Anda di halaman 1dari 21

REFERAT

MIOPIA

Pembimbing:
dr. R. Adri Subandiro, Sp.M

Penyusun:
Hesti Pratiwi
030.11.132

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Rumah Sakit dr. Soeselo Slawi
Periode 19 Desember 2016 – 21 Januari 2017
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

1
LEMBAR PENGESAHAN

Referat dengan judul:

MIOPIA

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Kepaniteraan Klinik


Ilmu Penyakit Mata

RSUD dr. Soeselo periode 19 Desember 2016 - 21 Januari 2017

Disusun oleh:

Hesti Pratiwi 030.11.132

Telah diterima dan disetujui oleh dr. R. Adri S, Sp.M


selaku dokter pembimbing Mata di RSUD dr. Soeselo Slawi.

Slawi, Januari 2017

Mengetahui,

dr. R. Adri S, Sp.M

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,
rahmat, serta perlindungannya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan referat ini
dengan baik..
Penyusun menyadari bahwa dalam proses penyusunan referat ini banyak
mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai
pihak dan berkah dari TuhanYang Maha Esa sehingga kendala-kendala yang
dihadapi tersebut dapat diatasi. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada :
1. dr. R. Adri S, Sp.M sebagai pembimbing yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk meminta ilmu dan menjalani
Kepaniteraan Klinik Ilmu Mata di RSUD dr. Soeselo, Slawi.

2. Staf, paramedis dan teman-teman yang sudah banyak membantu dalam


pembuatan referat ini.

Mengingat keterbatasan kemampuan yang penyusun miliki, maka


penyusun menyadari bahwa penyusunan referat ini masih jauh dari kesempurnaan
seperti pepatah “Tak ada gading yang tak retak”, segala saran dan kritik yang
membangun akan penulis terima dengan terbuka dan senang hati. Dengan
demikian penyusun berharap semoga laporan kasus ini dapat memberikan
manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkannya.

3
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................4

BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA................................................................................7

BAB 3 KESIMPULAN..............................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................31

4
BAB I
PENDAHULUAN

Penyakit mata sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan di


dunia, terutama yang menyebabkan kebutaan. Kelainan refraksi (0,14%)
merupakan penyebab utama kebutaan ketiga setelah katarak (0,78%) dan
glaukoma (0,20%). Dari 153 juta orang di dunia yang mengalami kelainan
refraksi, delapan juta orang diantaranya mengalami kebutaan.(1)
Kelainan refraksi adalah keadaan bayangan tegas tidak dibentuk pada
retina, dimana terjadi ketidakseimbangan sistem penglihatan pada mata sehingga
menghasilkan bayangan yang kabur. Sinar tidak dibiaskan tepat pada retina, tetapi
dapat di depan atau di belakang retina dan/ atau tidak terletak pada satu titik
fokus. Kelainan refraksi dapat diakibatkan terjadinya kelainan kelengkungan
kornea dan lensa, perubahan indeks bias, dan kelainan panjang sumbu bola mata.(1)

Salah satu jenis kelainan refraksi, yaitu miopia. Miopia adalah suatu
kelainan refraksi di mana sinar cahaya paralel yang memasuki mata secara
keseluruhan dibawa menuju fokus di depan retina. Miopia, yang umum disebut
sebagai kabur jauh (nearsightedness), merupakan salah satu dari lima besar
penyebab kebutaan di seluruh dunia. Dikatakan bahwa pada penderita miopia,
tekanan intraokular mempunyai keterkaitan yang cenderung meninggi pada
tingkat keparahan miopia.(1)

Prevalensi miopia bervariasi berdasar negara dan kelompok etnis, hingga


mencapai 70-90% di beberapa negara Asia. Di Jepang diperkirakan lebih dari satu
juta penduduk mengalami gangguan penglihatan yang terkait dengan miopia
tinggi. Berdasar bukti epidemiologis, prevalensi miopia terus meningkat
khususnya pada penduduk Asia. Selain pengaruh gangguan penglihatan, juga
membebani secara ekonomi. Sebagai contoh di Amerika Serikat, biaya terapi
miopia mencapai sekitar 250 juta per tahun.(2)

