Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Oseanografi dapat didefinisikan secara sederhana sebagai salah suatu ilmu
yang mempelajari lautan. Ilmu ini semata-mata bukanlah meupakan suatu ilmu yang
murni, tetapi merupakan perpaduan dari bermacam-macam ilmu-ilmu dasar yang lain.
Ilmu-ilmu  lain yang termauk di dalamnya ialah ilmu tanah (geologi), ilmu murni
(geografi), ilmu fisika, ilmu kimia, ilmu biologi, dan ilmu iklim (Hutabarat dan
Stewart, 1985).
Secara umum oseanografi dibedakan menjadi oseanografi fisis, kimia, biologi
dan geologi. Oseanografi fisis khusus mempelajari segala sifat dan karakter fisis yang
membangun sistem fluidanya. Oseanografi kimia melihat berbagai proses aksi dan
reaksi antar unsur, molekul atau campuran dalam sistem samudera yang menyebabkan
perubahan zat secara reversible atau irreversibel. Oseanografi biologi mempelajari
sisi hayati samudera guna mengungkap berbagai siklus kehidupan organisme yang
hidup di atau dari samudera. Oseanografi geologi memfokuskan pada bangunan dasar
samudera yang berkaitan dengan struktur evolusi cekungan samudera.

Pada oseanografi fisis mempelajari segala sifat dan karakter fisis yang
membangun sistem fluida yang terdiri dari beberapa sifat, antara lain adalah
temperatur, tekanan, densitas, salinitas, dan warna.

Suhu air laut berkisar antara -18,70C hingga 420C. Suhu menurun sesuai
dengan kedalaman. Semakin dalam suhu akan semakin rendah. Hal ini diakibatkan
karena kurangnya intensitas matahari yang masuk ke dalam laut.

Salinitas air laut menyatakan ukuran untuk kandungan garam air laut. Rata-
rata kadar garam air laut adalah 34,5%, artinya dalam satu liter air laut mengandung
34,5 gram garam. Salinitas merupakan penentu sedimen, penentu kandungan mineral,
dan indikator penentu arah dan kecepatan arus laut.

Densitas air laut bergantung pada salinitas, suhu, dan tekanan. Densitas
bertambah seiring bertambahnya salinitas dan berkurangnya suhu. Densitas air laut
terletak pada kisaran 1025 kg/m3. Densitas air laut lebih tinggi dari densitas air murni
dikarenakan salinitas. Adanya molekul garam garam yang bercampur dengan molekul
air membuatnya semakin rapat.

Warna laut ditentukan oleh cahaya. Laut sesungguhnya tidak memiliki warna,
hanya saja laut menyerap cahaya matahari dimana dari semua warna yang diserap,
biru adalah warna yang paling lambat diserap sehingga warna laut menjadi biru.
Semakin dalam akan semakin berwarna biru.

Tekanan didefinisikan sebagai gaya per satuan luas. Semakin ke dalam,


tekanan air laut akan semakin besar. Hal ini disebabkan oleh semakin besarnya gaya
yang bekerja pada lapisan yang lebih dalam. Tekanan pada satu kedalaman
bergantung pada massa air yang berada di atasnya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan sifat fisis air laut?
2. Apa saja yang termasuk dalam sifat fisis air laut?
3. Apa yang dimaksud dengan sifat fisis densitas?
4. Apa yang dimaksud dengan sifat fisis warna?
5. Apa yang dimaksud dengan sifat fisis tekanan?
6. Apa hubungan antar sifat-sifat fisis air laut?

