Anda di halaman 1dari 118

TIGA CALON KETUA

MAHKAMAH AGUNG

111 1111111111
Dari Cina ke Banyak Negara
majalah.tempo.co
2 mins read

Dari Cina ke Banyak Negara

• Persebaran Coronavirus Disease 2019 terus meluas.

• Pada 2003 juga ada pandemi global SARS yang mengguncang dunia.

• Seperti Covid-19, SARS pada 2003 juga pertama kali muncul di Cina.

P
ERSEBARAN Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19 terus
meluas. Virus ini pertama kali muncul di Kota Wuhan, Cina,
pada akhir 2019. Saat itu, lebih dari seratus warga Wuhan
terinfeksi virus flu ini. Jumlah korban meningkat hingga pemerintah
Cina menutup kota itu pada 23 Januari 2020. Meski begitu,
penyebaran virus ini berlanjut bahkan merembet ke berbagai negara,
termasuk Indonesia.
Hingga Kamis, 19 Maret 2020, sebanyak 152 negara telah
mengkonfirmasi penduduknya terjangkit virus ini. Berdasarkan
catatan Center for Systems Science and Engineering John Hopkins
jumlah kasus virus corona di seluruh dunia mencapai 218.815. Korban
meninggal sebanyak 8.810 orang.

Wabah corona ini mengingatkan kita pada pandemi global yang


terjadi pada 2003. Saat itu, severe acute respiratory syndrome atau
SARS mengguncang dunia. Majalah Tempo edisi 13 April 2003
membuat liputan panjang bertajuk “Dari Guangdong ke Empat Benua”
yang mengulas persebaran SARS kala itu.

Pada awal 2003, Guangdong alias Guangzhou, salah satu provinsi di


Cina, menjadi perhatian dunia kedokteran. Badan Kesehatan Dunia
(WHO) mengirimkan lima ilmuwan top ke Guangdong guna melacak
kepingan mozaik teka-teki SARS, radang paru akut dan berat, yang
mewabah di berbagai negara. “Ada indikasi SARS menular melalui
virus yang dibawa hewan,” kata Wolfgang Preiser, anggota tim WHO.

Lakon SARS memang bermula di kesunyian Guangdong, tempat virus


manusia dan virus hewan kawin-mawin. Pertengahan November
2002, sekitar 300 penduduk lokal mengeluhkan sakit dengan gejala
mirip flu dan kesulitan bernapas.

Lima orang di antaranya meninggal setelah gering beberapa pekan.


Tapi tanda bahaya belum juga dibunyikan. Fakta ini tak dianggap
serius oleh pejabat kesehatan setempat. China Daily Newspaper
bahkan menuding pemerintah menutup-nutupi terjadinya berbagai
bibit wabah penyakit yang aneh. Keputusan pemerintah Cina yang
berlarut-larut sebelum mengizinkan tim WHO datang ke Guangdong
juga termasuk kelambanan yang mendapat kecaman dari banyak
negara.

Sementara itu, virus terus bergerak tanpa peduli batas negara


bersama tingginya mobilitas manusia. Selain Cina, Hong Kong,
Vietnam, Thailand, Taiwan, dan Singapura segera menjadi hot zone,
wilayah rawan SARS. Kanada, Amerika, Inggris, Swiss, Belgia,
Australia, Meksiko, Israel, Panama, dan Brasil juga termasuk wilayah
sebaran SARS. Hingga April 2003, SARS telah tersebar di 27 negara.
Sebanyak 2.462 orang terserang, 81 di antaranya meninggal.

Di Indonesia sempat ditemukan tiga kasus yang dicurigai SARS. Para


pasien telah diisolasi dan dirawat di sejumlah rumah sakit. Meski
belakangan ketiga pasien itu tidak menampakkan gejala klinis SARS,
pemerintah mengambil langkah pencegahan dengan menetapkan
SARS sebagai ancaman wabah nasional dan selanjutnya membentuk
Tim Verifikasi SARS Nasional. “Ini lebih tentang keselamatan
masyarakat luas,” ujar Menteri Kesehatan Achmad Sujudi.

Rata-rata tingkat kematian akibat SARS sekitar 3,5 persen. Persoalan


yang lebih serius: banyak sisi SARS yang masih gelap. Wolfgang
Preiser mengatakan tidak semua pasien bereaksi positif terhadap
obat-obatan. Kondisi beberapa orang malah memburuk setelah
minum ribavirin dan steroid.

Virus penyebab SARS juga masih misterius. Uji serologis (serum


darah) yang dilakukan pada pasien di Kanada dan Hong Kong
menunjukkan adanya lebih dari satu jenis virus yang bisa diisolasi.
Lantaran sosok virus penyebab masih misterius, cara penularan dan
pencegahannya pun masih simpang-siur.

Tjandra Yoga Aditama, dokter spesialis paru di Rumah Sakit


Persahabatan, Jakarta, setuju dengan sikap pemerintah menyerukan
perang terhadap SARS tanpa menunggu adanya korban berjatuhan.
Apalagi mobilitas sebagian masyarakat Indonesia ke sejumlah negara
yang terjangkit SARS cukup tinggi. Belum lagi bila memperhitungkan
puluhan ribu tenaga kerja yang bekerja di negeri-negeri rawan SARS.
“Saya kira kali ini respons pemerintah relatif bagus,” kata Tjandra.

https://majalah.tempo.co/edisi/2178/2003-04-13


Lubang Jarum Krisis Corona
majalah.tempo.co
2 mins read

K
ita tak bisa hanya mengandalkan pemerintah dalam
mengatasi krisis akibat wabah Covid-19. Butuh solidaritas
sosial antarwarga, juga bantuan dari komunitas global.

Lubang Jarum Krisis Corona

• Hari-hari ini adalah periode paling paling krusial dalam penanganan wabah

Covid-19.

• Tanpa keputusan yang tepat dan penanganan yang paripurna, ledakan krisis

multidimensi bakal sulit dicegah.

• Pemerintah tak perlu malu mengundang lembaga asing demi kemaslahatan

warga sendiri.

HARI-hari ini adalah periode paling krusial dalam penanganan wabah


Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19. Tanpa keputusan yang tepat
dan penanganan yang paripurna, ledakan krisis multidimensi bakal
sulit dicegah.

Sejumlah pakar di Pusat Pemodelan Matematika dan Simulasi Institut


Teknologi Bandung menghitung puncak wabah Covid-19 di Indonesia
mungkin terjadi pada akhir Maret atau awal April mendatang. Ketika
itu, diperkirakan akan ada 8.000 kasus positif corona dengan 600
kasus baru muncul setiap hari.

Meski sebagian besar penderita Covid-19 bisa disembuhkan, akan ada


sedikitnya delapan persen pasien terjangkit virus corona yang butuh
penanganan intensif di ruang-ruang isolasi rumah sakit. Itulah
kekhawatiran terbesar para penyedia pelayanan kesehatan saat ini.

Tanpa penambahan drastis tenaga dan peralatan medis, rumah sakit


makin kewalahan. Ketidaksiapan terjadi merata di seluruh negeri.
Kekurangan alat pelindung diri yang krusial agar penyedia pelayanan
kesehatan tidak menjadi korban di garis depan sungguh
memprihatinkan. Ini indikasi Kementerian Kesehatan tidak
menjalankan fungsinya secara optimal.

Karena itu, upaya mencegah skenario terburuk wabah Covid-19 harus


menjadi prioritas kita semua. Ini bukan hanya tugas pemerintah,
melainkan tanggung jawab setiap warga negara.

Kebijakan untuk menjaga jarak (social distancing), misalnya, hanya


bisa efektif jika semua warga berpartisipasi dan menjaga diri dari
perilaku berisiko. Mengandalkan polisi dan perangkat pemerintah
lain untuk mengawasi dan menegakkan aturan bakal percuma
mengingat luasnya wilayah dan banyaknya penduduk kita.

Situasi krisis semacam ini kerap memunculkan karakter sebenarnya


dari sebuah bangsa. Ketika dihadapkan pada tantangan yang luar
biasa, kemampuan kita untuk menemukan solusi bersama tengah
diuji. Namun, syaratnya, warga harus mendapat informasi yang tepat
dan akurat. Transparansi dan kejujuran pemerintah merupakan
faktor kunci. Pemahaman terhadap masalah dan peran masing-
masing akan mendorong rakyat bahu-membahu dan saling menolong.

Solidaritas sosial semacam itulah yang benar-benar dibutuhkan saat


ini. Kita tak bisa berharap pada satu-dua orang saja untuk memimpin
negeri ini keluar dari masalah. Keberadaan juru selamat serba bisa
semacam itu hanya utopia. Kolektivitas kemauan dan kemampuan
warga negaralah yang bisa menyelamatkan negeri ini.

Solidaritas juga perlu digalang sampai ke mancanegara. Dukungan


internasional tak selalu harus berbentuk uang atau barang, tapi juga
bisa berupa tenaga kesehatan atau bahkan sekadar informasi. Negara-
negara yang sudah berhasil mengurangi tingkat penularan Covid-19
bisa diminta berbagi pengalaman. Strategi dan taktik mereka bisa
dipelajari.

Pemerintah tak perlu malu mengundang lembaga asing demi


kemaslahatan warga sendiri. Kondisi kita yang pontang-panting
menghadapi wabah tak perlu ditutup-tutupi. Tentu, kita juga harus
siap berbagi data, terutama soal pola penyebaran dan mutasi virus ini
di Indonesia, agar vaksin Covid-19 bisa segera ditemukan dan
digunakan bersama.

Menggalang solidaritas internasional adalah langkah penting karena


semua negara di dunia mengalami krisis. Wabah dengan skala
kerusakan sedahsyat ini hanya terjadi sekali dalam 100 tahun. Sudah
saatnya sikap saling curiga dan saling intip kelemahan diganti dengan
semangat kolaborasi. Apalagi kegagalan satu negara mengatasi
penularan virus corona akan menjadi kegagalan seluruh dunia.

Jalan untuk keluar dari wabah global ini bukannya tak tersedia. Para
ahli sudah memetakan masalah dan menawarkan solusi. Yang
dibutuhkan saat ini adalah kesediaan para pengambil kebijakan untuk
mengesampingkan kepentingan politik elektoral dan mengedepankan
kepentingan publik. Para pemimpin harus mulai mengambil
keputusan dengan dasar bukti ilmiah yang kuat, bukan kepentingan
ekonomi sesaat dari segelintir kroni di sekitarnya.

Pada masa wabah seperti sekarang, pertimbangan kesehatan


masyarakat harus menjadi patokan utama. Keputusan karantina
wilayah (lockdown), misalnya, harus memperhitungkan dampak
ekonomi bagi warga dengan penghasilan menengah ke bawah. Juga
mungkin-tidaknya karantina diberlakukan untuk wilayah dengan
banyak akses keluar-masuk seperti Jakarta. Namun, jika keputusan
itu bisa mencegah skenario terburuk penularan wabah, semua pihak
harus mengupayakan implementasinya.

Waktu kian menipis. Tak sampai dua pekan sebelum proyeksi puncak
ledakan penularan Covid-19 benar-benar terjadi. Apa yang kita
lakukan hari-hari ini, baik sebagai individu maupun sebagai
komunitas, akan menentukan bisa-tidaknya keluar dari lubang jarum
wabah ini.


Segera Buka Dialog untuk
Papua
majalah.tempo.co
2 mins read

• Konflik di Papua terus terjadi, perdamaian jauh dari kenyataan.

• Pendekatan kesejahteraan untuk mengatasi konflik gagal total.

• Presiden Jokowi perlu belajar dari penyelesaian konflik di Aceh dari SBY.

P
EMERINTAH semestinya mengevaluasi keberadaan Tentara
Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia
di Papua. Jumlah yang masif dari personel pertahanan dan
keamanan tersebut terbukti gagal menciptakan perdamaian di
wilayah itu.

Kekerasan di Papua belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir.


Sejak 28 Februari hingga 9 Maret lalu, terjadi tiga kali tembak-
menembak di Kabupaten Mimika, Papua. Seorang polisi dan satu
tentara tewas akibat insiden itu. Lebih dari 1.500 penduduk
Tembagapura, Mimika, mengungsi ke Kabupaten Timika. Pada 12
Maret, kelompok bersenjata membakar gereja di Tembagapura, yang
sempat dijadikan tempat persembunyian mereka. Di Kabupaten
Nduga, sekitar 250 penduduk tewas akibat konflik sejak Desember
2018 hingga Februari lalu.

Pemerintah berkukuh mempertahankan keberadaan personel


gabungan di Papua. Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan
Keamanan Mahfud Md. menyatakan pemerintah Joko Widodo tak
akan menarik sekitar 5.000 polisi dan tentara di wilayah itu. Mahfud
menyatakan penarikan pasukan akan membuat Papua hancur. Meski
yang terjadi adalah pendekatan keamanan, Wakil Presiden Ma’ruf
Amin mengklaim konflik di Papua akan diselesaikan dengan
pendekatan kesejahteraan.

Rezim Jokowi memilih terus mendaur ulang kekerasan di Papua.


Kehadiran polisi dan tentara dalam jumlah besar, disertai tindakan
represif terhadap penduduk lokal, menjadi salah satu akar persoalan
yang tak pernah tuntas. Apalagi pemerintah terus mengabaikan
pelanggaran hak asasi manusia oleh aparat negara. Kejaksaan Agung
pada awal Maret lalu memutuskan mengembalikan hasil penyelidikan
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia atas dugaan pelanggaran HAM
berat di Paniai yang menewaskan empat penduduk pada Desember
2014.

“Pendekatan kesejahteraan” ala Jokowi pun bukan solusi mujarab.


Presiden sejak 2014 belasan kali berkunjung ke Papua. Ia juga
membangun Jalan Trans Papua untuk menghubungkan berbagai kota.
Selain itu, ia membuat “tol laut”—angkutan kapal untuk memudahkan
pengangkutan logistik ke wilayah tersebut. Namun upaya ini belum
menunjukkan hasil. Tahun lalu pertumbuhan ekonomi di sana bahkan
minus 15,72 persen.

Pemerintah Jokowi juga belum mampu menciptakan sistem


pemerintahan yang baik dan transparan di Papua. Dana otonomi
khusus untuk Papua banyak diselewengkan. Walhasil, penggunaan
dana Rp 94,24 triliun sejak 2002 tidak terlihat efektif. Namun hal itu
bukan berarti pemerintah harus menyelesaikan konflik dengan
pendekatan keamanan.

Pemerintah seharusnya segera membuka dialog dengan berbagai


komponen masyarakat di Papua. Namun dialog baru bisa terlaksana
jika pemerintah mengurangi keberadaan polisi dan tentara di wilayah
itu. Jokowi bisa belajar dari pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono-
Jusuf Kalla yang berhasil menyelesaikan konflik di Aceh pada 2005.
Pemerintah saat itu mengedepankan dialog dengan Gerakan Aceh
Merdeka dan berhasil mencapai kesepakatan damai—meski, perlu
disebut, perdamaian cepat tercapai setelah bencana tsunami melanda
provinsi itu pada akhir 2004.

Presiden Jokowi perlu membentuk unit kerja khusus untuk mengatasi


berbagai persoalan di Papua. Diisi kalangan profesional dan
melibatkan warga Papua, tim ini bisa mendesain peta jalan
perdamaian di wilayah tersebut. Termasuk mencari solusi untuk
menghentikan dan menuntaskan berbagai pelanggaran hak asasi
manusia.

Sudah saatnya Jokowi menunjukkan keseriusannya mengatasi krisis


kemanusiaan di Papua. Dia bisa memulainya dengan memberikan rasa
keadilan untuk rakyat Papua melalui penuntasan berbagai kasus hak
asasi. Mengabaikan kejahatan hak asasi di Papua bakal membuat
posisi Indonesia terus disorot dunia.


Bahaya Ekonomi di Masa
Pandemi
majalah.tempo.co
2 mins read

P
EMERINTAH jangan mengulangi kesalahan pada masa-masa
awal penanganan Pandemi Corona (Covid-19): serba
terlambat dan terkesan meremehkan. Kondisi ekonomi
Indonesia selama masa Pandemi Corona yang terus memburuk ini
memerlukan penyelesaian yang cepat dan menyeluruh.

Corona jelas telah memukul telak ekonomi Indonesia. Indeks saham


Bursa Efek Indonesia melemah 33 persen dibandingkan dengan awal
2020, terburuk sejak 2015. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika
Serikat anjlok ke level 16.273, terendah sejak Juni 1998. Investor
asing di pasar uang dan pasar modal terus menarik dananya dari
pasar Indonesia. Situasi ini belum akan berhenti karena wabah corona
di Indonesia makin luas. Kasus dan korban corona juga terus
bertambah.
Prognosis ekonom Australian National University, Warwick McKibbin
dan Roshen Fernando, dalam riset bertajuk “The Global
Macroeconomic Impacts of Covid-19” jelas menunjukkan kegawatan
yang luar biasa. Dampak ekonomi akibat corona ini jauh lebih buruk
dibanding Flu Spanyol pada 1918-1919, wabah paling mematikan
sepanjang sejarah yang menewaskan 40 juta orang di seluruh dunia.
Dampak corona juga diperkirakan bisa mencapai US$ 2,4 triliun,
bandingkan dengan SARS pada 2003 yang memangkas ekonomi dunia
US$ 40 miliar.

Kedua ekonom itu membuat tujuh skenario berdasarkan tingkat


sebaran virus corona, kasus, dan jumlah korban tewas. Skenario 1-3
jika corona hanya terjadi di Cina dan bersifat sementara. Skenario 4-
6, corona menyebar ke seluruh dunia dan bersifat sementara.
Skenario 7, corona menyebar ke seluruh dunia dan wabah ringan akan
berulang pada tahun-tahun mendatang. Mereka membuat prognosis
berdasarkan lima faktor guncangan (shock), yakni suplai tenaga
kerja, equity risk premium, biaya produksi, permintaan konsumsi, dan
belanja pemerintah.