5
Miopia dapat menjadi masalah serius jika tidak cepat ditanggulangi. Oleh
karena itu pengetahuan mengenai myopia sangat diperlukan untuk pemeriksaan
dan penatalksanaan miopia secara dini.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.3. Definisi Miopia

Miopia adalah anomali refraksi pada mata dimana bayangan difokuskan di


depan retina, ketika mata tidak dalam kondisi berakomodasi. Ini juga dapat
dijelaskan pada kondisi refraktif dimana cahaya yang sejajar dari suatu objek yang
masuk pada mata akan jatuh di depan retina, tanpa akomodasi. Miopia berasal dari
bahasa Yunani “muopia” yang memiliki arti menutup mata. Miopia merupakan
manifestasi kabur bila melihat jauh, istilah populernya adalah “nearsightedness” .
(4)

7
Gambar 2.1.Penglihatan Normal dan Penglihatan Miopia

2.4. Epidemiologi

Diperkirakan bahwa 2,3 miliar orang di seluruh dunia mengalami kelainan


refraksi. Sebagian besar memiliki kelainan refraksi yang dapat dikoreksi dengan
kacamata, tetapi hanya 1,8 miliar orang yang melakukan pemeriksaan dan koreksi
yang terjangkau. Saat ini, myopia masih menjadi masalah kesehatan masyarakat
yang utama terutama di negara negara Asia, seperti Taiwan, Jepang, Hongkong
dan Singapura. Prevalensi dari miopia dipengaruhi oleh usia dan beberapa faktor
lain. Angka kejadian ini meningkat pada usia sekolah dan dewasa muda, dimana
pada remaja diketahui memiliki prevalensi 20-25%. Sedangkan pada dewasa
muda memiliki prevalensi 25-35%. Beberapa penelitian juga menyatakan bahwa
wanita secara signifikan memiliki risiko lebih tinggi untuk terjadinya miopia
dibandingkan pria.(5)

2.5. Etiologi

Menurut Ilyas (2006) miopia disebabkan karena terlalu kuat pembiasan


sinar di dalam mata untuk panjangnya bola mata akibat :
1. Kornea terlalu cembung
2. Lensa mempunyai kecembungan yang kuat sehingga bayangan dibiaskan kuat
3. Bola mata terlalu panjang
Secara fisiologis sinar yang difokuskan pada retina terlalu kuat sehingga
membentuk bayangan kabur atau tidak tegas pada makula lutea. Titik fokus sinar
yang datang dari benda yang jauh terletak di depan retina. Titik jauh (pungtum
(5).
remotum) terletak lebih dekat atau sinar datang tidak sejajar Etiologi miopia
masih belum diketahui secara pasti. Namun miopia diduga berasal dari faktor
genetik dan faktor lingkungan.

2.6. Klasifikasi

Menurut Ilyas (2009) dikenal beberapa bentuk miopia seperti :

8
a. Miopia refraktif, bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti terjadi
pada katarak intumessen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga
pembiasan lebih kuat. Sama dengan miopia bias atau myopia indeks, miopia
yang terjadi akibat pembiasan media penglihatan kornea dan lensa yang terlalu
kuat.
b. Miopia aksial, miopia akibat panjangnya sumbu bola mata, dengan
kelengkungan kornea dan lensa yang normal.

Menurut derajat beratnya miopia dibagi dalam :


a. Miopia ringan, dimana miopia kecil daripada 1 -3 dioptri
b. Miopia sedang, dimana miopia lebih antara 3 -6 dioptri
c. Miopia berat atau tinggi, dimana miopia lebih besar dari 6 dioptri

Menurut perjalanan miopia dikenal bentuk :


a. Miopia stasioner, miopia yang menetap setelah dewasa
b. Miopia progresif, miopia yang bertamb ah terus pada usia dewasa akibat
bertambah panjangnya bola mata
c. Miopia maligna, miopia yang berjalan progresif, yang dapat mengakibatkan
ablasi retina dan kebutaan atau sama dengan myopia pernisiosa = miopia maligna
= miopia degeneratif.

