Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep dasar Typhoid Abdominalis

a. Definisi

Menurut Nugroro (2011) Thypus abdominalis adalah penyakit

infeksi akut pada usus halus yang disebabkan oleh salmonella typhosa.

Menurut Sumarmo dalam Padila (2013) Thypus abdominalis adalah

suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan oleh

salmonella typhi. Penyakit ini ditandai oleh panas berkepanjangan,

ditopang dengan bacteremia tanpa keterlibatan struktur endothelia atau

endokardial dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi kedalam sel

fagosit monocular dari hati, limpa, kelenjar limfe usus dan peyer’s

patch dan dapat menular pada orang lain melalui makanan atau air

yang terkontaminasi.

Menurut Brunner and Sudart dalam Padila (2013) Typhoid adalah

penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella

thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang

sudah terkontaminasi oleh feses dan urine dari orang yang terinfeksi

kuman salmonella. Menurut Arief Maeyer dalam Padila (2013)

Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh

kuman salmonella thypi.

Menurut Syaifullah Neor dalam Padila (2013) Typhoid adalah

penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman


salmonella thypi dan salmonella para thypi A, B, C. sinonim dari

penyakit ini adalah typhoid dan paratyphoid abdominalis. Menurut

Soeparman dalam Padila (2013) Typhoid adalah penyakit infeksi

infeksi pada usus halus, typhoid disebut juga paratyphoid fever,

enteric fever, typhus dan para typhus abdominalis.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan sebagai

berikut, Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang

disebabkan oleh salmonella type A, B, dan C yang dapat menular

melalui oral, fecal, makanan dan minuman yang terkontaminasi.

b. Klasifikasi

Menurut WHO (2003), ada 3 macam klasifikasi demam tifoid

dengan perbedaan gejala klinis:

a) Demam tifoid akut non komplikasi

Demam tifoid akut dikarakterisasi dengan adanya demam

berkepanjangan abnormalis fungsi bowel (konstipasi pada

pasien dewasa, dan diare pada anak-anak), sakit kepala, malaise,

dan anoksia. Bentuk bronchitis biasa terjadi pada fase awal

penyakit selama periode demam, sampai 25% penyakit

menunjukkan adanya resespot pada dada, abdomen dan

punggung.

b) Demam tifoid dengan komplikasi

Pada demam tifoid akut keadaan mungkin dapat berkembang

menjadi komplikasi parah. Bergantung pada kualitas pengobatan


dan keadaan kliniknya, hingga 10% pasien dapat mengalami

komplikasi, mulai dari melena, perforasi, susu dan peningkatan

ketidaknyamanan abdomen.

c) Keadaan karier

Keadaan karier tifoid terjadi pada 1-5% pasien, tergantung umur

pasien. Karier tifoid bersifat kronis dalam hal sekresi Salmenella

typhi di feses (WHO, 2003)

c. Etiologi

Menurut Wijaya (2013) etiologi typhoid adalah salmonella typhi.

Salmonella para typhi A, B, dan C. Ada dua sumber penularan

typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan

carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan

masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih

selama lebih dari 1 tahun.

Sedangkan menurut Sumarmo (2012) penyakit ini disebabkan

oleh infeksi kuman salmonella typhosa/Eberthella Typhosa yang

merupakan kuman negative, motil dan tidak menghasilkan spora.

Kuman ini dapat hidup baik sekali pada suhu 70 0C maupun oleh

antiseptic. Sampai saat ini diketahui bahwa kuman ini hanya

menyerang manusia. Salmonella typhosa mempunyai 3 macam

antigen, yaitu :

a. Antigen O = ohne hauch = somatic antigen (tidak menyebar)


b. Antigen H = Hauch (menyebar), terdapat pada flagella dan

bersifat termolabil

c. Antigen V1 = kapsul : merupakan kapsul yang meliputi tubuh

kuman dan melindungi O antigen terhadap fagositosis.

d. Patofisiologi

Menurut Arif Mansjoer dalam Wijaya, 2013 kuman salmonella

thypi masuk tubuh manusia melalui mulut bersaman dengan makanan

dan minuman yang terkontaminasi oleh kuman, sebagian kuman

dimusnahkan oleh asam lambung sebagian lagi msuk ke usus halus dan

mencapai jaringan limpoid plak peyeri di ileum terminalis yang

mengalami hipertrofi. Bila terjadi komplikasi perdarahan dan perforasi

intestinal, kuman menembus lamina propia, masuk aliran limfe dan

mencapai kelenjar limfe mesenterial dan masuk aliran darah melalui

duktus torasikus. Salmonella typhi lain dapat mencapai hati melalui

sirkulasi portal dari usus. Salmonella typhi bersarang di plak peyeri,

limfe ,hati dan bagian-bagian lain sistem retikuloendotelial.

