Anda di halaman 1dari 17

TUGAS BAKTERIOLOGI II

(KLABSIELLA PNEUMONIAE)

DISUSUN OLEH :

NAMA : NURUL AFDHALIYAH NURDIN

NIM : AK.18.021

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI

KENDARI

2019
KATA PENGANTAR

    Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.
    Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
   
    Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ilmiah ini.
   
    Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap teman teman sekalian.

                                                                                Kendari, September 2019

   
                                                                                            Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................i

Daftar Isi.............................................................................................................................ii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................2
1.3 Tujuan dan manfaat.......................................................................................................2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 taksonomi dari klabsiella pneumonia............................................................................5

2.2 pengertian, epidemiologi dan karakteristik klebsiella pneumoniae...............................8

2.3 morfologi bakteri klabsiella Pneumonia........................................................................10

2.4 gejala klinis dari bakteri klabsiella Pneumonia.............................................................11

2.5 penularan dan pengobatan dari klabsiella Pneumonia...................................................12

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan....................................................................................................................13

3.2 Saran..............................................................................................................................14

Daftar Pustaka
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bakteri adalah organisme yang paling banyak jumlahnya dan lebih tersebar luas
dibandingkan makhluk hidup yang lain. bakteri memiliki ratusan ribu spesies yang hidup
di darat hingga lautan dan pada tempat-tempat yang ekstrim.bakteri ada yang
menguntungkan tetapi ada pula yang merugikan. Bakteri memiliki ciri-ciri yang
membedakannya dengan mahluk hidup yang lain. Bakteri adalah organisme uniselluler
dan prokariot serta umumnya tidak memiliki klorofil dan berukuran renik atau
mikroskopik.
Mikroorganisme dapat menyebabkan banyak bahaya kerusakan.hal itu terlihat dari
kemampuannya menginfeksi manusia, hewan, tumbuhan, dan menimbulkan penyakit
yang berkisar dari infeksi ringan sampai kepada kematian.mikroorganisme juga dapat
mencemari makanan, dan menimbulkan perubahan-perubahan kimiawi didalamnya,
membuat makanan tersebut tidak dapat dikomsumsi atau bahkan beracun.
Manusia dan binatang memiliki flora normal yang melimpah dalam tubuhnya
yang penyakit melimpah dalam tubuhnya yang biasanya tidak menyebabkan tetapi
mencapai keseimbangan yang menjamin bakteri dan inang untuk tetap bertahan, tumbuh
dan berpropagasi. Beberapa bakteri penting yang menyebabkan penyakit pada perbenihan
biasanya tumbuh bersama dengan flora normal (misalnya streptococcus pneumoniae,
staphylococcus aureus).ada beberapa bakteria yang sudah jelas patogen (misalnya
salmonella typhi), tapi infeksi tetap belum kelihatan atau subklinis dan inang merupakan
“pembawa” bakteri (brooks, dkk 2005).
Bakteri ini berasal dari family enterobacteriaceae. klebsiella pertama kali diteliti
dan diberi nama oleh bacteriologist jerman yang bernama edwin klebs (1834-1913).
koloni klebsiella besar sangat mukoid dan cenderung besatu bila lama dieramkan..
Penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri ini antara lain adalah bronkopneumoniae
dan pneumonia bakteri gram negatif. hampir semua pneumonia disebabkan oleh bakteri
ini.klebsiella pneumonia terdapat dalam saluran nafasdan feses sekitar 5 % orang normal
dan dapat menyebabkan pneumonia bacterial. Sampai saat ini para ahli masih banyak