Menurut American Optometric Association, miopia terbagi dalam:

9
Tabel 2.2. Sistem klasifikasi Miopia

2.7. Faktor Risiko

Terdapat dua pendapat yang menerangkan faktor risiko terjadinya miopia,


yaitu berhubungan dengan faktor herediter atau keturunan, faktor lingkungan, dan
gizi (6).

2.7.1. Faktor Herediter atau Keturunan

Faktor risiko terpenting pada pengembangan miopia sederhana adalah


riwayat keluarga miopia. Beberapa penelitian menunjukan 33 -60% prevalensi
myopia pada anak-anak yang kedua orang tuanya memiliki miopia, sedangkan
pada anak -anak yang salah satu orang tuanya memiliki miopia, prevalensinya
adalah 23-40%. Kebanyakan penelitian menemukan bahwa ketika orang tua tidak
memiliki miopia, hanya 6-15% anak-anak yang memiliki miopia.

2.7.2. Faktor Lingkungan

Tingginya angka kejadian miopia pada beberapa pekerjaan telah banyak


dibuktikan sebagai akibat dari pengaruh lingkungan terhadap terjadinya miopia.
Hal ini telah ditemukan, misalnya terdapat tingginya angka kejadian serta angka
perkembangan miopia pada sekelompok orang yang menghabiskan banyak waktu
untuk bekerja terutama pada pekerjaan dengan jarak pandang yang dekat secara
intensive. Beberapa pekerjaan telah dibuktikan dapat mempengaruhi terjadinya
miopia termasuk diantaranya peneliti, pembuat karpet, penjahit, guru, manager,
dan pekerjaan-pekerjaan lain.
Seiring dengan kemajuan teknologi dan telekomunikasi seperti televisi,
komputer, video game dan lain -lain, secara langsung maupun tidak langsung
akan meningkatkan aktivitas melihat dekat.
Konsumsi sayuran dan buah juga dapat mempengaruhi terjadinya miopia.
Adapun sayuran dan buah yang diketahui mempengaruhi, yaitu wortel, pisang,
pepaya, jeruk, buah merica dan cabai. Hal ini dikarenakan pada sayuran dan buah
tersebut memiliki kandungan beta karoten yang tinggi, yang nantinya akan
dikonversikan menjadi vitamin A (retinol) untuk tubuh.

10
2.8. Gejala dan Tanda

2.8.1. Gejala Klinis

Gejala klinis pada miopia antara lain adalah :


1. Menurunnya penglihatan bahkan dengan koreksi refraksi
2. Penderita merasa tidak nyaman ketika menggunakan lensa koreksi, dimana
kacamata untuk miopia tinggi biasanya berat dengan distorsi yang bermakna di
tepi lensa, lapang pandangan juga terbatas
3. Dijumpai degenerasi vitreus, dimana vitreus ini lebih cair dan mempunyai
prevalensi yang tinggi untuk pelepasan vitreus posterior (PVD)

2.8.2. Tanda-tanda

1. Status refraksi
Curtin melaporkan bahwa 55% penderita miopia kongenital akan
berkembang menjadi miopia progresif, 30% tetap stabil dan 15% akan menjadi
regresif. Francois dan Goes menunjukan bahwa semakin awal onsetnya semakin
besar pula progresivitasnya.
2. Status okulomotor
Banyak penderita dengan miopia patologi mengalami strabismus atau
nistagmus. Nistagmus biasanya menetap walaupun dilakukan koreksi kesalahan
refraksinya.
3. Segmen anterior
Pada sebagian besar penderita, mata akan menjadi lebih besar, kornea akan
lebih datar dan tipis, pupil akan mengalami dilatasi, bilik mata depan akan lebih
dalam. Banyak penderita akan mengalami sklera yang transfusen dan tampak biru.
Badan siliaris biasanya terletak lebih posterior, lebih panjang, datar dan atrofi.
4. Lensa
Prevalensi katarak pada miopia adalah dua kali lipat dari populasi normal,
dan terjadi pada usia-usia awal, umumnya nuklear a tau subkapsuler.
5. Vitreus