Endotoksin salmonella typhi berperan dalam proses inflamasi local

pada jaringan tempat kuman tersebut berkembang biak. Salmonella

typhi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepasan zat

pirogen pada jaringan yang meradang, sehingga terjadi demam.

Patogenesis (tata cara masuknya kuman typhoid kedalam tubuh)

pada penyakit typhoid dibagi atas 2 bagian (Antoni dalam Wijaya,

2013 yaitu :
a. Menembus dinding usus ke dalam darah . diphgosititis oleh kuman

RES (reticule endothelial system) dalam hepar dan lien disini

kuman berkembang biak dan masuk ke dalam darah lagi dan

menimbulkan infeksi di usus lagi.

b. Bacil melalui toncil secara lymphogen dan haemophogen masuk

kedalam hepar dan lien, bacil mengeluarkan toxin, toxin inilah

yang menimbulkan gejala klinis.

Menurut Zulkoni, 2010 Penularan salmonella thypi dapat

ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F, yaitu

Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), formitus (muntah), fly

(lalat) dan melalui feses. F pertama food ,Makanan yang di

konsumsi dan di dapati dari tempat yang kurang bersih bisa

menjadi media penularan penyakit tipes terlebih lagi makanan bisa

terkontaminiasi akibat dari pengolahan makanan yang tidak benar

seperti tidak di cuci dll. F kedua fingers ,jari jari pada tangan bisa

juga menjadi media penularan penyakit tipes, penularan lewat jari

tangan dan tangan sangat beresiko utama nya jika tidak mencuci

tangan setelah BAK atau BAB. F ketiga dan Kempat ialah fomitus

dan feces, Seorang yang sudah terinfeksi bakteri penyebab tipes

muntahan akibat dari gejala tipes yang di deritanya bisa menjadi

media lain untuk menularkan penyakit tipes dan juga

Kotoran/Feces yang dibuang oleh penderita tipes banyak memiliki

bakteri penyebab tipes. F Yang Kelima adalah FLY / Lalat ,Lalat


suka sekali hinggap di tempat kotor dan benda kotor di mana

tempat dan hal seperti ini menjadi sarang bagi bakteri penyebab

penyakit tipes ,lalat yang hingga di tempat kotor dan benda dapat

membawa bakteri penyebab penyakit tipes di kaki nya yang

kemudian hinggap di makanan dan pada akhirnya menimbulkan

kontaminasi penyakit tipes .

Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan

kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat

ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap

dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila

orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti

mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella

thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian

kuman masuk kedalam lambung, sebagian kuman akan

dimusnakan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus

halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Didalam

jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran

darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel

retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam

sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya

masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.

Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid

disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian


eksperimen disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan

penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan

pada pathogenesis typhoid karena membantu proses inflamasi local

pada usu halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan

endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh

leukosit pada jaringan yang meradang.

e. Manifestasi klinik

Menurut (Padila, 2013) Masa tunas typhoid 10-14 hari, yaitu :

a. Minggu 1

Pada umumnya demam berngsur naik, terutama sore hari dan

malam hari. Dengan keluhn dan gejala demam, nyeri otot, nyeri

kepala, anorexia dan mual, batuk, epitksis, obstipasi/diare,

perasaan tidak enak di perut.

b. Minggu II

Pada minggu kedua gejala sudah jelas dapat berupa demam,

bradikardi, lidah yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi),

hepatomegaly, meteorismus, penurunan kesadaran.

