Anda di halaman 1dari 7

Nama : Tri Kesuma Wahyuni

NIM : 170301012
Kelas : HPT 2017
Mata Kuliah : Produksi dan Teknologi Benih
Dosen : Dr. Ir. Charloq, M.P.

SERTIFIASI BENIH KELAPA SAWIT DAN PEREDARAN BENIH


KELEPA SAWIT ILEGAL

Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq.) merupakan salah satu komoditas

perkebunan unggulan Indonesia. Bahkan sejak tahun 2007, Indonesia merupakan

produsen dan pengekspor minyak sawit terbesar di dunia dengan menghasilkan

minyak sawit sebesar 17,1 juta ton. Namun tingginya produksi sawit Indonesia

lebih banyak disebabkan oleh luasan lahan sawit yang jauh lebih besar dari

Malaysia, bukan karena tingginya produktivitas lahan (Liwang et al., 2009).

Faktor terpenting yang mempengaruhi produktivitas kelapa sawit adalah

mutu benih kelapa sawit yang merupakan penentu produksi minyak sawit

selanjutnya. Selain itu, beberapa faktor lainnya adalah : tidak terjaminnya mutu

benih sawit, belum standarnya teknik budidaya yang diterapkan, keterbatasan

modal dan pengetahuan manajemen, kurangnya wawasan/pengalaman petani dan

kurangnya kesadaran akan pentingnya mutu dan produktifitas tanaman. Sulitnya

mendapatkan benih unggul kelapa sawit bersertifikat memaksa para petani kelapa

sawit, selaku konsumen benih, menggunakan benih illegal (Jacqcuemard, 2006).

Pembangunan pertanian harus didukung oleh pembangunan pembenihan

karena faktor benih mempunyai kontribusi yang sangat tinggi dalam menentukan

keberhasilan produksi dan produktifitas tanaman. Semakin tinggi mutu benih yang

digunakan maka semakin besar produksi yang dihasilkan. Sertifikat benih


merupakan salah satu bentuk pembangunan pembenihan. Sistem pengawasan

mutu dan sertifikasi benih yang handal dapat melindungi keaslian varietas dan

kemurnian genetik, baik yang diproduksi oleh produsen maupun yang digunakan

oleh konsumen di lapangan agar sesuai dengan standar mutu benih yang berlaku.

Benih yang bermutu tinggi diharapkan menjadi salah satu jaminan untuk

meningkatkan produksi, produktivitas, dan mutu hasil pertanian yang berdaya

saing, dan pada akhirnya bisa berdampak positif terhadap pendapatan dan

kesejahteraan petani (Pinem dan Safrida, 2018).

Banyaknya permintaan benih menyebabkan tidak terpenuhinya permintaan

benih para petani kelapa sawit, hal ini merupakan salah satu peluang bagi

produsen benih tidak resmi (palsu). Penggunaan benih palsu menimbulkan

kerugian yang besar,karena produktifitas tanaman dari benih palsu kurang dari

setengah tanaman dari benih unggul. Beberapa produsen benih kelapa sawit legal

yang ada di Indonesia adalah, Pusat penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, PT.

Socfin Indonesia, PT.PP London Sumatera,Tbk, PT Binasawit Makmur (PT

Sampoerna Agro, Tbk), PT. Tunggal Yunus Estate (Asian Agri Group), PT. Dami

Mas Sejahtera (Smart Group), PT. ASD-Bakrie Oil Palm Seed Indonesia

(Dijetbun, 2015).

Kekurangan benih sawit yang terjadi hingga tahun 2009 menyebabkan

para petani sawit terpaksa menggunakan benih illegal yang bermutu rendah.

Seiring dengan bertambahnya jumlah produsen benih sawit nasional maka sejak

tahun 2009 ketersediaan benih sawit unggul bersertifikat telah melampaui

permintaan benih sawit, namun ironisnya masih terjadi transaksi penjualan benih

ilegal bermutu rendah (Liwang et al., 2011).


Masalah ketersediaan benih kelapa sawit yang tidak seimbang antara

penawaran dan permintaan (supply - demand), tidaklah hanya tergantung pada

jumlah benih yang tersedia dan dibutuhkan tetapi juga tergantung pada beberapa

faktor pembatas yang dihadapi baik oleh para produsen maupun konsumen benih,

dan belum memadainya pasar benih sawit (Liwang et al., 2011).