11
Vitreus mengalami degenerasi dan pencairan. Semakin tua penderita,
semakin tinggi derajat miopia, semakin besar derajat keparahan degenerasi
vitreus. Degenerasi vitreus ini menghasilkan filamen -filamen vitreus yang
tampak sebagai vitreus floaters. Pencairan vitreus menyebabkan terjadinya
posterior vitreus detachment (PVD). Perubahan-perubahan pada vitreus ini
meningkatkan prevalensi terjadinya retinal tears, retinal haemorrhages, retinal
detachment. Kelainan-kelainan ini sering terjadi di area supero temporal retina.
6. Perubahan pada diskus optikus
Ukuran dan bentuk diskus optikus meningkat, menjadi lebih besar dan
bentuknya oval vertikal. Rasio mangkok pada diskus (CD ratio) meningkat, tapi
kedalamannya normal. Terdapat tarikan pada permukaan nervus optikus nasal
sehingga akan mengangkat bagian -bagian nasal dari diskus optikus. Perubahan
ini disebut supertraksinasal.

7. Perubahan pada retina perifer


Elemen-elemen retina mengalami proses peregangan dan menurut suplai
darah, arteri vena retina. Tampak lebih lurus, retina akan mengalami penipisan.
Epitel pigmen retina, akan mengalami penipisan, pigmen -pigmen menggumpal
dan bergerak ke innerlayer retina. Semua perubahan tersebut disebut lattice
degeneration.

8. Sklera
Karena sklera tidak memberikan dukungan yang memadai bagi bola mata
pada miopia, mata memanjang kearah posterior dan semua lapisan bola mata pada
kutub posterior mengalami perubahan degeneratif yang semakin bertambah
seiring berjalannya waktu, salah satu yang terjadi adalah staf iloma posterior. Ini
biasanya berkembang antara usia 9 sampai dengan 26 tahun.

9. Koroid
Perubahan pada koroid terutama terjadi pada fase lanjut. Proses yang pasti
dari degenerasi dan atrofi koroid masih belum diketahui, tetapi hal ini terkait
dengan pemanjangan aksial mata.

12
10. Perubahan pada area makula
Terdapat penipisan pada retina, kehilangan sel -sel rods dan sel-sel cones
serta area makula lebih datar. Terjadi degenerasi kistik serta atrofi. Perubahan
yang sering terjadi pada area makula adalah bintik Fuch s, bintik ini merupakan
degenerasi terlokalisir, terkait dengan pertumbuhan jaringan neovaskuler koroid
menjadi ruang epitel pigmen subretina dan proliferasi epithelium pigmen retina
pada jaringan. Pemunculan bintik biasanya terkait dengan pendarahan dari
jaringan neovaskuler (Widodo dan Prillia, 2007).

2.8. Diagnosis dan Pemeriksaan

2.8.1. Diagnosis

Untuk menegakan diagnosa pada pasien miopia, dapat dilakukan melalui 3


tahap, yaitu: Riwayat pasien, Pemeriksaan klinis dan Pemeriksaan tambahan.
Riwayat pasien
Komponen utama dari riwayat pasien yaitu identifikasi masalah dan
keluhan-keluhan utama seperti keluhan visual, okular, dan riwayat kesehatan
umum pasien, riwayat keluarga dan perkembangan, dan alergi obat -obatan.

- Miopia sederhana
Gejala yang terdapat pada miopia sederhana yaitu penglihatan yang tidak
jelas atau kabur. Dalam hal ini pemeriksa harus menanyakan apakah penglihatan
yang tidak jelas tersebut menetap atau hanya sementara. Klinisi harus menyadari
bahwa pada miopia pada anak-anak sulit didiagnosa karena anak-anak sulit
menyampaikan penglihatan yang kabur.

- Miopia nokturnal
Gejala utama pada miopia nokturnal adalah penglihatan kabur pada jarak
yang jauh dengan pencahayaan yang redup. Pasien mungkin mengeluhkan sulit
untuk melihat rambu-rambu lalu lintas saat berkendara pada malam hari.