Menurut (Sudoyo Aru, dkk 2009) periode infeksi demam tifoid, gejala

dan tanda, yaitu :

Keluhan dan gejala demam tifoid


Minggu Keluhan Gejala Patologi
Minggu Panas berlangsung Gangguan Bacteremia

pertama insidious, tipe panas saluran cerna


stepladder yang

mencapai 39-400C,

menggigil, nyeri

kepala
Minggu kedua Rash, nyeri Rose sport, Vaskulitis,

abdomen, diare atau splenomegaly, hiperplasi pada

konstipasi, delirium hepatomegaly peyer’s patches,

nodul tifoid pada

limpa dan hati


Minggu ketiga Komplikasi : Melena, ilius, Ulserasi pada

perdarahan saluran ketegangan payer’s patches,

cerna, perforasi, abdomen, koma nodul tifoid pada

syok lompa dan hati


Minggu ke Keluhan menurun, Tampak sakit Kolelitiasis, carrier

empat relaps, penurunan berat, kakeksia kronik

BB

f. Komplikasi

Komplikasi pada usus halus umumnya jarang terjadi tetapi bila

terjadi. Apabila komplikasi ini terjadi pada anak, maka dapat

berakibat fatal seperti perdarahan usus, perforasi usus dan peritonitis

sedangkan komplikasi di luar usus terjadi karena lokalisasi

peradangan akibat sepsis (bakteremia) yaitu meningitis, kolesistitis,

ensefalopati, dll. Terjadi karena infeksi sekunder, yaitu

bronkopneumonia (Nursalam et al., 2013).


g. Penatalaksanaan

a. Perawatan

1. Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari

untuk mencegah komplikasi perdarahan usus.

2. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan

pulihnya tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.

b. Diet

1. Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein

2. Pada penderita yang akut dapat diberikan bubur saring

3. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi

tim

4. Dianjurkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari

demam selama 7 hari.

h. Pencegahan

a. Makanlah makananyang terjaga kebersihan. Jajajan yang tidak

terjamin kebersihanya sering merupakan sumber penularan

b. Minum air yang dimasak dengan benar

c. Menjaga kebersihan tangan. Kebiasaan memcuci tangan dan

menjaga kebersihan lingkungan adalah yang utama

d. Berikan imunisasi tifus setelah anak berusia dua tahun dan ulangi

kembali setiap tiga tahun (Suriinanh, 2009)

Mnurut Widoyono, 2012 pencegahan typus abdominalis dengan

cara :
a. Kebersihan makanan dan minuman sangat penting untuk

mencegah demam tifoid.

b. Merebus air minum sampai mendidih dan memasak makanan

sampai matang juga sangat membantu.

c. Selain itu juga perlu dilakukan sanitasi lingkungan termasuk

membuang sampah di tempatnya dengan baik dan pelaksanaan

program imunisasi

B. Personal Hygiene

a. Definisi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016), hygiene diartikan

sebagai ilmu yg berkenaan dengan masalah kesehatan dan berbagai

usaha untuk mempertahankan atau memperbaiki kesehatan. Personal

hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal artinya perorangan

dan hygiene berarti sehat. Hygiene perorangan adalah tindakan

memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan

fisik dan psikis (Tarwoto dan Wartonah, 2006).

Hygiene perorangan merupakan ciri berperilaku hidup sehat.

Beberapa kebiasaan berperilaku hidup sehat antara lain kebiasaan

mencuci tangan dengan sabun setelah BAB dan kebiasaan mencuci

tangan dengan sabun sebelum makan. Peningkatan hygiene perorangan

adalah salah satu dari program pencegahan yakni perlindungan diri

terhadap penularan typhoid (Depkes RI, 2006). Kegiatan-kegiatan

yang mencakup personal hygiene adalah:


a. Mandi

Menurut Irianto (2007), mandi merupakan bagian yang

penting dalam menjaga kebersihan diri. Mandi dapat

menghilangkan bau, menghilangkan kotoran, merangsang

peredaran darah, memberikan kesegaran pada tubuh. Sebaiknya

mandi dua kali sehari, alasan utama adalah agar tubuh sehat dan

segar bugar. Mandi membuat tubuh kita segar dengan

membersihkan seluruh tubuh kita. Urutan mandi yang benar adalah

seluruh tubuh dicuci dengan sabun mandi. Oleh buih sabun, semua

kotoran dan kuman yang melekat mengotori kulit lepas dari

permukaan kulit, kemudian tubuh disiram sampai bersih, seluruh

tubuh digosok hingga keluar semua kotoran atau daki. Keluarkan

daki dari wajah, kaki, dan lipatan-lipatan. Gosok terus dengan

tangan, kemudian seluruh tubuh disiram sampai bersih sampai

kaki.

b. Perawatan mulut dan gigi

Perawatan mulut dan gigi Mulut yang bersih sangat penting

secara fisikal dan mental seseorang. Perawatan pada mulut juga

disebut oral hygiene. Melalui perawatan pada rongga mulut, sisa-

sisa makanan yang terdapat di mulut dapat dibersihkan. Selain itu,

sirkulasi pada gusi juga dapat distimulasi dan dapat mencegah

halitosis. Maka penting untuk menggosok gigi sekurang-kurangnya


2 kali sehari dan sangat dianjurkan untuk berkumur-kumur atau

menggosok gigi setiap kali selepas kita makan.