Pada Indonesia, suplai tenaga kerja menurun, equity risk premium


naik, biaya produksi naik, permintaan turun, dan anggaran belanja
naik. Berdasarkan simulasi itu, keduanya memperkirakan,
pertumbuhan ekonomi (PDB) Indonesia pada 2020 akan terkoreksi 1,3
persen pada skenario empat; 2,8 persen pada skenario lima; 4,7
persen pada skenario enam; dan 1,3 persen pada skenario tujuh.
Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2020, Indonesia
merencanakan PDB sebesar 5,3 persen. Untuk skenario 4 saja PDB
Indonesia akan jatuh jadi 4 persen.

Melihat berbagai skenario tersebut, ekonomi Indonesia pada 2020


dan tahun-tahun mendatang sangat bergantung pada penanganan
Pandemi Corona. Makin lama penanganannya, virus akan makin
menyebar dan korban bakal terus berjatuhan. Hingga Jumat, 20 Maret
lalu, sudah 32 orang meninggal akibat Covid-19. Memang angka
tersebut masih jauh dari jumlah 647 pada skenario 4. Namun
pemerintah semestinya berusaha keras agar korban tewas tak sampai
di angka tersebut.

Presiden Joko Widodo sudah mencanangkan tiga program utama,


yakni realokasi anggaran dengan fokus pada kesehatan (corona),
jaringan pengaman sosial, serta perlindungan usaha mikro, kecil, dan
menengah. Namun pidato saja jelas tak cukup. Pemerintah perlu
mempercepat pengajuan RAPBN Perubahan 2020 dan mendorong
daerah melakukan hal yang sama. Jika hal itu tidak segera dilakukan,
pemerintah hanya bisa memakai dana tanggap darurat yang
jumlahnya Rp 5 triliun.
Perombakan APBN bisa dimulai dengan memangkas anggaran
infrastruktur yang mencapai Rp 423 triliun. Program pembangunan
ibu kota baru bisa ditunda, juga pengembangan lima destinasi
pariwisata superprioritas. Anggaran tersebut bisa direalokasikan
untuk belanja kesehatan, terutama untuk penanganan Covid-19.
Realokasi juga harus ditujukan untuk anggaran jaring pengaman
sosial serta perlindungan usaha mikro, kecil, dan menengah. Masalah
lain yang juga segera terjadi adalah pengurangan tenaga kerja (PHK)
besar-besaran.


Momentum Membenahi
Mahkamah
majalah.tempo.co
2 mins read

M
ahkamah Agung segera memilih ketua baru menyusul
pensiunnya Muhammad Hatta Ali pada awal April nanti.
Saatnya mereformasi Mahkamah.

Momentum Membenahi Mahkamah

• Mahkamah Agung segera memilih ketua baru menyusul pensiunnya Muhammad

Hatta Ali pada 7 April nanti.

• Pergantian Ketua Mahkamah Agung itu menjadi momentum krusial bagi MA

untuk melakukan reformasi internal dan membersihkan diri.

• Mahkamah Agung seharusnya menjadi tempat terakhir bagi masyarakat untuk

memperoleh keadilan, bukan tempat para penjahat mempermainkan hukum.


PERGANTIAN Ketua Mahkamah Agung pada awal April nanti menjadi
momentum krusial bagi Mahkamah untuk melakukan reformasi
internal dan membersihkan lembaga itu dari korupsi. Sederet kasus
rasuah yang melibatkan hakim dan pejabat di lembaga peradilan itu
membuat kepercayaan publik kepada Mahkamah merosot. Mahkamah
seharusnya menjadi tempat terakhir bagi masyarakat untuk
memperoleh keadilan, bukan tempat para penjahat mempermainkan
hukum.

Publik menyoroti kinerja Mahkamah Agung karena sejumlah kasus


korupsi yang menyeret hakim dan pejabat di lembaga itu. Indonesia
Corruption Watch mencatat, di era kepemimpinan Muhammad Hatta
Ali (2012-2018), terdapat sebelas hakim yang terjaring operasi
tangkap tangan Komisi Pemberantasan Korupsi. Itu belum termasuk
kasus yang melibatkan pejabat Mahkamah, seperti kasus mantan
Sekretaris Mahkamah Agung, Nurhadi. Ia terseret masalah
pengaturan perkara di Mahkamah pada 2016 dan telah ditetapkan
sebagai tersangka oleh KPK.

Wibawa Mahkamah Agung merosot di mata publik juga akibat


sejumlah putusan kontroversial lembaga peradilan. Tahun lalu,
setidaknya ada dua putusan bermasalah menyangkut kasus besar
yang menjadi perhatian publik. Pertama, vonis bebas terdakwa kasus
Bantuan Likuiditas Bank Indonesia, Syafruddin Arsyad Temenggung,
di tingkat kasasi. Kedua, vonis bebas terdakwa kasus suap proyek
pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap Riau-1, Sofyan Basir,
pada pengadilan tingkat pertama.

Lembaga peradilan tampaknya belum berpihak pada pemberantasan


korupsi. Selain putusan Mahkamah yang mengundang curiga, masih
banyak vonis ringan bagi terdakwa korupsi. Pada 2018, misalnya,
menurut data ICW, rata-rata vonis untuk terdakwa korupsi hanya 2
tahun 5 bulan penjara. Adapun sepanjang 2017-2018, Mahkamah
setidaknya telah membebaskan 101 narapidana korupsi melalui upaya
hukum peninjauan kembali.

Itulah sederet pekerjaan rumah pengganti Hatta Ali, yang akan


pensiun pada 7 April nanti. Selain memberantas korupsi di lembaga
peradilan, Ketua Mahkamah Agung berikutnya mesti membereskan
tumpukan kasus, mempersingkat waktu penyelesaian perkara,
memperbaiki rekrutmen hakim, dan mendorong keterbukaan
informasi di lembaga peradilan.

Untuk membereskan semua itu, Mahkamah Agung tidak hanya


membutuhkan sosok yang berintegritas, tapi juga yang cakap dalam
mengelola urusan internal lembaga. Celakanya, pemilihan ketua
dilakukan di antara para hakim agung. Untuk mempertahankan
independensi, mekanisme ini bagus -bagus saja. Tapi, tanpa
partisipasi dan pengawasan publik, seleksi tertutup itu rawan
kongkalikong. Agar terbuka, Mahkamah sebaiknya melibatkan publik
dengan membentuk panitia seleksi. Tentu saja mula-mula dengan
memperbaiki aturan tentang seleksi Ketua Mahkamah Agung.
Mahkamah hendaknya juga melibatkan KPK serta Pusat Pelaporan
dan Analisis Transaksi Keuangan.

Mahkamah Agung saat ini cenderung bergerak tanpa pengawasan


setelah kewenangan Komisi Yudisial untuk memonitor hakim agung
dipangkas Mahkamah Konstitusi pada 2006. Para akademikus dan
pemangku kepentingan hendaknya memikirkan cara agar kontrol
terhadap Mahkamah Agung dapat kembali ditegakkan.


Raymundus Rikang
majalah.tempo.co
8 mins read

Petugas medis Rumah Sakit Umum Zainal Abidin, Banda


Aceh di ruangan Respiratory Intensive Care Unit saat
kedatangan pasien baru terduga Covid-19, 9 Maret 2020.
ANTARA/Ampelsa

• Dokter dan perawat pasien Covid-19 kekurangan alat pelindung diri.

• Diperkirakan pada akhir Mei 2020 ada 60 ribu orang positif corona.

• Jumlah ruang isolasi, ventilator, dan tenaga medis diprediksi tak mampu

menangani lonjakan jumlah pasien Covid-19.

P
AKAIAN dinas Listiyanti kini lebih tebal ketimbang biasanya.
Perawat di ruang isolasi Rumah Sakit Penyakit Infeksi
Sulianti Saroso, Jakarta, itu sebelumnya cukup mengenakan
baju hazmat dan masker jenis N95 ketika berkontak dengan pasien
yang terjangkit Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19. Semua
pakaian itu diganti dengan yang baru ketika ia berpindah menangani
pasien lain.

Sejak Rabu, 18 Maret lalu, perawat 40 tahun itu harus melapis baju
hazmat dengan pakaian medis sekali pakai dari bahan plastik. Masker
N95 yang menutupi hidung dan mulutnya pun ditambah dengan
masker bedah. Ketika berpindah ke pasien lain, Listiyanti mencopot
masker bedah dan jas medis. Kostum hazmat dan masker N95 tak lagi
dicopot. “Kami harus berhemat,” kata Listiyanti. Menurut dia,
prosedur itu berlaku setelah pengelola rumah sakit mengumumkan
bahwa stok alat pelindung diri di RSPI Sulianti Saroso mulai menipis
seiring dengan membeludaknya pasien Covid-19.

Petugas medis membawa barang milik pasien diduga terinfeksi virus COVID-19 ke
ruang isolasi di RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso, Sunter, Jakarta Utara, 4 Maret 2020.
ANTARA/Muhammad Adimaja

Rumah Sakit Umum Pusat Dr Sardjito, Yogyakarta, melakukan hal


serupa. Kepala Instalasi Gawat Darurat Handoyo Pramusinto
mengatakan persediaan alat pelindung diri yang dimiliki rumah sakit
itu hanya cukup sampai dua bulan mendatang. Padahal RSUP Sardjito
kebanjiran ratusan orang yang ingin mengecek virus. Mereka pun
harus merawat pasien dalam pemantauan.

Menyiasati situasi itu, kata Handoyo, para tenaga medis mengatur


jadwal perawatan pasien. Dokter dan perawat yang mengenakan satu
set alat perlindungan mengunjungi pasien dengan risiko rendah
sebelum merawat pasien berisiko tinggi. Setelah itu, pakaian
didekontaminasi. Belakangan, mereka mendapat pakaian hazmat
sumbangan yang harganya Rp 850 ribu—lebih mahal Rp 600 ribu
ketimbang baju standar yang dimiliki pihak rumah sakit. “Berhemat
bukan berarti menurunkan standar,” kata Handoyo.
Bukan hanya alat perlindungan diri, ketersediaan kasur dan mesin
ventilator di sejumlah rumah sakit rujukan pasien Covid-19 juga
minim. Atika Rahmawani, perawat di RSPI Sulianti Saroso,
mengatakan ruang isolasi di rumah sakit itu hanya memiliki sebelas
kasur dan satu ventilator atau alat bantu pernapasan. Setelah jumlah
pasien corona membengkak, RSPI Sulianti Saroso menambah delapan
ranjang dan dua ventilator. Pada Kamis, 19 Maret lalu, rumah sakit itu
menangani 51 pasien Covid-19. “Sekarang kapasitasnya ranjangnya
sudah penuh,” kata Atika.

•••

PONTANG-panting tenaga medis dan minimnya fasilitas rumah sakit


rujukan Covid-19 menjadi salah satu topik yang dibahas dalam rapat
yang diadakan anggota staf khusus Presiden Joko Widodo, Andi
Taufan Garuda Putra. Berlangsung selama dua setengah jam lewat
telekonferensi video, rapat itu dihadiri 16 pakar dan perwakilan
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Anggota Dewan Pakar
Indonesia Strategic Institute, Sidrotun Naim, yang mengikuti rapat
tersebut, bercerita bahwa para pakar melontarkan kritik kepada
pemerintah saat membahas persoalan fasilitas dan tenaga medis.

Menurut Sidrotun, pemerintah seharusnya menjamin ketersediaan


alat pelindung diri untuk dokter dan perawat. Apalagi mereka
berjibaku dengan virus yang berbahaya dan belum ada vaksinnya.
“Mereka garda depan yang harus dibekali senjata. Kalau tidak, jangan
nekat ke medan tempur,” kata Sidrotun.

Mesty Ariotedjo dari Ikatan Dokter Anak Indonesia, yang juga


mengikuti pertemuan tersebut, menilai sarana kesehatan yang
tersedia di rumah sakit rujukan tak cukup untuk mengantisipasi
lonjakan jumlah pasien corona. Mengutip riset para peneliti
Indonesia, para pakar yang hadir menyebutkan kasus Covid-19 akan
meningkat drastis dalam beberapa pekan mendatang. “Kami
merekomendasikan pemerintah menyiapkan ruang isolasi dan alat
bantu pernapasan di rumah sakit non-rujukan dan swasta,” ujar
Mesty.

Salah satu kajian yang menjadi rujukan adalah penelitian yang


dipimpin Nuning Nuraini dari Pusat Pemodelan Matematika dan
Simulasi Institut Teknologi Bandung. Menggunakan model yang
dikembangkan F.J. Richards—akademikus Imperial College London—
Nuning dan koleganya memperkirakan jumlah kasus melonjak jauh
pada akhir Maret-awal April 2020. Diperkirakan bakal ada 8.000
kasus positif corona pada 12 April mendatang. Perhitungan itu diambil
berdasarkan angka resmi yang dirilis pemerintah pada 2-7 Maret lalu.
“Pertambahan kasus per hari juga meningkat menjadi 600 pasien,”
katanya.

Ruang Isolasi RSPI Sulianti Saroso, Jakarta, Februari 2020. REUTERS/Ajeng Dinar
Ulfiana

Sabtu, 21 Maret, dengan menggunakan data resmi pemerintah pada 2-


20 Maret, Nuning dan timnya memprediksi bakal ada 60 ribu kasus
positif corona pada akhir Mei mendatang. Adapun pertambahan kasus
per hari meningkat menjadi 2.000 pasien. Menurut Nuning, timnya
memilih model Richards karena terbukti cukup akurat memprediksi
fase endemik sindrom pernapasan akut parah atau SARS di Hong
Kong pada 2003. Walau begitu, Nuning mengingatkan bahwa
pemodelan itu sekadar kajian awal yang hasilnya bisa berubah seiring
dengan pembaruan data pasien.

Dengan perkiraan tersebut, kekhawatiran para pakar yang diundang


rapat dengan Istana sangat beralasan. Di Jakarta saja, provinsi
dengan kasus Covid-19 tertinggi, hanya tersedia 66 kasur di ruang
isolasi khusus. Mengutip basis data di situs resmi rumah sakit
rujukan dan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian,
fasilitas itu tersebar di tiga dari delapan rumah sakit rujukan, yaitu
RSPI Sulianti Saroso, Rumah Sakit Persahabatan, dan Rumah Sakit
Fatmawati. Ketersediaan ranjang meningkat menjadi 500 unit jika
menambahkan jumlah tempat tidur di ruang perawatan intensif, yang
tidak dibangun untuk mengkarantina pasien infeksi menular.
Wakil Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Khafifah Any menyebutkan
semua rumah sakit rujukan pasien corona sebenarnya punya ruang
isolasi khusus yang dilengkapi ranjang perawatan. “Tapi jumlahnya
memang sangat terbatas,” kata Khafifah. Pemerintah DKI Jakarta
berencana menambah 500 ranjang di sejumlah rumah sakit sampai
awal April mendatang.

Mengantisipasi kebutuhan ruang isolasi, pemerintah pun


merehabilitasi barak pengungsi Vietnam di Pulau Galang, Kepulauan
Riau, menjadi rumah sakit isolasi. Direktur Jenderal Cipta Karya
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Danis Hidayat
mengatakan target merampungkan rumah sakit khusus itu adalah
akhir Maret 2020. Pihak kontraktor mengerahkan 1.400 pekerja
untuk menyelesaikan pembangunan 400 kamar isolasi. “Perkiraan
biayanya Rp 400 miliar,” ujar Danis.

Persiapan penyemprotan cairan disinfektan pada Wisma Atlet di Kemayoran,


Jakarta, 21 Maret 2020. ANTARA/M. N. Kanwa

Presiden Jokowi juga memerintahkan Gugus Tugas Covid-19 menyulap


Wisma Atlet Kemayoran menjadi rumah sakit darurat. Bekas fasilitas
Asian Games 2018 itu punya lebih dari 7.000 kamar yang tersebar di
tiga gedung. Presiden meminta wisma atlet itu resmi dibuka menjadi
rumah sakit paling lambat Sabtu malam, 21 Maret 2020.

Beberapa jam sebelum rencana pembukaan pada Sabtu, 21 Maret,


puluhan pekerja hilir-mudik di area wisma itu. Sejumlah orang
mengoperasikan mesin potong rumput dan membabat gulma yang
tumbuh di area taman. Belasan kantong sampah berwarna hitam
menumpuk di lobi Tower 1. Seorang anggota Tentara Nasional
Indonesia yang bertugas di Tower 1 mengatakan tak sembarang orang
bisa masuk setelah kawasan itu diputuskan menjadi rumah sakit
darurat. Hanya karyawan PT Adhi Karya dan petugas berwenang yang
boleh masuk.

Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir pun memerintahkan


rumah sakit milik perusahaan pelat merah ikut menangani pasien
corona. Ada 65 rumah sakit BUMN dengan kapasitas 155 ranjang dan
66 ruang observasi yang akan disiapkan. Pemerintah juga
mengerahkan rumah sakit milik Kepolisian RI dan TNI, yang
jumlahnya 162 unit. “Kami mengerahkan semua sumber daya dan
infrastruktur yang dimiliki untuk mengatasi wabah ini,” kata Achmad
Yurianto, juru bicara penanganan corona Indonesia.

Pemerintah juga berupaya menyuplai sejumlah alat kesehatan yang


mulai langka di pasar. Pada awal Maret lalu, Presiden Jokowi
menyebutkan Indonesia masih memiliki stok 50 juta masker. Namun,
pekan lalu, kelangkaan masker masih terjadi di Ibu Kota dan daerah
lain. Pada Jumat malam, 20 Maret lalu, dua toko farmasi di Mal
Pejaten Village, Jakarta Selatan, tak memiliki stok masker dan cairan
pembersih tangan. Begitu pula retail Kimia Farma, BUMN farmasi, di
Jalan Warung Jati Barat, Jakarta Selatan. Menurut Tami, petugas di
toko itu, masker tersedia pada pagi hari dan habis dalam hitungan
jam. “Satu pelanggan cuma boleh membeli satu plastik yang berisi
dua masker.”

