dapat memiliki kemampuan
bersosialisasi, bertingkah laku, dan berbicara (Desmita, 2008).
Tanda-tanda Autisme:
a. Tidak bisa menguasai atau sangat lamban dalam penguasaan bahasa sehari-hari.
b. Hanya bisa mengulang-ulang beberapa kata.
c. Mata yang tidak jernih atau tidak bersinar.
d. Tidak suka atau tidak bisa atau tidak mau melihat mata orang lain.
e. Hanya suka akan mainannya sendiri (kebanyakan hanya satu mainanitu saja yang
dia mainkan).
f. Serasa dia punya dunianya sendiri.
g. Tidak suka berbicara dengan orang lain.
h. Tidak suka atau tidak bisa menggoda orang lain.
Berbagai hal yang dicurigai berpotensi untuk menyebabkan autisme;
1) Vaksin yang mengandung thimrosal: thimerosal adalah zat pengawet yang
digunakan diberbagai vaksin. Karena banyaknya kritikan, kini sudah banyak vaksin
yang tidak lagi menggunakan thimerosal,dinegara maju. Namun, entah bagaimana
halnya di Negara berkembang.
2) Televisi: semakin maju suatu Negara, biasanya interaksi antara anakorangtua
semakin berkurang karena berbagai hal. Sebagai kompensasinya, seringkali TV
digunakan sebagai penghibur anak. Ternyata ada kemungkinan bahwa TV bisa
menjadi penyebab autisme pada anak, terutama yang menjadi jarang bersosialisasi
karenanya.
3) Genetik: ini adalah dugaan awal dari penyebab autisme: autisme telah lama
diketahui bisa diturunkan dari orangtua kepada anakanaknya. Namun tidak itu saja,
juga ada kemungkinan variasi-variasi lainnya. Salah satu contohnya adalah
bagaimana anak-anak yang lahir dari ayah yang berusia lanjut memiliki khas lebih
besar untuk menderita autisme. (walaupun sang ayah normal atau bukan autis).
4) Makan: pada tahun 1970-an, Dr. Feingold dan kolega-koleganya menyaksikan
peningkatan kasus ADHD dalam skala yang sangat besar. Sebagai seseorang yang
pernah hidup diera 20 atau 30-an, dia masih ingat bagaimana ADHD nyaris tidak ada
sama sekali di zaman tersebut
Dr. Feingold kebetulan telah mulai mengobati beberapa kasus kelainan mental
sejak tahun 1940 dengan memberlakukan diet khusus kepada pasiennya, dengan
hasil yang jelas dan cenderung dalam waktu yang singkat. Terapi diet tersebut
kemudian dikenal dengan namaThe Feingold Program.
Pada intinya, berbagai zat kimia yang ada dimakanan modern (pengawet,
pewarna, dan lain-lain) dicurigai menjadi penyebab dari autisme pada beberapa
kasus. Ketika zat-zat tersebut dihilangkan dari makanan para penderita autisme,
banyak yang kemudian mengalami peningkatan situasi secara drastis.
5) Radiasi pada janin bayi: sebuah riset dalam skala besar di swedia menunjukkan
bahwa bayi yang terkena gelombang ultrasonik berlebihan akan cenderung menjadi
kidal. Dan ada kemungkinan radiasi juga menyebabkan autisme.
6) Folic Acid: zat ini biasa diberikan kepada wanita hamil untuk mencegah cacat fisik
pada janin. Dan hasilnya memang cukup nyata, tingkat cacat pada janin turun sampai
sebesar 30%. Namun di lain pihak, tingkat autisme jadi meningkat. Pada saat ini
penelitian masih terus berlanjut mengenai ini. Sementara ini, yang mungkin bisa
dilakukan oleh para ibu hamil adalah tetap mengkonsumsi folic acid namun tidak
dalam dosis yang sangat besar (normalnya wanita hamil diberikan dosis folic acid 4x
lipat dari dosis normal). Atau yang lebih baik perbanyak makan buah-buahan yang
kaya dengan folic acid, karena alam bisa mencegah tanpa menyebabkan efek
samping.