Kesehatan gigi dan rongga mulut bukan sekedar menyangkut

kesehatan di rongga mulut saja. Kesehatan mencerminkan

kesehatan seluruh tubuh. Orang yang giginya tidak sehat, pasti

kesehatan dirinya berkurang. Sebaliknya apabila gigi sehat dan

terawat baik, seluruh dirinya sehat dan segar bugar. Menggosok

gigi sebaiknya dilakukan setiap selesai makan. Sikat gigi jangan

ditekan keras keras pada gigi kemudian digosokkan cepat-cepat.

Tujuan menggosok gigi ialah membersihkan gigi dan seluruh

rongga mulut. Dibersihkan dari sisa-sisa makanan, agar tidak ada

sesuatu yang membusuk dan menjadi sarang bakteri.

c. Cuci tangan

Tangan adalah anggota tubuh yang paling banyak

berhubungan dengan apa saja. Kita menggunakan tangan untuk

menjamah makanan setiap hari. Selain itu, sehabis memegang

sesuatu yang kotor atau mengandung kuman penyakit, selalu

tangan langsung menyentuh mata, hidung, mulut, makanan serta

minuman. Hal ini dapat menyebabkan pemindahan sesuatu yang

dapat menjadi penyebab terganggunya kesehatan karena tangan

merupakan perantara penularan kuman.

1) Kebiasaan mencuci tangan sesudah BAB


Tangan yang kotor atau terkontaminasi dapat

memindahkan bakteri atau virus patogen dari tubuh, feses atau

sumber lain ke makanan. Oleh karenanya kebersihan tangan

dengan mencuci tangan perlu mendapat prioritas tinggi,

walaupun hal tersebut sering disepelekan (Fathonah, 2005).

2) Kebiasaan mencuci tangan sebelum makan

Kebersihan tangan sangatlah penting bagi setiap orang.

Kebiasaan mencuci tangan sebelum makan harus dibiasakan.

Pada umumnya ada keengganan untuk mencuci tangan sebelum

mengerjakan sesuatu karena dirasakan memakan waktu, apalagi

letaknya cukup jauh. Dengan kebiasaan mencuci tangan, sangat

membantu dalam mencegah penularan bakteri dari tangan

kepada makanan (Depkes RI, 2006). Budaya cuci tangan yang

benar adalah kegiatan terpenting. Setiap tangan yang

dipergunakan untuk memegang makanan, maka tangan harus

sudah bersih. Tangan perlu dicuci karena ribuan jasad renik,

baik flora normal maupun cemaran, menempel di tempat

tersebut dan mudah sekali berpindah ke makanan yang

tersentuh. Pencucian dengan benar telah terbukti berhasil

mereduksi angka kejadian kontaminasi dan KLB (Arisman,

2008).

Cara mencuci tangan yang benar adalah sebagai berikut:


1) Cuci tangan dengan air yang mengalir dan gunakan sabun.

Tidak perlu harus sabun khusus antibakteri, namun lebih

disarankan sabun yang berbentuk cairan.

2) Gosok tangan setidaknya selama 15-20 detik.

3) Bersihkan bagian pergelangan tangan, punggung tangan,

sela-sela jari dan kuku.

4) Basuh tangan sampai bersih dengan air yang mengalir.

5) Keringkan dengan handuk bersih atau alat pengering lain.