Novi Trianita, karyawan swasta di Jakarta Barat, juga kesulitan


mencari masker. Ia sampai meminta keluarganya di Tuban, Jawa
Timur, mencarikan masker. Tapi, di sana, masker pun sulit
ditemukan. Rachmawati, seorang anggota staf pemasaran, juga
kesulitan mencari masker di toko online. “Satu masker bisa Rp 5.000-
8.000,” ujarnya.

Melalui perusahaan farmasi pelat merah, Menteri Badan Usaha Milik


Negara berjanji menyediakan 4,7 juta masker pada akhir Maret—
momen puncak wabah seperti disimulasikan tim dari ITB. Direktur
Utama PT Indofarma Arief Pramuhanto mengatakan perusahaannya
diperintahkan memproduksi masker untuk kebutuhan dalam negeri.
Namun ia menyebutkan mesin produksi yang rencananya dibeli dari
Cina atau India baru tiba dua bulan lagi atau Mei 2020. “Kapasitasnya
maksimal 600 ribu per bulan,” ucap Arief.

Hal lain yang juga dikhawatirkan adalah jumlah tenaga medis yang
bakal menangani pasien Covid-19. Ketua Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia Agus Dwi Susanto menyebutkan, di Indonesia, ada sekitar
seribu dokter paru dan 200 di antaranya berdinas di Jakarta.
Idealnya, kata dia, satu dokter paru merawat sepuluh pasien saja. Jika
terjadi lonjakan jumlah korban corona menjadi 60 ribu orang pada
akhir Mei mendatang seperti diperkirakan para ahli matematika dari
ITB, bisa saja terjadi kekurangan dokter paru.

Agus mengatakan, sampai saat ini, pasien corona masih bisa


tertangani. “Jumlah dokter paru masih cukup,” ujarnya. Jika ledakan
pasien corona terjadi, mau tidak mau penanganannya harus
melibatkan dokter spesialis lain. Tapi, dengan wabah yang sudah
meluas, kata Agus, jumlah dokter, perawat, dan alat kesehatan bukan
lagi yang utama. “Harus ada kebijakan yang memutus mata rantai
penyebaran, seperti karantina parsial di daerah yang kasusnya
tinggi,” ujar Agus.

•••

PERSOALAN lockdown atau karantina wilayah juga dibahas dalam


rapat para pakar kesehatan dengan staf khusus Jokowi dan Gugus
Tugas Covid-19. Anggota Dewan Pakar Indonesia Strategic Institute,
Sidrotun Naim, mengatakan semua pakar tak setuju dengan isolasi
kota secara total. Yang dianjurkan forum adalah memodifikasi skema
isolasi dengan menutup batas kota, tapi tetap mengizinkan mobilitas
warga untuk mengantar logistik dan mengakses fasilitas kesehatan.

Langkah mitigasi seandainya pemerintah memutuskan karantina kota


juga dibicarakan. Menurut Sidrotun, pakar mendesak pemerintah
mengadakan tes massal begitu jalur-jalur masuk ditutup. Skemanya
bisa dengan mendatangi rumah-rumah warga atau menetapkan
puskesmas menjadi posko pengujian. Pembahasan soal pendeteksian
corona ini sempat menghangatkan forum. Sebagian besar peserta
rapat menilai semestinya pemerintah lebih sigap melakukan
pengujian sebelum wabah merebak. “Seharusnya pemerintah pakai
mindset krisis, bukan ritme kerja reguler,” ujar Sidrotun
menceritakan masukan seorang peserta rapat.
Pembangunan gedung rumah sakit khusus Corona di kawasan bekas Camp Vietnam
di Pulau Galang, Batam, Kepulauan Riau, 20 Maret 2020. ANTARA/M. Risyal Hidayat

Diskusi makin alot ketika menyinggung soal transparansi pemerintah.


Sidrotun mengatakan ada pakar yang mempersoalkan pernyataan
Jokowi pada Jumat, 13 Maret lalu, bahwa pemerintah tidak membuka
semua data mengenai penyebaran corona kepada publik. Saat itu,
Jokowi menyatakan tak ingin menimbulkan kepanikan. Menurut
pakar tersebut, penutupan informasi seperti jumlah riil pasien
terjangkit dan lokasi penularan justru bisa membantu penyebaran
wabah yang lebih luas.

Seorang pejabat di Balai Kota yang menangani Covid-19 mengatakan


informasi yang disampaikan secara rutin oleh pemerintah tidak
menggambarkan kondisi sebenarnya di lapangan. Ia mencontohkan,
pada 18 Maret 2020, pemerintah melaporkan ada 19 pasien
meninggal akibat terpapar corona dan 12 di antaranya berada di
Jakarta. Padahal, kata pejabat DKI itu, angka 12 pasien sudah
diketahui beberapa hari sebelum diumumkan pemerintah.

Juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Achmad


Yurianto, membantah tudingan bahwa pemerintah menutupi jumlah
pasien yang terpapar corona dan yang meninggal. Dia berdalih rumah
sakit tak melaporkan kasus kematian secara rutin. “Pemerintah pusat
harus mendata ulang jumlahnya,” kata Yurianto.

Lalu berapa sebenarnya jumlah penderita Covid-19? Makhyan Jibril,


dokter lulusan University College London, mencoba menggunakan
pemodelan epidemiologi versi Tomas Pueyo—pakar teknologi lulusan
Stanford University. Dengan metode tersebut, Makhyan menemukan
formula bahwa kasus positif Covid-19 yang terjadi di lapangan
sebenarnya 27 kali lebih banyak daripada yang dideteksi pemerintah.
Artinya, jika pemerintah mengumumkan 450 kasus pada Sabtu, 21
Maret 2020, dengan 38 orang meninggal dan 20 orang sembuh,
diperkirakan ada 12 ribuan kasus positif yang terjadi di Indonesia.
“Itu perkiraan matematis. Bisa saja lebih rendah, bisa juga lebih
tinggi,” ujar Makhyan.

RAYMUNDUS RIKANG, BUDIARTI UTAMI PUTRI, NUR


ALFIYAH, PRAMONO, ANWAR SISWADI (BANDUNG),
AHMAD RAFIQ (SOLO), SHINTA MAHARANI
(YOGYAKARTA)
FASILITAS TAMBAHAN RUANG ISOLASI

• 1.800 tempat tidur di Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta


• 12 Laboratorium pemeriksaan spesimen Covid-19
• Rumah Sakit Pulau Galang (dalam pembangunan) Kapasitas 1.000
pasien, 50 ruang isolasi

MENCEGAH PANDEMI COVID-19

• Menjaga jarak bila bertemu


• Jangan bersentuhan
• Cuci tangan memakai sabun
• Hindari kerumunan
• Bagi yang sedang sakit, gunakan masker

Gugus Tugas Penanganan Covid-19



MEREKA YANG
BERTARUH NYAWA
majalah.tempo.co
4 mins read

• Petugas kesehatan khawatir menularkan Covid-19 kepada keluarga mereka.

• Persatuan Perawat Nasional Indonesia khawatir terhadap kondisi perawat di

rumah sakit non-rujukan.

B
ELUM kelar mengobservasi pasien Covid-19, Atika
Rahmawani sudah mendapat tugas baru. Ketua tim perawat
yang berjaga di Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti
Saroso, Jakarta, mengabarkan ada lagi pasien terduga Covid-19 yang
sudah menunggu di ruang instalasi gawat darurat. “Saya diminta
membawa pasien itu ke ruang isolasi,” katanya, Jumat, 20 Maret lalu,
tentang kesibukannya pada awal Maret ketika penyakit yang
disebabkan oleh virus corona baru mulai merebak di Indonesia.

Atika buru-buru masuk ke ruang antara (anteroom) untuk mengganti


segala alat pelindung diri. Perawat 36 tahun itu mencopot visor atau
plastik pelindung wajah, membuka kacamata yang menempel ketat di
mukanya (goggles), melepaskan masker N95 yang membuatnya tak
leluasa bernapas, mencopot hazmat—seperti pakaian astronaut—yang
membuat baju dinasnya basah oleh keringat, serta membuka sarung
tangan panjang dan sepatu botnya. Atika hanya menyisakan pakaian
dinas yang dia kenakan.

Ia mengelap visor dan goggles dengan pembersih berbentuk seperti


tisu basah. Sedangkan bot dia bersihkan dengan cairan klorin. Atika
lalu mengganti semua perlengkapannya dengan yang baru. Seorang
perawat pencegah dan pengendali infeksi (IPCN) mengawasinya dari
kamera pemantau (CCTV). Jika alat pelindung diri itu ada yang tak
tertutup rapat, dia akan menegur Atika lewat interkom. Kali itu,
semuanya oke.

Sambil mengatur napas, Atika kemudian mengunjungi pasien Covid-


19 kedua. Setiap perawat mendapat jatah mengobservasi dua pasien.
Ia mengukur tekanan darah pasien tersebut, memeriksa suhu
tubuhnya, menanyakan kondisinya, sambil mengajaknya ngobrol.
Setelah menyelesaikan pemeriksaannya selama sekitar satu jam,
Atika masuk lagi ke ruang antara. Ia kembali mencopot segala
perlengkapan pelindung diri, bersih-bersih, lalu menggantinya
dengan yang baru, seperti sebelumnya. Setelah semua kelar, ia buru-
buru berjalan ke ruang instalasi gawat darurat, menjemput pasien
baru, mengikuti instruksi ketua perawat.

Atika mengantarkan pasien tersebut ke ruang isolasi bersama satu


perawat lain. “Habis itu, saya lepas semua alat pelindung diri, mandi,
keramas, baru kembali ke ruang perawat untuk mengawasi pasien
lewat CCTV,” ujarnya. Setiap kali giliran berjaga, ia bisa mandi dan
keramas sampai tiga kali di rumah sakit.

Kerepotan semacam ini sudah dia lakoni sejak Covid-19 mulai


mewabah di Tanah Air. RSPI Sulianti Saroso adalah rumah sakit
rujukan pertama yang menangani pasien corona. Sejak awal
menerima pasien kasus 01 dan 02 pada 1 Maret lalu—saat itu belum
dinyatakan positif—semua tenaga kesehatan di sana diwajibkan
menggunakan alat pelindung diri. Sebab, tanpa tameng tersebut,
mereka rawan terjangkit virus corona. “Kami harus aman dulu karena
kami juga punya keluarga. Setidaknya itu yang kami jaga,” kata
Listiyanti, perawat lain di RSPI Sulianti Saroso.

Namun korban memang sudah berjatuhan. Sampai akhir pekan lalu,


setidaknya dua dokter dilaporkan meninggal dengan status positif
corona. Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Mohamad
Adib Khumaidi membenarkan kabar itu.
“Beberapa dokter memang meninggal karena merawat pasien positif
corona,” kata Adib ketika dimintai konfirmasi, Sabtu, 21 Maret.
Menurut Adib, IDI saat ini masih menunggu data lengkap sebelum
bisa memastikan jumlah tenaga medis dan tenaga kesehatan lain yang
meninggal dalam pekerjaannya di garis depan.

•••

Atika dan Listiyanti adalah dua dari 30-an perawat yang menangani
Covid-19 di RSPI Sulianti Saroso. Mereka merawat Nursita Tyasutami
(pasien 01), Maria Darmaningsih (pasien 02), dan Ratri Anindyajati
(pasien 03) serta beberapa pasien lain secara bergantian. “Saya takut
tertular. Tapi, jika bukan saya yang merawat, siapa lagi?” ujar
Listiyanti. Ketiga pasien tersebut telah sembuh dan kembali ke
rumahnya di Kota Depok, Jawa Barat.

Kecemasan juga dirasakan perawat Rumah Sakit Umum Pusat Dr


Sardjito, Yogyakarta, Edi Sukoco. Lelaki 49 tahun itu waswas bakal
menulari istri dan dua anaknya di rumah. Untuk jaga-jaga, Edi selalu
mengukur suhu tubuhnya sebelum pulang dan segera memeriksakan
diri ke dokter jika mulai batuk.

Meski khawatir, para perawat itu tetap memenuhi kebutuhan pasien


di kamar isolasi, dari menyediakan makanan, minuman, dan obat
penunjang sampai memantau kondisi para pasien. Jika ada kondisi
darurat, merekalah yang tergopoh-gopoh datang.

Perawat Rumah Sakit Umum Pusat Dr Sardjito, Yogyakarta, Edi


Sukoco.ANTARA/Aswaddy Hamid

Mereka tak hanya mengulurkan tangan untuk menolong, tapi juga


memasang telinga untuk mendengarkan curahan hati pasien.
Terkadang mereka melemparkan lelucon atau mengajak pasien
bernyanyi. “Saya membayangkan berada di posisi mereka, sakit dan
sendirian di ruang isolasi berhari-hari, pasti stres,” kata Listiyanti.
Padahal stres akan membuat imun tubuh yang bertugas melawan
corona ngedrop.

Maria Darmaningsih bercerita, para perawat di RSPI Sulianti Saroso


sangat tanggap memenuhi kebutuhannya. Ia sering memanggil
mereka, misalnya, ketika air minumnya kurang. Mereka juga
berusaha menghibur dia dan anak-anaknya, terutama Sita. Sita
sempat menangis lama karena merasa bersalah telah menularkan
virus corona kepada keluarganya. Ia juga mengalami stres karena
dirisak di media sosial. “Mereka datang, mengelus-elus dia, atau
menenangkan Sita lewat interkom,” ujar Maria.

Dokter residen di Rumah Sakit Umum Pusat Hasan Sadikin, Bandung,


Kevin Fachri Muhammad, juga sering mengobrol dengan para pasien
yang diisolasi. Para pasien tersebut kadang mengajaknya melakukan
panggilan video. Mereka butuh teman untuk mengurangi kegelisahan
karena positif corona. “Kalau bukan kami yang memberi aura positif,
takutnya mereka malah jadi depresi,” katanya.

Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia Harif Fadhillah


mengatakan para perawat yang ada di garda depan di rumah sakit
rujukan ini rawan tertular Covid-19. Tapi organisasinya lebih
khawatir terhadap tenaga medis yang bertugas di rumah sakit non-
rujukan, terutama yang berjaga di ruang unit gawat darurat. Mereka
tak diberi alat perlindungan yang memadai. Padahal bisa jadi pasien
yang datang sudah terinfeksi corona. “Sebelum hasil laboratoriumnya
keluar, mereka tak tahu apakah pasiennya positif atau tidak,” ujarnya.
Salah satu perawat di rumah sakit non-rujukan di Jakarta meninggal
karena Covid-19.

RS Yayasan Rumah Sakit Islam Surakarta (Yarsis), Sukoharjo, Jawa


Tengah, adalah salah satu rumah sakit yang kena getah. Pasien yang
meninggal di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Moewardi, Surakarta,
yang kemudian terkonfirmasi positif Covid-19 merupakan rujukan
dari RS Yarsis.

Rumah sakit itu mesti mengkarantina 45 petugasnya yang berkontak


dengan pasien tersebut selama dua pekan. Ruangan juga disterilkan.
RS Yarsis menerapkan prosedur baru sejak itu. Para petugas harus
mengenakan alat pelindung diri lengkap ketika menerima pasien.
“Kami belajar dari pengalaman pertama itu,” kata Direktur Umum RS
Yarsis Iswati.

NUR ALFIYAH, PRAMONO, AHMAD RAFIQ (SOLO), ANWAR SISWADI (BANDUNG), SHINTA

MAHARANI (YOGYAKARTA), ASHEANTY (PONTIANAK), MADE ARGA (BALI), JAMAL A. NASHR

(SEMARANG)
Lobi Kilat Memburu
Detektor
majalah.tempo.co
4 mins read

P
emerintah mengupayakan alat tes Covid-19 dari berbagai
negara. Tetap membeli yang tak direkomendasikan.

Pemeriksaan suhu tubuh warga di pos pemantauan virus


Corona RSPI Sulianti Saroso, Jakarta Utara, 3 Maret 2020.
ANTARA/Indrianto Eko Suwarso

• Dua duta besar mendapat instruksi khusus mencari alat pendeteksi Chovid-19.

• Sebagian alat uji virus corona yang dibeli tak sesuai dengan standar Badan

Kesehatan Dunia.

• Pemerintah memilih detektor yang diproduksi perusahaan asal Swiss.


DIPIMPIN Menteri Luar Negeri Retno Lestari Priansari Marsudi, rapat
telekonferensi dengan para perwakilan Indonesia di luar negeri
digelar pada Rabu, 18 Maret lalu. Retno meminta setiap kantor
perwakilan menyiapkan protokol dan bersiap jika ada warga
Indonesia terpapar Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19. Juru
bicara Kementerian Luar Negeri, Teuku Faizasyah, membenarkan
adanya konferensi video tersebut.

Di luar agenda utama itu, Retno menyisipkan permintaan kepada


perwakilan di Cina dan Swiss agar mencari perangkat tes Covid-19
dari berbagai perusahaan. Duta Besar Indonesia untuk Swiss,
Muliaman Hadad, membenarkan adanya instruksi tersebut. “Ibu
Menteri menekankan perlunya pengadaan alat tes corona secepatnya
karena kebutuhan mendesak,” kata Muliaman melalui pesan
WhatsApp, Jumat, 20 Maret lalu. Adapun Duta Besar Indonesia untuk
Cina, Djauhari Oratmangun, tak membantah atau membenarkan
kabar tentang permintaan pencarian perangkat tes corona. “Ada
persoalan urgen,” ujarnya.