melakukan penelitian mengenai obat apa yang cocok untuk menghambat pertumbuhan
bakteri klebsiella pneumoniae ini. Ada artikel yang menerangkan bahwa daya anti
mikroba kombinasi ampisilin dan klorampenikol dapat menghambat pertumbuhan bakteri
penyebab bronkopneumoniae pada anak kecil tersebut. Hal itu dapat dilihat dari nilai
konsentrasi hambat minimal (khm) antibiotic yang digunakan.sampai saat ini belum ada
pengobatan yang spesifik untuk menangani mikroba ini.
Untuk mengetahui spesies bakteri yang menyebabkan penyakit pada manusia
maka dilakukan suatu langkah identifikasi dan isolasi terhadap specimen yang diperoleh
dari tubuh manusia yang didiagnosa terinvasi oleh bakteri. Specimen yang biasa
digunakan sebagai bahan pemeriksaan dapat berupa sputum, faeces,urin, dan sisa-sisa
bahan makanan, eksudat atau pus dari abses,rectal swab,swab amandel dan darah.
Klebsiella pneumoniae merupakan bakteri gram negatif (-), berbentuk batang
pendek, memiliki ukuran 0,5-0,5 x 1,2 µ. Bakteri ini memiliki kapsul, tetapi tidak
membentuk spora. Klebsiella pneumoniae tidak mampu bergerak karena tidak memiliki
flagel tetapi mampu memfermentasikan karbohidrat membentuk asam dan gas.
Berdasarkan kebutuhannya akan oksigen, Klebsiella pneumoniae merupakan
bakteri fakultatif anaerob. Klebsiella pneumoniae dapat memfermentasikan laktosa.
Spesies Klebsiella pneumoniae menunjukkan pertumbuhan mucoid, kapsul polisakarida
yang besar dan tidak motil. Pneumonia menjadi penyebab kematian nomor 6 di Indonesia,
nomor 9 di Brunei, nomor 7 di Malaysia, nomor 3 di Singapura, nomor 6 di Thailand, dan
nomor 3 di Vietnam. WHO menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat
infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut. Secara historis, Klebsiella pneumoniae
digambarkan sebagai agen Friedlander’s pneumoniae, yaitu radang paru-paru berat dari
pneumonia lobar dengan angka kematian yang tinggi. Klebsiella pneumoniae masih
menjadi salah satu penyebab utama pneumonia komunitas di beberapa negara2. Beberapa
jenis Klebsiella pneumoniae dapat diobati dengan antibiotik, khususnya antibiotik yang
mengandung cincin beta-laktam1,2. Antibiotik tersebut, di antaranya adalah meropenem,
kloramfenikol, siprofloksasin, dan ampisilin. Dari hasil penelitian diketahui bahwa
bakteri ini memiliki sensitivitas 98,4% terhadap meropenem, 98,2% terhadap imipenem,
92,5% terhadap kloramfenikol, 80% terhadap siprofloksasin, dan 2% terhadap ampisilin.
Namun, saat ini bakteri ini telah resisten terhadap beberapa antibiotik3. Klebsiella
pneumoniae dapat menghasilkan enzim betalaktamase sehingga dapat menghidrolisis
cincin betalaktam yang terdapat pada antibiotik betalaktam dan menyebabkan resistensi
terhadap antibiotik tersebut. Selain itu, Klebsiella pneumoniae juga memiliki enzim
urease dan enzim sitrat permiase serta enzim ESBL (Extended Spektrum Beta Lactamase)
sehingga menyebabkan resistensi terhadap antibiotik penisilin, sefalosporin, dan
aztreonam. Kapsul polisakarida yang mengelilingi bakteri ini melindungi terhadap aksi
fagositosis dan bakterisidal serum dan dapat dianggap sebagai faktor virulensi terpenting
dari Klebsiella pneumoniae. Klebsiella pneumoniae dapat menyebabkan pneumonia, yang
menyerang jaringan paru-paru (alveoli). Klebsiella pneumoniae yang menyebabkan
penyakit paru-paru memberikan penampakan berupa pembengkakan paru-paru sehingga
lobus kiri dan kanan paru-paru menjadi tidak sama, demam (panas-dingin), batuk-batuk
(bronkhitis), penebalan dinding mukosa dan dahak berdarah. Selain itu, bakteri ini juga
dapat menyebabkan infeksi saluran kemih, dan infeksi nosokomial. Sejauh ini, cara untuk
mencegah penularan penyakit dengan cara menjaga sanitasi dan pola hidup yang baik, di
samping mengonsumsi antibiotik. Klebsiella pneumoniae bisa didapatkan dari sampel
darah, urin, cairan pleura, dan luka untuk pewarnaan Gram. Berbagai metode yang telah
ada dilakukan untuk mendeteksi keberadaan bakteri jenis ini, di antaranya adalah
pewarnaan gram, difusi cakram, PCR, SPC, western blot, kit diagnostic, dan Epsilometer
test.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1. apa saja taksonomi dari klabsiella pneumonia ?


