Anda di halaman 1dari 8

PENANGANAN PENYEBARAN BIBIT PALSU KELAPA SAWIT

(Elaeis guinensis Jacq.)

TUGAS

ELVA AZIZA
170301059
HPT 2017

TEKNOLOGI BENIH
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
Strategi Identifikasi dan Pengawasan Benih Kelapa Sawit Ilegal

Latar Belakang

Perkembangan industri perkebunan kelapa sawit (di Indonesia

berkembang sangat pesat pada dekade terakhir ini telah menjadikan komoditas

perkebunan unggulan Indonesia, dan bahkan sejak tahun 2007 Indonesia telah

menjadi negara produsen dan pengekspor minyak sawit terbesar di dunia.

Meningkatnya luasan lahan sawit sangat ditentukan oleh ketersediaan benih sawit

unggul.Faktor terpenting yang mempengaruhi produktivitas kelapa sawit adalah

mutu benih kelapa sawit. Namun ketersediaan benih sawit unggul bermutu tinggi

yang bersertifikat tersebut sangat ditentukan oleh beberapa faktor seperti: jumlah

benih sawit unggul yang dapat diproduksi, belum standarnya teknik budidaya

yang diterapkan, keterbatasan modal dan pengetahuan manajemen, kurangnya

wawasan/pengalaman petani dankurangnya kesadaran akan pentingnya mutu dan

produktifitas tanaman.

Kekurangan benih sawit yang terjadi hingga tahun 2009 menyebabkan

para petani sawit terpaksa menggunakan benih illegal yang bermutu rendah.

Seiring dengan bertambahnya jumlah produsen benih sawit nasional maka sejak

tahun 2009 ketersediaan benih sawit unggul bersertifikat telah melampaui

permintaan benih sawit, namun ironisnya masih terjadi transaksi penjualan benih

ilegal bermutu rendah. Konsumen merupakan salah satu mata rantai dalam

supply-demand suatu produk, benih sawit.

Tantangan utama yang dihadapi oleh Pengawas Benih Tanaman (PBT)

saat ini adalah meluasnya peredaran benih kelapa sawit illegal yang semakin
marak di tingkat petani dengan harga relatif murah dan mudah didapat, sehingga

petani tergiur untuk membeli benih kelapa sawit illegal tersebut.

Kecenderungan penurunan produktivitas kelapa sawit ditingkat petani

dikarenakan maraknya penggunaan benih kelapa sawit illegal. Dalam menghadapi

banyaknya tantangan yang berkaitan dengan pengawasan dilapangan, seperti

masih lemahnya sumber daya manusia dalam hal ini petani pengguna benih

kelapa sawit unggul  bermutu. Keterlibatan    antar stageholderdi lapangan yang

belum terjalan dengan baik  sehingga menyulitkan PBT dalam melakukan

identifikasi dan pengawasan benih ilegal  dilapangan.

Pengembangan komoditi kelapa sawit saat ini perlu di dasarkan pada

perencanaan yang lebih terarah dengan sasaran yang lebih jelas serta

mempertimbangkan berbagai permasalahan, peluang dan tantangan saat ini dan ke

depan. Dengan demikian diharapkan dapat diwujudkan pengawasan yang intensif

dan jalinan kerjasama dari stageholder yang  lebih terstruktur dan berkelanjutan

serta memberi manfaat optimal bagi para pelaku usahanya secara berkeadilan.

Untuk itu perlu perencanaan strategi yang komperhensif melibatkan seluruh

pelaku komoditi kelapa sawit, agar arah kebijakan dalam penindak lanjutan dalam

penanganan kasus lebih ditingkatkan lagi untuk memberi efek jera.

Benih palsu atau benih ilegitem adalah benih yang diproduksi tidak

mengikuti standar proses produksi benih seperti yang lazim dilakukan oleh

produsen benih dan dipersyaratkan oleh pemerintah untuk benih kelapa sawit.

Benih illegal umumnya diproses dari biji asalan yang berasal dari tanaman

komersial.
Variabel – Variabel Permasalahan

Pemalsuan benih kelapa sawit terutama disebabkan oleh kebutuhan benih

yang lebih besar dari jumlah yang dapat disediakan oleh produsen benih. Di lain

pihak, produsen benih tidak selalu menerima pesanan benih dari pekebun secara

tepat waktu.

Selama ini, produksi benih didasarkan atas jumlah benih yang mungkin

dapat terjual. Hal ini karena tidak adanya informasi yang tepat mengenai rencana

perluasan areal tanam, rencana penanaman ulang (replanting), kepastian

pemenuhan SP2B yang telah diperoleh perusahaan perkebunan, volume produksi

benih kelapa sawit dari produsen yang tidak tergabung dalam Forum Komunikasi

Produsen Benih Kelapa Sawit (FKPB-KS), dan pembatalan rencana pembelian

dari perusahaan perkebunan secara sepihak atau mendadak.

Pemberantasan produsen benih kelapa sawit palsu yang belum tegas

menyebabkan pemalsuan benih terus berlanjut.Pemalsuan benih kelapa sawit

cukup mudah dilakukan. Benih diperoleh dengan mengambil tandan kelapa sawit

dari sembarang pohon, mengupas bijinya dengan cara diperam, kemudian

mengeringkannya. Benih yang telah berkecambah kemudian dikemas dan

dilengkapi dengan surat-surat palsu.

Pemecahan Masalah

Untuk menanggulangi pemalsuan benih kelapa sawit,perlu dilakukan

sosialiasi penggunaan benih bermutu oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS)

ke beberapa sentra kelapa sawit, antara lain Riau, Lampung, Jambi, Kalimantan
Timur, dan Kalimantan Selatan. Sosialisasi dilakukan melalui Forum Komunikasi

Produsen Benih Kelapa Sawit dan media massa seperti televisi.