Instruksi mencari alat pendeteksi itu dilakukan sehari sebelum


Presiden Joko Widodo mengumumkan secara resmi bakal
melaksanakan rapid test atau tes cepat corona secara besar-besaran di
Jakarta dan daerah lain. Bertujuan mendeteksi dini seseorang yang
terpapar corona, tes ini bakal melibatkan rumah sakit milik
pemerintah dan swasta serta lembaga riset yang mendapat
rekomendasi Kementerian Kesehatan.

Kebutuhan melakukan tes massal juga disampaikan sejumlah


pemerintah daerah, seperti Jawa Barat. Kepala Dinas Kesehatan Jawa
Barat Berli Hamdani mengatakan bakal mendatangkan 20 ribu unit
peralatan tes. “Sedang diupayakan. Tapi perlu waktu dan proses,”
ujarnya.

Anggota staf khusus Menteri Badan Usaha Milik Negara, Arya


Sinulingga, mengatakan PT Rajawali Nusantara Indonesia,
perusahaan pelat merah di bidang agroindustri serta farmasi dan alat
kesehatan, telah mendapat izin dari Kementerian Kesehatan untuk
mengimpor 500 ribu alat rapid test secara bertahap. Menurut dia, alat
tersebut bisa menunjukkan hasil pengujian dalam 15 menit hingga 3
jam. Tak menjelaskan merek dan negara produsen peralatan itu, Arya
menyebutkan alat ini bakal dijual perusahaan pelat merah tersebut
kepada rumah sakit yang membutuhkannya.
Magnapure 96 keluaran Roche International. lifescience.roche.com

Seorang pejabat yang mengetahui proses pengadaan alat pendeteksi


corona mengatakan ada banyak makelar yang mencoba menawarkan
barang itu ke sejumlah kementerian yang bisa mengimpor. Tapi
beberapa alat tes itu tak sesuai dengan standar Badan Kesehatan
Dunia (WHO). Pemerintah memilih tetap mengimpor peralatan rapid
test.

Namun rapid test pun sebenarnya tak mendapat rekomendasi dari


WHO. Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik dan Kedokteran
Laboratorium Indonesia menyebutkan berbagai rapid test saat ini
belum diketahui validitas serta kepastian hasilnya. Anis Karuniawati,
peneliti di Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, meminta pemerintah tak menggunakan metode rapid test.
“Pengujian lewat rapid test mungkin bisa dilakukan jika sudah
terdapat angka akurasinya,” ujar Anis.

Juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Achmad


Yurianto, mengatakan rapid test memiliki sensitivitas berbeda. Sebab,
metode itu hanya memeriksa darah. Tapi Yurianto mengatakan rapid
test menjadi seleksi awal bagi mereka yang sempat berinteraksi
dengan pasien positif corona.

Menyadari rapid test ditolak sebagian komunitas kesehatan,


Kementerian BUMN mengupayakan alat uji lain. Seorang pejabat yang
mengetahui proses pengadaan itu bercerita, Kementerian BUMN telah
mengumpulkan sejumlah guru besar dan ahli kesehatan di Rumah
Sakit Pertamina Jaya. Kesimpulannya, pemerintah perlu
menggunakan alat tes dari Roche International, perusahaan alat
kesehatan yang berbasis di Swiss.

Roche International juga menjadi penyedia alat tes untuk Amerika


Serikat. Sejak 13 Maret lalu, Roche telah mengirim 400 ribu unit
peralatan itu ke berbagai rumah sakit di Negara Abang Sam.
Kementerian BUMN telah bersurat ke Ahmed Hassan, Country
Manager PT Roche Indonesia, pada 17 Maret lalu. Indonesia telah
memesan 10 unit Magna Pure 96 dan 18 unit LightCycler 480.
Pembelian alat tes Covid-19 ini bakal dilakukan PT Pertamina Bina
Medika. Dimintai tanggapan, Head of Corporate Affairs and Access
Roche Indonesia Lucia Erniawati menyarankan Tempo menghubungi
bagian Diagnostic Roche Indonesia. Namun, hingga Sabtu siang, 21
Maret, belum ada jawaban.

Menurut pejabat yang mengetahui proses pengadaan tersebut,


pemerintah juga melobi langsung petinggi Roche di Swiss melalui
berbagai jalur. Salah satunya melalui seorang konglomerat Indonesia
yang juga pengusaha rumah sakit yang dekat dengan bos Roche
International. Kementerian BUMN juga mendekati Kementerian Luar
Negeri, termasuk meminta Duta Besar Indonesia untuk Swiss,
Muliaman Hadad, melobi perusahaan ini.

LightCycler 480. ebay

Muliaman membenarkan info bahwa ia menghubungi Chief Executive


Officer Roche, Severin Schwan, di Basel, Swiss. Menurut Muliaman,
Schwan memberikan respons positif. “Dia menyatakan telah
menindaklanjuti permintaan pemerintah dengan menghubungi
timnya di Jakarta dan Singapura,” tutur Muliaman. “Permintaan kita
akan menjadi prioritas.”
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan sudah membicarakan
rencana pembelian alat dari Swiss ini dengan Presiden dalam rapat
terbatas pada Jumat, 20 Maret lalu. Ada dua jenis alat yang dibeli,
yakni alat yang mampu mendeteksi corona lewat air liur dan lewat
darah. Soal alasan memilih perusahaan Swiss, “Ini untuk menjaga
kualitas,” ujar Erick.

Selain melalui transaksi bisnis, alat tes datang berupa bantuan dari
negara lain. Direktur Asia Timur dan Pasifik Kementerian Luar Negeri
Santo Darmosumarto mengatakan tawaran itu datang dari dua
negara, yaitu Singapura dan Cina. Pemerintah masih mendiskusikan
kebutuhan Indonesia dan kemampuan negara pemberi bantuan. “Kita
lakukan asesmen,” ujarnya.

Pada Rabu, 18 Maret lalu, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto


bersurat kepada Panglima Tentara Nasional Indonesia Marsekal Hadi
Tjahjanto mengenai pengambilan alat kesehatan dari Shanghai, Cina.
Dalam suratnya, Prabowo meminta Panglima menyediakan pesawat
guna mengangkut berbagai masker dan alat pelindung diri untuk
digunakan tim medis Kementerian Pertahanan dan TNI. Kepala Pusat
Penerangan Markas Besar TNI Mayor Jenderal Sisriadi mengatakan
pesawat dijadwalkan berangkat pada Sabtu, 21 Maret 2020.

Pendiri Alibaba, Jack Ma, juga menyumbangkan masker, alat


pelindung, serta alat tes untuk penanganan Covid-19 di Indonesia.
Duta Besar Indonesia untuk Cina, Djauhari Oratmangun, mengatakan
bantuan itu akan dikirim langsung Alibaba ke Indonesia. “Sedang
kami diskusikan aspek teknisnya,” ujar Djauhari.

WAYAN AGUS PURNOMO, BUDIARTI UTAMI, EKO


WAHYUDI, AMINUDDIN (BANDUNG)

Gugus Tugas Penanganan Covid-19



WHO mengingatkan soal
ketidaksiapan dunia
menghadapi corona.
majalah.tempo.co
4 mins read

• Tenaga kesehatan Amerika Serikat risau terhadap terbatasnya alat tes dan

masker.

• Puluhan dokter di Bulgaria memilih mundur.

P
ERINGATAN dini soal ketidaksiapan dunia menghadapi virus
corona sudah disampaikan Badan Kesehatan Dunia (WHO)
akhir bulan lalu. “Kita perlu menjaga agar virus ini melambat
karena sistem kesehatan di seluruh dunia, di negara utara dan
selatan, tidak siap,” kata Mike Ryan, Direktur Eksekutif Program
Kesehatan Darurat WHO, ketika memberikan penjelasan kepada
wartawan di markas besarnya di Jenewa, Swiss, 28 Februari lalu.

Saat itu, di seluruh dunia tercatat ada 84.615 kasus corona. Korban
tewas sebanyak 2.923 orang. Sebagian besar kasus dan korban
meninggal itu berada di Cina, yaitu 79.251 kasus dan 2.835 orang
meninggal. Di luar Cina, jumlahnya masih terbilang sedikit, yaitu
4.351 kasus. Jumlah korban tewas 67 orang di 48 negara. Di
Indonesia, saat itu belum ada laporan tentang kasus corona. Di
Amerika Serikat sudah tercatat 63 kasus, sementara di Jerman ada 74
kasus. Amerika dan Jerman tidak mencatat ada korban tewas.

Harapan Mike Ryan untuk melihat virus corona tidak meluas tak
menjadi kenyataan. Jumlah kasusnya secara global terus bertambah.
Sampai 18 Maret lalu, misalnya, jumlah kasusnya naik lebih dari dua
kali lipat menjadi 218 ribu. Jumlah korban meninggal juga naik lebih
dari tiga kali lipat menjadi 8.951 orang.

Negara-negara di dunia berupaya menekannya dengan berbagai cara.


Ada yang melakukan karantina wilayah atau lockdown untuk
mencegah penularannya. Ada juga yang melakukan pengujian
terhadap warganya, selain menyerukan pembatasan bergerak atau
meminta penduduk lebih banyak di rumah untuk meminimalkan
penularan. Selain itu, tentu saja mereka menyiagakan tenaga
kesehatan dan mempersiapkan fasilitas pendukungnya.

Itu pula yang dilakukan Amerika Serikat, negara yang pada 18 Maret
lalu mencatat 9.259 kasus corona, dengan korban tewas 150 orang.
Selain menyerukan pembatasan aktivitas di luar rumah, Amerika
berencana melakukan pengetesan massal untuk mengidentifikasi
penyebaran penyakit dan menangkalnya. Hanya, seperti dilansir
Washington Post, rencana itu terganjal oleh kurangnya alat pengujian.

Brian Stein, juru bicara Rush University Medical Center, mengatakan


keterlambatan dalam hasil pengujian berarti rumah sakit harus lebih
lama menggunakan alat pelindung kesehatan bagi tenaga medis tanpa
mengetahui apakah pasien berpotensi menularkan penyakitnya. Di
banyak tempat di seluruh Amerika, kekurangan alat tes ini memaksa
pejabat membuat skala prioritas pengujian.

Departemen Kesehatan Minnesota, Selasa, 17 Maret lalu,


mengumumkan, “Karena kekurangan bahan pengujian laboratorium
Covid-19 secara nasional, negara bagian dipaksa membuat
penyesuaian untuk berfokus pada spesimen prioritas tertinggi,
termasuk pasien yang dirawat di rumah sakit.”

Pejabat Kesehatan Utah juga memberi tahu pasien agar tidak


menjalani tes kecuali mereka menunjukkan tanda-tanda Covid-19.
“Kami dihadapkan pada tantangan infrastruktur dan logistik yang
menghalangi kami dapat menguji semua orang,” kata ahli
epidemiologi negara bagian, Angela Dunn.

Menurut New York Times, masalah lain yang tak kalah merisaukan
adalah terbatasnya stok masker, baju bedah, dan peralatan pelindung
mata. Rumah Sakit Amerika sebenarnya sudah mengeluhkan soal ini
sejak awal Maret lalu. Selain untuk pasien, masker, misalnya, sangat
dibutuhkan bagi para tenaga kesehatan.

Kekurangan pasokan alat kesehatan di rumah sakit tidak hanya


disebabkan oleh persediaan global yang habis setelah wabah yang
berkepanjangan di Cina, tapi juga karena meluasnya pembelian
massal masker oleh warga yang panik. Sebagian besar rumah sakit
tidak menyimpan persediaan dalam jumlah besar karena selama ini
mereka membeli sesuai dengan kebutuhan.

Dokter yang melihat banyak pasien yang sakit di kantor mereka,


daripada di rumah sakit, juga makin cemas. Seorang dokter di pusat
rawat jalan yang merupakan bagian dari NYU Langone Health System
mengatakan, “Kami tidak memiliki masker N95 dan diminta menemui
pasien dengan masker bedah. Kami sedang mempertimbangkan
penolakan menangani pasien Covid-19 yang potensial kecuali kami
memiliki perlindungan yang tepat.”
“Kami seperti sedang berperang tanpa amunisi,” ujar seorang ahli
bedah di Fresno, California, menggambarkan situasi yang dihadapi
para tenaga kesehatan dalam menghadapi corona. Ia, yang tak mau
disebut identitasnya, mengaku bahkan tidak punya akses ke masker
bedah paling dasar di klinik rawat jalannya dan memiliki sedikit
persediaan masker respirator di ruang operasi.

Menurut Washington Post, stok nasional perlengkapan medis hanya


12 juta masker N95 dan 30 juta masker bedah. Jumlah itu cuma
sekitar satu persen dari kebutuhan 3,5 miliar yang diperkirakan
Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan selama setahun
jika wabah mencapai tingkat pandemi.

Nicole Lurie, yang bertugas sebagai asisten Menteri untuk Bidang


Kesiapsiagaan di Departemen Kesehatan dan Pelayanan Kemanusiaan
selama pemerintahan Obama, mengatakan kurangnya persediaan alat
pelindung bagi tenaga kesehatan ini merisaukan. “Jika Anda tidak
dapat melindungi pekerja pelayanan kesehatan dan mereka sakit,
seluruh sistem akan mati,” ujarnya.

Pemerintah dan rumah sakit bersiasat menghadapi kelangkaan


pelindung kesehatan ini. Dalam upaya mengirit persediaan, Rumah
Sakit Chatham di Kota Siler, Carolina Utara, misalnya, hanya
mengizinkan satu dokter dan satu perawat untuk memeriksa pasien
dengan gejala gangguan pernapasan.

Beberapa rumah sakit menggunakan taktik yang lebih berat. Sistem


Kesehatan Saint Peter di New Jersey, Rabu, 18 Maret lalu,
memperingatkan para dokter melalui surat elektronik bahwa mereka
dapat dikenai sanksi disiplin jika mengenakan masker saat tidak
memeriksa pasien.

Di Oregon, pejabat kesehatan di Multnomah County menyerukan agar


masyarakat menyumbangkan sarung tangan karet, kacamata
pelindung, atau masker yang mungkin mereka miliki di rumah atau di
tempat kerja. Wilayah itu, yang mencakup Portland, hanya memiliki
persediaan alat kesehatan untuk kurang dari seminggu.

Rebecca Bartles, yang mengepalai upaya pencegahan infeksi untuk


jaringan rumah sakit Providence St. Joseph, yang berbasis di
Washington, mengatakan hanya tersisa beberapa hari sebelum
beberapa dari 51 rumah sakit dan 800 klinik kehabisan alat pelindung
diri. Itu membahayakan kemampuan Amerika dalam merespons
pandemi yang masih dalam tahap awal ini.

Di Bulgaria, keterbatasan perlengkapan kesehatan membuat risau


tenaga kesehatannya. Menurut Aljazeera, lusinan dokter dan perawat
menyampaikan surat pengunduran diri dari dua rumah sakit di ibu
kota Bulgaria, Sofia, setelah mereka diberi tahu harus merawat
pasien Covid-19. Sampai 19 Maret lalu, Bulgaria mencatat ada 112
kasus corona dan 3 orang meninggal.

Kameliya Bachovska dari Second City Hospital di Sofia mengatakan


dia bersama 84 rekannya menyerahkan pengunduran diri setelah
diberi tahu bahwa rumah sakit mereka akan dikonversi untuk
menerima pasien Covid-19. “Rumah sakit tidak memiliki cukup alat
pelindung. Bukan hanya rumah sakit kami yang tidak memilikinya.
Yang lain juga tidak punya,” tuturnya.

Bachovska mengatakan rumah sakit juga tidak memiliki sanitasi dan


peralatan yang diperlukan untuk menampung penderita penyakit
menular. Dia juga menyebutkan mayoritas dokter dan perawat di
fasilitas kesehatan mendekati usia pensiun atau masih bekerja saat
pensiun dan mereka takut tertular kalau diminta merawat pasien
tanpa memakai alat pelindung yang benar.

Bulgaria, seperti negara-negara lain di Eropa Timur, menderita


kekurangan dokter, yang memaksa rumah sakit mempekerjakan
tenaga medis yang sudah pensiun. Menurut Stoyan Borisov, Kepala
Persatuan Dokter Bulgaria, sebanyak 250-300 dokter meninggalkan
negara itu untuk bekerja di luar negeri setiap tahun.

Jerman juga risau terhadap penyebaran corona. Negara berpenduduk


82 juta jiwa itu mencatat peningkatan signifikan jumlah penderita
corona. Pada akhir Februari lalu, hanya ada 129 kasus dan tak ada
yang meninggal. Pada 18 Maret, jumlahnya melonjak drastis menjadi
12.327 kasus dengan 28 orang tewas.

Menurut Daily Mail, Jerman saat ini memiliki sekitar 25 ribu tempat
tidur perawatan intensif dengan fasilitas bantuan pernapasan.
Pemerintah di Berlin juga telah memerintahkan penambahan ribuan
respirator baru.

“Jerman memiliki sistem kesehatan yang sangat baik,” kata Kanselir


Jerman Angela Merkel dalam pidato di depan publik, 18 Maret lalu.
Namun, “Bahkan rumah sakit kami akan kewalahan jika terlalu
banyak pasien dengan gejala serius corona dibawa dalam waktu
singkat.” Merkel menyebut corona sebagai tantangan paling serius
yang dihadapi Jerman setelah Perang Dunia Kedua.

ABDUL MANAN (NEW YORK TIMES, WASHINGTON POST, CNBC, ALJAZEERA)


Pemerintah memutuskan
untuk melakukan rapid test.
majalah.tempo.co
2 mins read

• Wisma Atlet Kemayoran digunakan sebagai rumah sakit darurat corona.

• Opsi lockdown dinilai bisa membuat perekonomian makin terpuruk.

M
ENGHADAPI skenario terburuk penyebaran Coronavirus
Disease 2019 atau Covid-19, pemerintah memutuskan
untuk memperbanyak rapid test atau tes cepat deteksi
virus corona. Pemerintah pun berancang-ancang menyiapkan
berbagai fasilitas dan peralatan kesehatan untuk mengantisipasi
ledakan jumlah korban yang diperkirakan mencapai 8.000 orang
pada April mendatang.

