MIOPIA
Pembimbing:
dr. R. Adri Subandiro, Sp.M
Penyusun:
Hesti Pratiwi
030.11.132
1
LEMBAR PENGESAHAN
MIOPIA
Disusun oleh:
Mengetahui,
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,
rahmat, serta perlindungannya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan referat ini
dengan baik..
Penyusun menyadari bahwa dalam proses penyusunan referat ini banyak
mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai
pihak dan berkah dari TuhanYang Maha Esa sehingga kendala-kendala yang
dihadapi tersebut dapat diatasi. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada :
1. dr. R. Adri S, Sp.M sebagai pembimbing yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk meminta ilmu dan menjalani
Kepaniteraan Klinik Ilmu Mata di RSUD dr. Soeselo, Slawi.
3
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................4
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................6
BAB 3 KESIMPULAN..............................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................31
4
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu jenis kelainan refraksi, yaitu miopia. Miopia adalah suatu
kelainan refraksi di mana sinar cahaya paralel yang memasuki mata secara
keseluruhan dibawa menuju fokus di depan retina. Miopia, yang umum disebut
sebagai kabur jauh (nearsightedness), merupakan salah satu dari lima besar
penyebab kebutaan di seluruh dunia. Dikatakan bahwa pada penderita miopia,
tekanan intraokular mempunyai keterkaitan yang cenderung meninggi pada
tingkat keparahan miopia.(1)
5
Miopia dapat menjadi masalah serius jika tidak cepat ditanggulangi. Oleh
karena itu pengetahuan mengenai myopia sangat diperlukan untuk pemeriksaan
dan penatalksanaan miopia secara dini.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
Gambar 2.1.Penglihatan Normal dan Penglihatan Miopia
2.4. Epidemiologi
2.5. Etiologi
2.6. Klasifikasi
8
a. Miopia refraktif, bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti terjadi
pada katarak intumessen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga
pembiasan lebih kuat. Sama dengan miopia bias atau myopia indeks, miopia
yang terjadi akibat pembiasan media penglihatan kornea dan lensa yang terlalu
kuat.
b. Miopia aksial, miopia akibat panjangnya sumbu bola mata, dengan
kelengkungan kornea dan lensa yang normal.
9
Tabel 2.2. Sistem klasifikasi Miopia
10
2.8. Gejala dan Tanda
2.8.2. Tanda-tanda
1. Status refraksi
Curtin melaporkan bahwa 55% penderita miopia kongenital akan
berkembang menjadi miopia progresif, 30% tetap stabil dan 15% akan menjadi
regresif. Francois dan Goes menunjukan bahwa semakin awal onsetnya semakin
besar pula progresivitasnya.
2. Status okulomotor
Banyak penderita dengan miopia patologi mengalami strabismus atau
nistagmus. Nistagmus biasanya menetap walaupun dilakukan koreksi kesalahan
refraksinya.
3. Segmen anterior
Pada sebagian besar penderita, mata akan menjadi lebih besar, kornea akan
lebih datar dan tipis, pupil akan mengalami dilatasi, bilik mata depan akan lebih
dalam. Banyak penderita akan mengalami sklera yang transfusen dan tampak biru.
Badan siliaris biasanya terletak lebih posterior, lebih panjang, datar dan atrofi.
4. Lensa
Prevalensi katarak pada miopia adalah dua kali lipat dari populasi normal,
dan terjadi pada usia-usia awal, umumnya nuklear a tau subkapsuler.
5. Vitreus
11
Vitreus mengalami degenerasi dan pencairan. Semakin tua penderita,
semakin tinggi derajat miopia, semakin besar derajat keparahan degenerasi
vitreus. Degenerasi vitreus ini menghasilkan filamen -filamen vitreus yang
tampak sebagai vitreus floaters. Pencairan vitreus menyebabkan terjadinya
posterior vitreus detachment (PVD). Perubahan-perubahan pada vitreus ini
meningkatkan prevalensi terjadinya retinal tears, retinal haemorrhages, retinal
detachment. Kelainan-kelainan ini sering terjadi di area supero temporal retina.
6. Perubahan pada diskus optikus
Ukuran dan bentuk diskus optikus meningkat, menjadi lebih besar dan
bentuknya oval vertikal. Rasio mangkok pada diskus (CD ratio) meningkat, tapi
kedalamannya normal. Terdapat tarikan pada permukaan nervus optikus nasal
sehingga akan mengangkat bagian -bagian nasal dari diskus optikus. Perubahan
ini disebut supertraksinasal.
8. Sklera
Karena sklera tidak memberikan dukungan yang memadai bagi bola mata
pada miopia, mata memanjang kearah posterior dan semua lapisan bola mata pada
kutub posterior mengalami perubahan degeneratif yang semakin bertambah
seiring berjalannya waktu, salah satu yang terjadi adalah staf iloma posterior. Ini
biasanya berkembang antara usia 9 sampai dengan 26 tahun.
9. Koroid
Perubahan pada koroid terutama terjadi pada fase lanjut. Proses yang pasti
dari degenerasi dan atrofi koroid masih belum diketahui, tetapi hal ini terkait
dengan pemanjangan aksial mata.
