KATA PENGANTAR
Kami menyadari bahwa modul yang kami susun ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan masukan untuk perbaikan agar
tujuan dari penyusunan modul ini menjadi lebih efektif.
Dr. Sumarno
NIP 195909131985031001
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. TUJUAN UMUM
Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan mampu melakukan perawatan dan
perbaikan sistem suspensi kontrol elektronik.
B. TUJUAN KHUSUS
Adapun tujuan mempelajari unit kompetensi melalui buku informasi “Perawatan dan
Perbaikan Sistem Suspensi Kontrol Elektronik (Service and repair electronically
controlled suspension systems) ” ini guna memfasilitasi peserta sehingga pada akhir
diklat diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Melakukan persiapan untuk melakukan perawatan dan perbaikan sistem suspensi
kontrol elektronik
2. Melakukan perawatan dan penyetelan sistem suspensi kontrol elektronik
3. Melakukan perbaikan kerusakan sistem suspensi kontrol elektronik yang
teridentifikasi.
4. Melakukan uji dan konfirmasi kesalahan sistem yang telah diperbaiki
5. Melakukan pembersihan area kerja dan merawat peralatan
BAB II
PERSIAPAN UNTUK MELAKUKAN PERAWATAN DAN PERBAIKAN
SISTEM SUSPENSI KONTROL ELEKTRONIK
Sedangkan untuk instruksi kerja, menurut ISO 9001; 2000 Instruksi Kerja adalah
dokumen mekanisme kerja yang mengatur secara rinci dan jelas urutan suatu
aktifitas yang hanya melibatkan satu fungsi saja sebagai pendukung Prosedur Mutu
atau Prosedur Kerja.
Secara prinsip instruksi kerja menguraikan bagaimana satu langkah dalam suatu
prosedur dilakukan. Terkadang penulisan prosedur sangat panjang sehingga tidak
rinci penguraiannya sehingga memerlukan penjelasan yang lebih detail dan rinci
dengan menggunakan instruksi kerja. Namun terkait pembuatan instruksi kerja
masih terdapat perdebatan, instruksi kerja dibuat untuk menjelaskan bagian dari
prosedur secara rinc namun juga terdapat juga beberapa pendapat ahli yang
mengatakan bahwa instruksi kerja dapat dibuat apabila belum ada prosedur standar
yang dibuat. Namun dalam hal ini saya termasuk yang mendukung bahwa instruksi
kerja merupakan bagian dari prosedur. Apabila belum ada prosedurnya, maka
tentunya perlu dibuat terlebih dahulu. Tidak semua prosedur memerlukan instruksi
kerja. Apabila prosedur sudah cukup jelas menggambarkan proses maka tentunya
tidak diperlukan instruksi kerja.
Menurut Taifiqur Rahman dalam http://taufiqurrahman.weblog.esaunggul.ac.id
Instruksi kerja adalah: Suatu petunjuk rinci yang menjelaskan bagaimana suatu
proses atau prosedur diikuti atau dilaksanakan.
b. Tujuan atau manfaat Instruksi Kerja
Sebagai acuan yang menuntun seseorang untuk bekerja sesuai dengan prosedur
yang benar sehingga meminimalkan kesalahan dan memaksimalkan produktivitas
kerja serta dapat digunkan sebagai acuan dalam pengendalian.
c. Contoh Instruksi Kerja
Instruksi kerja tidak mempunyai format yang baku, tetapi secara umum memuat
beberapa hal sebagai berikut:
1. Tahapan kegiatan selangkah demi selangkah.
2. Penjelasan secara rinci tiap langkah beserta peralatan, dokumen penunjang
dan lain lain.
3. Patokan penilaian hasil kerja.
4. Sudah diuji dan diterapkan.
Berikut adalah salah satu contoh format Instruksi Kerja yang masih kososngan, ini
merupakan salah satu contoh yang umum yang secara fleksible dapat digunakan.
Sumber: http://taufiqurrahman.weblog.esaunggul.ac.id
Berikut ini contoh salah satu instruksi kerja yang memuat secara tertulis petunjuk
atau prosedure yang harus diikuti olah pekerja sehingga meminimalkan kesalahan
dalam bekerja.
Contoh sebuah Instruksi Kerja dari salah satu perusahaan.