6) Gunakan tisu atau handuk sebagai penghalang ketika

mematikan kerangair (Atikah, 2012).

e. Kebiasaan jajan diluar

Addin A, 2009 Menjaga kebersihan makan sangatlah penting

karena penularan penyakit dapat terjadi di mana saja dan kapan saja,

biasanya terjadi melalui konsumsi makanan di luar rumah atau di

tempat-tempat umum, apabila makanan atau minuman yang

dikonsumsi kurang bersih. Dapat juga disebabkan karena makanan

tersebut disajikan oleh seorang penderita tifus laten (tersembunyi)

yang kurang menjaga kebersihan saat memasak. Seseorang dapat

membawa kuman tifus dalam saluran pencernaannya tanpa sakit, ini

yang disebut dengan penderita laten. Sumber penularan utama

demam typhoid adalah penderita itu sendiri dan carrier, yang mana

mereka dapat mengeluarkan berjuta-juta kuman Salmonella thypi

dalam tinja, dan tinja inilah yang menjadi sumber penularan. Debu
yang berasal dari tanah yang mengering, membawa bahan-bahan

yang mengandung kuman penyakit yang dapat mencemari makanan

yang dijual di pinggir jalan.

Debu tersebut dapat mengandung tinja atau urin dari penderita

atau karier demam typhoid. Bila makanan dan minuman tersebut

dikonsumsi oleh orang sehat terutama anak-anak sekolah yang sering

jajan sembarangan maka rawan tertular penyakit infeksi demam

typhoid. Infeksi demam typhoid juga dapat tertular melalui makanan

dan minuman yang tercemar kuman yang dibawa oleh lalat.

Penderita ini dapat menularkan penyakit tifus ini ke banyak orang,

apalagi jika dia bekerja dalam menyajikan makanan bagi banyak

orang seperti tukang masak di restoran.

f. Kebiasaan minum air yang telah direbus

Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat

kesehatan, dapat langsung diminum, terbebas dari bibit penyakit dan

zat kimia berlebihan, tidak bersifat asam maupun basa. Air minum

harus direbus terlebih dahulu hingga mendidih, disimpan dengan

tertutup rapat dan sebaiknya tidak lebih dari 24 jam setelah dimasak

(PMI, 2006:10). Air minum dapat menularkan penyakit, air yang

terkontaminasi tinja sering mengakibatkan epidemik yang eksplosif.

Penyakit menular yang disebarkan melalui air secara langsung di

masyarakat seringkali 23 dinyatakan sebagai penyakit bawaan air

atau water borne disease. Penyakitpenyakit ini dapat menyebar


apabila mikroorganisme penyebabnya dapat masuk ke dalam sumber

air yang digunakan manusia dalam memenuhi kebutuhannya sehari-

hari. Salmonella typhi adalah salah satu bakteri yang menyebabkan

penyakit bawaan air (Juli Soemirat, 2002:95).

g. Kebiasaan Makan Makanan Matang

Kerang dapat terkontaminasi dari air mengandung Salmonella

typhi. Penularan melalui telur berasal dari unggas yang

terkontaminasi selama proses pendinginan. Daging dan produknya

berasal dari binatang yang terkontaminasi tinja hewan pengerat atau

manusia (Jawetz, dkk, 2005:369). Pemasakan bahan makanan berupa

unggas, susu, dan sayuran sampai matang akan membunuh

mikroorganisme patogen. Maka semua bagian makanan harus

mengepul dan terasa panas yang berarti bahwa semua bagian

makanan harus mencapai suhu minimum 700 Celcius (WHO,

2005:109).

Menurut Arif Mansjoer dalam Wijaya, 2013 Faktor personal

Higiene yang Mempengaruhi Kejadian Demam Tifoid adalah :

a. Kebiasaan Mencuci Tangan dengan Sabun setelah Buang Air Besar

Tangan yang kotor atau terkontaminasi dapat memindahkan bakteri

atau virus patogen dari tubuh, feses atau sumber lain ke makanan.