Terbatasnya ketersediaan benih sawit menyebabkan terbentuknya pasar

benih sawit ilegal. Benih sawit ilegal merupakan benih kelapa sawit yang tidak

jelas asal usulnya dan diproduksi dengan tanpa mengikuti kaidah pemuliaan

tanaman dan peraturan pemerintaah yang berlaku. Penggunaan benih ilegal sangat

merugikan konsumen karena produksi buah lebih rendah, tanaman cenderung

lebih lambat berbuah dan rentan terhadap penyakit, dan pada akhirnya berdampak

terhadap pengembalian modal yang lebih lambat. Namun walaupun sejak tahun

2009 jumlah benih sawit yang diproduksi telah melampaui permintaan benih,

hingga saat ini masih banyak ditemukan penggunaan benih ilegal yang disebabkan

oleh minimnya informasi atau publikasi, dan sosialisasi tentang pentingnya

penggunaan benih bersertifikat yang baik dan bermutu (Liwang et al., 2011).

Variabel – Variabel Permasalahan

Terdapat beberapa variabel yang merupakan faktor yang dapat

mempengaruhi peredaran benih ilegal yaitu (i) belum tersedia-nya bibit

bersertifikat secara memadai di tingkat petani, (ii) rendahnya pemahaman petani

terhadap penggunaan bibit bersertifikat, (iii) akses petani terhadap bibit

bersertifikat kurang, (iv) harga bibit bersertifikat relatif cukup mahal, dan (v) bibit

tidak bersertifikat/palsu/asalan bisa beredar dengan cara mudah dan murah

(Kariyasa, 2015).
Pelaksanaan Pemecahan Masalah

Produktivitas kelapa sawit Indonesia relatif masih rendah, rata-rata baru

mencapai 3-4 ton per hektar. Padahal, dengan pengelolaan yang intensif sejumlah

pihak memperkirakan bahwa potensi hasilnya bisa mencapai 8,6 ton per hektar.

Sinar matahari yang hampir selalu ada sepanjang tahun, curah hujan yang tinggi,

lahan yang kaya zat vulkanik, serta pemahaman yang baik tentang pengelolaan

kelapa sawit akan menguntungkan Indonesia dalam menghasilkan produk kelapa

sawit. Melalui pemanfaatan sumber daya secara optimal disertai dengan

penggunaan bibit kelapa sawit bersertifikat, potensi produksi tahunan dari segi

genetik bisa mencapai 6-7 ton per hektar. Salah satu penyebab rendahnya

produktivitas sawit di Indonesia karena masih banyak petani yang menggunakan

bibit tidak bersertifikat/palsu/asalan (Kariyasa, 2015).

Masalah ketersediaan benih kelapa sawit yang tidak seimbang antara

penawaran dan permintaan (supply - demand), tidaklah hanya tergantung pada

jumlah benih yang tersedia dan dibutuhkan tetapi juga tergantung pada

keterbatasan yang dihadapi oleh para produsen dan pengguna, dan belum

memadainya pasar benih kelapa sawit. Terbatasnya ketersediaan benih sawit

menyebabkan terbentuknya pasar benih sawit ilegal (Liwang et al., 2011).

Benih sawit ilegal merupakan benih kelapa sawit yang tidak jelas asal

usulnya dan diproduksi dengan menyilangkan tanaman kelapa sawit tanpa

mengikuti kaidah pemuliaan tanaman dan peraturan pemerintaah yang berlaku.

Penggunaan benih ilegal, dirasakan sangat merugikan karena produksi buah

menjadi lebih rendah, tanaman cenderung lebih lambat berbuah dan rentan

terhadap penyakit, dan pada akhirnya berdampak terhadap pengembalian modal


yang lebih lambat. Namun, hingga saat ini masih banyak ditemukan penggunaan

benih ilegal yang disebabkan oleh minimnya informasi atau publikasi, dan

sosialisasi tentang pentingnya penggunaan benih bersertifikat yang baik dan

bermutu (Liwang et al., 2011).