1.2.2  apa pengertian, epidemiologi dan karakteristik klebsiella pneumoniae?
1.2.3 apa morfologi bakteri klabsiella Pneumonia?
1.2.4 apa saja gejala klinis dari bakteri klabsiella Pneumonia?
1.2.5 seperti apa penularan dan pengobatan dari klabsiella Pneumonia ?

1.3  Tujuan dan Manfaat


1.3.1  Mengetahui taksonomi dari klabsiella pneumonia
1.3.2. Mengetahui epidemiologi dan karakteristik klebsiella pneumoniae
1.3.3. Mengetahui morfologi bakteri klabsiella Pneumonia
1.3.4. Mengetahui gejala klinis dari bakteri klabsiella Pneumonia
1.3.5. Mengetahui penularan dan pengobatan dari klabsiella Pneumonia
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Klebsiella Pneumonia

taksonomi dari klebsiella pneumonia :

domain : bacteria

phylum : proteobacteria

class : gamma proteobacteria

ordo : enterobacteriales

family : enterobacteriaceae

genus : klebsiella

species : klebsiella pneumoniae (ramsey, 2011)

Klebsiella merupakan kelompok bakteri gram negatif berbentuk batang, non motil,
koloni besar, sangat mukoid dan cenderung bersatu pada pergerakan yang lama, meragikan
laktosa dan banyak karbohidrat, negatif terhadap tes merah motil

(jawet et al., 2005).

Klebsiella pneumoniae terdapat di selaput lendir hidung, mulut dan usus orang sehat
sebagai flora normal (entjang, 2003). Klebsiella pneumoniae hemoragik pada paru-paru.
Klebsiella pneumoniae kadang-kadang menyebabkan infeksi saluran kemih dan bakteremia
dengan lesi fokal pada pasien yang lemah (jawetz et al., 2005).
Pneumonia yang disebabkan oleh klebsiella pneumoniae, biasanya dimulai dengan
gejala demam akut, malaise (lesu) dan batuk kering. kemudian, batuknya menjadi produktif
menghasilkan sputum berdarah dan purulent (nanah). Bila penyakitnya berlanjut, terjadi
abses, nekrosis jaringan paru, bronkhietas dan fibrosis paru-paru. angka kematian 40-60%
(entjang,

2003).

2.2.pengertian, epidemiologi dan karakteristik klebsiella pneumoniae

Klebsiella pneumonia merupakan bakteri gram negatif berukuran 0,5-0,5x1,2 µ.


merupakan flora normal pada saluran usus dan pernafasan, hidup fakultatif anaerob.
klebsiella pneumonia mempunyai kapsul yang besar sehingga pada kultur koloninya
terlihat sangat mukoid. klebsiella pneumonia menyebabkan infeksi pada paru-paru
misalnya pneumonia, infeksi saluran kemih, dan sepsis pada penderita dengan daya tahan
tubuh yang lemah. (brooks et al., 2005).

Klebsiella pneumoniae merupakan salah satu bakteri gram negatif, aerob,


nonmotil yang berasal dari famili enterobacteriaceae. K.pneumoniae biasa dit emukan
pada saluran pernapasan dan pencernaan manusia, serta dapat ditemukan dalam jumlah
yang lebih banyak di lingkungan rumah sakit. bakteri ini merupakan patogen oportunistik
yang biasanya menyerang pasien – pasien dengan sistem imunitas yang menurun. k.
pneumoniae juga sering dikenal sebagai agen penyebab penyakit pneumonia di
masyarakat (podschun dan ullmann, 2009).