Saat ini berbagai fasilitas dan peralatan kesehatan yang tersedia


belum cukup untuk menghadapi skenario terburuk. Banyak dokter
pun mengeluhkan minimnya alat perlindungan diri. Kepada Tempo,
Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito
tak menampik kondisi tersebut. Melalui wawancara lewat telepon
pada Rabu dan Kamis, 18 dan 19 Maret lalu, Wiku menjelaskan
sejumlah rencana pemerintah menangani penyebaran corona.
Wawancara juga diambil dari konferensi pers online Badan Nasional
Penanggulangan Bencana.

Kenapa kebijakan lockdown belum diambil?


Belum diambil karena lockdown artinya membatasi wilayah.
Kebijakan itu memiliki implikasi ekonomi, sosial, dan keamanan.
Kebijakan itu belum bisa diambil saat ini. Lagi-lagi social distancing
adalah langkah paling efektif.

Pemerintah sepertinya sangat mempertimbangkan kondisi


ekonomi terkait dengan rencana lockdown.
Di Indonesia banyak sekali yang bekerja mengandalkan upah harian.
Itu salah satu kepedulian pemerintah supaya ekonomi tetap berjalan.
Kalau dengan lockdown, orang di rumah, aktivitas ekonomi sulit
berjalan dan itu berbahaya.

Bagaimana kebijakan rapid test diputuskan?


Sebelum mengambil keputusan, kami menggelar rapat dan
berkonsultasi dengan semua pakar yang sesuai dan relevan. Ada yang
ahli laboratorium, sesuai dengan keilmuan. Kami mendapat banyak
pertimbangan serta plus-minusnya. Apa yang mau dilakukan atau
tidak dilakukan di-review oleh para pakar sehingga timbul
kesepakatan. Semua pakar adalah yang terbaik agar keputusan yang
diambil juga terbaik.

Apa yang mendasari pemerintah untuk mengeluarkan


kebijakan rapid test ?
Salah satunya untuk screening. Kalau enggak ada screening, semua
orang bisa dirawat di rumah sakit. Akibatnya rumah sakit jadi penuh.
Jadi ini juga dalam rangka supaya tidak terjadi penumpukan di rumah
sakit. Sekarang ini semua orang panik dan pergi ke rumah sakit.

Dengan adanya rapid test, bagaimana kesiapan rumah


sakit yang minim tenaga medis?
Semua itu sudah dibahas dan dipertimbangkan. Salah satunya kami
membuka rekrutmen volunteer, yang dilakukan badan usaha milik
negara. Nanti mereka akan ditempatkan di fasilitas kesehatan dan
disesuaikan dengan kebutuhannya.

Berapa sebetulnya kebutuhannya?


Saya belum bisa jawab. Kami belum sampai situ.

Sejumlah dokter dan rumah sakit mengeluh kekurangan


alat perlindungan diri.
Kami sudah tahu. Semua bilang kosong atau terbatas. Sekarang ini
kami lagi mau mengadakan.

Jumlah korban corona makin banyak. Selama tiga bulan ke


depan, apa yang akan dilakukan gugus tugas?
Yang terutama akan dilakukan adalah sosialisasi dan edukasi
masyarakat. Jadi kami sebagai pakar tidak ingin semuanya ada di
kami. Ilmu itu diterjemahkan ke dalam langkah terukur. Dengan
adanya sosialisasi, ilmu itu menjadi ilmunya masyarakat. Dengan
berilmu, maka mereka sendirilah yang akan menghadapi. Kami tidak
bisa menghadapi seluruh Indonesia sendirian. Ini adalah perang
bersama. Kalau mampu mengenali lawan dan cara kerjanya, kita bisa
melawan. Jadi, selama tiga bulan ke depan, yang terutama tapi bukan
satu-satunya adalah edukasi. Harapannya kasus bisa menurun karena
penularan terkendali.
Rapid test atau tes cepat
dapat membaca jejak virus
corona dalam tubuh
manusia.
majalah.tempo.co
4 mins read

• Pemerintah melakukan tes massal (mass rapid test) untuk mendeteksi

penyebaran wabah Covid-19.


• Metode reaksi berantai polimerase (PCR) dan pemetaan genom (sequencing)

tetap dibutuhkan untuk mengkonfirmasi hasil rapid test meski prosesnya lebih

panjang.

B
UTUH 17 hari bagi Presiden Joko Widodo memutuskan
penggunaan rapid test kit atau alat tes cepat agar
pendeteksian orang yang terpapar virus corona diketahui
lebih dini. Sejak Presiden Jokowi mengumumkan dua pasien pertama
penyakit Covid-19 di Indonesia pada 2 Maret lalu, sampar itu merebak
sangat cepat hingga menjangkiti lebih dari 300 orang di 17 provinsi
dan mengakibatkan 25 orang meninggal. “Saya minta alat rapid test
terus diperbanyak,” kata Jokowi menjelang rapat di Istana Merdeka,
Jakarta, Kamis, 19 Maret lalu.

Sehari setelah keputusan itu, pemerintah langsung menggelar


pemeriksaan massal pertama dengan rapid test di Jakarta Selatan.
Melalui siaran langsung pada Jumat, 20 Maret lalu, Jokowi
mengatakan tes cepat itu dilakukan di kawasan yang diketahui
memiliki jejak kontak dengan pasien positif Covid-19. Pemeriksaan
pun dilakukan dari rumah ke rumah. “Indikasi yang paling rawan di
Jakarta Selatan,” ujar Jokowi.

Sebelumnya, pemeriksaan Covid-19 mengandalkan metode reaksi


berantai polimerase atau polymerase chain reaction (PCR). Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) yang menjadi
motor utamanya. Kementerian Kesehatan menyatakan prosedur
pengecekan sampel Covid-19 di lembaga itu sudah sesuai dengan
standar Badan Kesehatan Dunia (WHO). Pemeriksaan dilakukan di
laboratorium Balitbangkes yang memiliki standar biosafety level 2
(BSL-2). Untuk menjamin akurasi, lembaga tersebut memeriksa
setidaknya tiga spesimen dari satu pasien.

Ketika wabah meluas, pemerintah memberi jalan bagi 15


laboratorium untuk membantu mendeteksi virus corona pada pasien.
Fasilitas pemeriksaan itu berada di Palembang, Jakarta, Yogyakarta,
Surabaya, Makassar, dan Papua. Sebagian di antaranya merupakan
laboratorium institusi penelitian, antara lain Lembaga Biologi
Molekuler Eijkman, Jakarta; Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga, Surabaya; dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Depok.

Juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, Achmad


Yurianto, mengatakan populasi yang berisiko terpapar Covid-19 di
Indonesia bisa mencapai 700 ribu orang. Pemerintah bakal
menyiapkan sekitar 1 juta rapid test kit untuk pemeriksaan massal.
Pemeriksaan massal ini dilakukan untuk orang-orang yang memang
memiliki risiko tinggi tertular setelah dilihat dari riwayat kontak dan
perjalanannya.

Yurianto mengatakan metode rapid test merupakan pemeriksaan


spesimen menggunakan sampel cairan darah. Prosedur ini juga lebih
mudah dilakukan karena tidak membutuhkan sarana pemeriksaan di
laboratorium yang harus memiliki standar keamanan biologi tingkat
tinggi (BSL-2). “Tes ini bisa dilakukan di hampir semua rumah sakit
di Indonesia,” katanya.

•••

MODEL pemeriksaan menjadi kontroversi sejak wabah Covid-19


mengoyak Indonesia dalam tiga pekan terakhir. Pemeriksaan dengan
PCR dinilai masih menjadi patokan utama karena lebih akurat
membaca keberadaan virus corona di tubuh pasien. Namun
prosedurnya dianggap terlalu lama, bisa memakan waktu hingga tiga
hari dan membutuhkan laboratorium dengan standar keamanan
tinggi yang jumlahnya terbatas. “Terlalu lama untuk bisa mendeteksi
penyebaran wabah,” ujar guru besar biokimia dan biologi molekuler
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga, Chairul Anwar
Nidom.

Menurut Nidom, rapid test bisa dipakai sebagai penapisan awal


orang-orang yang diduga terjangkit virus corona. Cara itu juga bisa
dipakai memetakan penyebaran penyakit dalam satu komunitas.
Selain itu, metode tersebut cocok dipakai dalam skala besar karena
prosedurnya lebih cepat dan murah. Hasil rapid test ini bisa didapat
dalam waktu kurang dari satu jam. Harga rapid test kit, kata Nidom,
tidak jauh berbeda dengan rapid test flu, berkisar Rp 150-200 ribu.
Bandingkan dengan harga tes PCR yang di kisaran Rp 1-2,5 juta.

Metode PCR menggunakan sampel yang diambil lewat metode usap


atau swab–pengambilan lendir dari saluran pernapasan–atau feses
orang yang diduga menderita Covid-19. Adapun rapid test digunakan
untuk mendeteksi antibodi yang bisa diketahui dari sampel darah.
Keberadaan antibodi itu bisa menggambarkan apakah tubuh
seseorang pernah atau sedang terinfeksi virus corona. “Tidak perlu
menunggu sampai ada gejala penyakit timbul dulu,” ucap Nidom pada
Kamis, 19 Maret lalu.
Rapid test terdiri atas dua jenis untuk menguji antibodi
immunoglobulin G (IgG) dan immunoglobulin M (IgM) terhadap virus
corona. Jika hasil rapid test seseorang menunjukkan antibodi IgG
positif, dia pernah terpapar virus corona. Adapun indikator IgM
dipakai untuk mendeteksi apakah orang yang diperiksa sedang
terinfeksi virus corona atau tidak.

Meski demikian, rapid test tidak bisa membaca dengan detail


konsentrasi virus. Jasad renik itu mampu membuat orang memiliki
gejala sakit jika plaque-forming unit (PFU) atau konsentrasinya
berkisar 100.000-10.000.000 per mililiter sampel. Jika konsentrasi
virus masih di bawah 1.000 PFU per mililiter, antibodi manusia bisa
menghabisinya. Namun jejak virus tetap bisa terbaca rapid test kit
lewat antibodi. “Makanya PCR tetap diperlukan untuk penegakan
diagnosis dan penanganan yang tepat,” ujar Nidom.

Lembaga Biologi Molekuler Eijkman juga mengandalkan PCR untuk


mendeteksi virus corona. Baru ditunjuk Jokowi untuk ikut memeriksa
spesimen Covid-19 pada 13 Maret lalu, Eijkman sebenarnya lebih dulu
menerima sampel untuk diperiksa dari beberapa rumah sakit. “Sejak
awal kami memang sudah siap,” kata Kepala Lembaga Biologi
Molekuler Eijkman Amin Soebandrio pada Rabu, 18 Maret lalu.

Amin mengatakan pemeriksaan dengan PCR masih menjadi standar


utama melacak virus corona pada pasien. Eijkman memiliki lima
peneliti yang khusus diterjunkan untuk memeriksa sampel terkait
dengan wabah Covid-19. Menurut Amin, mereka hanya menerima
sampel yang dikirim dari rumah sakit. Kapasitas pemeriksaan pun
hanya 80 sampel per hari. “Kalau jumlah kasus meningkat drastis,
harus kami naikkan kapasitasnya,” ujar Amin.

Proses PCR bisa berlangsung hingga lima jam. Durasi panjang dan
terbatasnya kapasitas pemeriksaan menjadi ganjalan metode PCR
untuk mengecek sampel dalam jumlah besar. Dalam sehari, Eijkman
hanya menjalankan satu kali PCR. Jika sampel datang setelah
prosedur PCR dimulai, ia akan diikutkan dalam kloter pemeriksaan
pada hari berikutnya. Namun, jika ada yang hasilnya positif Covid-19,
sampel akan langsung diperiksa sekali lagi pada hari yang sama
untuk memastikannya. “Makanya kami sampaikan pemeriksaan bisa
dua-tiga hari,” katanya.

Achmad Yurianto mengatakan rapid test tetap perlu dikombinasikan


dengan PCR dan pemetaan genom (genome sequencing) untuk
mengkonfirmasi status virus corona. Pasalnya, rapid test dinilai
memiliki tingkat kesalahan yang cukup tinggi karena hanya bisa
membaca keberadaan jejak virus di dalam tubuh lewat antibodi.
Kondisi ini berpotensi memicu “alarm palsu”, yang sempat membuat
banyak negara kelabakan karena mendadak jumlah kasus positif
Covid-19 meningkat drastis.

GABRIEL WAHYU TITIYOGA, NUR ALFIYAH, MAHARDIKA


SATRIA HADI
Gugus Tugas Penanganan Covid-19

VIRUS CORONA TIDAK
BISA DIBATASI GEOGRAFIS
majalah.tempo.co
8 mins read

• Laboratorium Lembaga Biologi Molekuler Eijkman sekarang bisa memeriksa

sampel rujukan dari rumah sakit untuk deteksi virus corona.

• Berpengalaman menangani pandemi flu burung, Eijkman dan Universitas

Airlangga memiliki kemampuan pengetesan sampel virus corona.

S
EJAK Presiden Joko Widodo mengumumkan perlunya
desentralisasi pengetesan virus corona, dua saluran telepon di
kantor Lembaga Biologi Molekuler Eijkman tidak berhenti
berdering. “Pengumuman itu menyebabkan rush. Banyak orang yang
minta diperiksa di laboratorium Eijkman,” kata Direktur Lembaga
Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio dalam wawancara
khusus dengan Tempo di kantornya, Rabu, 18 Maret lalu.
Seiring dengan terus melonjaknya kasus positif Coronavirus Disease
2019 (Covid-19), pemerintah memutuskan tidak lagi memusatkan
pengetesan sampel untuk mendeteksi virus corona di tangan Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan.
Dalam konferensi pers di Bandar Udara Soekarno-Hatta, Jumat, 13
Maret lalu, Jokowi menyatakan pemeriksaan juga dapat dilakukan
antara lain di laboratorium Universitas Airlangga, Surabaya, dan
Lembaga Eijkman, yang bernaung di bawah Kementerian Riset dan
Teknologi.

Amin, 66 tahun, mengatakan keputusan Jokowi itu secara tak


langsung menjawab surat yang pernah dia ajukan kepada Menteri
Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro pada Januari lalu. Saat
itu, wabah corona sedang merebak di tempat asalnya, Kota Wuhan di
Provinsi Hubei, Cina. Dengan pengalaman menangani wabah flu
burung pada 2005-2007, Amin mengklaim lembaganya memiliki
laboratorium dan sumber daya mumpuni untuk mendeteksi
virus corona. “Intinya kami siap membantu (Kementerian Kesehatan)
kalau diminta mendeteksi langsung atau sebagai laboratorium
konfirmasi,” ujarnya.

Kepada wartawan Tempo, Mahardika Satria Hadi, Gabriel Wahyu


Titiyoga, Nur Alfiyah, dan Aisha Shaidra, Amin menjelaskan berbagai
hal, dari metode pendeteksian virus corona, pelibatan Eijkman dalam
pengujian sampel, hingga peluang pengembangan vaksin. Wawancara
berlangsung dalam dua kesempatan. Dalam wawancara pertama pada
Jumat, 28 Februari lalu, saat belum ada kasus positif corona di
Indonesia, Amin telah menekankan pentingnya mewaspadai potensi
penularan Covid-19 dari negara lain.

Apa peran Lembaga Eijkman dalam penanganan wabah


virus corona?

Keterlibatan Eijkman saat ini di dua aktivitas. Pertama, ikut dalam


deteksi virus dari sampel-sampel yang dikirim dari rumah sakit.
Kedua, untuk pengembangan vaksin. Menteri Riset dan Teknologi
pada Senin, 16 Maret lalu, menegaskan bahwa
Lembaga Eijkman diminta memimpin pengembangan vaksin.
Ditargetkan dalam waktu 12-18 bulan sudah ada bibit vaksin yang
siap diserahkan ke industri, dalam hal ini PT Bio Farma, untuk
diproduksi.

Siapa saja yang terlibat dalam pengembangan vaksin?

Konsorsium vaksin corona. Di dalamnya ada Litbangkes (Badan


Penelitian dan Pengembangan Kesehatan), Eijkman, Bio Farma, dan
beberapa perguruan tinggi. Kami belum memastikan semua
anggotanya, baru mengidentifikasi siapa saja yang punya kompetensi
dan komitmen.

Kapan Lembaga Eijkman pertama kali dihubungi


pemerintah untuk dilibatkan dalam penanganan
wabah Covid-19?

Ketika Pak Jokowi mengumumkan pada Jumat (13 Maret lalu) bahwa
pemeriksaan laboratorium bisa dilakukan oleh selain Litbangkes,
yaitu Unair dan Eijkman. Tapi surat keputusan Menteri Riset dan
Teknologi baru kami terima Selasa kemarin (17 Maret lalu).

Apakah Eijkman sejak awal memang minta dilibatkan?

Enggak. Pada Januari lalu, saya mengirim surat ke Menristek,


menyampaikan bahwa Eijkman punya kemampuan, kapasitas,
pengalaman, alat, reagen, dan sebagainya untuk mendeteksi
virus corona. Intinya kami siap membantu kalau diminta mendeteksi
langsung atau sebagai laboratorium konfirmasi. Mohon disampaikan
ke Kementerian Kesehatan. Kami mengacu pada pengalaman sewaktu
flu burung pada 2005-2007. Saat itu, hasil pemeriksaan
di Litbangkes selalu dikonfirmasi ke kami.

Waktu itu tanggapannya seperti apa?

Pak Menristek langsung menyampaikan ke Menteri Kesehatan


(Terawan Agus Putranto) secara lisan. Bahkan Menkes diundang
ke Eijkman untuk melihat fasilitasnya, tapi belum jadi ke sini. Sampai
kemarin kami belum dilibatkan, mungkin karena
jumlah kasusnya masih sedikit dan masih bisa ditangani Kementerian
Kesehatan.