12
10. Perubahan pada area makula
Terdapat penipisan pada retina, kehilangan sel -sel rods dan sel-sel cones
serta area makula lebih datar. Terjadi degenerasi kistik serta atrofi. Perubahan
yang sering terjadi pada area makula adalah bintik Fuch s, bintik ini merupakan
degenerasi terlokalisir, terkait dengan pertumbuhan jaringan neovaskuler koroid
menjadi ruang epitel pigmen subretina dan proliferasi epithelium pigmen retina
pada jaringan. Pemunculan bintik biasanya terkait dengan pendarahan dari
jaringan neovaskuler (Widodo dan Prillia, 2007).
2.8.1. Diagnosis
- Miopia sederhana
Gejala yang terdapat pada miopia sederhana yaitu penglihatan yang tidak
jelas atau kabur. Dalam hal ini pemeriksa harus menanyakan apakah penglihatan
yang tidak jelas tersebut menetap atau hanya sementara. Klinisi harus menyadari
bahwa pada miopia pada anak-anak sulit didiagnosa karena anak-anak sulit
menyampaikan penglihatan yang kabur.
- Miopia nokturnal
Gejala utama pada miopia nokturnal adalah penglihatan kabur pada jarak
yang jauh dengan pencahayaan yang redup. Pasien mungkin mengeluhkan sulit
untuk melihat rambu-rambu lalu lintas saat berkendara pada malam hari.
- Pseudomiopia
13
Pandangan kabur yang bersifat sementara, terutama setelah bekerja dalam
jarak dekat, mungkin di indikasikan adanya daya akomodasi yang tidak adekuat
atau pseudomiopia.
- Miopia degeneratif
Dalam miopia degeneratif, didapati pandangan kabur yang dipengaruhi
oleh jarak karena derajat miopia biasanya signifikan. Pasien harus menahan
“nearpoint-objects” sangat dekat dengan mata, karena myopia yang tidak
terkoreksi.
14
- Pemeriksaan refraksi subjektif
Pada pemeriksaan subjektif diperlukan hubungan atau komunikasi yang
baik antara pemeriksa dengan pasien. Dalam pemeriksaan ini, optotype diletakan
sejauh 5 atau 6 pasien yang akan diperiksa karena pada jarak 5 meter sinar –sinar
datang dianggap merupakan sinar sejajar dan pasien yang diperiksa matanya
dalam keadaan istirahat atau tidak berakomodasi. Keadaan penerangan dalam
ruang pemeriksaan tidak terlalu cerah. Dilihat kontra s kartu Snellen cukup baik.
Mata yang biasa diperiksa terlebih dahulu adalah mata kanan.
a. Letakkan bingkai uji coba ( trial frame) pada posisi yang tepat
b. Dilihat apakah titik tengah terletak tepat di depan mata
c. Pasang penutup (occluder) pada mata yang tidak diperiksa (mata kiri)
d. Catat tajam penglihatan mata yang dibuka
Untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan khusus untuk miopia.
Pada mata miopia dilakukan pemeriksaan berikut :
1. Bila penglihatan kurang dari 6/6 diletakan lensa pada bagian kacamata coba
dengan kekuatan S +0,5 atau S -0,5.
2. Ditanyakan dengan lensa mana yang terlihat lebih jelas. Tajam penglihatan
dapat lebih kurang dari 6/10 sehingga penambahan lensa diberikan yang lebih
berat.
3. Penambahan lensa lanjut, bila lebih terang de ngan lensa S - 0,5 maka
pemeriksaan selanjutnya dilakukan dengan lensa S – yang dinaikan perlahan
sehingga terdapat penglihatan yang paling jelas.
4. Lensa ditambahkan perlahan sampai tajam penglihatan maksimal.
Resep kaca mata yang diberikan adalah lensa negatif yang paling tidak berat.
15
astigmatismatnya.
3. Rencana koreksi kurang (under correction) pada miopia dengan juling ke
dalam atau esotropia untuk mengurangi esotropia sudut tidaklah begitu
ditoleransi.
4. Koreksi lebih (over correction) dapat dilakukan untuk memperbaiki
deviasi juling ke dalam (esotropia).
5. Pada anak dengan miopia tinggi dan anisometropia yang mengakibatkan
aniseikonia dapat dipertimbangkan (Ilyas, 2006).
Pemeriksaan Tambahan
2.1.8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan miopia terdiri dari :
i. Koreksi refraksi
Langkah pertama yang dilakukan adalah koreksi dengan lensa oftalmik atau lensa
kontak.
ii. Modifikasi lingkungan
Beberapa penelitian mendukung efektivitas diet dalam pengelolaan
miopia, dianjurkan pada penderita miopia yang terpapar secara genetic untuk
meningkatkan konsumsi protein hewani, mengurangi karbohidrat dan gula. Duke
Elder menyarankan diet kay a vitamin D dan kalsium untuk penderita miopia ini.