Penyakit–penyakit yang sering disebabkan oleh K.pneumoniae antara lain,


pneumonia, infeksi saluran kemih, dan bakteremia. Penyakit – penyakit tersebut biasanya
ditemukan pada pasien–pasien neonatal, pasien– pasien dengan sistem immun yang
terganggu, dan pasien–pasien yang sedang mendapatkan perawatan intensif di ruang icu
(who, 2014). K.pneumoniae masih menjadi penyebab utama penyakit pneumonia pada
masyarakat di beberapa negara. Di taiwan, dan beberapa negara lainnya juga ditemukan
penyakit pyogenic liver abscess yang disebabkan oleh K. pneumoniae (brisse dkk.,
2009).

K. pneumoniae memiliki bentuk batang dengan panjang ≤ 6 µm dan berdiameter


≤ 10 µm. (lawlor dkk., 2005). Pada tes dekarboksilase lisin dan sitrat, K. pneumoniae
memberikan hasil positif, sedangkan negatif pada tes indol. koloni K. pneumoniae mudah
dibiakkan dengan menggunakan media sederhana (bouillion agar), dengan hasil warna.

Faktor – faktor virulensi yang dimiliki oleh K.pneumoniae antara lain,meliputi


kapsul polisakarida(cps), protein adesin, lipopolisakarida(lps), dan eksotoksin
ekstraselular(siderophores). faktor virulensi merupakan elemen yang digunakan
K.pneumoniae untuk menyebabkan penyakit..

Isolat dari rumah sakit sering menampilkan fenotipe resisten antibiotik, sementara
isolat resisten dan unsur-unsur genetik juga bisa menyebar ke komunitas. Infeksi
nosokomial diseba pathogen sebenarnya, karena kebanyakan mempengaruhi pasien
dengan sistem imun yang lemah. sebaliknya, infeksi komunitas serius karena klebsiella
pneumonia dapat mempengaruhi orang-orang sehat.

Secara historis Klebsiella pneumonia digambarkan sebagai agen friedlander’s


pneumoniae, yaitu radang paru-paru berat dari pneumonia lobar dengan angka kematian
yang tinggi. Klebsiella pneumonia masih salah satu penyebab utama pneumonia
komunitas di beberapa negara (brisse et al., 2009).

Faktor-faktor yang terlibat dalam virulensi dari strain Klebsiella pneumonia


termasuk serotipe kapsuler, lipopolisakarida, sistem ironscavenging, adhesion fimbrial
dan non-fimbrial. Kapsul polisakarida yang mengelilingi Klebsiella pneumonia
melindungi terhadap aksi fagositosis dan bakterisidal serum dan dapat dianggap sebagai
penentu virulensi yang paling penting dari klebsiella pneumonia (brisse et al., 2009).

2.3 morfologi

Bakteri ini termasuk gram negatif, berbentuk panjang atau pendek yang bersifat
fakultatif anaerob. bakteri klebsiella berbentuk basil atau batang , tidak berspora, tidak
bergerak, dan memiliki kapsul.

bakteri ini berukuran 0,5-1,5 × 1-2 mikron. mempunyai selubung yang lebarnya
2-3 kali ukuran kuman. berpasangan atau berderet, tetapi bakteri klebsiella tidak
bergerak(soemarno,2000)

2.4 GEJALA KLINIS


K.pneumoniae dapat menyebabkan pneumonia bacterial. K.pneumoniae banyak
terdapat dalam saluran nafas dan feses sekitar 5 % orang normal. K.pneumoniae dapat
menyebabkan konsolidasi luas disertai nekrosis hemoragik pada paru-paru. Klebsiella
kadang-kadang menyebabkan infeksi saluran kemih dan bakteremia dengan lesi fokal pada
pasien yang lemah. Klebsiella menduduki ranking kedua setelah e.coli untuk infeksi
saluran kemih di orang-orang yang sudah berumur. Klebsiella juga merupakan suatu
opportunistic pathogen untuk pasien dengan penyakit paru-paru kronis dan
rhinoscleroma.Feses adalah salah satu sumber yang paling signifikan dalam hal infeksi
kepada pasien, yang selanjutnya diikuti oleh berhubungan dengan alat-alat yang sudah
terkontaminasi oleh bakteri.penyakit utama yang ditimbulkan oleh bakteri ini adalah
pneumonia. Penumonia adalah inflasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan
pengisian cairan di dalam alveoli. Hal ini terjadi ini terjadi akibat adanya invaksi agen atau
infeksius adalah adanya kondisi yang mengganggu tahanan saluran.