Pada bengkel Otomotif biasanya yang ada adalah instalasi gas buang, hal
ini berkaitan dengan pekerjaan yang membutuhkan mesin mobil harus
hidup. Mengingat gas buang yang keluar dari kenalpot kendaraan masih
mengandung beberapa unsur gas beracun pada konsentrasi tertentu maka
perlu dikeluarkan dari ruang bengkel melalui instalasi gas buang, agar para
pekerja yang ada di dalam bengkel tersebut tidak menghisap udara yang
sudah terkontaminasi dengan gas buang yang mengandung racun.
Hal tersebut tercantum dalam Pasal 3 Undang Undang no 1 tahun 1970
tentang syarat syarat keselamatan kerja pada poin:
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
b. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap,uap,gas,hembusan angin, cuaca,
sinar atau radiasi, suara dan getaran.
c. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik
physik maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan.
Adapun untuk bengkel yang baik pasti sudah dilengkapi sistem istalasi gas
buang yang kebanyakan menggunakan pompa yang tersentralisasi. Hal
tersebut sebagai pemenuhan persyaratan keselamatan kerja yang
tercantum dalam Undang Undang dan menjamin keselamatan kerja bagi
para pekerjanya.
Contoh gambar instalasi gas buang pada sebuah bengkel
Sumber: http://caturandi15.blogspot.co.id/2015/12/apd.html
4) Simbol simbol K3
Selain aturan K3 dan alat pelindung diri, perlu juga kiranya kita juga
mengenal dan memahami simbol simbol yang berkaitan dengan kesehatan
dan keselamatan kerja.
Adapun simbol simbol tersebut dibagi menjadi 4 kategori yang dibedakan
dengan penggunaan warna sebagai berikut:
a) Simbol dengan warna hijau
Simbol simbol K3 dengan warna hijau mempunyai arti di posisi kondisi
aman sehingga diperbolehkan dan merupakan petunjuk jalur kemana
kita harus pergi dalam kondisi aman terutama kondisi darurat.
Contoh: petunjuk jalur pejalan kaki, petunjuk jalur darurat dan lain lain.
b) Simbol dengan warna kuning
Simbol simbol K3 dengan warna kuning mempunyai arti sebuah
peringatan potensi bahaya, maka kita harus hati hati ada potensi bahaya
ditempat tersebut atau di depan kita.
Contoh: Peringatan adanya tegangan tinggi, peringatan lantai licin dan
lain lain.
Perlu dilakukan identifikasi perlatan dan perkakas yang di butuhkan, hal ini
digunakan sebagai acuan untuk memilih perlatan dan perkakas yang di butuhkan
sesuai dan tepat sesuai dengan pekerjaan yang dihadapi. Kebutuhan perlatan dan
perkakas dapat diidentifikasi setelah melihat instruksi kerja dan spesifikasi
pekerjaan. Jika sudah mengidentifikasi perlatan dan perkakas yang di butuhkan,
maka langkah selanjutnya adalah memilih dari perlatan dan perkakas yang di
butuhkan dalam pekerjaan tersebut.
Contoh: Jika dibutuhkan kunci Shock no 10 dan gagang pendek saja maka kita tidak
perlu mengeluarkan kunci shock 1 set atau bahkan mengeluarkan semua kunci 1
tool-box.
b. Memeriksa perlatan dan perkakas setelah dipilih
Perlatan dan perkakas yang sudah dipilih, tentunya harus diperiksa terlebih
dahulu kondisi fungsionalnya, apakah perlatan dan perkakas tersebut dalam
kondisi layak digunakan atau tidak. Jika menemukan alat yang tidak layak
digunakan segera mencari ganti dari alat tersebut, agar tidak mengganggu proses
pekerjaan. Langkah ini sangat penting agar pekerjaan dapat dilakukan secara
efektif.
Contoh: Jika ditemukan kepala obeng yang kita pilih ternyata sudah rusak, maka
kita harus segera mencari ganti dengan obeng sejenis dan ukuran yang sama,
dengan kondisi kepala obeng yang layak digunakan, jangan memaksakan
menggunakan perlatan dan perkakas yang kondisinya tidak layak untuk
digunakan, karena hal tersebut dapat mengganggu proses pekerjaan yang pada
akhirnya pekerjaan tidak bisa lagi dilakukan secara efektif.