Aktivitas yang dianjurkan adalah olahraga luar ruang misalnya jogging, namun
aktivitas lain yang cenderung meningkatkan tekanan intra kranial dan stress
sebaiknya dihindari, misal angkat berat.
16
iii. Tindakan operatif
Tindakan operatif kornea tidak disarankan pada penderita miopia patologi,
misal tindakan LASIK, namun implantasi IOL merupakan tindakan bedah
refraksi yang disarankan.
iv. Fotokoagulasi laser
Bila terdapat choroidal neovascularization membran dilakukan argon laser
photokoagulasi, tetapi harap dipertimbangkan bahwa pada miopia patologi ini
terdapat pemanjangan dan peregangan bola mata sehingga sikatrik yang
diakibatkan oleh laser akan menambah peregangan bola mata
tersebut.
v. Pengawasan Tekanan Intra Okuler (TIO)
Tekanan intra okuler (TIO) harus dipantau secara cermat. Curtin
melaporkan bahwa TIO ini berperan secara mekanik dalam pemanjangan aksial
bola mata. Black merekomendasikan bahwa TIO dibawah 20 mmHg
vi. Pendidikan penderita
Penderita dengan miopia patologi cenderung mengalami koroid yang tipis
dan rapuh sehingga trauma pada mata atau bahkan gosokan keras pada membran
Bruch dan mengakibatkan perdarahan. Penderita harus disarankan untuk
memeriksakan mata jika mengalami kilatan cahaya terang, berbentuk seperti
busur atau peningkatan jumlah floaters. Faktor pendidikan penderita lainnya
adalah konseling genetik. Penderita dengan miopia memiliki kemungkinan yang
lebih besar untuk memiliki anak dengan miopia pula. Jika kedua orang tua
menderita miopia terdapat kemungkinan yang lebih besar anak -anaknya akan
menderita myopia (8).
2.1.9.1. Prognosis
17
berkala. Anak-anak dengan derajat perkembangan miopia yang tinggi harus
diperiksa 6 bulan sekali. Orang dewasa yang memiliki miopia harus diperiksa
setidaknya setiap 2 tahun sekali. Kontrol harus dilakukan lebih sering apabila
pasien memiliki faktor risiko yang lebih besar. Pasien dengan miopia nocturnal
harus diperiksa 3-4 minggu setelah menerima koreksi untuk daya lihat pada
malam hari, untuk memeriksa apakah koreksi tersebut telah menghilangkan
gejala-gejala sulit melihat saat gelap dan kesulitan berken dara pada malam hari.
Prognosis pada miopia nokturnal adalah baik. Prognosis untuk
pseudomiopia biasanya baik tapi biasanya waktu yang dibutuhkan untuk koreksi
lebih lama. Prognosis pada pasien dengan miopia degeneratif bervariasi
tergantung pada perubahan retina dan okuler. Pada kasus miopia didapat, baik
prognosis maupun pemeriksaan berkala dilakukan berdasarkan ada atau tidaknya
kondisi yang menjadi pemicu terjadinya miopia (9).
2.9.2. Komplikasi
Komplikasi yang timbul pada miopia adalah akibat dari proses degenerasi,
yaitu :
a) Floaters
Kekeruhan badan kaca yang disebabkan proses pengenceran dan
organisasi, sehingga menimbulkan bayangan pada penglihatan.
b) Skotoma
Defek pada lapang-pandangan yang diakibatkan oleh atrofi retina.
c) Trombosis koroid dan perdarahan koroid
Sering terjadi pada obliterasi dini pembuluh darah kecil. Biasanya terjadi
di daerah sentral, sehingga timbul jaringan parut yang mengakibatkan penurunan
tajam penglihatan.
d) Ablasio retina
Merupakan komplikasi yang tersering. Biasanya disebabkan karena
didahului dengan timbulnya hole pada daerah perifer retina akibat proses -
proses degenerasi di daerah ini.
e) Glaukoma sederhana
18
Komplikasi ini merupakan akibat atrofi menyeluruh dari koroid.
f) Katarak
Merupakan komplikasi selanjutnya dari miopia degeneratif, terjadi setelah
usia 40 tahun. Biasanya adalah tipe pole posterior. Sering dihubungkan pula
dengan adanya degenerasi koroid (9)
BAB III
KESIMPULAN
depan retina, ketika mata tidak dalam kondisi berakomodasi. Miopia dapat
diakibatkan terjadinya perubahan indeks bias dan kelainan panjang sumbu bola
mata.
pemberian kaca mata. Namun demikian miopia menjadi masalah serius jika tidak
19
cepat ditanggulangi. Oleh karena itu setiap pasien wajib dilakukan pemeriksaan
DAFTAR PUSTAKA
4. Curtin, B.J, 2012, The Myopia, The Philadelphia Harper & Row: pp 348
5. Ilyas, S, 2006, Kelainan Refraksi dan Kacamata, Jakarta: Balai Penerbit FKUI
20
6. Ilyas, S, 2009, Ilmu Penyakit Mata, Jakarta: Balai Penerbit FKUI
7. Sloane, A.E, 2008, Manual of Refraction, USA: Brown and Company, pp 39-
47
21