C. TUJUAN
Tujuan mempelajari Oseanografi fisis, antara lain:
1. Untuk memahami sifat-sifat fisis air laut, seperti  temperatur, salinitas dan
densitas.
2. Guna menghasilkan kajian yang komprehensif dan untuk menambah pengetahuan
tentang oseonografi khususnya sifat-sifat fisis air laut bagi mahasiswa.
3. Untuk mengetahui keterkaitan antar sifat fisis air laut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sifat Fisis
Sifat fisis adalah sifat yang dapat diukur dan diteliti tanpa mengubah
komposisi atau susunan dari zat tersebut. Sebagai contoh, kita dapat mengukur titik
leleh dari es dengan memanaskan sebuah balok es dan mencatat pada suhu berapa es
tersebut berubah menjadi air. Air dengan es hanya berbeda dalam hal penampilan
saja, bukan dalam komposisi, jadi ini termasuk kedalam perubahan fisis. Demikian
juga bila kita membekukan air tersebut kembali menjadi es seperti mula-mula. Karena
itu, titik leleh dari suatu zat termasuk kedalam sifat fisisnya. Sama halnya bila kita
mengatakan Helium lebih ringan daripada udara, kita mereferensikannya pada sifat
fisis helium tersebut.
Berdasarkan sifat fisis zat diidentifikasikan menjadi dua, yaitu:
1. Sifat ekstensif. Sifat ini adalah sifat yang didasari atas jumlah dan ukurannya atau
sifat zat yang dapat dibedakan menurut jumlah dan ukurannya. Misalnya panjang
zat, volume zat, dan lain-lain. Jika ukuran zat berubah maka panjangnya juga
berubah, begitu pula dengan volumenya.
2. Sifat intensif. Sifat ini tidak dipengaruhi oleh jumlah dan ukurannya. Misalnya
massa zat, jenis zat dan lain-lain. Sebesar dan sebanyak berapapun zat itu,
massanya tidak berubah, jenisnya juga tidak berubah
B. Sifat – Sifat Fisis Air Laut
Air laut memiliki beberapa sifat fisis, yaitu:
 Temperatur
 Salinitas
 Densitas
 Tekanan
 Warna
C. Densitas
Densitas air laut merupakan jumlah massa air laut per satu satuan volume.
Densitas merupakan fungsi langsung dari kedalaman laut, serta dipengaruhi juga
oleh salinitas, temperatur, dan tekanan. Pada umumnya nilai densitas (berkisar antara
1,02 – 1,07 gr/cm3) akan bertambah sesuai dengan bertambahnya salinitas dan
tekanan serta berkurangnya temperatur.
Densitas merupakan salah satu parameter terpenting dalam mempelajari
dinamika laut. Perbedaan densitas yang kecil secara horisontal (misalnya akibat
perbedaan pemanasan di permukaan) dapat menghasilkan arus laut yang sangat kuat.
Oleh karena itu penentuan densitas merupakan hal yang sangat penting dalam
oseanografi. Lambang yang digunakan untuk menyatakan densitas adalah ρ (rho).
Densitas air laut bergantung pada temperatur (T), salinitas (S) dan tekanan
(p). Kebergantungan ini dikenal sebagai persamaan keadaan air laut (Equation of
State of Sea Water), maka rumusnya :

ρ = ρ(T.S.P)

Keterangan :
ρ = Massa  Jenis
T = Temperatur
S = Salinitas
P = Tekanan

Densitas dapat berubah, hal-hal yang dapat menyebabkan perubahan densitas


antara lain:
 Evaporasi di permukaan laut
 Massa air pada kedalaman < 100 m sangat dipengaruhi oleh angin dan
gelombang, sehingga besarnya densitas relatif homogen
 Di bawah lapisan ini terjadi perubahan temperatur yang cukup besar
(Thermocline) dan juga salinitas (Halocline),  sehingga menghasilkan pola
perubahan densitas yang cukup besar (Pynocline)
 Di bawah Pynocline hingga ke dasar laut mempunyai densitas yang lebih
padat.

Densitas bertambah dengan bertambahnya salinitas dan berkurangnya


temperatur, kecuali pada temperatur di bawah densitas maksimum. Densitas air laut
terletak pada kisaran 1025 kg/m3. Densitas maksimum terjadi di atas titik beku
sedangkan untuk salinitas di bawah 24,7 dan di bawah titik beku untuk salinitas di
atas 24,7. Hal ini mengakibatkan adanya peristiwa konveksi panas.
 S < 24.7 : air menjadi dingin hingga dicapai densitas maksimum, kemudian
jika air permukaan menjadi lebih ringan (ketika densitas maksimum telah
terlewati) pendinginan terjadi hanya pada lapisan campuran akibat angin
(wind mixed layer) saja, dimana akhirnya terjadi pembekuan. Di bagian kolam
(basin) yang lebih dalam akan dipenuhi oleh air dengan densitas maksimum.
 S > 24.7 : konveksi selalu terjadi di keseluruhan badan air. Pendinginan
diperlambat akibat adanya sejumlah besar energi panas yang tersimpan di
dalam badan air. Hal ini terjadi karena air mencapai titik bekunya sebelum
densitas maksimum tercapai.

Seperti halnya pada temperatur, pada densitas juga dikenal parameter densitas
potensial yang didefinisikan sebagai densitas parsel air laut yang dibawa secara
adiabatis ke level tekanan referensi. Densitas air tawar adalah 1000kg/m 3. Air laut
lebih padat karena terdapat salinitas. Densitas air laut adalah 1027 kg/m3.