Oleh karenanya kebersihan tangan dengan mencuci tangan perlu

mendapat prioritas tinggi, walaupun hal tersebut sering disepelekan

b. Kebiasaan Mencuci Tangan Sebelum Makan


Kebersihan tangan sangatlah penting bagi setiap orang. Kebiasaan

mencuci tangan sebelum makan harus dibiasakan. Pada umumnya

ada keengganan untuk mencuci tangan sebelum mengerjakan

sesuatu karena dirasakan memakan waktu, apalagi letaknya cukup

jauh. Dengan kebiasaan mencuci tangan, sangat membantu dalam

mencegah penularan bakteri dari tangan kepada makanan

c. Kebiasaan Makan di Luar Rumah

Secara umum, untuk memperkecil kemungkinan tercemar

Salmonella thyphi, maka setiap individu harus memperhatikan

kualitas makanan dan minuman yang mereka konsumsi. Penularan

tifus dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, biasanya terjadi

melalui konsumsi makanan di luar rumah atau di tempat-tempat

umum, apabila makanan atau minuman yang dikonsumsi kurang

bersih

d. Kebiasaan Mencuci Bahan Makanan Mentah yang Akan Dimakan

Langsung

Dibeberapa negara penularan tifoid terjadi karena mengkonsumsi

kerangkerangan yang berasal dari air yang tercemar, buah-buahan,

sayuran mentah yang dipupuk dengan kotoran manusia. Bahan

mentah yang hendak dimakan tanpa dimasak terlebih dahulu

misalnya sayuran untuk lalapan, hendaknya dicuci bersih dibawah

air mengalir untuk mencegah bahaya pencemaran oleh bakteri,

telur bahkan pestisida


C. Hubungan Personal Hygine dengan kejadian Demam Typoid

Typus abdominalis adalah penyakit yang terjadi karena hygiene yang

kurang baik yang disebababkan oleh bakteri salmonella typus. Typus

memiliki gejala seperti demam, lesu, lidah berwarnah putih, nyeri, diare

dan masih banyak lagi. Penanganan deam tifoid bisa dengan mengonsumsi

obat antibiotik, istirahat berbaring, diet makanan yang halus seperti bubur.

Hubungan antara Hygiene dengan kejadian typus abdominalis

sangatlah erat. Saat seseorang kurang memperhatikan hygiene mereka

maka mereka akan gampang terkena berbagai penyakit. yang memiliki

hygiene yang baik akan hidup lebih sehat dibandingkan orang yang tidak

menerapkan hygiene. Macam-macam hygiene yaitu dengan mencuci

tangan pakai sabun, memcuci tangan setelah BAB dan mencuci bahan

makanan yang mentah. Seorang memiliki resiko menderita demam tifoid

karena mereka memiliki kebiasaan yang kurang baik saat mencuci tangan

sebelum makan. Pernyataan ini searah dengan penelitian yang dilakukan

oleh Pramitasari (2013) dimana ada hubungan antara kebiasaan tidak

mencuci tangan sebelum makan dengan kejadian demam tifoid. Padahal

saat kita tidak mencuci tangan maka tangan kita akan masih menyimpan

kuman salah satunya kuman yang bisa menyebabkan typoid. Masih

banyak orang yang tidak mencuci tangan dengan sabun, padahal menurut

Proverawati (2012) mencuci tangan yang benar haruslah menggunakan

sabun, menggosok sela-sela jari dan kuku menggunakan air mengalir.


Menurut Rakhman, dkk (2009) mencuci tangan dengan air dan sabun

dapat melarutkan lemak dan minyak pada permukaan kulit serta

menggosoknya akan menurunkan jumlah kuman yang ada di tangan.

terkadang memiliki kebiasan yang kurang baik seperti langsung memakan

makanan mentah yang bisalangsung dikonsumsi tanpa mencucinya.

Padahal dengan tidak mencuci bahan makanan mentah bisa menyebabkan

demam tipes hal ini sejalan dengan penelitian Nani dan Muzakkir (2014)

yang menunjukan bahwa ada hubungan kebiasaan makan dengan kejadian

demam tifoid. Apalagi, anak-anak memiliki alasan mengapa mereka tidak

mencuci bahan makan mentah sebelum dikonsumsi karena tampak bersih

bahkan baru dibasahi oleh air hujan sehingga tidak perlu dicuci padahal

kontaminasi langsung makanan mentah dengan Salmonella typhi dapat

terjadi dari tempat hidup atau asal bahan makanan tersebut misalnya

dipupuk dengan pupuk kompos (Alamsyah, 2013).

Jadi menurut saya ada hubungan hygiene dengan kejadian typus

abdominalis karena saat seorang tidak melakukan hygiene dengan baik

atau tidak menerapkan hygiene dalam kehidupan sehari-hari mereka maka

mereka akan gampang terkena penyakit-penyakit seperti typus

abdominalis. Apalagi jika mereka tidak mencuci tangan saat ingin makan

karena walaupun tangan mereka bersih belum tentu tangan mereka bebas

dari kuman bisa saja ada kuman salmonella typi yang bersarang ditangan

mereka. Saya menyimpulkan bahwa kebiasaan cuci tangan sebelum makan

berhubungan dengan kejadian demam typoid. Karena penyebaran penyakit


demam typoid melalui tangan yang kotor karena dapat memindahkan

bakteri patogen dari tangan ke dalam makanan, sehingga bakteri masuk

dan menginfeksi tubuh orang yang mengkonsumsi makanan tersebut.

