OLEH
NI LUH PUTRI RAHAYU
18.321.2895
A12-B
Puju syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang
Maha Esa) karena atas berkat dan rakhmat-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan
dengantepat waktu.
Dalam keberhasilan penyusunan makalah ini tentunya tidak luput dari bantuan
beberapa pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya
kepada pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari yang sempurna, oleh karena itu
segala kritik dan saran perbaikan sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat positif bagi para pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
BAB I
PENDAHULUAN
mengenai korupsi menjadi sangat penting demi keterbukaan informasi publik. Disamping
memenuhi hampir sendi kehidupan.Dari Laporan Tahunan KPK 2013, “hingga desember
jumlah pengembalian uang negara melonjak signifikan, sekitarRp1,1 triliun lebih telah
dimasukan ke kas negara dalam bentuk pendapatan negara bukan pajak (PNBP)”(sumber:
KPK,2013: 13).Artinya, tingkat korupsi di Indonesia masih tergolong tinggi, dan cara untuk
mencegah tindak korupsi sedikit demi sedikit mengalami peningkatan meski tidak terlalu
signifikan.Selain daripada itu, isu mengenai kasus korupsi tidak bisa dilepaskan dari peran
media massa.Bahkan isu korupsi telah menjadi komoditas utama dalam headlinepada setiap
media. Dari sekian banyak isu korupsi, satu yang paling sering dibicarakan media massa
hingga 31 Desember 2012. Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) menilai perlu
ada pusat pendidikan latihan dan sekolah olahraga yang bertarap nasional. Tetapi, dalam
perkembangannya proyek P3SON Hambalang ini mengalami kendala, mulai dari tidak
mendapatkan rekomendasi pembangunan, sampai permasalahan biaya anggaran yang
PEMBAHASAN
Korupsi berasal dari bahasa Latin: corruption dari kata kerja corrumpere berarti
International adalah perilaku pejabat publik, baik politikus/politisi maupun pegawai negeri,
yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang
mereka.
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, korupsi secara harfiah berarti: buruk,
rusak, suka memakai barang (uang) yang dipercayakan padanya, dapat disogok (melalui
penyelewengan atau penggelapan (uang negara atau perusahaan) untuk kepentingan pribadi
publik atau pemilik untuk kepentingan pribadi. Sehingga, korupsi menunjukkan fungsi
ganda yang kontradiktif, yaitu memiliki kewenangan yang diberikan publik yang
dimungkinkan terjadi pada situasi dimana seseorang memegang suatu jabatan yang
pelaksanaan kegiatan pengadaan. Dampak negatif yang di timbulkan akibat kejahatan ini
bagi perekonomian indonesia setidaknya berkisar pada dua hal, yaitu aspek kerugian
keuangan negara dan buruknya infrastruktur publik yang di hasilkan. Kedua dampak
tersebut harus diterjemahkan sebagai kerugian bagi publik, karena yang di korupsi
merupakan hasil penerimaan negara dari publik (hasil pajak). Jamak diketahui bahwa
setiap proyek infrastruktur yang dibiayai negara tidak pernah luput dari prakti suap
menyuap. Munculnya istilah fee atau uang lelah di kalangan DPR memperkuat dugaan
lahan untuk pembangunan, termasuk perizinan ,persetujuan teknis pengadaan (elang dan
kontak tahun jamak), pencairan anggaran, hingga penetapan pemenang lelang yang di
lakukan di luar prosedur baku. Koruspi secara bersama-sama dalam proyek hambalang
menunjukkan tipe korupsi yang terorganisasi. Kelompok penguasa berkolaborasi dengan
kepentingan bisnis melakukan kejahatan. Modus kejahatan korupsi semacam ini hanyalah
modifikasi dan replikasi kejahatan korupsi Orde Baru. Dari data diketahui tercatat total loss
atau jumlah kerugian negara dalam kasus mega proyek di Bukit Hambalang, Sentul, Bogor
terkenal di seantero negeri pada tahun 2011. Pasalnya, M. Nazaruddin ditetapkan sebagai
tersangka korupsi pembangunan Wisma Atlet Hambalang dan saat itu ia sudah membaca
gelagat kurang baik sehingga melarikan diri ke luar negeri. Dalam pelariannya Nazaruddin