- Pseudomiopia

13
Pandangan kabur yang bersifat sementara, terutama setelah bekerja dalam
jarak dekat, mungkin di indikasikan adanya daya akomodasi yang tidak adekuat
atau pseudomiopia.

- Miopia degeneratif
Dalam miopia degeneratif, didapati pandangan kabur yang dipengaruhi
oleh jarak karena derajat miopia biasanya signifikan. Pasien harus menahan
“nearpoint-objects” sangat dekat dengan mata, karena myopia yang tidak
terkoreksi.

- Miopia yang didapat


Pasien dengan miopia yang didapat juga melaporkan pandangan kabur.
Gejala lain yang mungkin dikeluhkan oleh pasien tergantung pada penyebab
terjadinya miopia tersebut. Misalnya, pupil yang konstriksi ketika penyebab dari
miopia didapat adalah terpapar oleh agen agonis kolinergik (American Optometric
Association, 2006).

2.8.2. Pemeriksaan Kelainan Refraksi

Dalam melakukan pemeriksaan refraksi ada 2 cara, yaitu :


1. Refraksi subjektif
Memeriksa kelainan pembiasan mata pasien dengan memperlihatkan kartu
optotipi Snellen dan memasang lensa yang sesuai dengan hasil pemeriksaan
bersama pasien.
2. Refraksi Objektif
Melakukan pemeriksaan kelainan pembiasan mata pasien dengan alat
tertentu tanpa perlunya kerjasama dengan pasien.
Pemeriksaan objektif dipakai alat :
 Refrationometer apa yang disebut pemeriksaan dengan komputer
 Streak retinoskopi

14
- Pemeriksaan refraksi subjektif
Pada pemeriksaan subjektif diperlukan hubungan atau komunikasi yang
baik antara pemeriksa dengan pasien. Dalam pemeriksaan ini, optotype diletakan
sejauh 5 atau 6 pasien yang akan diperiksa karena pada jarak 5 meter sinar –sinar
datang dianggap merupakan sinar sejajar dan pasien yang diperiksa matanya
dalam keadaan istirahat atau tidak berakomodasi. Keadaan penerangan dalam
ruang pemeriksaan tidak terlalu cerah. Dilihat kontra s kartu Snellen cukup baik.
Mata yang biasa diperiksa terlebih dahulu adalah mata kanan.
a. Letakkan bingkai uji coba ( trial frame) pada posisi yang tepat
b. Dilihat apakah titik tengah terletak tepat di depan mata
c. Pasang penutup (occluder) pada mata yang tidak diperiksa (mata kiri)
d. Catat tajam penglihatan mata yang dibuka
Untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan khusus untuk miopia.
Pada mata miopia dilakukan pemeriksaan berikut :
1. Bila penglihatan kurang dari 6/6 diletakan lensa pada bagian kacamata coba
dengan kekuatan S +0,5 atau S -0,5.
2. Ditanyakan dengan lensa mana yang terlihat lebih jelas. Tajam penglihatan
dapat lebih kurang dari 6/10 sehingga penambahan lensa diberikan yang lebih
berat.
3. Penambahan lensa lanjut, bila lebih terang de ngan lensa S - 0,5 maka
pemeriksaan selanjutnya dilakukan dengan lensa S – yang dinaikan perlahan
sehingga terdapat penglihatan yang paling jelas.
4. Lensa ditambahkan perlahan sampai tajam penglihatan maksimal.

Resep kaca mata yang diberikan adalah lensa negatif yang paling tidak berat.

Pemeriksaan miopia pada anak diperlukan rujukan berikut :


1. Pemeriksaan dengan sikloplegik harus dilakukan pada pemeriksaan mata
anak, anak dengan juling esotropia dan miopia sangat tinggi (>10 D).
2. Koreksi sebaiknya dilakukan se cara total pada kelainan refraksi dan

15
astigmatismatnya.
3. Rencana koreksi kurang (under correction) pada miopia dengan juling ke
dalam atau esotropia untuk mengurangi esotropia sudut tidaklah begitu
ditoleransi.
4. Koreksi lebih (over correction) dapat dilakukan untuk memperbaiki
deviasi juling ke dalam (esotropia).
5. Pada anak dengan miopia tinggi dan anisometropia yang mengakibatkan
aniseikonia dapat dipertimbangkan (Ilyas, 2006).