7) Sekolah lebih awal: agak mengejutkan, namun ada beberapa penelitian yang
menunjukkan bahwa menyekolahkan anak lebih awal preschool dapat memicu
reaksi autisme. Diperkirakan, bayi yang memiliki bakat autisme sebetulnya bisa
sembuh atau membaik dengan berada dalam lingkupan orang tuanya. Namun,
karena justru dipindahkan ke lingkungan asing yang berbeda (sekolah playangroup
atau preschool), maka beberapa anak mengalami shock, dan bakat autismenya
menjadi muncul dengan sangat jelas.Untuk menghindari ini, para orang tua perlu
memiliki kemampuan untuk mendeteksi bakat autisme pada anaknya secara dini.Jika
ternyata ada terdeteksi, maka mungkin masa preschool-nya perlu dibimbing secara
khusus oleh orang tua sendiri. Hal ini agar ketika msuk masa kanak-kanak maka
gejala autismenya sudah hampir lenyap: dan sang anak jadi bisa menikmati masa
kecilnya disekolah dengan bahagia. Dan mungkin saja masih ada banyak lagi
berbagai potensi penyebab autisme yang akan ditemukan di masa depan, sejalan
dengan terus berkembangnya pengetahuan bidang ini (Marmi & Margiyati, 2013).
5. Sindrom Asperger
Anak yang mengalami sindrom asperger, pada umumnya tidak jauh berbeda
denga penderita autistic.Hanya saja pada anak autistik tidak mengalami
keterlambatan bicara, tetapi cenderung menggunakan bahasa formal.Selain itu anak
dengan sindrom asperger juga memiliki prestasi akademik dan kemampuan yang
baik pada bidang tertentu, sindrom asperger merupakan gangguan kejiwaan pada
diri seseorang yang ditandai dengan rendahnya kemampuan bersosialisasi dan
berkomunikasi (Desmita, 2008).
6. Retardasi mental
Retardasi mental adalah bentuk gangguan atau kekacauan fungsi mental atau
kesehatan mental yang disebabkan oleh kegagalan mereaksinya mekanisme adaptasi
dari fungsi-fungsi kejiwaan terhadap stimulus eksteren dan ketegangan-ketegangan
sehingga muncul gangguan fungsi atau gangguan struktur dari suatu bagian, satu
organ, atau sistem kejiwaan mental (Marmi & Margiyati, 2013).
Retardasi mental bisa saja terjadi pada setiap individu/ manusia karena adanya
faktor-faktor dari dalam maupun dari luar, gejala yang ditimbulkan pada penderita
retardasi mental umumnya rasa cemas, takut, halusinasi serta delusi yang besar
(Marmi & Margiyati, 2013).
Retardasi mental terbagi menjadi 5 jenis, yaitu:
a. Retardasi mental ringan (IQ 55-69)
Mulai tampak gejalanya pada usia sekolah dasar, misalnya sering tidak naik
kelas, selalu memerlukan bantuan untuk mengajarkan pekerjaan rumah atau
mengerjakan hal-hal yang berkaitan perkerjaan rumah atau mengerjakan hal-hal
yang berkaitan dengan kebutuhan pribadi. 80% dari anak RM termasuk pada
golongan ini.Dapat menempuh pendidikan sekolah dasar kelas IV hingga tamat
SMA.Ciri-cirinya tampak lamban dan membutuhkan bantuan tentang masalah
kehidupannya (Papalia, Diane E, & Etc, 2008).
b. Retardasi mental sedang (IQ 35-49)
Sudah tampak sejak anak masih kecil dengan adanya keterlambatan dalam
perkembangan, misalnya perkembangan wicara atau perkembangan fisik lainnya.
Anak ini hanya mampu dilatih untuk merawat dirinya sendiri, pada umunya tidak
mampu menyelesaikan pendidikan dasarnya, angka kejadian sekitar 12% dari sebuah
kasus RM. Anak pada golongan ini membutuhkan pelayanan pendidikan khusus dan
dukungan pelayanan (Papalia, Diane E, & Etc, 2008).
c. Retardasi mental berat (IQ 20-34)
Tampak sejak lahir, yaitu perkembangan motorik yang buruk dan kemampuan
bicara yang sangat minim, anak ini hanya mampu untuk dilatih belajar bicara dan
keterampilan untuk pemeliharaan tubuh dasar, angka kejadian 8% dari seluruh RM.