Apakah Eijkman pernah menguji sampel dari orang yang


terindikasi terjangkit virus corona?

Sejak awal kami sudah siap. Kami sebetulnya sudah menerima sampel
dari beberapa rumah sakit secara tidak resmi, karena kami tahu
beberapa pihak katanya sih lebih percaya sama Eijkman. Pada Januari
lalu, kami menerima sepuluh sampel dari pasien yang kebetulan
memenuhi kriteria WHO (Badan Kesehatan Dunia) sebagai
suspek corona. Waktu itu nama virusnya masih nCoV-2019 (sekarang
SARS-CoV-2).

Bagaimana hasilnya?

Waktu itu hasilnya masih negatif semua. Hanya ada virus-virus


influenza biasa.

Apakah sampelnya dari rumah sakit yang kini menjadi


rujukan pemerintah?
Bukan. Dari rumah sakit swasta dan beberapa institusi yang
mengirim ke sini. Tapi saya tidak bisa disclosed di sini.

Dari daerah mana?

Jakarta semua.

Waktu itu pemerintah belum mengumumkan ada kasus


positif di Indonesia.

Tapi sudah ada beberapa yang mengirim sampel. Kebetulan ada yang
saya kenal, mereka juga kenal saya, kemudian minta diperiksa karena
ada beberapa kasus yang mencurigakan.

Mencurigakan seperti apa?

Gejalanya memenuhi dan juga ada riwayat perjalanan ke luar negeri.

Apakah dari Wuhan?

Tidak selalu dari Wuhan. Tapi ada juga yang dari Wuhan hasilnya
negatif. Mereka yang hampir terjebak di Wuhan. Mereka ikut tur, lalu
begitu ada kejadian (wabah merebak) mereka buru-buru pulang ke
Indonesia.

Berapa sampel yang diuji di Eijkman sejak dilibatkan


dalam penanganan wabah Covid-19?

Ini yang kami masih mencatat karena baru Selasa kemarin dapat
surat resminya. Tapi yang pasti telepon sudah enggak berhenti-
berhenti. Jadi pengumuman (Jokowi) itu menyebabkan rush. Banyak
orang, termasuk wartawan, minta diperiksa di Eijkman. Bahkan
setelah Pak BKS (Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi)
diumumkan positif, semua wartawan yang pernah meliput dekat
beliau itu gelisah.

Bagaimana Anda menanggapi permintaan itu?

Karena kebijakan Eijkman tidak menerima sampel langsung, saya


sarankan mereka ke rumah sakit. Tapi rumah sakit juga punya policy,
kalau orangnya sehat walafiat, mereka enggak ada indikasi untuk
merujuk. Jadi banyak ditolak. Lalu orang-orang itu balik ke saya lagi,
“Saya kok ditolak di rumah sakit itu?” Jika tidak ada gejala, rumah
sakit tak punya alasan untuk merujuk.

Dengan makin banyaknya pasien terjangkit virus tanpa


menunjukkan gejala, bagaimana idealnya pemeriksaan
dilakukan?

Mungkin dia carrier (pembawa). Kalau seperti itu kan dia sudah
ada virusnya. Kalau virusnya menyerang dia sampai 14 hari masa
inkubasi, pasti ada gejala. Kecuali kalau dia kemudian bisa mengatasi
itu, ya virusnya hilang.

Jadi tidak perlu langsung memeriksakan diri?

Sebenarnya, kalau yang ada kontak (dengan orang yang terindikasi


terjangkit virus), sebaiknya sih enggak langsung diperiksa. Tapi yang
penting adalah karantina mandiri untuk mencegah agar jangan
sampai terjadi penularan sambil memastikan bahwa dia tidak
terinfeksi. Kalau sampai 14 hari enggak ada gejala, kan dianggap
aman.

Bagaimana dengan orang yang sebenarnya terinfeksi, tapi


karena kondisi tubuhnya bagus sehingga tidak muncul
gejala dan akhirnya menularkan virus ke orang lain?

Itu bisa terjadi. Sekarang kecenderungannya orang ingin tahu kena


atau enggak. Katakanlah dalam masa inkubasi, pada hari kedua atau
ketiga diperiksa hasilnya negatif. Itu tak menjamin bahwa hari
berikutnya dia masih negatif. Siapa pun itu, apakah dia pernah
kontak atau tidak. Ini berlaku untuk orang dalam masa inkubasi
ataupun orang biasa yang ingin tahu. Jangan sampai diartikan bahwa
nanti dia bisa dapat surat keterangan bebas corona. Di Singapura,
misalnya, orang yang mau datang dari Indonesia harus bawa surat
keterangan bebas corona. Padahal keterangan negatif itu hanya
berlaku saat diperiksa. Jam berikutnya belum tentu.

Ada kesalahpahaman di masyarakat?

Iya, salah pemahaman. Kita tidak mungkin memastikan setiap saat


kita bebas corona. Sama halnya surat keterangan sehat yang
menyatakan pada saat ini dinyatakan sehat, nanti sore sakit kita
enggak tahu, kan.

Jadi pemeriksaan yang ideal seperti apa?

Untuk memastikan kalau orang sudah menyelesaikan masa inkubasi


14 hari, di ujungnya harus diperiksa. Orang yang tadinya sakit,
misalnya, untuk bisa dibebaskan harus diperiksa minimal dua kali
berturut-turut selang dua hari (serial), baru dinyatakan positif atau
negatif.

Bagaimana mekanisme koordinasi pemeriksaan sampel


antar-laboratorium?

Sudah dibagi semacam zonasi. Misalnya laboratorium X untuk


regional mana saja. Itu sebenarnya untuk mencegah satu
laboratorium mendapatkan beban yang kelewat banyak.

Wilayah mana yang menjadi lingkup pemeriksaan


laboratorium Eijkman?
Sebenarnya enggak banyak, cuma sekeliling sini saja. Tapi itu bukan
pedoman kaku. Virus kan tidak bisa dibatasi geografis. Virus
mengikuti manusia, manusianya bergerak di antara zona tertentu.
Jadi kita tidak bisa membatasi virus di Jakarta Utara mungkin
berbeda dengan di Jakarta Selatan.

Bagaimana kesiapan laboratorium Eijkman untuk


pemeriksaan sampel?

Saat ini kami masih menggunakan fasilitas dan orang yang memang
sudah rutin melakukan pekerjaan itu. Ada lima peneliti yang rutin
mengerjakan PCR (polymerase chain reaction—metode deteksi virus).
Untuk pemeriksaan sekarang masih bisa ditangani karena setiap
kali running kami bisa mengerjakan sampai 80 sampel. Tapi nanti,
kalau misalnya terjadi jumlah kasus yang meningkat drastis, kami
mesti menaikkan kapasitas.

Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk


menganalisisnya?

Setiap hari kami running PCR satu kali. Sekali proses perlu waktu
empat-lima jam. Jadi pagi diproses, kalau negatif, sudah selesai dan
bisa dilaporkan. Kalau positif diproses sekali lagi untuk konfirmasi.
Kami mesti memastikan kalau positif itu betul-betul positif, jadi tidak
langsung disampaikan. Kalau sampel datangnya siang, terpaksa ikut
kloter yang besok pagi. Makanya kami sampaikan pemeriksaannya
selama dua-tiga hari.

Kepala Lembaga Eijkman Prof Amin Soebandrio di Jakarta, Jumat, 28 Februari 2020.
TEMPO/Muhammad Hidaya

Apakah masih perlu di-crosscheck dengan


metode pengurutan gen?
Sebelum memakai alat dari WHO, kami menggunakan dua tahap.
Pertama, PCR dengan primer pan-coronavirus, jadi semua jenis
virus corona akan terdeteksi. Kalau positif, baru dikonfirmasi
dengan genome sequencing. Tapi sekarang kami memakai satu tahap
yang direkomendasikan WHO dan CDC (Pusat Pengendalian dan
Pencegahan Penyakit Amerika Serikat) khusus untuk mendeteksi
SARS-CoV-2.

Pemerintah sedang menggalakkan pemeriksaan dengan


tes cepat. Apakah Eijkman juga menggunakan metode ini?

Rapid test yang dites bukan gen virusnya, tapi antibodi (orang yang
terjangkit). Kami tidak menggunakan itu. PCR masih menjadi gold
standard pengujian. Positif dengan tes cepat harus tetap dikonfirmasi
dengan PCR. Tes cepat bisa untuk screening saat pasien datang
dengan gejala mencurigakan dan dokter memutuskan harus
diperlakukan seperti PDP (pasien dalam pengawasan) atau rawat
biasa. Selama ini tes dengan PCR memakan waktu lama.

Apakah Eijkman juga dilibatkan dalam Gugus Tugas


Percepatan Penanganan Covid-19 yang dipimpin Kepala
Badan Nasional Penanggulangan Bencana?

Saya diminta sebagai anggota tim pakar (diketuai Profesor


Wiku Adisasmito).

Apa saja yang sudah dibahas dalam Gugus Tugas?

Ada pertemuan di gedung BNPB pada Minggu siang (15 Maret 2020).
Perwakilan dari IDI (Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia) juga
hadir. Salah satu yang direkomendasikan adalah pembukaan
informasi pasien untuk memudahkan contact tracing. Wakil dari IDI
menyatakan itu tidak melanggar hukum.

Apa pengaruhnya terhadap penanganan wabah?

Orangnya harus dikenali oleh orang lain. Dengan begitu, justru


lingkungannya akan tahu, “Saya pernah kontak dengan si A.”
Diharapkan mereka sukarela datang ke rumah sakit, laboratorium,
atau dinas kesehatan, paling enggak lapor kalau pernah kontak
dengan orang itu. Nanti mereka akan masuk ODP (orang dalam
pemantauan).

Bukankah identitas pasien, selain jenis kelamin dan umur,


tidak boleh dibuka ke publik?

Awalnya, pertimbangannya tidak dibuka kan untuk privasi pasien. Itu


memang dalam sumpah dokter. Ada klausul dalam Undang-Undang
Informasi dan Transaksi Elektronik, Undang-Undang Kedokteran,
Undang-Undang Rumah Sakit bahwa identitas pasien dan data
medisnya tidak boleh dibuka untuk umum, kecuali untuk permintaan
pengadilan atau keperluan yang lebih besar.

Mengapa sekarang direkomendasikan untuk dibuka?

Data pasien bisa dibuka kalau ada hal lain yang lebih penting untuk
kepentingan masyarakat lebih banyak. Kami melihat dari sudut
pengendalian pandemi. Makin cepat orang yang terinfeksi
diidentifikasi, makin cepat diatasi. Sebab, delay satu hari saja bisa
menyebabkan orang itu bergerak ke mana-mana, sehingga lebih
mungkin lagi menulari orang lain. Identifikasi bukan untuk
dikucilkan. Kami sudah berkali-kali menyampaikan infeksi
virus corona bukan aib, karena infeksi ini bukan lantaran tindakan
yang enggak jelas. Ini semua orang bisa kena.

Dari pengalaman Eijkman menangani wabah flu burung,


bagaimana peluang pembuatan vaksin untuk wabah Covid-
19?

Saat itu vaksin untuk unggas. Dalam waktu sepuluh bulan kami bisa
bikin bibit vaksinnya pada 2011. Untuk hewan, aturannya lebih
longgar, tidak seketat pada manusia. Kebetulan kasus pada manusia
juga tidak terlalu banyak. Sedangkan untuk manusia situasinya
seperti sekarang, tidak ada antivirusnya. Waktu
itu pengobatannya memakai Oseltamivir (obat anti-influenza).

Apakah pembuatan vaksin untuk manusia sekarang


dimungkinkan?

Kami menyiapkan dua strategi. Kalau sudah punya virusnya, tinggal


dipelajari antigennya yang bisa dipakai untuk vaksin. Tapi, karena
belum punya isolat virusnya, kami bisa menggunakan teknik in-silico,
yaitu berdasarkan informasi genetik virus corona yang sudah dikirim
oleh peneliti negara lain ke GenBank atau GISAID.
Dengan bioinformatika, informasi genetik virus bisa diotak-atik untuk
memprediksi bagian mana yang bersifat antigenisitas. Dari informasi
itu, dibuat peptidanya secara sintetis, lalu dijadikan sebagai bahan
vaksin.

Ada yang menuding Eijkman dan lembaga riset lain ikut


ambil bagian dalam penanganan wabah corona demi
memperoleh pendanaan asing. Bagaimana tanggapan
Anda?

Jika memang ada tuduhan seperti itu, ya silakan, tinggal dilihat saja.
Tapi kami jalan terus, karena sebagian besar penelitian di Eijkman itu
didanai Kementerian Riset dan Teknologi. Kami pasti bekerja sama
dengan internasional. Kami tidak mungkin kerja sendirian.
Berapa porsi penelitian Eijkman yang dibiayai
pemerintah?

Kerja sama dengan pihak luar negeri sekitar 15 persen dari total. Itu
pun bantuannya tidak dalam bentuk uang karena secara resmi kami
tidak boleh terima uang dari luar negeri. Jadi, mereka menyediakan
alat, reagen, atau jika perlu mengambil sampel di luar kota, mereka
membiayai perjalanannya. Dari situ bisa dilihat sebetulnya tidak
terlalu besar juga.

Bagaimana kerja sama internasional ketika pandemi flu


burung?

Dulu bantuannya dipusatkan di Komisi Nasional Flu Burung dan


Pengendalian Influenza. Ada USAID dan lembaga internasional lain.

AMIN SOEBANDRIO | Tempat dan tanggal lahir: Semarang, 2


Juli 1953 | Pendidikan: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
(1977); PhD bidang imunogenetik di Osaka-Kobe University, Jepang
(1988); Spesialis Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia (1992); Profesor Mikrobiologi Klinik Universitas Indonesia
| Karier: Kepala Satuan Medis Fungsional Mikrobiologi Klinik
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (1996-2000), Asisten Deputi
Bidang Perkembangan Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Kementerian
Riset dan Teknologi (2000), guru besar ilmu mikrobiologi klinik
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (sejak 2004), penasihat
bidang kesehatan dan obat Menteri Riset dan Teknologi (2007-2013),
Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman (sejak 2014) |
Penghargaan: Satyalancana Pembangunan (2000),
Satyalancana Wirakarya (2002)


Ketua Wadah Pegawai KPK
diperiksa Dewan Pengawas.
majalah.tempo.co
3 mins read

• DKPP pecat anggota KPU Evi Novida.

• AHY terpilih menjadi Ketua Umum Demokrat.

Dewan Pengawas KPK Periksa Ketua Wadah Pegawai

K
ETUA Wadah Pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi Yudi
Purnomo Harahap diperiksa selama dua jam oleh Dewan
Pengawas KPK pada Rabu, 16 Maret lalu. Pemeriksaan itu
terkait dengan dugaan pelanggaran kode etik karena pernyataannya
yang mengkritik pengembalian penyidik Rossa Purbo Bekti ke
kepolisian. “Yang kami perjuangkan adalah pegawai,” ujar Yudi.

Yudi dilaporkan anggota tim juru bicara KPK, Ian Sabir, akhir
Februari lalu. Sebelumnya, ia mempersoalkan pengembalian Rossa
dan jaksa yang ditugaskan di KPK, Yadyn Palebangan, ke institusi asal
masing-masing. Keduanya menangani kasus dugaan suap Wahyu
Setiawan, anggota Komisi Pemilihan Umum, yang melibatkan calon
legislator Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Harun Masiku,
terkait dengan pergantian antarwaktu anggota Dewan Perwakilan
Rakyat.

Tak hanya memprotes, Yudi juga mengadukan pimpinan KPK ke


Dewan Pengawas pada 7 Februari lalu. Ia menganggap keputusan
pengembalian itu melebihi kewenangan pimpinan KPK. Adapun Ian
Sabir membantah kabar bahwa dia melaporkan Yudi. Begitu pula
pelaksana tugas juru bicara KPK, Ali Fikri. Ali menyebutkan laporan
itu disampaikan bukan dalam kapasitas anggota tim juru bicara.

Anggota Dewan Pengawas KPK Albertina Ho, mengatakan Yudi hanya


dimintai klarifikasi oleh lembaganya. “Tidak ada pemeriksaan
terhadap Ketua Wadah Pegawai KPK, melainkan klarifikasi dan
sifatnya tertutup,” kata Albertina.
Pemeriksaan itu dikritik sejumlah organisasi pegiat antikorupsi.
Peneliti Indonesia Corruption Watch, Kurnia Ramadhana, mengatakan
seharusnya Dewan Pengawas menyelidiki persoalan yang
disampaikan Yudi, bukan malah memeriksanya karena memberikan
pernyataan di media massa.
Anggota KPU Dipecat

DEWAN Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) mencopot Evi


Novida Ginting Manik dari jabatan anggota Komisi Pemilihan Umum
pada Selasa, 17 Maret lalu, karena menganggapnya melanggar kode
etik. DKPP juga memberikan peringatan keras terakhir untuk lima
anggota KPU lain. “Argumentasinya sudah ada dalam diktum,” kata
anggota DKPP, Teguh Prasetyo, yang enggan berkomentar banyak
mengenai putusan tersebut.

KPU diduga tidak menetapkan Hendri Makaluase sebagai calon


terpilih meskipun Mahkamah Konstitusi menetapkan perolehan
suaranya melampaui rivalnya di Partai Gerindra, Cok Hendri
Ramapon. Keduanya merupakan calon anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Kalimantan Barat.