Indonesia. Kasus ini kemudian menjadi kejutan karena keterlibatan beberapa orang kader
Partai Demokrat yang saat itu menjadi partai penguasa. Wisma atlet Hambalang bermula
dari rencana Direktorat Jenderal (Ditjen) Olahraga Depdikbud untuk membangun Pusat
pusdiklat olahraga bertaraf internasional. Selain itu, pembangunan fasilitas ini juga untuk
Tempat yang akan digunakan sebagai pusat pelatihan direkomendasikan ada tiga wilayah,
yaitu Hambalang Bogor, Desa Karang Pawitan, dan Cariuk Bogor. Akhirnya, dipilihlah
Pemuda dan Olahraga. Saat itu, Kemenpora dipegang oleh Adhyaksa Dault. Kemenpora
3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional. Namun, pembangunan tidak dapat
Pergantian Menteri Olahraga dan Pemuda dari Adhyaksa Dault ke tangan Andi
Alifian Mallarangeng pun terjadi. Saat Andi Alifian Mallarangeng menjabat sebagai
Menpora, proyek Hambalang dilanjutkan kembali yang juga dilakukan dalam rangka
momentum Sea Games ke-26 di Jakarta. Pada 20 Januari 2010, sertifikat hak pakai nomor
60 terbit atas nama Kemenpora dengan luas tanah 312.448 meter persegi. Pada 30
Desember 2010, terbit Keputusan Bupati Bogor nomor 641/003.21/00910/BPT 2010 berisi
Izin Mendirikan Bangunan untuk Pusat Pembinaan dan Pengembangan Prestasi Olahraga
Proyek Hambalang menjadi kasus korupsi yang mencuat berawal dari Rapat Kerja
Menpora dengan Komisi X DPR RI. Saat itu, Menpora mengajukan pencabutan bintang
sarana dan prasana pusat pelatihan olahraga, dan lain-lain. Anggaran yang akan diajukan
menjadi Rp1,75 triliun ditambah pembelian alat-alat sebagai pelengkap proyek Hambalang,
dibutuhkan dana Rp125 miliar. Dengan demikian, anggaran yang diperlukan Rp2,5 triliun.
Anggaran proyek pusat pelatihan olahraga yang semula Rp125 miliar, membengkak
menjadi Rp1,75 triliun, dan berubah lagi menjadi Rp2,5 triliun. Perubahan anggaran naik
secara fantastis. Proses perubahan anggaran ini tidak melalui tahapan-tahapan yang
mengikutsertakan seluruh anggota Komisi X DPR RI. KPK mencium ketidakberesan dalam
proyek ini karena lonjakan nilainya sangat fantastis sehingga kemudian KPK melakukan
terseret dalam kasus ini di antaranya Angelina Sondakh (anggota DPR-RI), Andi Alifian
Malarangeng (Menpor), dan Anas Urbaningrum (Ketua Umum Partai Demokrat dan
anggota DPR-RI). Di dalamnya tersangkut juga pihak swasta dari PT Dutasari Citralaras
sebagai perusahaan subkontraktor proyek tersebut. Istri Nazaruddin, Neneng Sri Wahyuni
juga menjadi tersangka dalam kasus korupsi lain yang melibatkan Nazaruddin. Dalam
kasus korupsi Wisma Atlet Hambalang, KPK telah memeriksa sekira 60 orang saksi untuk
penyelidikan dan banyak yang dinyatakan bersalah kemudian beberapa orang menjadi
tersangka.
Anggaran dari Komisi X DPR RI) di Nippon Kan Restaurant Hotel Sultan, Jakarta Selatan
bersedia membantu dan meminta Nazaruddin serta Mindo Rosalina untuk menghubungi
pihak Kemenpora. April 2010, di rumah Makan Arcadia di belakang Hotel Century, Jakarta
Pusat, Nazaruddin bersama dengan Mindo Rosalina bertemu dengan Wafid Muharam,
selaku Sekretaris Menteri Pemuda dan Olahraga (Sesmenpora). Nazaruddin meminta Wafid
Wafid dengan mengatakan, hal tersebut sudah ‘clear and clean’ dan telah disetujui oleh
teman-teman Angota Komisi X DPR RI. Bahkan sebentar lagi anggarannya akan turun
DGI) melakukan pertemuan dengan Rizal Abdullah selaku Ketua Komite Pembangunan
Wisma Atlet Palembang Sumatra Selatan. Mindo Rosalina dan Mohamad El Idris meminta
kepada Rizal Abdullah supaya PT DGI ditunjuk untuk mengerjakan pembangunan proyek
tersebut. Pada tanggal 16 Agustus 2010, di kantor Kemenpora, saat pengurusan perjanjian
kerja sama (MoU) antara Kemenpora dengan Komite Pembangunan Wisma Atlet Provinsi
Sumatra Selatan sebesar Rp199,6 miliar, Wafid Muharam meminta Rizal Abdullah agar PT
Mohamad El Idris bersama Wawan Karmawan beberapa kali melakukan pertemuan dengan
Rizal Abdullah dan M. Arifin selaku Ketua Panitia Pelelangan Barang/Jasa Kegiatan
perencanaan, gambaran desain, data personel dan peralatan PT DGI sekaligus data
proyek tersebut.