Memiliki lebih dari 1 gangguan organik yang menyebabkan keterlambatannya,
memerlukan supervise yang ketat dan pelayanan khusus (Papalia, Diane E, & Etc,
2008).
KESIMPULAN :
Berbagai faktor sosial juga dapat mencetuskan GPHH pada anak.Faktor itu misalnya
tidak mempunyai orang tua, korban perceraian, adanya saudara bersifat anti sosial
atau alkoholik, penyianyian dan penyiksaan. Faktor resiko lainnya adalah retardasi
mental, berat badan lahir rendah, kelainan fisik minor, gangguan susunan saraf
pusat, gangguan penglihatan dan pendengaran, epilepsy, gejala sisa trauma kepala,
penyakit kronik, dan kesulitan tidur (Papalia, Diane E, & Etc, 2008).
GPHH harus ditangani sebaik mungkin, sebab 30 hingga 50 persen GPHH
terbawa sampai ke masa remaja dan dewasa.Karena GPHH disebabkan oleh
gangguan psikologis atau psikiartik dan gangguan biologi atau organik. Maka
penangannya pun dilakukan dengan 2 cara yaitu secara medis dan intervansi sosial.
Tindakan medis berupa pemberian obat dilakukan bila gejala hiperaktivitas cukup
berat, hingga menyebabkan gangguan disekolah, di rumah, atau hubungan dengan
teman.Pengobatan bertujuan untuk menghilangkan gejala dan memudahkan terapi
psikologi(Papalia, Diane E, & Etc, 2008).
Masalah-masalah psikologi yang sering terjadi pada anak yaitu;
a. Attsoederention Deficit/ Hipereactivity Disorder (ADHD) Attetion
Deficit/ Hiperactivity Disorder (ADHA)/ Gangguan Pemusatan
Perhatian/ Hiperaktivitas (GPPH).
b. Diseleksia.
c. Gangguan artikulasi.
d. Autisme.
e. Sindrom Asperger.
f. Retardasi mental.
5. Kebutuhan kognitif
Keinginan untuk tahu dan mengerti adalah conative, yang harus dilakukan
dengan usaha-usaha tertentu, dan kebutuhan ini diperlukan layaknya kebutuhan
dasar.Tidak begitu jelas mengapa menempatkan kebutuhan kognitif ini diurutan atas
dalam hierarki kebutuhannya, tapi pastinya kebutuhan ini ditempatkan setelah
kebutuhan akan kasih sayang dan penghargaan dan sebelum kebutuhan untuk
aktualisasi diri (Marmi & Margiyati, 2013).
Pengetahuan menjadi persyaratan untuk mengaktualisasikan diri karena jumlah
pengetahuan sangat penting untuk motivasi mengembangkan potensi dan
perencanaan hidup.Ketika individu mengetahui dengan pasti petunjuk di mana
aktualisasi diri ditemukan, aktualisasi diri membantu memotivasi untuk mengikuti
belajar tambahan. Menurut Maslow, proses pembelajaran dan pemahaman itu tidak
memliki arti apa-apa jika tidak ditanamnkan (Marmi & Margiyati, 2013).
6. Kebutuhan estetika
Kebutuhan estetika meliputi kebutuhan akan keindahan, kesenian, musik, yang
merupakan bagian dari aspirasi tertinggi dari individu. Kebutuhan ini akan muncul
jika kebutuhan-kebutuhan yang lain sudah terpenuhi. Melalui kebutuhan inilah
individu dapat mengembangkan kreativitasnya (Marmi & Margiyati, 2013).
7. Kebutuhan aktualisasi diri
Aktualisasi diri adalah realisasi dari keseluruhan potensi yang ada pada
manusia.Maslow menyamakan „aktualisasi diri‟ dengan pertumbuhan
motivasi.Maslow berpendapat bahwa manusia dimotivasi untuk menjadi segala
sesuatu yang dia mampu. Walaupun kebutuhan lain terpenuhi tapi apabila
kebutuhan akan aktualisasi diri tidak terpenuhi, tidak mengembangkan atau tidak
mampu menggunakan kemampuan bawaanya secara penuh, maka individu akan
mengalami kegelisahan, ketidaksenangan, atau frustasi. Maslow mengemukakan
bahwa seorang
musikus harus membuat musik, seorang pelukis harus melukis. Apabila seorang
musikus bekerja sebagai seorang akuntan maka dia akan mengalami kegagalan
dalam memenuhi aktualisasi dirinya (Marmi & Margiyati, 2013).