Setelah identifikasi, pemilihan dan pemeriksaan perlatan dan perkakas yang di
butuhkan maka langkah selanjutnya adalah menentukan prosedur pekerjaan
Jadi yang pertama adalah melihat apa yang akan dikerjaan, lalu mencari prosedur
yang benar pada buku manual dan menentukan prosedur mana yang paling baik
dalam hal minimalisasi waktu pekerjaan
2. Cara menentukan kondisi saat ini dan riwayat kesalahan sebelumnya dari sistem
suspensi elektronik bersama dengan pelanggan.
3. Cara mengkonfirmasi kondisi saat ini pada sistem elektronik dengan cara uji jalan
4. Cara merawat sistem elektronik sesuai dengan spesifikasi pabrik / komponen dan
prosedur perusahaan
5. Cara menggunakan cairan dan pelumas sesuai dengan K3 dan spesifikasi pabrik/
komponen
6. Cara membuang cairan dan pelumas bekas sesuai dengan aturan perusahaan dan
K3
Pemeliharaan sistem kontrol emisi dapat dilakukan dengan cara melakukan
pemeriksaan komponen dan sistem kontrol emisi dengan bantuan AVO, scantool dan
exhause gas analyser.
Sistem kontrol emisi saat ini banyak yang menggunakan kontrol elektronik dengan
kontrol unit (ECU) sebagai pengendali kontrol emisi, dengan sistem tersebut maka dapat
dilakukan pemeriksaan kerja dari sistem kontrol emisi dengan bantuan alat diagnosa
seperti scantool. Sacntool akan berkomunikasi dengan ECU pada engine untuk mengetahui
kondisi sistem kontrol emisi. Sistem yang dapat diketahui adalah sebagai berikut :
1) Fuel cut off, dengan memposisikan scantool pada posisi current data lihat durasi
penyemprotan. Naikkan putaran pada engine diatas 2000 rpm, lalu lepas gas lihat
apakah durasi injeksi pada posisi off (durasi kecil sekali).
2) Fungsi EGR, jika sistem kompatibel kita dapat mengetes kondisi katup EGR dengan
bantuan aktuator tes.
5) Dll.
Sebelum melakukan tes gas buang, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi baik
alat tes maupun kendaraan yang mau dilakukan pemeriksaan.
1) Alat tes (Exhaust gas analyser)
2) Kendaraan
Komposisi gas buang bisa digunakan untuk analisa, kerusakan yang mungkin
terjadi. Tanda panah merupakan nilai dari nominal yang ada, panas tipis (naik atau turun
sedikit), panas tebal (naik atau turun banyak). Dengan memakai tabel diatas kita dapat
memeriksa kondisi mesin, campuran kaya atau miskin, katalitik konverter baik atau rusak
dll.
BABAB IV
PERBAIKAN KERUSAKAN SISTEM SUSPENSI KONTROL
ELEKTRONIK YANG TERIDENTIFIKASI
1. Cara Menafsirkan Hasil tes (uji jalan) untuk memverifikasi kesalahan diagnosa
sistem
3. Cara Melepas dan mengganti komponen yang rusak dengan suku cadang pengganti
sesuai dengan prosedur ditempat kerja dan persetujuan pelanggan.
Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan memastikan bahwa pekerjaan dilakukan
dengan benar, selain itu juga untuk memastikan kualitas pekerjaan yang akan
berdampak pada kepuasan pelangan. Kegiatan ini dilakukan dengan cara mengecek
kembali pekerjaaan-pekerjaan yang telah dilakukan, apakah hasilnya sudah baik dan
sesuai spesifikasi.
4. Cara membuang komponen yang rusak sesuai dengan prosedur di tempat kerja dan
persyaratan garansi.
Setelah selesai pemeriksaan/pemeliharaan sistem kontrol emisi hendaknya
kendaraan dan alat yang digunakan dibersihkan dan dites fungsinya sebelum disimpan
ketempatnya. Hal ini bertujuan agar alat selalu dalam kondisi baik dan siap pakai.
Pembersihan dan penyimpanan hendaknya memperhatikan karakteristik dari alat yang
mau dibersihkan. Beberapa alat yang perlu dibersihkan dan disimpan pada pemeliharaan
sistem kontrol emisi antara lain :
- AVO meter, bersihkan dari kotoran dan minyak. Pastikan penyimpanan
pada posisi off.
