NIM : 170301012
Kelas : HPT 2017
Mata Kuliah : Produksi dan Teknologi Benih
Dosen : Dr. Ir. Charloq, M.P.
Latar Belakang
minyak sawit sebesar 17,1 juta ton. Namun tingginya produksi sawit Indonesia
lebih banyak disebabkan oleh luasan lahan sawit yang jauh lebih besar dari
mutu benih kelapa sawit yang merupakan penentu produksi minyak sawit
selanjutnya. Selain itu, beberapa faktor lainnya adalah : tidak terjaminnya mutu
mendapatkan benih unggul kelapa sawit bersertifikat memaksa para petani kelapa
karena faktor benih mempunyai kontribusi yang sangat tinggi dalam menentukan
keberhasilan produksi dan produktifitas tanaman. Semakin tinggi mutu benih yang
mutu dan sertifikasi benih yang handal dapat melindungi keaslian varietas dan
kemurnian genetik, baik yang diproduksi oleh produsen maupun yang digunakan
oleh konsumen di lapangan agar sesuai dengan standar mutu benih yang berlaku.
Benih yang bermutu tinggi diharapkan menjadi salah satu jaminan untuk
saing, dan pada akhirnya bisa berdampak positif terhadap pendapatan dan
benih para petani kelapa sawit, hal ini merupakan salah satu peluang bagi
kerugian yang besar,karena produktifitas tanaman dari benih palsu kurang dari
setengah tanaman dari benih unggul. Beberapa produsen benih kelapa sawit legal
yang ada di Indonesia adalah, Pusat penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, PT.
Sampoerna Agro, Tbk), PT. Tunggal Yunus Estate (Asian Agri Group), PT. Dami
Mas Sejahtera (Smart Group), PT. ASD-Bakrie Oil Palm Seed Indonesia
(Dijetbun, 2015).
para petani sawit terpaksa menggunakan benih illegal yang bermutu rendah.
Seiring dengan bertambahnya jumlah produsen benih sawit nasional maka sejak
permintaan benih sawit, namun ironisnya masih terjadi transaksi penjualan benih
jumlah benih yang tersedia dan dibutuhkan tetapi juga tergantung pada beberapa
faktor pembatas yang dihadapi baik oleh para produsen maupun konsumen benih,
benih sawit ilegal. Benih sawit ilegal merupakan benih kelapa sawit yang tidak
jelas asal usulnya dan diproduksi dengan tanpa mengikuti kaidah pemuliaan
tanaman dan peraturan pemerintaah yang berlaku. Penggunaan benih ilegal sangat
lebih lambat berbuah dan rentan terhadap penyakit, dan pada akhirnya berdampak
terhadap pengembalian modal yang lebih lambat. Namun walaupun sejak tahun
2009 jumlah benih sawit yang diproduksi telah melampaui permintaan benih,
hingga saat ini masih banyak ditemukan penggunaan benih ilegal yang disebabkan
penggunaan benih bersertifikat yang baik dan bermutu (Liwang et al., 2011).
bersertifikat kurang, (iv) harga bibit bersertifikat relatif cukup mahal, dan (v) bibit
(Kariyasa, 2015).
Pelaksanaan Pemecahan Masalah
mencapai 3-4 ton per hektar. Padahal, dengan pengelolaan yang intensif sejumlah
pihak memperkirakan bahwa potensi hasilnya bisa mencapai 8,6 ton per hektar.
Sinar matahari yang hampir selalu ada sepanjang tahun, curah hujan yang tinggi,
lahan yang kaya zat vulkanik, serta pemahaman yang baik tentang pengelolaan
penggunaan bibit kelapa sawit bersertifikat, potensi produksi tahunan dari segi
genetik bisa mencapai 6-7 ton per hektar. Salah satu penyebab rendahnya
jumlah benih yang tersedia dan dibutuhkan tetapi juga tergantung pada
keterbatasan yang dihadapi oleh para produsen dan pengguna, dan belum
Benih sawit ilegal merupakan benih kelapa sawit yang tidak jelas asal
menjadi lebih rendah, tanaman cenderung lebih lambat berbuah dan rentan
benih ilegal yang disebabkan oleh minimnya informasi atau publikasi, dan
diantaranya : (1) Benih palsu akan menghasilkan kontaminasi dura sehingga akan
mengurangi produksi TBS dan CPO, (2) Benih palsu akan mengurangi
dikeluarkan sia-sia, (3) Akan timbul akses konflik antara pekebun kelapa sawit
dan kebun pemasok TBS, (4) Pelanggaran UU Np. 12 tahun 1992 tentang Sistem
Tanaman, dan (5) Produktivitas rendah, tingkat produksi TBS hanya 50%,
Pembahasan Masalah
sebagai berikut :
Membangun kerja sama yang baik dengan aparat penegak hukum dalam
agar tetap memberikan insentif bagi petani untuk meningkatkan produksi sawit.
Kesimpulan
yang baik dengan aparat penegak hukum dalam penyidikan pemalsuan bibit dan
pelanggaran peredaran bibit, pemberian sanksi secara tegas dan nyata bagi