Pemeriksaan Tambahan

Pemeriksaan tambahan dapat dibutuhkan untuk mengidentifikasi kondisi


yang berkaitan dengan perubahan retina pada pasien dengan miopia degeneratif.
Pemeriksaan tambahan tersebut dapat berupa : Fotografi fundus, Ultrasonografi
A- dan B-scan, Lapangan pandang, Tes seperti gula darah puasa (misalnya untuk
mengidentifikasi penyebab dari miopia yang didapat) (American Optometric
Association, 2006).

2.1.8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan miopia terdiri dari :
i. Koreksi refraksi
Langkah pertama yang dilakukan adalah koreksi dengan lensa oftalmik atau lensa
kontak.
ii. Modifikasi lingkungan
Beberapa penelitian mendukung efektivitas diet dalam pengelolaan
miopia, dianjurkan pada penderita miopia yang terpapar secara genetic untuk
meningkatkan konsumsi protein hewani, mengurangi karbohidrat dan gula. Duke
Elder menyarankan diet kay a vitamin D dan kalsium untuk penderita miopia ini.
Aktivitas yang dianjurkan adalah olahraga luar ruang misalnya jogging, namun
aktivitas lain yang cenderung meningkatkan tekanan intra kranial dan stress
sebaiknya dihindari, misal angkat berat.

16
iii. Tindakan operatif
Tindakan operatif kornea tidak disarankan pada penderita miopia patologi,
misal tindakan LASIK, namun implantasi IOL merupakan tindakan bedah
refraksi yang disarankan.
iv. Fotokoagulasi laser
Bila terdapat choroidal neovascularization membran dilakukan argon laser
photokoagulasi, tetapi harap dipertimbangkan bahwa pada miopia patologi ini
terdapat pemanjangan dan peregangan bola mata sehingga sikatrik yang
diakibatkan oleh laser akan menambah peregangan bola mata
tersebut.
v. Pengawasan Tekanan Intra Okuler (TIO)
Tekanan intra okuler (TIO) harus dipantau secara cermat. Curtin
melaporkan bahwa TIO ini berperan secara mekanik dalam pemanjangan aksial
bola mata. Black merekomendasikan bahwa TIO dibawah 20 mmHg
vi. Pendidikan penderita
Penderita dengan miopia patologi cenderung mengalami koroid yang tipis
dan rapuh sehingga trauma pada mata atau bahkan gosokan keras pada membran
Bruch dan mengakibatkan perdarahan. Penderita harus disarankan untuk
memeriksakan mata jika mengalami kilatan cahaya terang, berbentuk seperti
busur atau peningkatan jumlah floaters. Faktor pendidikan penderita lainnya
adalah konseling genetik. Penderita dengan miopia memiliki kemungkinan yang
lebih besar untuk memiliki anak dengan miopia pula. Jika kedua orang tua
menderita miopia terdapat kemungkinan yang lebih besar anak -anaknya akan
menderita myopia (8).

2.9. Prognosis dan Komplikasi

2.1.9.1. Prognosis

Prognosis untuk koreksi miopia sederhana sangat baik. Pasien memiliki


lapangan pandang yang lebih jauh dengan koreksi. Bergantung dengan derajat
miopia, astigmatismat, anisometropia, dan daya akomodasi pasien, pasien
memiliki kemungkinan untuk dapat melihat dengan jarak dekat ataupun tidak
melalui koreksi mata. Anak-anak dengan miopia sederhana harus diperiksa secara