Evi membenarkan kabar bahwa dia dipecat. Dia berencana menggugat


keputusan DKPP karena menganggapnya tak memenuhi prosedur,
seperti tak ada ruang pembelaan untuknya.
Agus Yudhoyono. ANTARA/M Risyal Hidayat

Agus Yudhoyono Jadi Ketua Umum Demokrat

AGUS Harimurti Yudhoyono terpilih sebagai Ketua Umum Demokrat


2020-2025 secara aklamasi dalam Kongres V Partai Demokrat di
Jakarta, Ahad, 15 Maret lalu. Agus terpilih menggantikan
ayahnya, Susilo Bambang Yudhoyono, yang memimpin Demokrat
sejak 2013. Adapun Yudhoyono kembali dipilih menduduki jabatan
Ketua Majelis Tinggi.

Saat berpidato membuka kongres, Yudhoyono mengatakan akan tetap


berada di Demokrat. “Kami-kami akan tetap di sini dan berjuang
bersama,” tuturnya. Agus berjanji membawa Demokrat kembali
berjaya seperti saat ayahnya memimpin.

Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Bambang Soesatyo


mengapresiasi terpilihnya Agus. Dia berpendapat, anak muda harus
diberi kesempatan memimpin.

Jadwal Pilkada Tak Berubah

MENTERI Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud Md.


menyebutkan pemerintah tak mengubah jadwal pemilihan kepala
daerah serentak pada September 2020 meskipun ada wabah virus
corona. “Tidak ada perubahan rencana,” kata Mahfud saat konferensi
pers online, Selasa, 17 Maret lalu.

Sebelumnya, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Sufmi Dasco


Ahmad meminta pemerintah mengkaji ulang rencana
pelaksanaan pilkada serentak karena pandemi global corona. Politikus
Partai Gerindra ini menilai wabah Coronavirus Disease 2019 atau
Covid-19 berpotensi mengganggu proses pilkada.
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 memperpanjang masa
tanggap darurat hingga 29 Mei 2020. Dalam kurun waktu tersebut,
ada dua tahap pilkada yang harus dilaksanakan, yaitu verifikasi
faktual berkas dukungan perseorangan pada 26 Maret-15 April serta
pencocokan dan penelitian dalam tahap pemutakhiran data pada 18
April-17 Mei. Menurut Mahfud, persiapan pilkada masih berjalan.

Evakuasi warga dari perkampungan Distrik Tembagapura di Kabupaten Mimika,


Papua, 8 Maret 2020. ANTARA/Sevianto Pakiding

Kelompok Bersenjata Diduga Bakar Gereja

KELOMPOK bersenjata diduga membakar Gereja Kemah Injil


Indonesia Klasis Mimika, Jemaat Sinai, di Tembagapura, Papua.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Papua
Komisaris Besar Ahmad Mustofa Kamal mengatakan gereja dibakar
pada Kamis, 12 Maret lalu. “Motifnya masih didalami,” ucap Ahmad
pada Rabu, 18 Maret lalu.

Gereja itu diduga menjadi tempat persembunyian kelompok


bersenjata ketika tim gabungan Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian RI melakukan pengejaran. Baku tembak terus terjadi
hingga kelompok bersenjata mundur ke kawasan Optiwak. Ribuan
warga di sana sebelumnya mengungsi ke Kabupaten Timika.

Dua hari setelah pembakaran gereja, empat anggota kelompok


bersenjata tewas dalam baku tembak. Tim gabungan TNI-Polri
menyita tiga senapan laras panjang dan beberapa alat perang
tradisional.


Korban Pertama Setelah
Pasar Tumbang
majalah.tempo.co
3 mins read

P
enerbangan dan pariwisata menjadi industri yang paling
terpukul wabah Covid-19. Berbagai kebijakan penyelamatan
kini disiapkan.

Pesawat Garuda Indonesia di Bandar Udara Soekarno-


Hatta, Tangerang, Banten, 2 Maret 2020./Tempo/Tony
Hartawan

• Maskapai nasional menyiapkan skenario penyelamatan keuangan perusahaan.

• Malapetaka dialami sektor-sektor industri yang terkait dengan bisnis

perjalanan.

• Pelaku usaha pariwisata dan perhotelan menuntut pelonggaran kebijakan

pemerintah.
KEPUTUSAN Kementerian Perhubungan pada Kamis, 19 Maret lalu,
sedikit membuat Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk
Irfan Setiaputra lega. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara tetap
membuka jalur penerbangan internasional, kecuali dari dan menuju
Cina, meski Kementerian Luar Negeri membatasi lalu lintas orang
seiring dengan meluasnya pandemi Covid-19.

Artinya, Garuda tetap bisa terbang bolak-balik ke Australia dan


Belanda. Bukan semata untuk kepentingan bisnis, menurut Irfan,
penerbangan internasional itu diperlukan lantaran maskapainya juga
harus memfasilitasi pergerakan warga negara Indonesia yang akan
kembali dari dua negara tersebut. “Juga warga negara Belanda dan
Australia yang akan kembali ke negaranya,” kata Irfan, Jumat, 20
Maret lalu.

Garuda ikut tertekan oleh dampak berantai virus corona. Pukulan


makin kuat dirasakan perusahaan penerbangan milik negara ini sejak
akhir Februari lalu, ketika Arab Saudi menutup akses umrah
sepanjang tahun ini. Pada situasi normal, Garuda bisa terbang empat
kali ke Tanah Suci. Setelah pembatasan tersebut, perseroan terpaksa
tetap menerbangkan armadanya dengan kursi kosong untuk
menjemput penumpang yang kadung pergi.

Mencari solusi masalah itu lebih sulit lagi. Rencana Garuda membuka
rute internasional baru yang sempat bergulir setelah adanya
kebijakan pemerintah Saudi kini kian sulit direalisasi seiring dengan
pengumuman Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu, 11 Maret
lalu, bahwa merebaknya Covid-19 ditetapkan sebagai pandemi.
Hingga Rabu, 18 Maret, pandemi corona telah menyerang 159 negara.

Kondisi ini makin menekan kinerja perseroan yang, seperti maskapai


lain di dunia, tengah menghadapi turunnya tingkat keterisian kursi
bahkan sebelum wabah corona merebak. Namun Irfan memastikan
Garuda belum akan menurunkan frekuensi penerbangan domestik.

Akhir Januari lalu, Irfan sempat mengutarakan niatnya


merampingkan utang Garuda yang akan jatuh tempo. Opsi refinancing
pun dibuka, termasuk dengan rencana menyewa negosiator yang akan
berkomunikasi dengan calon kreditor untuk mendapatkan pinjaman
paling murah.
Belum juga skenario itu terlaksana, masalah baru muncul di pasar
finansial. Tekanan terhadap nilai tukar rupiah sejak akhir Februari
lalu kian menjadi-jadi. Pada Jumat, 19 Maret lalu, rupiah kembali
anjlok menjadi 16.273 per dolar Amerika Serikat, terendah sejak
krisis keuangan 1998. Kini Irfan menyiapkan opsi baru: meminta
penjadwalan ulang pembayaran tunggakan kepada lessor. “Akan kami
ajukan rescheduling,” tutur Irfan tanpa bersedia menyebutkan detail
rencana ini.

Industri penerbangan dunia memang berdarah cukup parah akibat


pandemi corona. Asosiasi Pengangkutan Udara Internasional (IATA)
menyebut masa ini sebagai malapetaka.

Direktur Jenderal dan CEO IATA Alexandre de Juniac menyebutkan


dampak Covid-19 terhadap industri penerbangan jauh lebih buruk dan
luas dibanding tragedi 9 September 2001, wabah SARS pada 2003,
dan krisis keuangan global 2008. Lalu lintas udara Eropa, misalnya,
anjlok ke titik terendah sepanjang sejarah. “Beberapa pasar
(penerbangan) turun 90 persen dibanding tahun lalu,” tutur Juniac,
Kamis, 19 Maret lalu. “Jutaan pekerja dipertaruhkan. Maskapai
berjuang untuk bertahan hidup.”

Direktur Utama PT Garuda Indonesia Irfan Setiaputra/ ANTARA/Sigid Kurniawan

Situasi ini mengkonfirmasi laporan lembaga pemeringkat Moody’s


yang menyatakan wabah corona telah memporak-porandakan industri
yang digerakkan oleh perjalanan (travel) hingga mengganggu rantai
pasokan. Bisnis perhotelan, restoran, penerbangan, dan pengiriman
adalah sektor yang paling terkena dampak lantaran sangat
bergantung pada pergerakan orang dan perdagangan.

Di Indonesia, penurunan jumlah penumpang akibat pembatalan


perjalanan dan pemangkasan frekuensi penerbangan tampak di
Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten.
Otoritas bandara utama tersebut mencatat tingkat pergerakan orang
menyusut drastis sejak awal tahun.

Meningkatnya dampak buruk corona ini menjadi pembahasan utama


dalam pertemuan yang digelar Kementerian Pariwisata pada 19 Maret
lalu. Belasan asosiasi, seperti Perhimpunan Hotel dan Restoran
Indonesia (PHRI), Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia,
serta Kamar Dagang dan Industri Indonesia, bergabung dengan
perwakilan Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia
(INACA). Mereka menuntut pemerintah melonggarkan kebijakan
seiring dengan ambruknya sektor pariwisata.

Sekretaris Jenderal PHRI Maulana Yusran mengatakan okupansi hotel


saat ini rata-rata hanya 20-30 persen, tak mungkin cukup untuk
menutup biaya operasional yang membutuhkan tingkat keterisian
kamar minimal 60 persen. “Banyak perjalanan dibatalkan,” ucapnya.

Opsi menutup defisit dari acara pertemuan, termasuk yang diadakan


pemerintah, kini juga mustahil diambil. Kebijakan pembatasan
aktivitas dan bekerja dari rumah (work from home) membunuh
harapan pebisnis sektor ini.
Maka kalangan industri meminta pemerintah menggulirkan stimulus,
seperti pelonggaran pembayaran pajak penghasilan pasal 21, pasal 23,
dan pasal 25. Seperti yang disiapkan Garuda, mereka juga
mengusulkan pemberian fasilitas “cuti” dari kewajiban membayar
cicilan kredit. “Karena memang kondisinya tidak bisa mencicil. Gagal
bayar,” Maulana menambahkan.

Deputi Bidang Industri dan Investasi Kementerian Pariwisata Fajar


Utomo menilai usul pelaku usaha pariwisata secara umum memang
dibutuhkan dalam kondisi saat ini. Dia memastikan kementeriannya
telah membawa usul tersebut ke pembahasan di tingkat menteri.
“Intinya, kami mengkompilasi masukan dari industri pariwisata,”
ujarnya.

RETNO SULISTYOWATI, FRANCISCA CHRISTY ROSANA,


YOHANES PASKALIS

Sedia Payung Sebelum Badai
majalah.tempo.co
3 mins read

B
ank beramai-ramai menyiapkan protokol penanganan krisis
seiring dengan pandemi Covid-19. Kualitas kredit berpotensi
jeblok imbas lesunya sektor usaha.

Aktivitas perdagangan di Pusat Batik Thamrin City, Jakarta,


2 Oktober 2018. Pembatasan aktivitas warga Jakarta
seiring dengan mewabahnya Covid-19 sepekan lalu
membuat pusat belanja di kawasan Tanah Abang ini makin
lengang./TEMPO/M. Taufan Rengganis

THAMRIN City bak mati suri pada Kamis, 19 Maret lalu. Pembeli yang
biasanya memenuhi pusat belanja grosir di kawasan Tanah Abang,
Jakarta Pusat, itu kini menghilang. Lapak penjualan kain dan pakaian
yang tersebar di empat lantai area niaga hanya diisi pemilik dan
penjaga toko. Rona wajah mereka yang nanar senada mendadak
sontak berubah menjadi ceria setiap kali ada pengunjung, yang hanya
segelintir. “Sampai sekarang belum ada penglaris,” kata seorang
pedagang di lantai 1.

Siang selepas zuhur itu, langit yang pucat di Ibu Kota seolah-olah
mengular ke dalam kompleks pertokoan. Seperti tengah berkabung,
pemilik dan penjaga toko sulit diajak berbicara. Kalaupun mau,
mereka enggan disebutkan identitasnya. Pemilik dagangan tadi,
perempuan berkerudung berusia 40-an tahun, mengatakan sepinya
Thamrin City terasa sejak Ahad, 15 Maret lalu, setelah pemerintah
mengimbau masyarakat agar membatasi interaksi untuk mencegah
penyebaran virus corona.

Tak jauh dari sana, lapak milik Ivan—pedagang yang hanya mau
disebutkan nama panggilannya—juga hanya dipenuhi karung
dagangan. Sepekan terakhir, tiga unit toko kain dan pakaian batik
yang dibuka sejak 2015 itu sama sekali tak menghasilkan rupiah dari
omzet normal Rp 10 juta per hari. Tanpa pemasukan di Jakarta, pria
36 tahun itu menyatakan baru saja menghentikan sementara 30
pekerjanya di kampung halamannya di Cirebon, Jawa Barat. “Enggak
ada ongkosnya buat setor ke giro,” ucap Ivan. “Kayaknya harus cari
tambahan modal ke bank.”

Kredit dan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Konvensional

Yang tidak diketahui Ivan, niatnya itu mungkin akan menemui jalan
terjal. Sejumlah bank menempatkan sektor perdagangan, termasuk di
kelas usaha mikro, kecil, dan menengah, ke daftar kelompok bisnis
paling rentan pada masa pandemi Covid-19. Di hulu pendanaan,
perbankan memang tengah bersiap mengantisipasi memburuknya
kualitas kredit yang bisa mengganggu likuiditas hingga laba mereka
tahun ini.

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, misalnya. Bank milik negara


dengan aset terbesar di Tanah Air ini telah melakukan serangkaian uji
tekanan (stress test) atas potensi memburuknya wabah Covid-19.
Simulasi ini memperhitungkan dampak pagebluk pada sejumlah
sektor ekonomi, seperti pariwisata dan perdagangan. “Kami
memasukkan beberapa sektor yang terkena dampak ke watch list
sehingga dampaknya dapat minimal,” tutur Corporate Secretary BRI
Amam Sukriyanto.

Di tengah masa pandemi, sejumlah sektor, seperti perdagangan,


transportasi, dan jasa pariwisata—termasuk perhotelan—dinilai
berpotensi menyumbang kenaikan rasio kredit bermasalah (non-
performing loan). Industri manufaktur juga masuk kelompok ini
lantaran berkaitan erat dengan kebutuhan impor bahan baku.
Menurut Amam, permasalahan saat ini tidak hanya terjadi di sisi
permintaan, tapi juga pada rantai pasok dunia.

Rasio Kredit Bermasalah

Dua bank jumbo di bawah BRI, yakni PT Bank Mandiri (Persero) Tbk
dan PT Bank Central Asia Tbk, melakukan simulasi serupa. Kepala
Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menuturkan, pengujian atas
bahaya Covid-19 digelar sejak Februari lalu. Sejumlah protokol
penanganan krisis dan proses keberlanjutan usaha telah diterapkan
untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya lockdown yang bisa
mengganggu operasi layanan.

Menurut Executive Vice President of Secretariat and Corporate


Communication Division BCA Hera F. Haryn, sistem peringatan dini
diperlukan untuk mewaspadai risiko turunnya kualitas aset dan
kemampuan bayar debitor. Secara umum, dia menerangkan, hasil
stress test menunjukkan BCA cukup memadai untuk mengantisipasi
risiko tersebut. “Belum ada yang menyampaikan kesulitan
pembayaran spesifik karena Covid-19," ujarnya.

Hera mengungkapkan, saldo cadangan kerugian penurunan nilai


kredit BCA hingga akhir 2019 mencapai Rp 15 triliun atau berkisar
190 persen dari total kredit bermasalah—level yang dianggap sangat
memadai. Walau begitu, dampak pandemi corona bagi perbankan
akan sangat bergantung pada berapa lama wabah ini berlangsung.
Makin pendek waktunya, makin rendah risiko yang harus ditangani.
“Kami akan konsisten memonitor dampaknya secara rutin,” kata
Hera.

Rasio Kredit Bermasalah Berdasarkan Sektor Usaha 2019

Potensi bahaya Covid-19 terhadap kinerja perbankan juga tengah


dipantau ketat oleh Otoritas Jasa Keuangan. Ketua Dewan Komisioner
OJK Wimboh Santoso menuturkan, meningkatnya risiko kredit bisa
mengganggu stabilitas sistem keuangan. Itu sebabnya beragam
stimulus kebijakan digulirkan mulai Kamis, 19 Maret lalu, hingga
akhir Maret 2021.

Penilaian kualitas kredit atau pembiayaan dana lain sampai Rp 10


miliar, misalnya, kini dilonggarkan hanya berdasarkan ketepatan
pembayaran pokok dan/atau bunga. Selain itu, bank dapat
merestrukturisasi kredit menjadi lancar tanpa batas plafon pinjaman.
Pelonggaran aturan ini, Wimboh menjelaskan, berlaku untuk debitor
UMKM dan non-UMKM. “Mekanisme penerapan diserahkan
sepenuhnya ke kebijakan masing-masing bank dan disesuaikan
dengan kapasitas bayar debitor,” ucapya. Wimboh berharap
perbankan proaktif mengidentifikasi para debitor yang terkena
dampak persebaran Covid-19.

AISHA SHAIDRA, KHAIRUL ANAM



Pukulan Ringan Saja
Mematikan
majalah.tempo.co
6 mins read

K
alkulasi banyak ekonom menyimpulkan pandemi virus corona
akan berujung pada krisis ekonomi dunia. Pemerintah dan
bank sentral menyiapkan strategi penyelamatan.

Pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, 17


Maret lalu./Tempo/Tony Hartawan

• Wabah virus corona menambah ketidakpastian industri dan pasar keuangan.

• Ekonom menghitung skenario paling ringan hingga terburuk dampak pandemi

ini.

• Aneka strategi antisipasi krisis disiapkan.

VIRUS corona kian meresahkan pelaku usaha. Bahkan strategi


pemerintah memerangi pandemi ini sudah membuat kelangsungan
bisnis mereka makin serba tak pasti. Dalam istilah Dwiatmoko
Setiono, Direktur Utama PT Sekawan Karsa Mulia, efek samping pasti
akan mengikuti upaya “pembasmian tikus” yang tak disertai
pertimbangan yang matang.