KESIMPULAN :
Kebutuhan bimbingan psikologi yaitu:
a. Kebutuhan dasar psikologi.
b. Kebutuhan rasa aman.
c. Kebutuhan pengakuan dan kasih sayang.
d. Kebutuhan penghargaan.
e. Kebutuhan kognitif.
f. Kebutuhan estetika.
g. Kebutuhan aktualisasi diri
sedangkan pada umur 4-6 tahun biasanya anak mengikuti program Taman
Kanak pra sekolah.Pada umur ini, terjadi perubahan dalam perkembangan
perkembangan psikologinya, yakni sebagai berikut,
2. Masa bermain
Masa pra sekolah adalah masa pertumbuhan. Masa-masa ini adalah masa
menemukan orang seperti apa anak pra sekolah tersebut, dan teknik apakah yang
bisa cocok dalam menghadapinya. Masa pra sekolah adalah masa belajar, tetapi
bukan dalam dunia dua dimensi (pensil dan kertas) melainkan belajar pada dunia
nyata, yaitu dunia tiga dimensi. Dengan perkataan lain, masa prasekolah merupakan
time for play.
3. Amarah
Penyebab amarah yang paling umum ialah pertengkaran mengenai permainan,
tidak tercapainya keinginan, dan serangan yang hebat dari anak pra sekolah lain.
Anak pra sekolah mengungkapkan rasa marah dengan ledakan amarah yang
ditandai dengan menangis, berteriak, menggertak, menendang, melompat-lompat,
atau memukul.
4. Takut
5. Cemburu
Anak pra sekolah menjadi cemburu bila ia mengira bahwa minat dan perhatian
orang tua beralih kepada orang lain di dalam keluarga, biasanya adik yang baru
lahir. Anak pra sekolah yang lebih muda dapat mengungkapkan kecemburuannya
secara terbuka atau menunjukkan dengan kembali berperilaku seperti anak pra
sekolah kecil seperti mengompol, pura-pura sakit, atau menjadi nakal yang
berlebihan. Perilaku ini semuanya bertujuan untuk menarik perhatian orang tuanya.
6. Ingin tahu
Anak pra sekolah mempunyai rasa ingin tahu terhadap hal-hal yang baru dilihatnya,
juga mengenai tubuhnya sendiri dan tubuh orang lain. Reaksi pertama ialah dalam
bentuk penjelajahan sensomotorik, kemudian sebagai akibat dari tekanan sosial dan
hukuman, anak pra sekolah bereaksi
7. Iri hati
Anak pra sekolah pra sekolah sering iri hati mengenai kemapuan atau barang
yang dimliki orang lain. Iri hati ini diungkapkan dalam bermacam-macam cara, yang
paling umum ialah dengan mengeluh tentang barangnya sendiri, dengan
mengungkapkan keinginan untuk memilki barang seperti yang dimiliki orang lain.
8. Gembira
Anak pra sekolah pra sekolah merasa gembira karena sehat, situasi yang tidak
layak, bunyi yang tiba-tiba atau yang tidak diharapkan, bencana yang ringan,
membohongi orang lain, dan berhasil melakukan tugas yang dianggap sulit. Anak
pra sekolah mengungkapkan kegembiraan dengan tersenyum dan tertawa, bertepuk
tangan, melompat-lompat atau memeluk benda atau orang yang membuat bahagia.
9. Sedih
Anak pra sekolah pra sekolah merasa sedih karena kehilangan segala sesuatu
yang dicintai atau yang dianggap penting bagi dirinya, apakah itu orang, binatang,
atau benda mati seperti mainan. Secara khas anak pra sekolah mengungkapkan
kesedihannya dengan menangis dan dengan kehilangan minat terhadap kegiatan
normalnya, termasuk makan.