Dengan demikian flora endogen menjadi pathogen ketika memasuki saluran


pernafasan. Pneumonia adalah sebuah penyakit pada paru-paru di mana pulmonary
alveolus (alveoli) yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer menjadi
"inflame" dan terisi oleh cairan. Pneumonia dapat disebabkan oleh beberapa penyebab,
termasuk infeksi oleh bakteria, virus, jamur, atau parasit. Pneumonia dapat juga
disebabkan oleh iritasi kimia atau fisik dari paru-paru atau sebagai akibat dari penyakit
lainnya, seperti kanker paru-paru atau terlalu banyak minum alkohol. Pasien yang rentan
mengalami pneumonia antara lain peminum alcohol, perokok, penderita diabetes,
penderita gagal jantung, dan penderita aids. ada penderita pneuminiae, kantong udara
paru-paru penuh dengan nanah dan cairan yang lainnya.

Dengan demikian, fungsi paru-paru, yaitu menyerap udara bersih (oksigen) dan
mengeluarkan udara kotor menjadi terganggu. Akibatnya, tubuh menderita kekurangan
oksigen dengan segala konsekuensinya, misalnya menjadi lebih mudah terinfeksi oleh
bakteri lain (super infeksi) dan sebagainya. Jika demikian keadaannya, tentu tambah sukar
penyembuhannya. Penyebab penyakit pada kondisi demikian sudah beraneka macam dan
bisa terjadi infeksi yang seluruh tubuh.

2.5 PENULARAN DAN PENGOBATAN


Pneumonia dapat terjadi akibat menghirup bakteri yang ada di udara. selain itu
dapat juga disebarkan melalui darah yang berasal dari tempat lain misalnya luka, dan
perpindahan langsung bakteri dari infeksi di dekat paru-paru. jika melalui saluran nafas,
bibit penyakit yang masuk akan dilawan oleh berbagai macam sistem pertahanan yang
dimiliki oleh tubuh kita. Yang dimaksud dengan sistem pertahanan tubuh, misalnya
struktur kulit, proses batuk, hingga sel-sel.

Pembunuh yang berada dalam darah maupun cairan limfe kita (sistem antibodi).
pada organ yang terganggu pertahanan tubuhnya, misalnya kesadaran menurun, usia
lanjut, menderita penyakit pernapasan kronik/ppom, infeksi virus, diabetes mellitus, dan
penyakit kronis lainnya, termasuk juga pada penderita penyakit payah jantung atau kanker,
mereka itu menjadi mudah sakit. selain itu, jumlah bakteri atau virus serta keganasan
virus/bakteri tersebut yang masuk ke tubuh calon penderita bisa mempengaruhi,apakah
seseorang menjadi sakit atau tidak. gejala gejala yang biasanya timbul dari penderita
peneumonia antara lain batuk berdahak dimana dahaknya seperti lendir berwarna hijau
atau seperti nanah, nyeri dada, menggigil, demam, mudah lelah, sesak nafas, sakit kepala,
nafsu makan berkurang, mual, muntah, tidak enak badan, kekakuan sendi, kekakuan otot,
kulit lembab, batuk darah, nyeri perut, dan pernafasan yang cepat. Untuk mendiagnosa
diadakan berbagai macam pemeriksaan antara lain dengan menggunakan stetoskop,
rontgen dada, pembiakan dahak dan penghitungan gas darah arteri.