Akhirnya, PT DGI dinyatakan sebagai pemenang dengan nilai kontrak sebesar Rp191,6
menanyakan kepada Mohammad El Idris mengenai fee untuk pihak- pihak yang dianggap
telah membantu dan berjasa dalam memenangkan PT DGI sebagai pelaksana proyek.
Akhirnya disepakati adanya pemberian fee kepada Nazaruddin sebesar 13%, Gubernur
Sumatra Selatan sebesar 2,5%, Komite Pembangunan Wisma Atlet sebesar 2,5%, Panitia
mendapatkan uang sebesar 0,2% dari nilai kontrak setelah dikurangi Ppn dan Pph.
Februari–April 2011, Mohamad El Idris menyerahkan cek senilai Rp4,7 miliar kepada
Nazaruddin melalui Yulianis dan Oktarina Furi (keduanya staf bagian keuangan PT Anak
Negeri). Penyerahan cek tersebut sebagai realisasi dari sebagian kesepakatan pemberian fee
sebesar 13%.
2.1.3 Pasal Yang Dilanggar Dalam Kasus Hambalang
a. Penyimpangan dalam pemberian izin lokasi, site plan, dan izin mendirikan,
lingkungan.
b. Penyimpangan Dalam Penerbitan SK Hak Pakai dan Sertifikat Hak Pakai atas
tahun 2005 yang telah diperbarui dengan Peraturan Kepala BPN No. 1
Korupsi tentang perbuatan memperkaya diri sendiri, orang lain atau korporasi
Ancaman pidana dari dari pelanggaran pasal tersebut adalah maksimal 20 tahun
b. Pasal 12 huruf a atau huruf b atau pasal 11 UU No. 31 tahun 1999 sebagaimana
pidana korupsi jo pasal 55 ayat 1 ke-1 KHUP. Pasal tersebut mengatur tentang
ayat 1 KHUP dan diganjar hukuman 4,5 tahun penjara, denda Rp 250 juta atau
1. Aspek Organisasi
Organisasi dalam hal ini adalah organisasi dalam arti yang luas, termasuk sistem
atau dimana korupsi terjadi biasanya memberi andil terjadinya korupsi karena
adalah.
Dalam organisasi, pimpinannya baik yang formal maupun yang tidak formal
(sesepuhnya) akan menjadi panutan dari setiap anggota atau orang yang berafiliasi
Kultur atau budaya organisasi biasanya akan mempunyai pengaruh yang sangat kuat
pandangnya, dan sikap dalam menghadapi suatu keadaan. Kebiasaan tersebut akan
menular ke anggota lain dan kemudian perbuatan tersebut akan dianggap sebagai
organisasi akan dapat muncul budaya uang pelicin, “amplop”, hadiah, dan lain-lain
manajemen pada organisasi di mana dia bekerja lemah, maka akan timbul
praktek korupsi.
1. Perlunya koordinasi dan pengawasan yang baik antara pihak-pihak yang terkait
dalam hal penggunaan keuangan Negara demi keamanan, kelancaran dan stabilitas
3.
BAB III
PENUTUP
3.2 KESIMPULAN
penyalahgunaan wewenang dalam proses persetujuan kontrak tahun jamak, dalam proses
pelelangan, pelaksanaan pekerjaan konstrusi, dan dalam proses pencairan uang muka, yang
di lakukan oleh pihak-pihak terkait dalam pembangunan P3SON. Hal ini terjadi di
sebabkan oleh Sistem Pengadilan Intern yang tidak di jalankan dengan sebaik-bainya, tidak
kerugian negara.
DAFTAR PUSTAKA
https://aclc.kpk.go.id/wp-content/uploads/2018/05/Kisah-korupsi-kita.pdf
http://digilib.uinsgd.ac.id/2442/4/4_bab1.pdf
https://www.slideshare.net/gerlanhahanusa/makalah-fix-kasus-hambalang
BAB II
PEMBAHASAN
2.2