10. Kasih Sayang
Anak pra sekolah pra sekolah belajar mencintai orang lain, binatang, atau benda
yang menyenangkannya. Anak pra sekolah mengungkapkan kasih sayang secara
lisan bila sudah besar, tetapi ketika masih kecil anak pra sekolah menyatakannya
secara fisik dengan memeluk, menepuk, dan mencium objek kasih sayangnya.
Semua anak bertanggung jawab untuk belajar dari dirinya sendiri dan belajar
dari orang lain.
Anak pra sekolah memberikan konstribusi terhadap anak pra sekolah lainnya
dengan cara membantu, memberikan dorongan, mengkritik dan menghargai anak
lain.
Setiap individu bertanggung jawab untuk mencapai hasil kelompok. Kegiatan
dibangun sedemikian rupa sehingga setiap anak pra sekolah berbagi tanggung
jawab untuk mencapai tujuan. Umpan balik diberikan kepada individu dan kelompok
secara keseluruhan.
Anak pra sekolah harus mempunyai kesempatan untuk menggambarkan
kerja kelompoknya.
Beberapa pra sekolah juga mendidik anak pra sekolah yang berumur dibawah
4 tahun bahkan ada yang mendidik anak pra sekolah yang berumur 6 bulan.
Sebaiknya, anak pra sekolah yang berumur dibawah 2 tahun tidak perlu dimasukkan
ke pra sekolah karena anak pra sekolah tersebut masih lebih menggantungkan
dirinya kepada orangtuanya.
KESIMPULAN :
Yang dimaksudkan dengan anak pra sekolah adalah anak yang berumur antara
3-6 tahun menurut Biechler dan Snowman (1993). Anak biasanya mengikuti program
pra sekolah dan kindergarten. Sedangkan di Indonesia, umumnya anak mengikuti
program Tempat Penitipan Anak pra sekolah (3 bulan -5 tahun) dan Kelompok
Bermain (umur3 tahun).
sedangkan pada umur 4-6 tahun biasanya anak mengikuti program Taman
Kanak pra sekolah.Pada umur ini, terjadi perubahan dalam perkembangan
perkembangan psikologinya, yakni sebagai berikut
Beberapa pra sekolah juga mendidik anak pra sekolah yang berumur
dibawah 4 tahun bahkan ada yang mendidik anak pra sekolah yang berumur
6 bulan. Sebaiknya, anak pra sekolah yang berumur dibawah 2 tahun tidak
perlu dimasukkan ke pra sekolah karena anak pra sekolah tersebut masih
lebih menggantungkan dirinya kepada orangtuanya.
B. Masa sekolah
Anak anak akan mulai masuk ke tahapan yang sudah cukup mengerti
serta memahami sesuatu dan juga bisa paham tentang sesuatu yang baik
dan yang buruk.
Akan tetapi emosi psikologi yang dimiliki anak anak terkadang masih
labil sehingga harus diarahkan agar tidak terjerumus pada sesuatu yang
bisa merugikan diri sendiri dan orang lain di sekitar.
Perkembangan psikologi sendiri bisa didefinisikan suatu perubahan yang
terjadi pada diri seseorang sebagai hasil dari proses belajar dan sudah
disesuaikan dengan kondisi perkembangan psikologis siswa. Supaya lebih
jelas, berikut akan kami berikan penjelasan tentang perkembangan
psikologi pada masa sekolah selengkapnya
Proses berpikir tidak lagi bersifat statis dan semua digunakan secara
sadar sebagai alat pengembang pikiran.
Jika dilihat secara kodrat, manusia selalu ingin mendidik keturunannya di setiap
tahapan umur dari mulai janin, bayi, balita, kanak kanak, remaja, dewasa hingga
usia laut.
Anak anak akan mulai masuk ke tahapan yang sudah cukup mengerti
serta memahami sesuatu dan juga bisa paham tentang sesuatu yang baik
dan yang buruk.
Akan tetapi emosi psikologi yang dimiliki anak anak terkadang masih labil
sehingga harus diarahkan agar tidak terjerumus pada sesuatu yang bisa
merugikan diri sendiri dan orang lain di sekitar.
C. Masa pubertas