- Scantool, bersihkan dari kotoran dan minyak. Pastikan saat penyimpanan
pada posisi off (scantool yang ada baterainya), semua konektor sudah
5. Cermat, teliti dan taat asas dalam menormalkan/ menyesuaikan kembali sistem jika
ada penggantian komponen
BAB V BAB V
UJI DAN KONFIRMASI KESALAHAN SISTEM YANG TELAH
DIPERBAIKI
Wiring kelistrikan,
connectors & saklar
Pemeriksaan sistem
kontrol emisi pada
sistem EMS dengan
scan tool
tempatnya dan siap untuk digunakan pada kegiatan berikutnya. Secara umum hal yang
perlu diperhatikan dalam merawat alat pelindung kendaraan dan APD antara lain:
a. Meletakkan pelindung kendaraan (vender, cover, dll) dan APD pada
tempatnya setelah selesai digunakan.
b. Kalau menggunakan lift pastikan posisi landasan lift pada posisi sesuai
kondisi pemberhentian yang di tentukan.
c. Mengembalikan penganjal kendaraan pada tempatnya.
d. Melakukan pembersihan secara berkala,
e. Memeriksa pelindung kendaraan (vender, cover, dll) dan APD sebelum
dipakai untuk mengetahui adanya kerusakan atau tidak layak pakai,
f. Memastikan APD yang digunakan aman untuk keselamatan jika tidak sesuai
maka perlu diganti dengan yang baru.
g. Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan alat alat kerja yang
kualitasnya tidak sesuai persyaratan maka alat tersebut ditarik serta tidak
dibenarkan untuk dipergunakan.
.
C. Sikap kerja yang Diperlukan dalam Melakukan Uji dan konfirmasi
kesalahan sistem yang telah diperbaiki
Harus bersikap secara:
1. Cermat, teliti dan taat asas dalam melakukan prosedur pengujian untuk
mengkonfirmasi kesalahan sistem
2. Cermat, teliti dan taat asas dalam menyelesaikan semua pekerjaan sesuai
dengan persyaratan tempat kerja / pelanggan
3. Cermat, teliti dan taat asas dalam menjelaskan hasil pekerjaan perbaikan demi
kepuasan pelanggan sehingga tagihan dapat diselesaikan
BAB VI
BAB VI PEMBERSIHAN AREA KERJA DAN MERAWAT
PERALATAN
Setelah semua limbah atau skrap yang tidak dapat dipergunakan kembali sudah
dipilah pilahkan maka siap untuk di buang. Pembuangan tentunya mengikuti
prosedur yang benar, maka buanglah limbah atau serpihan tadi pada kontainer
kontainer atau kotak penampungan sampah sesuai dengan kategori masing
masin.
Contoh: Untuk limbah kaca masuk pada kontainer bertuliskan kaca, untuk limbah
besi masuk pada kontainer bertuliskan besi, untuk limbah plastik masuk pada
kontainer bertuliskan plastik
3. Membersihkan dan memeriksa peralatan dan area kerja untuk kondisi siap
digunakan kembali sesuai dengan prosedur tempat kerja
4. Memberi tanda peralatan yang tidak layak pakai dan mengidentifikasi kesalahan
sesuai dengan prosedur tempat kerja
5. Menyelesaikan perawatan sesuai dengan spesifikasi pabrik dan prosedur tempat
kerja
6. Memerlihara perkakas sesuai dengan prosedur tempat kerja
DAFTAR PUSTAKA
A. BukuReferensi
a. ---------------, Materi Pembelajaran, Diklat Instruktur Berbasis Kompetensi:
Bidang Metodologi Pelatihan, Unit Kompetensi Merancang Penyajian Materi
Pembelajaran, Kode Unit: D1, Buku Informasi, Depnakertrans, Ditjen Binalattas,
Dit Intala, 2007.
b. ---------------,Materi PelatihanTenagaTeknis Pengembangan BLIP: Lesson Plan,
VEDC/PPPGT 1999, Malang
B. Referensi Lainnya
A. Daftar Peralatan/Mesin
B. Daftar Bahan
DAFTAR PENYUSUN
1. Instruktur …
1. .. 2. Asesor …
3. Anggota …