Untuk pengobatan dapat digunakan senyawa yang memiliki cincin β laktam.ada


artikel yang menyebutkan bahwa kombinasi antara ampisilin dan klorampenikol dapat
menghambat pertumbuhan dari klebsiella ini. Akan tetapi klebsiella juga sudah resisten
terhadap beberapa antibiotic sehingga sampai sekarang para peneliti masih banyak
mengadakan eksperimen untuk mencari obat yang ampuh untuk jenis bakteri ini. Namun
selain itu pertama-tama penderita harus di beri antibiotik, untuk tetap menjaga keadan
tubuh agar stabil.

2.6 MEDIA IDENTIFIKASI


Klebsielal dapat bumbuh dengan baik pada media pembenihan seperti pada media
blood agar plate (bap), endo agar, dan mac conkey agar plate pad suhu 37⁰c. Ciri-ciri
pertumbuhan koloni klebsiella pada media-media pembenihannya yaitu (soemarno,2000);

a) Media Mac Conkay Agar (MCA)

Klebsiella pada media Mac Conkey Agar memiliki ciri-ciri pertumbuhan yaitu
memiliki koloni besar-besar, smooth, cembung, berwarna merah muda sampai merah
bata, bersifat mucoid yakni pada saat koloni diambil dengan ose akan kelihatan molor
seperti tali atau benan (elastic)

b) Media Endo Agar

Klebsiella pada media endo agar memiliki ciri-ciri pertumbuhan yaitu


memiliki koloni kecil sampai besar, berwarna merah muda sampai merah
tua,cembung dan mucoid.

c) Media BAP (Blood Agar Palte)

Klebsiella pada media BAP memiliki ciri-ciri pertumbuhan yaitu koloni


besar, putih-abu-abu, smooth, cembung, mucoid atau tidak, dan anhaemolytis.

d) Uji Biokimia

Uji biokimia dilakukan untuk melihat karakteristik bakteri melalui reaksi


biokimia, yang biasa dilakukan diantaranya:

1. TSIA (Tripel Sugar Iron Agar)

Digunakan untuk identifikasi bakteri gram negatif batang, untuk melihat


kemampuan meragi glukosa dan sukrosa atau laktosa.

2. Fermentasi Karbohidrat/Gula-Gula

Uji gula-gula dilakukan untuk menentukan kemampuan dari bakteri


untuk menfermentasikan beberapa jenis gula-gula seperti glukosa, laktosa,
maltose, manitol dan sukrosa.

3. MR/VP (Methyl Red /Voges Proskauer)


Uji ini dilakukan untuk menentukan organisme yang memproduksi dan
mengelola asam dan produk-produknya dari hasil fermentasi glukosa,
memperlihatkan kemampuan sistem buffer dan menentukan organism yang
menghasilkan prosuk netral (asetil metal karbinol atau aseton) dari hasil
fermentasi glukosa

4. SIM(Sulfur, Indol, Motility)

Uji ini untuk mengetahui pergerakkan bakteri, produksi indol dan


pembentukkan gas h2s.

5. Simon Citrate (SCA)

Uji Ini Dilakukan Untuk Menentukkan Bakteri Yang Menggunakan Sitrat

Sebagai Sumber Karbon


BAB 3

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Klebsiella merupakan kelompok bakteri Gram negatif berbentuk batang, non


motil, koloni besar, sangat mukoid dan cenderung bersatu pada pergerakan yang lama,
meragikan laktosa dan banyak karbohidrat, negatif terhadap tes merah motil.

Klebsiella pneumonia merupakan bakteri Gram negatif berukuran 0,5-


0,5x1,2 µ. merupakan flora normal pada saluran usus dan pernafasan, hidup fakultatif
anaerob. Klebsiella pneumonia mempunyai kapsul yang besar sehingga pada kultur
koloninya terlihat sangat mukoid. Klebsiella pneumonia menyebabkan infeksi pada
paru-paru misalnya pneumonia, infeksi saluran kemih, dan sepsis pada penderita
dengan daya tahan tubuh yang lemah.

