Anda di halaman 1dari 9

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

DALAM PERSPEKTIF AGAMA ISLAM

ANASTASI APRILIANI PAJO TAA


30518012
D3 REKAM MEDIA DAN INFORMASI KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTY WIYATA
KEDIRI

PANCASILA DALAM AGAMA ISLAM Page 1


DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………… 3
1.2 RUMUSAN MASALAH……………………………………………… 3
1.3 TUJUAN PENULISAN……………………………………………….. 3
BAB II ISI…………………………………………………………………………….... 4
2.1 PENGERTIAN FILSAFAT……………………………………………. 4
2.2 PENGERTIAN FILSAFAT PANCASILA………………………… 4
2.3 PANCASILA DALAM PANDANGAN ISLAM………………... 4
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………… 8
3.1 KESIMPULAN…………………………………………………………… 8
3.2 KRITIK DAN SARAN…………………………………………………. 9
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………… 9

PANCASILA DALAM AGAMA ISLAM Page 2


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Akhir-akhir ini banyak bermunculan upaya-upaya yang dilakukan baik oleh


golongan yang pro maupun yang kontra terhadap keberadaan Pancasila.
M. Syafi’i Anwar mengklasifikasikan paradigma pemikiran politik Islam yang
berkembang di dunia kaum muslimin, yang masing-masing memiliki
pandangan tersendiri tentang Islam sebagai dasar negara Indonesia. Pertama,
Substantif-Inklusif, yang memandang dan meyakini bahwa Islam sebagai
agama tidak merumuskan konsep-konsep teoritis yang berhubungan dengan
politik, apalagi kenegaraan. Kedua, Legal-Eksklusif, yang memandang dan
meyakini bahwa Islam bukah hanya agama, tetapi juga sebuah sistem hukum
yang lengkap, sebuah ideologi universal dan sistem yang paling sempurna
yang mampu memecahkan seluruh permasalahan kehidupan umat manusia.

Dua kelompok besar ini juga tampak secara jelas di negara Indonesia. Satu
kelompok yang berupaya keras untuk mempertahankan agar Pancasila tetap
menjadi pondasi NKRI, dan kelompok lainnya getol dan rutin selalu mengobarkan
semangat tentang konsep negara Islam (dan al-Qur’an) sebagai pilar negara
Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan penjabaran di atas, maka tersusunlah beberapa rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apa definisi dari pancasila sebagai sistem filsafat
2. Bagaimana hubungan antara pancasila dengan ajaran agama islam.
3. Nilai apa saja yang terkandung dalam pancasila dalam perspektif islam

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui definisi dari pancasila sebagai system filsafat
2. Memahami apa hubungan antara pancasila dengan ajaran agama islam.
3. Mengetahui apa saja nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila dalam
perspektif islam

PANCASILA DALAM AGAMA ISLAM Page 3


BAB II
ISI

2.1 PENGERTIAN FILSAFAT

Ada dua pengertian filsafat, yaitu: Filsafat dalam arti proses dan filsafat dalam arti
produk:
1.Filsafat sebagai ilmu atau metode dan filsafat sebagai pandangan hidup
2.Filsafat dalam arti teoritis dan filsafat dalam arti praktis.
 Pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk, sebagai
pandangan hidup, dan dalam arti praktis.
 Ini berarti Filsafat Pancasila mempunyai fungsi dan peranan sebagai
pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam
kehidupan sehari-hari, dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
bagi bangsa Indonesia

2.2 Pengertian Filsafat Pancasila

 Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan, nilai, dan pemikiran


yang dapat menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi Pancasila.
 Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagai
refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar negara dan
kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok
pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh.
 Pancasila dikatakan sebagai filsafat, karena Pancasila merupakan hasil
permenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh the faounding
father kita, yang dituangkan dalam suatu sistem (Ruslan Abdul Gani).
 Filsafat Pancasila memberi pengetahuan dan pengertian ilmiah yaitu
tentang hakikat dari Pancasila (Notonagoro).

2.3 Pancasila dalam pandangan Islam

Dalam suatu negara dibutuhkan suatu tata aturan yang bisa mengakomodir
seluruh masyarakat di bawah naungan negara tersebut.

PANCASILA DALAM AGAMA ISLAM Page 4


Demikian halnya dengan Indonesia sebagaimana kita ketahui bersama dalam
sejarah bahwa sejak lama Pancasila telah menopang dan mengakomodir berbagai
suku, ras, dan agama yang ada di Indonesia. Pancasila dirasa sangat sesuai dan
tepat untuk mengakomodir seluruh ras, suku bangsa, dan agama yang ada di
Indonesia. Hal ini dibuktikan bahwa sila-sila Pancasila selaras dengan apa yang
telah tergaris dalam al-Qur’an.

Ketuhanan Yang Maha Esa. al-Qur’an dalam beberapa ayatnya menyebutkan dan
selalu mengajarkan kepada umatnya untuk selalu mengesakan Tuhan (misalkan
QS. al-Baqarah: 163). Dalam kacamata Islam, Tuhan adalah Allah semata. Namun,
dalam pandangan agama lain Tuhan adalah yang mengatur kehidupan manusia,
yang disembah.