Perlu dilakukan kerja samaantara PPKS dan waralaba benih kelapa sawit.

Caranya, PPKS menyediakan benih kelapa sawit kepada penangkar benih

(perkebunan swasta atau pengusaha), selanjutnya penangkar benih

membibitkannya sampai siap tanam dan kemudian menyalurkannya kepada

masyarakat (petani) dengan pengawasan BP2MB/ IP2MB/Dinas

Perkebunan.Upaya ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhanmasyarakat,

memudahkan masyarakat dalam memperoleh benih bermutu, dan mengurangi

peredaran benih palsu.

Kapasitas produksi benih PPKS pun terus ditingkatkan, begitu pula

mutunya. Pengamanan kemasan benih dilakukan pula dengan mengemas benih

dalam kotak kayu tertentu, menggunakan segel dan kantong plastik dengan logo

dan kode tertentu. Mulai 1 November 2004, PPKS menggunakan segel plastik

bernomor, sehingga kantong tidak dapat dipakai ulang dan setiap kantong dapat

dipantau tujuan penyalurannya.

Pembahasan Masalah

Mengingat ketersediaan benih legal sangat penting, beberapa

pemikirandalam penanganan benih palsu ke depan dapat dipertimbangkan.

1. Perlu ada ketegasan Pemerintah dalam pelaksanaan Undang-Undang No 12

tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun 1995 tentang

perbenihan. Ketegasan Pemerintah dapat diwujudkan dengan menayangkan

peraturan yang ada melalui media massa, memberi sanksi/hukuman bagi para

produsen benih palsu, dan menugaskan aparat penegak hukum untuk


melakukan sweeping atau kunjungan mendadak ke lokasi yang dicurigai

sebagai tempat memproduksi benih palsu.

2. Meningkatkan pengawasan peredaran dan pengendalian mutu benih melalui

sosialisasi benih kelapa sawit bermutu.

3. Meningkatkan aktivitas BP2MB dan pemerintah dalam mengontrol jalur

pengiriman benih, dan melakukan inspeksi ke pembibitan kelapa sawit.

4. Meningkatkan kerja sama dengan aparat penegak hukum dalam penyidikan

pemalsuan benih, pelanggaran peredaran benih, dan penegasan pemberian

sanksi/hukuman. Kerja sama ini dilakukanantara kepolisian, BP2MB, dan

PPKS atau produsen benih lainnya.

5. Perlu adanya sosialisasi aktif dari para produsen benih kelapa sawit kepada

para pengusaha dan calon pengusaha perkebunan/masyarakat luas dalam hal

kewaspadaan terhadap penggunaan benih kelapa sawit palsu. Sosialisasi dapat

dilakukan melalui pertemuan rutin dengan mengundang para pekebun, calon

pekebun, dan masyarakat luas.

6. Perlu adanya informasi yang akurat mengenai rencana perluasan areal tanam

dan penanaman ulang per tahun, agar produsen benih dapat mengoptimalkan

produksi benihnya. Hal ini dimaksudkan agar kebutuhan benih nasional dapat

dipenuhi oleh produsen benih yang ada.

7. Forum Komunikasi Produsen Benih Kelapa Sawit yang kini hanya

beranggotakan tiga produsen benih ditingkatkan menjadi enam produsen

dengan pembinaan dari Direktorat Perbenihan dan instansi terkait. Melalui

forum ini kebutuhan benih kelapa sawit nasional dapat diupayakan untuk

dipenuhi.
Akhirnya diperlukan ketegasan dari Pemerintah mengenai benih

impor.Impor benih dapat dilakukan jika para produsen benih nasional tidak

sanggup memenuhi kebutuhan dalam negeri.Namun demikian, impor benih kelapa

sawit perlu diwaspadai karena benih impor dapat membawa penyakit yang

bersifat soil borne dan air borne, seperti layu fusarium, bud rot, dan red ring

disease.Produktivitas varietas dari benih impor juga tidak lebih baik daripada

varietas yang dihasilkan produsen benih dalam negeri, serta varietas dalam negeri

telah teruji untuk kondisi Indonesia.

Kesimpulan

Dalam menanggulangi pemalsuan benih kelapa sawit perlu ada ketegasan

Pemerintah dalam pelaksanaan Undang-Undang No 12 tahun 1992 dan Peraturan

Pemerintah Nomor 44 tahun 1995 tentang perbenihan, meningkatkan aktivitas

BP2MB dan pemerintah dalam mengontrol jalur pengiriman benih, melakukan

inspeksi ke pembibitan kelapa sawit, dan meningkatkan kerja sama dengan aparat

penegak hukum dalam penyidikan pemalsuan benih, pelanggaran peredaran benih,

dan penegasan pemberian sanksi/hukuman.

Daftar Pustaka

Liwang, T., A. Daryanto., E. Gumbira-Said., dan N. Nuryartono. 2011. Analisis


Faktor-Faktor Determinasi Pasar Benih Kelapa Sawit di Indonesia. Jurnal
Manajemen Bisnis, Volume 1 No. 01.Edisi April 2011.

Liwang, T., A. Daryanto., E. Gumbira-Said., dan N. Nuryartono. 2011. Analisis


Perilaku Konsumen Benih Kelapa Sawit di Indonesia. Jurnal Sosial
Volume 12 Nomor 1 Maret 2011.

LRPI. 2011. Benih Kelapa Sawit Palsu: Penghambat Peningkatan Produktivitas.


Lembaga Riset Perkebunan
Indonesia.http://203.190.37.42/publikasi/wr272055.pdf (diakses pada
tanggal 17 November 2019).

Anda mungkin juga menyukai