Grafik Densitas-Tekanan Air Laut

Grafik di atas adalah grafik simpel densitas-kedalaman laut. Dapat dilihat


peningkatan densitas air laut seiring makin meningkatnya kedalaman laut. Pycnocline
adalah lapisan air dimana perubahan drastis densitas air terhadap kedalaman laut. Ini
adalah grafik untuk laut bagian 30-40olintang selatan. Tekanan bergantung kepada
kedalaman, semakin dalam laut semakin besar juga tekanannya.
D. Tekanan
Tekanan air laut bertambah terhadap kedalaman. Kedalaman air laut biasanya
diukur dengan menggunakan echo sounder atau CTD (Conductivity, Temperature,
Depth). Kedalaman yang diukur dengan menggunakan CTD didasarkan pada harga
tekanan.
Tekanan didefinisikan sebagai gaya per satuan luas. Semakin ke dalam,
tekanan air laut akan semakin besar. Hal ini disebabkan oleh semakin besarnya gaya
yang bekerja pada lapisan yang lebih dalam. Satuan dari tekanan dalam cgs adalah
dynes/cm2, sedangkan dalam mks adalah Newton/m 2. Satu Pascal sama dengan satu
Newton/m2. Dalam oseanografi, satuan tekanan yang digunakan adalah desibar
(disingkat dbar), dimana 1 dbar = 10-1bar = 105 dynes/cm2 = 104 Pascal.
Gaya akibat tekanan bekerja dari tekanan yang berbeda pada satu titik ke titik
lainnya. Gaya ini bekerja dari tekanan yang lebih tinggi ke tekanan yang lebih rendah.
Di laut, gaya gravitasi yang bekerja (ke arah bawah) akan diimbangi oleh gaya akibat
adanya perbedaan tekanan tersebut (ke arah atas), sehingga air yang bergerak ke
bawah tidak akan mengalami percepatan.

Tekanan pada satu kedalaman bergantung pada massa air yang berada di
atasnya. Persamaan yang digunakan untuk mengukur harga kedalaman dari harga
tekanan adalah persamaan hidrostatis, yaitu: 

dp = ρ.g.dh
Keterangan:
dp = perubahan tekanan
ρ = densitas air laut
g = percepatan gravitasi
dh = perubahan kedalaman

Jadi, jika tekanan berubah sebesar 100 dbar, dengan harga percepatan gravitasi
g=9.8 m/det2 dan densitas air laut ρ=1025 kg/m3, maka perubahan kedalamannya
adalah 99,55 meter. Variasi tekanan di laut berada pada kisaran nol (di permukaan)
hingga 10.000 dbar (di kedalaman paling dalam). 
E. Warna

Pada dasarnya, air tidak memiliki warna. Air hanya menyerap cahaya yang
kemudian merefleksikannya. Ada dua proses optik utama pada air laut, dan zat
terlarut atau tersuspensi dalam air laut, saat berinteraksi dengan cahaya yang masuk
dari Matahari. Dua proses ini adalah penyerapan (absorption) dan hamburan
(scattering).
Di atmosfer, alasan utama bahwa langit berwarna biru adalah disebabkan oleh
hamburan cahaya. Di laut, cara utama air berinteraksi adalah dengan penyerapan
cahaya, air menyerap cahaya merah, dan pada tingkat lebih rendah, air juga menyerap
cahaya kuning dan hijau, menyebabkan warnanya bisa berubah ubah tergantung
kedalaman dan tempatnya.Warna biru merupakan warna yang paling tidak diserap
oleh air, sehingga air nampak berwarna biru.
Semakin dalam kedalaman laut, semakin ia berwarna kebiruan. Karena cahaya
merah diserap kuat, menjadikannya hilang, dan cahaya biru terus menembus masuk
kedalam. Saat matahari mulai terbenam dan terbit, air laut akan kelihatan merah di
permukaannya dikarenakan penyerapan cahaya tersebut. Warna yang berbeda pada
laut, sungai dan danau juga disebabkan oleh tanaman yang hidup di dasarnya seperti
alga yang terdapat pada laut merah, dan endapan yang terbawa didalam air. Seperti
warna coklat yang merupakan endapan yang terbawa dari sungai, sehingga membuat
warnanya nampak keruh
Warna air laut ditentukan oleh kekeruhan air laut itu sendiri dari kandungan
sedimen yang dibawa oleh aliran sungai. Pada laut yang keruh, radiasi sinar matahari
yang dibutuhkan untuk proses fotosintesis tumbuhan laut akan kurang dibandingkan
dengan air laut jernih. Pada perairan laut yang dalam dan jernih, fotosintesis
tumbuhan itu mencapai 200 meter, sedangkan jika keruh hanya mencapai 15 – 40
meter. Laut yang jernih merupakan lingkungan yang baik untuk tumbuhnya terumbu
karang dari cangkang binatang koral.
Air laut juga menampakan warna yang berbeda-beda tergantung pada zat-zat
organik maupun anorganik yang ada. Ada beberapa warna-warna air laut karena
beberapa sebab:
1. Pada umumnya lautan berwarna biru, hal ini disebabkan oleh sinar
matahari yang bergelombang pendek (sinar biru) dipantulkan lebih
banyak dari pada sinar lain.
2. Warna kuning, karena laut ini berwarna kuning disebabkan banyaknya
endapan lumpur didasar laut tersebut. Lumpur tersebut merupakan
hasil metabolisme dari berbagai material di darat yang menghasilkan
tanah yang berwarna coklat kekuningan, yang terbawa aliran air hingga
sampai di lautan. Contoh perairan ini laut kuning di perairan antara
jepang dan cina.