Kemanusiaan yang adil dan beradab. Sila kedua ini mencerminkan nilai
kemanusiaan dan bersikap adil (Qs. al-Maa’idah: 8). Islam selalu mengajarkan
kepada umatnya untuk selalu bersikap adil dalam segala hal, adil terhadap diri
sendiri, orang lain dan alam.

Persatuan Indonesia. Semua agama termasuk Islam mengajarkan kepada


umatnya untuk selalu bersatu dan menjaga kesatuan dan persatuan (Qs. Ali
Imron: 103).

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/


perwakilan. Pancasila dalam sila keempat ini selaras dengan apa yang telah
digariskan al-Qur’an dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Islam selalu mengajarkan untuk selalu bersikap bijaksana dalam mengatasi
permasalahan kehidupan (Shaad: 20) dan selalu menekankan untuk
menyelesaikannya dalam suasana demokratis (Ali Imron: 159).

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sila yang menggambarkan


terwujudnya rakyat adil, makmur, aman dan damai. Hal ini disebutkan dalam
surat al-Nahl ayat 90.

Namun, di sisi lain Hizbut Tahrir Indonesia (Zahro, 2006:98-99) secara tegas
menolak keabsahan UUD 1945. Asas demikrasi yang dianut oleh UUD 1945
merupakan titik awal penolakan mereka terhadap UUD 1945 dan Pancasila.
Mereka memandang UUD 1945 dan Pancasila tidak sesuai dengan nurani ajaran
al-Qur’an. Hal ini didasarkan pada beberapa alasan sebagai berikut:

PANCASILA DALAM AGAMA ISLAM Page 5


1. Sumber kemunculan demokrasi adalah manusia. Dalam demokrasi, yang
berwenang untuk menetapkan hukum atas segala perbuatan adalah akal
manusia. Hal ini sangat bertentangan dengan Islam, di mana yang berwenang
menetapkan segala hukum adalah Allah, bukan akal.

2. Akidah yang melahirkan ide demokrasi adalah akidah sekularisme, yakni


pemisahan agama dari kehidupan dan negara. Akidah ini memang tidak
mengingkari eksistensi agama, namun ia menghapuskan perannya untuk
mengatur kehidupan bernegara. Konsekuensinya adalah akidah ini memberikan
kewenangan kepada manusia untuk membuat peraturan kehidupannya sendiri.

3. Ide pokok demokrasi yang menjadikan kedaulatan di tangan rakyat sebagai


sumber kedaulatan, menyebabkan rakyat dapat menetapkan konstitusi,
peraturan dan undang-undang apapun berdasarkan pertimbangan mereka sesuai
dengan kemaslahatan yang mereka perlukan. Dengan begitu, rakyat melalui para
wakilnya berhak melegalkan perbuatan murtad, keyakinan paganisme atau
animisme, perzinahan, homoseksual, dan perbuatan lainnya yang diharamkan
oleh syari’at Islam.

4. Asas nasionalisme yang terkandung pada UUD 1945 merupakan bagian dari
ta’assub (kefanatikan) yang dilarang dalam Islam. Semua aktivitas politik umat
Islam seharusnya ditujukan untuk kejayaan Islam dan umatnya secara universal.
Nasionalisme secara tidak langsung memecah-belah kesatuan teritorial Islam yang
universal.

b. Pandangan Islam terhadap Daulah Khilafah Islam di NKRI

Dalam pandangan Hizbut Tahrir Indonesia, Islam harus dijalankan secara kaffah,
menyeluruh, total dalam berbagai bidang kehidupan. Mereka memandang bahwa
penegakkan syari’at Islam tidak dapat ditunda-tunda lagi. Ia harus mutlak dan
segera untuk diterapkan. Untuk itu, Hizbut Tahrir tidak mengenal adanya tadarruj
(penahapan) dalam proses penerapan syari’at Islam dalam suatu wilayah muslim.
Hal ini didasarkan pada Qs. al-Maidah ayat 3: “Pada hari ini telah Kusempurnakan
untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah
Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu”.

PANCASILA DALAM AGAMA ISLAM Page 6


Hizbut Tahrir memandang bahwa setelah turunnya ayat ini, kaum muslimin
dituntut secara global untuk melaksanakan dan menerapkan seluruh hukum Islam
secara penuh.