Penggunaan benih kelapa sawit palsu akan mendapatkan kerugian

diantaranya : (1) Benih palsu akan menghasilkan kontaminasi dura sehingga akan

mengurangi produksi TBS dan CPO, (2) Benih palsu akan mengurangi

kesempatan untuk memperoleh pendapatan yang optimal dan biaya yang

dikeluarkan sia-sia, (3) Akan timbul akses konflik antara pekebun kelapa sawit

dan kebun pemasok TBS, (4) Pelanggaran UU Np. 12 tahun 1992 tentang Sistem

Budidaya Tanaman dan UU No. 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas

Tanaman, dan (5) Produktivitas rendah, tingkat produksi TBS hanya 50%,

rendemen CPO maksimal 18% (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2015).

Pembahasan Masalah

Adapun upaya mengurangi peredaran benih sawit ilegal yaitu dengan

bantuan pemerintah, dimana pemerintah sebaiknya melakukan beberapa kebijakan

sebagai berikut :

 Melakukan sosialisasi bibit kelapa sawit bersertifikat/bermutu yang selama ini

dinilai masih lemah dan tidak efektif;

 Meningkatkan aktivitas pemerintah dalam mengontrol jalur pengiriman bibit

dan melakukan inspeksi ke pembibitan kelapa sawit;

 Membangun kerja sama yang baik dengan aparat penegak hukum dalam

penyidikan pemalsuan bibit dan pelanggaran peredaran bibit, pemberian sanksi

secara tegas dan nyata bagi pemalsu bibit sawit; dan


 Mendorong agar para produsen bibit kelapa sawit secara proaktif melakukan

sosialisasi tentang keunggulan bibit sawit bersertifikat kepada petani sawit.

 Pemerintah juga perlu melakukan penyesuaian kebijakan perdagangan sawit

agar tetap memberikan insentif bagi petani untuk meningkatkan produksi sawit.

Kesimpulan

Adapun upaya mengurangi peredaran benih sawit ilegal yaitu dengan

Melakukan sosialisasi bibit kelapa sawit bersertifikat, Meningkatkan aktivitas

pemerintah dalam mengontrol jalur pengiriman bibit, Membangun kerja sama

yang baik dengan aparat penegak hukum dalam penyidikan pemalsuan bibit dan

pelanggaran peredaran bibit, pemberian sanksi secara tegas dan nyata bagi

pemalsu bibit sawit; dan lain-lain.


DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jendral Perkebunan. 2015. Statistik Perkebunan Indonesia. Jakarta.


Kementerian Pertanian.

Jacquemard J.Ch, Zaelani H, Dermawan E. 2006. How the planting material


could support the growers for more sustainable? Kongres Nasional
MAKSI-KNRT FGD, Bogor, April 2006.

Kariyasa, I. K. 2015. Analisis Kelayakan Finansial Penggunaan Bibit Bersertifikat


Kelapa Sawit Di Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal Agro Ekonomi, Volume
33 Nomor 2.

Liwang T, Daryanto A, Gumbira-Sáid E, Nuryartono N. 2009. Research and


Innovations to Improve the Oil Palm Seed Production. XVI Conferencia
Internacional sobre Palma de Aceite. Cartagena de Indias, Colombia, 22-24
September 2009.

Liwang, T., Arief Daryanto, E. Gumbira-Said, Dan Nunung Nuryartono. 2011.


Analisis Perilaku Konsumen Benih Kelapa Sawit Di Indonesia. Sosial Vol.
12 No. 1

Liwang, T, Arief Daryanto, E. Gumbira-Said, dan Nunung Nuryartono. 2011.


Analisis Faktor-Faktor Determinasi Pasar Benih Kelapa Sawit Di Indonesia.
Bogor. Jurnal Manajemen Bisnis. Volume : 1. No. 01.

Pinem, L. J. dan Safrida. 2018. Analisis Pengambilan Keputusan Pembelian


Petani Dalam Memilih Benih Kelapa Sawit Bersertifikat Dan Non
Bersertifikat Di Kabupaten Labuhan Batu Utara. Journal Of Agribusiness
Sciences. ISSN : 2614-6037

Anda mungkin juga menyukai