3. Warna hijau, karena adanya lumpur yang diendapkan dekat pantai


yang memantulkan warna hijau dan juga karena pada dasar laut
tersebut terdapat fitoplankton yang memancarkan kandungan
klorofilnya untuk melakukan fotosintesis. Pada saat cahaya matahari
datang, klorofil pada fitoplankton menyerap sebagian besar warna
merah dan warna biru, dan memantulkan warna hijau. Air Laut
berwarna hijau ini biasa terlihat di perairan dekat pantai.
4. Warna putih, karena permukaannya selalu tertutup es seperti di laut
kutub utara dan selatan.  
5. Warna ungu, karena adanya organisme kecil yang mengeluarkan sinar-
sinar fosfor seperti di laut ambon. 
6. Warna hitam, karena di dasarnya terdapat lumpur hitam seperti di laut
hitam. 
7. Warna merah, karena banyaknya binatang-binatang kecil berwarna
merah yang terapung-apung.

D. Hubungan Antar Sifat-sifat Fisis Air Laut


Densitas merupakan fungsi langsung dari kedalaman laut, serta dipengaruhi
juga oleh salinitas, temperatur, dan tekanan. Pada umumnya nilai densitas (berkisar
antara 1,02 – 1,07 gr/cm3) akan bertambah sesuai dengan bertambahnya salinitas dan
tekanan serta berkurangnya temperatur.
Densitas yang hanya dipengaruhi oleh tekanan nilainya lebih besar dari
pengaruh salinitas dan suhu. Sebagai contoh, densitas di permukaan laut= 1.028
gram/cm3 sedangkan dikedalaman 5000 m densitasnya1.051 gram/cm3.
Efek suhu dan salinitas terhadap densitas akan lebih berpengaruh terutama di
lapisan atas, sedangkan efek tekanan terhadap densitas akan lebih terasa di lapisan
bagian bawah.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Oseanografi fisis mempelajari segala sifat dan karakter fisis yang
membangun sistem fluida yang terdiri dari temperatur, tekanan, densitas,
salinitas, dan warna. Sifat-sifat fisis air laut mempunyai keterkaitan satu sama
lain, contohnya antara densitas yang dipengaruhi temperature, tekanan dan
salinitas.
DAFTAR PUSTAKA

Faisal. 2011. Dinamika Air Laut. http://emprorerfaisal.blogspot.com/2011/03/dinamika-


warna-air-laut.html. Diakses pada tanggal 6 September 2014.
Djunarsjah, Eka. 2005. Sifat-sifat Fisik Air Laut. http://www.sudomo-
gis.com/Tulisan/Hidrografi_SifatFisikAirLaut.pdf. Diakses pada tanggal 6 September
2014.
Setiawan, Agus. 2005. Tekanan dan Kedalaman Laut.
http://oseanografi.blogspot.com/2005/07/tekanan-dan-kedalaman-laut.html. Diakses
pada tanggal 13 September 2014.
Anonim. 2012. Sifat Fisis Air Laut. http://12911017.blogspot.com/2012/12/sifat-fisis-air-laut-
suhu-salinitas.html. Diakses pada tanggal 13 September 2014.
Nurul. 2011. Sifat Fisis dan Sifat Kimia Zat. http://nurulsolikha.blogspot.com/2011/04/sifat-
fisis-sifat-kimia-zat.html. Diakses pada tanggal 14 September 2014.
Sidjabat, M.M. 1974. Pengantar Oseanografi. Institut Pertanian Bogor: 127 pp.

Anda mungkin juga menyukai