17
berkala. Anak-anak dengan derajat perkembangan miopia yang tinggi harus
diperiksa 6 bulan sekali. Orang dewasa yang memiliki miopia harus diperiksa
setidaknya setiap 2 tahun sekali. Kontrol harus dilakukan lebih sering apabila
pasien memiliki faktor risiko yang lebih besar. Pasien dengan miopia nocturnal
harus diperiksa 3-4 minggu setelah menerima koreksi untuk daya lihat pada
malam hari, untuk memeriksa apakah koreksi tersebut telah menghilangkan
gejala-gejala sulit melihat saat gelap dan kesulitan berken dara pada malam hari.
Prognosis pada miopia nokturnal adalah baik. Prognosis untuk
pseudomiopia biasanya baik tapi biasanya waktu yang dibutuhkan untuk koreksi
lebih lama. Prognosis pada pasien dengan miopia degeneratif bervariasi
tergantung pada perubahan retina dan okuler. Pada kasus miopia didapat, baik
prognosis maupun pemeriksaan berkala dilakukan berdasarkan ada atau tidaknya
kondisi yang menjadi pemicu terjadinya miopia (9).

2.9.2. Komplikasi

Komplikasi yang timbul pada miopia adalah akibat dari proses degenerasi,
yaitu :

a) Floaters
Kekeruhan badan kaca yang disebabkan proses pengenceran dan
organisasi, sehingga menimbulkan bayangan pada penglihatan.
b) Skotoma
Defek pada lapang-pandangan yang diakibatkan oleh atrofi retina.
c) Trombosis koroid dan perdarahan koroid
Sering terjadi pada obliterasi dini pembuluh darah kecil. Biasanya terjadi
di daerah sentral, sehingga timbul jaringan parut yang mengakibatkan penurunan
tajam penglihatan.
d) Ablasio retina
Merupakan komplikasi yang tersering. Biasanya disebabkan karena
didahului dengan timbulnya hole pada daerah perifer retina akibat proses -
proses degenerasi di daerah ini.
e) Glaukoma sederhana

18
Komplikasi ini merupakan akibat atrofi menyeluruh dari koroid.
f) Katarak
Merupakan komplikasi selanjutnya dari miopia degeneratif, terjadi setelah
usia 40 tahun. Biasanya adalah tipe pole posterior. Sering dihubungkan pula
dengan adanya degenerasi koroid (9)

BAB III
KESIMPULAN

Miopia adalah anomali refraksi pada mata dimana bayangan difokuskan di

depan retina, ketika mata tidak dalam kondisi berakomodasi. Miopia dapat

diakibatkan terjadinya perubahan indeks bias dan kelainan panjang sumbu bola

mata.

Miopia dapat dengan mudah dideteksi, diobati dan dievaluasi dengan

pemberian kaca mata. Namun demikian miopia menjadi masalah serius jika tidak

19
cepat ditanggulangi. Oleh karena itu setiap pasien wajib dilakukan pemeriksaan

visus sebagai bagian dari pemeriksaan fisik mata umum.

DAFTAR PUSTAKA

1. American Academy of Ophthalmology. 2009. Basic Clinical Science and


Course 2005-2006. New York: American Academy of Ophthalmology;

2. Charman, N, 2011, Myopia: Its Prevalence, Origins, and Control, Ophthalmic


and Physiological Optics, 31: 3–6. doi: 10.1111/j.1475-1313.2010.00808.x

3. Guyton, A.C, 2007, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Jakarta: EGC

4. Curtin, B.J, 2012, The Myopia, The Philadelphia Harper & Row: pp 348

5. Ilyas, S, 2006, Kelainan Refraksi dan Kacamata, Jakarta: Balai Penerbit FKUI

20
6. Ilyas, S, 2009, Ilmu Penyakit Mata, Jakarta: Balai Penerbit FKUI

7. Sloane, A.E, 2008, Manual of Refraction, USA: Brown and Company, pp 39-
47

8. Woo, W, Lim, K, Yang, H, 2004, Refractive Errors in Medical Students in


Singapore, Medical Journal Vol 45(10):470
www.sma.org.sg/smj/4510/4510al.pdf>

9. Vaughan, D, Asbury, T, 2009, Oftalmologi Umum, Jakarta: EGC

21

Anda mungkin juga menyukai