Tidak mencuci makan mentah yang bisa langsung dikonsumsi adalah

kesalahan fatal yang dilakukan karena makanan yang tidak dicuci banyak

mengandung kuman, bakteri yang bisa membahayakan kesehatan mereka

sendiri. Saya menyimpulkan bahwa kebiasaan cuci tangan setelah buang

air besar sangat berhubungan dengan kejadian demam typoid . Pada saat

seseorang memasak atau mengolah makanan juga menyiapkan makanan

dan menyuapi anak dengan tangan. Adanya kemungkinan tangan orang

tersebut bisa terkontaminasi bakteri patogen kontak langsung dengan

mulut sehingga bakteri patogen menginfeksi tubuh.

D. Kerangka Konseptual

Variable Independen Variable Dependen

Personal Demam Typoid

hygiene
Gambar 1

Kerangka Konsep

E. Definisi Operasional

Variable Definisi Cara Alat Hasil Skala

Operasional Ukur Ukur Ukur Ukur


Independen

Personal

Hygiene
Dependen

Demam typoid

BAB III

A. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruang melati RSUD Curup dan waktu

penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Maret tahun 2020.


B. Desain Penelitian

Rancangan atau jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian

Observasional korelasi dengan menggunakan studi cross sectional untuk

menilai adakah hubungan personal hygiene terhadap kejadian demam

typoid.

C. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien Demam typoid d

ruang Melati RSUD Curup/

2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan pada penelitian ini adalah accidental

sampling denganjumlah sampel sebanyak 27 orang. Menurut Sugiyono

2009 accidental sampling adalah tekhnik penentuan sample secara

kebetulan, yaitu pasien yang kebetulan/insidental bertemu dengan

penelitidapat digunakan sebagai sample, bila dipandang orang yang

kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data.

D. Tekhnik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder yang

bersumber dari ruang melati RSUD Curup untuk mengetahui jumlah

pasien Demam Typoid, sedangkan data primer menggunakan lembar


kuesioner Personal Hygiene yang diperoleh langsung dari responden

penelitian dengan membagikan kuesioner kepada responden. Kuesioner

tersebut berisikan tentang variable personal hygiene, dengan format

pengumpulan (checklist).

E. Tekhnik Pengolahan Data dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Menurut Hidayat (2007), data yang telah dikumpulkan secara manual

melalui langkah-langkah sebagai berikut. Data yang diperoleh peneliti

akan diperoleh beberapa tahap yaitu :

1) Editing

Editing merupakan tahap kegiatan pemilihan data yang telah

terkumpul baik secara pengisian, kesalahan pengisian, konsistensi

jawaban yang telah ada.

2) Coding

Mengaplikasikan jawaban-jawaban yang ada berdasarkan dalam

bentuk yang ringkas dan sederhana dengan menggunakan kode-

kode.

3) Tabulasi

Setelah dilakukan coding maka dilakukan tabulasi data dengan

memberikan skor masing-masing jawaban.


4) Processing

Setelah data dikelompokkan data tersebut diproses dan diolah

kedalam computer.

5) Entry

Memasukkan data setelah melakukan editing dan coding tersebut

kedalam computer.

6) Cleaning

Mengecek kembali data yang telah diproses apakah ada kesalahan

atau tidak ada masing-masing variable yang sudah diproses

sehingga diperbaiki dan dinilai (score).

2. Analisa Data

a. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk memperoleh untuk

memperoleh gambaran distribusi frekuensi dari variable

independen (personal hygine) dan variable dependen ( Demam

typoid ) di ruang Melati RSUD Curup.

b. Analisis Bivariat

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

variable independen ( personal hygiene) dan variable dependen


(Demam typoid) yang menggunakan jenis data katagori sehingga

uji analisis yang digunakan yaitu uji Exact Fisher’s. Untuk

mengetahui keeratan hubungannya digunakan uji Contingency

Coefficient (C).

Anda mungkin juga menyukai