Menurut Hizbut Tahrir, kegamangan negara-negara muslim dalam


mengaplikasikan hukum-hukum Islam secara kaffah sebagaimana konsep mereka
di atas, adalah disebabkan oleh pengaruh-pengaruh ideologi penjajah Barat yang
berupa sosialisme, kapitalisme dan demokrasi yang memisahkan agama dari
kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, mereka berpendapat bahwa pendirian
Daulah Islamiyah merupakan syarat yang utama untuk melestarikan dan
menjamin berlakunya hukum Islam secara kaffah. Tanpa itu, maka syari’at Islam
tidak dapat lestari dan terjamin penerapannya dalam setiap aspek kehidupan.
Daulah Islamiyah itu sendiri mempunyai beberapa aspek pokok yaitu: al-Khalifah,
al-Mu’awinun (para pembantu Khalifah), al-Wulat (para Gubernur), al-Qudat
(para hakim), al-Jihaz al-Idary (aparat administrasi negara), al-Jaisy (angkatan
bersenjata) dan Majlis al-Shura. Kesemua aspek-aspek pokok dalam Daulah
Islamiyah tersebut harus ada secara sempurna. Namun jika salah satu dari aspek-
aspek Daulah Islamiyah tersebut tidak ada, maka hal tersebut tidak menjadi
masalah selama sang Khalifah masih ada, karena menurut Hizbut Tahrir, Khalifah
tunggal merupakan aspek yang utama dalam pendirian Daulah Islamiyah,
tanpanya Daulah Islamiyah tidak bisa berdiri. (Zahro, 2006: 97-98)

Namun, satu kesulitan terbesar yang akan dihadapi oleh konsep Daulah Islamiyah
adalah negara Indonesia yang majemuk, yang hidup didalamnya berbagai ras,
suku bangsa dan agama. Sehingga ketika Daulah Islamiyah benar-benar
diterapkan dan konsekuensinya adalah aturan-aturan dan perundang-undangan
yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadits pun diaplikasikan, maka yang terjadi
adalah tabrakan dan benturan pemahaman antara Islam dengan agama-agama
lain, yang mana hal ini akan semakin memicu permasalahan yang semakin besar.

Islam dalam pandangan yang lebih egaliter menilai bahwa Pancasila mampu
untuk mengakomodir berbagai bentuk keanekaragaman di Indonesia. Dalam
semua sila Pancasila berbagai etnis bangsa dapat terayomi. Demikian halnya
dengan agama-agama yang ada di Indonesia. Dan hendaknya Pancasila dipelajari
dengan penuh penghayatan, bukan hanya sekedar menjadi hapalan wajib saja.

al-Qur’an menjelaskan bahwa hidup adalah untuk berta’abbud, beribadah kepada


Yang Maha Esa (Qs. ad-Dzariyat: 56). Pengejawantahan ta’abbud ini tidak hanya

PANCASILA DALAM AGAMA ISLAM Page 7


dilakukan dalam ritual resmi sholat saja, melainkan dalam berbagai bidang
kehidupan harus dilandasi dengan tujuan ta’abbud. Sehingga ketika kehidupan
dijalani dengan ikhlas untuk berta’abbud, maka konsekuensinya adalah keadilan
terhadap diri sendiri, keadilan terhadap sesama, keadilan terhadap alam;
kejujuran dan kebijaksanaan dalam mengambil keputusan; selalu berusaha untuk
menciptakan rasa kedamaian, kerukunan, kesatuan dan persatuan; yang pada
dasarnya Islam mengajarkan untuk selalu bersikap tawazzun, seimbang dalam
segala hal.

Hal ini selaras dengan apa yang tercermin dalam sila Pancasila. Sila ketuhanan
Yang Maha Esa menjadi core dari semua sila Pancasila lainnya. Sila kemanusiaan
yang adil dan beradab diterapkan dengan dilandasi oleh sila pertama. Sila
persatuan Indonesia harus dilaksanakan atas dasar sila pertama. Sila kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan
juga dilandasi oleh sila pertama. Dan sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia pun demikian (Tafsir, 2007).

Dengan demikian Pancasila pada dasarnya mampu untuk mengakomodir semua


lini kehidupan Indonesia, sehingga tidak mungkin dipaksakan konsep khilafah
untuk diterapkan di negeri ini. Indonesia bukan negara Islam, dan Islam pun tidak
memerintahkan untuk menciptakan negara Islam. Nabi Saw. telah mengajarkan
dan memberikan teladan kepada kita tentang bagaimana hidup berdampingan
dengan berbagai perbedaan ras, suku bangsa, dan agama. Sebagaimana hal ini
telah termaktub dalam Piagam Madinah. Bahkan dalam suatu sabda beliau:
Antum a’lamu bi umuri dunyakum (kalian lebih mengerti tentang urusan dunia
kalian). Mengenai urusan keduniaan kita diberikan kebebasan untuk
mengaturnya, namun tetap harus dilandasi oleh ta’abbud. Tanpa tujuan ta’abbud
ini niscaya kehidupan yang kita jalani menjadi kosong tanpa tujuan yang berarti.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Berkenaan Pancasila sebagai Sistem filsafat, kita menyadari bahwa


nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila merupakan satu kesatuan
PANCASILA DALAM AGAMA ISLAM Page 8
antara untaian sila dengan sila lainnya. Setiap sila mengandung makna dan nilai
tersendiri.

3.2 Kritik dan Saran


Saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis perlukan dari
pembaca untuk memperbaiki makalah ini yang jauh dari kata
sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/9512498/Pancasila_sebagai_sistem_filsafat?
auto=download

https://hasanrizal.wordpress.com/2010/02/10/pancasila-dalam-perspektif-islam/

https://www.academia.edu/34523640/PANCASILA_SEBAGAI_SISTEM_FILSAFAT

PANCASILA DALAM AGAMA ISLAM Page 9

Anda mungkin juga menyukai