Bakteri Ini Termasuk Gram Negatif, Berbentuk Panjang Atau Pendek Yang
Bersifat Fakultatif Anaerob. Bakteri Klebsiella Berbentuk Basil Atau Batang , Tidak
Berspora, Tidak Bergerak, Dan Memiliki Kapsul. Bakteri Ini Berukuran 0,5-1,5 × 1-2
Mikron. Mempunyai Selubung Yang Lebarnya 2-3 Kali Ukuran Kuman. Berpasangan
Atau Berderet, Tetapi Bakteri Klebsiella Tidak Bergerak.

3.2 SARAN
Pada proses identifikasi bakteri frekuensi untuk terinfeksi dengan bakteri sangat

tinggi. Oleh karena itu, penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) seperti masker,

handscond, dan jas laboratorium sangat dianjurkan. Selain itu, kebersihan dalam

proses identifikasi juga sangat diperlukan sehingga bakteri yang diisolasi bisa tumbuh

dengan baik.

Oleh karena itu, sepatutnya lah kita menjaga kebersihan dan kesehatan diri kita

dan lingkungan.Dengan melakukan hal-hal tersebut, frekuensi terserang penyakit bisa

ditanggulangi.
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, K.F., Lonsway, D.R. & Rasheed, J.K., 2007. Evaluation of methods to
identify the Klebsiella pneumoniae carbapenemase in Enterobacteriaceae. J Clin
Microbiol, 45, pp.27235.
Anderson, K.F., Patel, J.B. & Wong, B., 2009. Characterization of Enterobacteriaceae
with a falsepositive modified Hodge test, Abstracts of the Forty-ninth
Interscience Conference on Antimicrobial Agents and Chemotherapy. American
Society for Microbiology, pp.719-41.
Beesley, T., Gascoyne, N. & KnottHunziker, V., 1983. The inhibition of class C β-
lactamases by boronic acids. Biochem J, 209, pp.229-33.
Genesig. 2016. Quantification of Klebsiella pneumoniae genomes. Genesig Standard
Kit Handbook HB 10.04.08
Carvalhaes, C.G., Picao, R.C. & Nicoletti, A.G., 2010. Cloverleaf test (modified
Hodge test) for detecting carbapenemase production in Klebsiella pneumoniae:
be aware of false positive results. J Antimicrob Chem , 65, pp.249-51.
Coudron, P.E., 2005. Inhibitor-based methods for detection of plasmidmediated
AmpC β-lactamases in Klebsiella spp., Escherichia coli, and Proteus mirabilis. J
Clin Microbiol, 43, pp.4163-7.
Dong, D. et al., 2015. Survey and rapid detection of Klebsiella pneumoniae in clinical
samples targeting the rcsA gene in Beijing, China. Front Microbiol, 6, p.519.
Kurupati, P., Chow, C., Kumarasinghe, G. & Poh, C.L., 2004. Rapid Detection of
Klebsiella pneumoniae from Blood Culture Bottles by Real-Time PCR. J. Clin.
Microbial., 42(3), pp.1337-40.
Lee, K., Chong, Y. & Shin, H.B., 2001. Modified Hodge and EDTA-disk synergy
tests to screen metallo-βlactamase-producing strains of Pseudomonas and
Acinetobacter species. Clin Microbiol Infect, 7, pp.88-91.
Logan, J.M.J., Edwards, K.J., Saunders, N.A. & Stanley, J., 2001. Rapid identification
of Campylobacter spp. by melting peak analysis of biprobes in real-time PCR. J.
Clin. Microbiol., 39, pp.2227-32.
Moland, E.S., Hanson, N.D. & Overman, S.B., 2009. Concerns about KPC screening
and confirmatory tests, Abstracts of the Forty-ninth Interscience Conference on
Antimicrobial Agents and Chemotherapy. American Society for Microbiology,
pp.729-40.
Prof.Dr.D.Dwidjoseputro.1998.Tinjauan Umum Klabsiella.Jakarta.(Hal 22)

Anda mungkin juga menyukai