Senin, 16 Maret lalu, Dwiatmoko sudah dipusingkan oleh bisnisnya


yang kacau akibat pembatasan jam operasional dan jumlah angkutan
umum di DKI Jakarta. Pagi itu, banyak karyawan Sekawan Karsa di
pabrik dan gudang datang terlambat sehingga membuat produksi di
perusahaan bahan baku makanan dan minuman instan tersebut
kedodoran.

Kabar rencana pemerintah mengisolasi sebagian wilayah Ibu Kota


untuk mengurangi potensi penyebaran Coronavirus Disease 2019
(Covid-19) makin membuat resah. Sebab, selain aktivitas usaha
Dwiatmoko berpusat di Bandengan, Jakarta Barat, produk makanan
dan minuman sangat bergantung pada kegiatan di luar rumah. “Kalau
sekolah tutup, perkantoran enggak buka, dan kebanyakan orang
berada di rumah, kena kami,” kata Dwiatmoko kepada Tempo, Kamis,
19 Maret lalu.

Bahkan, hingga pekan lalu, Sekawan Karsa tidak bisa menerapkan


secara penuh imbauan pemerintah agar perusahaan membolehkan
pegawai bekerja dari rumah (work from home). Karyawan di bagian
administrasi mungkin saja bisa melakukannya. “Tapi kalau yang
bertugas di pabrik bagaimana? Mereka kan harus berhadapan dengan
mesin,” ujarnya.

Dilema ini menambah pelik persoalan yang kini dihadapi Dwiatmoko


dan sejawatnya di bisnis makanan dan minuman. Bahan baku seperti
sorbitol dan maizena yang biasa dipasok dari Cina kini langka. Rantai
pasok dari Tiongkok yang melambat sejak Imlek akhir Januari lalu
berlanjut seiring dengan wabah corona. Sulitnya mencari barang
substitusi dari negara lain kini diperparah oleh anjloknya nilai tukar
rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.

Dwiatmoko cukup beruntung karena stok bahan baku masih tersedia


di gudangnya. “Tapi yang dikhawatirkan kalau kondisinya begini
terus. Omzet rentan turun,” ucapnya. “Mudah-mudahan daya beli
masyarakat masih terjaga.”

•••

BELUM ada yang bisa memprediksi secara presisi seberapa besar


dampak corona terhadap perekonomian global dan nasional. Namun,
bagi sejumlah ekonom dan cerdik-pandai, ucapan salah satu pendiri
Amerika Serikat, John Jay, menjadi penting pada masa sekarang.
“Berharap yang terbaik dan bersiap untuk yang terburuk adalah
ungkapan yang basi. Tapi itu pepatah yang baik,” kata Jay pada 1
Januari 1813. Kalkulasi kini diperlukan untuk mengantisipasi risiko
terburuk dampak Covid-19 terhadap ekonomi.

Itu sebabnya, sejak Februari lalu, Andry Asmoro, Kepala Ekonom PT


Bank Mandiri (Persero) Tbk, mengotak-atik beragam skenario ketika
kasus corona masih terkonsentrasi di Cina. Simulasi awal itu belum
menghitung rayapan taun ke Indonesia. Belum pula dihitung jika
pemerintah menerapkan karantina wilayah. Hasil akhirnya belum
bisa dipublikasikan lantaran dibuat untuk kepentingan internal
perseroan. Tapi Andry menggambarkan dengan bahasa yang patut
membuat waswas. “Dukungan pertumbuhan global hilang semua.
(Potensi) masuk resesi makin tinggi,” tuturnya.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (kedua kiri) memberikan keterangan pers
mengenai langkah kebijakan untuk menjaga stabilitas moneter dan keuangan akibat
dampak virus corona di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, 2 Maret lalu.
ANTARA/Indrianto Eko Suwarso

Pandemi Covid-19 terus meluas. Hingga Rabu, 18 Maret lalu, wabah


menyerang 159 negara. Beberapa di antaranya telah mengkarantina
wilayah, seperti Italia, yang mengunci seluruh negeri begitu menjadi
negara dengan kasus dan kematian terbanyak akibat corona sesudah
Cina. Rantai pasok global yang tersendat tak hanya dari Cina, tapi
melebar lintas benua.

Menurut Chatib Basri, ekonom senior dan mantan Menteri Keuangan,


sebagian besar analisis saat ini hanya membandingkan dampak
Covid-19 dengan epidemi sindrom pernapasan akut parah (SARS)
pada 2003. Sebab, hingga kini belum ada pandemi global seperti
Covid-19 selain wabah Flu Spanyol, yang menewaskan 40 juta orang
di seluruh dunia pada 1918-1919. “Masalahnya, SARS itu sebagian
besar hanya terjadi di Cina,” ujar Chatib, Selasa, 17 Maret lalu. Kala
itu, ekonomi Cina yang terguncang pun belum sebesar saat ini.

Warwick McKibbin Foto: researchers.anu.edu.au

Gambaran lebih jelas terlihat dari kajian Warwick McKibbin dan


Roshen Fernando yang dirilis akhir Februari lalu. Laporan berjudul
“The Global Macroeconomic Impact of Covid-19: Seven Scenarios”
yang ditulis dua ekonom Australian National University itu
mengembangkan model kalkulasi yang mirip ketika McKibbin
mengkalkulasi dampak SARS terhadap perekonomian global 2004.

McKibbin membuat tujuh skenario berdasarkan tingkat sebaran,


jumlah kasus, dan angka kematian akibat corona. Skenario 1-3 jika
corona hanya terjadi di Cina dan sementara. Skenario 4-6
diasumsikan wabah menyebar ke seluruh dunia secara temporer.
Skenario 7 bila sebaran wabah berlanjut pada masa mendatang secara
permanen.

Perkiraan Penurunan Produk Domestik Bruto Negara G20


Akibat Pandemi Covid-19 (US$ miliar)

Hasil kalkulasi kemudian dihitung dengan lima faktor guncangan


(shock), yakni suplai tenaga kerja, equity risk premium, biaya
produksi, permintaan konsumsi, dan belanja pemerintah. Pemodelan
ini memasukkan G20, kelompok 19 negara dan 1 kawasan, yaitu Uni
Eropa, yang mewakili ekonomi utama dunia. Indonesia berada di
dalamnya.

Hasilnya, dengan skenario 4, yang dianggap paling ringan,


pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tergerus 1,3 persen dari
patokan pertumbuhan 5 persen pada 2015 yang dijadikan baseline
kalkulasi. Bila pandemi Covid-19 berlangsung separah Flu Spanyol,
produk domestik bruto (PDB) yang tergerus bisa mencapai 4,7 persen.
Artinya, pertumbuhan ekonomi 2020 hanya akan mencapai 0,3
persen. Dengan kalkulasi ini, wabah corona diprediksi memangkas
PDB Indonesia senilai US$ 45-167 miliar. Dalam skenario terburuk,
angka tersebut setara dengan belanja negara sepanjang tahun ini.

Dihubungi Tempo, Kamis, 19 Maret lalu, McKibbin menyatakan belum


bisa memberikan pernyataan dalam waktu dekat. Guru besar
Crawford School of Public Policy di Australian National University itu
menyarankan Tempo memeriksa makalahnya saja. Chatib Basri
menyimpulkan bahwa kajian ini menggambarkan, “Kita hanya akan
tumbuh dalam kondisi terburuk.”

Simulasi McKibbin belakangan diperkuat kajian McKinsey & Company


dalam laporan berjudul “Coronavirus Covid-19: Facts and Insights”
yang dirilis pada 7 Maret lalu. McKinsey mengembangkan tiga
skenario dampak Covid-19 terhadap perekonomian global: pemulihan
cepat, perlambatan global, dan pandemi disertai resesi.

Skenario paling akhir ini merupakan yang terburuk dengan asumsi


penularan wabah berlanjut sampai kuartal ketiga 2020, rasio
kematian tinggi lantaran tak adanya terapi yang efektif, dan virus
tidak bersifat musiman. Jika ini terjadi, ekonomi Cina diprediksi baru
pulih pada kuartal ketiga. Resesi global akan membuat PDB negara-
negara besar dan total global tersisa di kisaran 0,3-5,1 persen.

•••

BANK sentral dan pemerintah bukannya tak menyadari bahaya Covid-


19 terhadap ekonomi dunia dan dalam negeri. Lewat konferensi video,
Kamis, 19 Maret lalu, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo
menggulirkan kebijakan lanjutan untuk menstabilkan sistem
keuangan. BI kembali memangkas suku bunga acuan BI 7-Day Reverse
Repo Rate sebesar 25 basis point ke level 4,5 persen.

Pada saat bersamaan, Perry juga mengumumkan BI telah merevisi


proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,2-4,6 persen
dari sebelumnya di kisaran 5-5,4 persen. Adapun perekonomian dunia
diperkirakan hanya tumbuh 2,5 persen dari prediksi awal 2,7 persen.

Menurut Perry, pandemi Covid-19 telah membuat ketidakpastian


global menjadi sangat tinggi. Pembalikan modal ke aset keuangan
yang dianggap lebih aman telah menekan kinerja pasar keuangan dan
banyak nilai tukar mata uang. “Kami pastikan dari pagi sampai sore
Bank Indonesia selalu berada di pasar agar dalam situasi yang sangat
sulit ini bisa dijaga,” kata Perry.
(Dari kiri) Menteri Perindustrian Agus Gumiwang, Menko Perekonomian Airlangga,
Menteri Keuangan Sri Mulyani (ketiga kiri), Menteri Perdagangan Agus Suparmanto,
Ketua OJK Wimboh Santoso, dan Kepala Badan Ketahanan Pangan Agung Hendriadi
usai memberikan keterangan kepada media Pemerintah akan memberikan fasilitas
pembebasan biaya impor untuk penelitian pembuatan obat anti virus COVID-19, di
kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, 13 Maret lalu. ANTARA/Muhammad
Adimaja

Pasar finansial memang lebih jelas menunjukkan betapa Covid-19


telah meruntuhkan kepercayaan investor portofolio. Investor asing
terus menjual asetnya di Bursa Efek Indonesia. Hingga Jumat, 20
Maret lalu, net foreign sell telah mencapai Rp 9,68 triliun dalam
waktu sebulan. Penguatan tipis pada akhir perdagangan hari yang
sama belum membalikkan posisi indeks harga saham gabungan yang
telah rontok, minus 28 persen, sejak 21 Februari lalu. Pada periode
yang hampir berbarengan, investor asing juga melepaskan
kepemilikan mereka atas surat berharga negara senilai Rp 95 triliun.
Rupiah pun tersungkur ke level 16.273 per dolar Amerika, terendah
sejak Juni 1998.

Sehari sebelum Perry mengumumkan hasil rapat Dewan Gubernur BI


tersebut, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memaparkan
sejumlah kebijakan pemerintah untuk menanggulangi Covid-19.
Realokasi anggaran akan dilakukan di kementerian dan lembaga serta
pemerintah daerah.

Dari anggaran kementerian dan lembaga, Sri menghitung ada Rp 5-10


triliun yang bisa dialihkan untuk penanganan pandemi. Sedangkan
angka dari dana transfer daerah lebih besar, yakni Rp 17,7 triliun.

Selain menggeser belanja ke sektor kesehatan, pemerintah akan


memakai dana hasil realokasi untuk memperkuat jaring pengaman
sosial. Targetnya bukan hanya warga miskin, tapi juga pedagang kaki
lima dan pelaku sektor informal lain yang terkena dampak Covid-19.
Saat ini, menurut Sri, kelompok tersebut mulai terkena dampak
akibat kebijakan bekerja dari rumah. “Kami akan lihat di mana
database yang mencakup kelompok informal ini dan cara membantu
mereka,” ucapnya.

Pemerintah memang belum menentukan caranya, apakah dengan


skema Program Keluarga Harapan, bantuan pangan nontunai, atau
lainnya, seperti kredit ultra-mikro dan kredit usaha rakyat. “Kami
akan memakai saluran yang tersedia,” kata Sri. Berapa jumlahnya?
“Akan kami hitung. Belum kami pelajari sepenuhnya ke mana ini
arahnya.”

Chatib Basri menilai realokasi ini amat penting. Dalam situasi genting
seperti sekarang, yang diperlukan justru penanggulangan wabah.
Stimulus fiskal, menurut Chatib, tidak relevan lagi. “Hanya dua
stimulus yang cocok untuk kondisi sekarang, stimulus untuk
kesehatan dan bantuan sosial,” tutur Chatib. “Jangan bicara dorong
permintaan dulu.”

KHAIRUL ANAM, RETNO SULISTYOWATI


TIUP LILIN KETUA
MAHKAMAH
majalah.tempo.co
4 mins read

• Mahkamah belum menyiapkan sidang paripurna pemilihan ketua baru.

• Ada tiga kandidat pengganti Hatta Ali.

M
ENJELANG usia 70 tahun pada 7 April mendatang, belum
ada tanda-tanda Ketua Mahkamah Agung Hatta Ali akan
lengser. Pada saat menyampaikan pidato di sidang pleno
istimewa laporan tahunan Mahkamah pada 26 Februari lalu, Hatta
tak menyinggung usia pensiunnya atau mengucapkan perpisahan.

Dalam pidatonya, Hatta lebih banyak membanggakan capaian


Mahkamah yang menjatuhkan putusan terhadap 20.058 perkara
sepanjang 2019. Menurut dia, tingginya angka itu buah dari
pengaturan waktu penanganan perkara. “Ini merupakan jumlah
terbanyak yang diputus dalam sejarah MA,” kata Hatta dalam
pidatonya.

Terpilih sebagai Ketua Mahkamah Agung pada 2012, Hatta kembali


menjabat posisi itu pada 2017. Masa jabatan periode keduanya akan
selesai bersamaan dengan pensiunnya dia sebagai hakim agung.
Undang-Undang Mahkamah Agung membatasi usia hakim agung
hingga 70 tahun.

Meski pensiun Hatta sudah dekat, Mahkamah belum menyiapkan


sidang paripurna pemilihan ketua baru. “Kami belum tahu, panitia
juga belum ada,” ucap Kepala Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat
Mahkamah Agung Abdullah pada Kamis, 19 Maret lalu.

Presiden Joko Widodo (tengah) bersama Wakil Presiden Ma’ruf Amin ( kanan) dan
Ketua Mahkamah Agung Hatta Ali menghadiri Sidang Pleno Istimewa Laporan
Tahunan Mahkamah Agung Tahun 2019 di Jakarta , 26 Februari lalu./ANTARA/Sigid
Kurniawan

Pegawai MA malah mematangkan rencana Rapat Kerja Nasional Akbar


pada 5-7 April mendatang di Hotel Sultan dan Jakarta Convention
Center (JCC), Jakarta. Surat pemberitahuan rangkaian kegiatan sudah
diedarkan kepada semua ketua pengadilan tingkat pertama dan
tingkat banding, panitera, serta sekretaris lingkungan peradilan di
seluruh Indonesia sejak 11 Maret lalu.

Dari daftar acara yang diperoleh Tempo, panitia membuka kegiatan


akbar itu dengan agenda ramah tamah Ketua Mahkamah Agung Hatta
Ali beserta jajarannya di Ballroom Hotel Sultan pada Ahad malam, 5
April 2020. Esoknya, panitia akan menjemput semua peserta untuk
mengikuti rapat di Assembly Hall JCC. Rapat akan berlangsung mulai
pagi hingga tengah malam. Pada penutupan acara, panitia
menyiapkan acara tiup lilin ulang tahun Hatta Ali.

Abdullah mengatakan panitia sudah merampungkan persiapan acara


tersebut. Tapi, karena merebaknya virus corona, Mahkamah menunda
kepastian acara hingga 31 Maret nanti. “Kita lihat keputusan setelah
31 Maret, memungkinkan untuk menggelar acara atau tidak,” ujarnya.
Pengamat peradilan, Asep Iwan Iriawan, mengatakan sepinya rencana
pergantian Ketua Mahkamah Agung kurang lazim. Menurut mantan
hakim itu, menjelang pergantian Ketua Mahkamah Agung Harifin
Tumpa pada 2012, Mahkamah sudah menggaungkan pemilihan
sebulan sebelumnya. Salah satunya dengan membentuk panitia
pemilihan.

Asep mengatakan perhatian orang saat ini memang berfokus pada


pandemi Covid-19 di Tanah Air. Tapi ia menganggap hal itu bukan
alasan untuk menunda pemilihan. “Pemilihan bisa dilakukan secara
daring, tanpa tatap muka,” katanya.

Hatta Ali memang belum mengucapkan salam perpisahan, tapi tiga


hakim agung diam-diam disebut bersiap-siap menggantikannya.
Nama pertama adalah Sunarto. Pria 60 tahun ini menjadi hakim
agung pada 2015 setelah merintis karier sebagai hakim sejak 1986. Ia
terpilih sebagai Wakil Ketua Bidang Non-Yudisial Mahkamah pada
2018. Sebelumnya, di Mahkamah, ia menjabat Ketua Muda Mahkamah
Bidang Pengawasan.

Hakim agung kedua adalah Muhammad Syarifuddin, 65 tahun.


Memulai karier sebagai hakim pada 1982, ia menjadi hakim agung
sejak 2013. Syarifuddin menjabat Wakil Ketua Bidang Yudisial
Mahkamah sejak 2016 mengungguli Andi Samsan Nganro.

Orang yang pernah dikalahkan Syarifuddin ini juga menjadi kandidat


pengganti Hatta Ali. Andi Samsan kini menjabat Ketua Muda
Mahkamah Bidang Pengawasan. Pria 67 tahun itu pernah bersaing
dengan Hatta Ali dalam pemilihan Ketua Mahkamah Agung pada 2012
dan 2017.
Muhammad Syarifuddin saat diambil sumpah jabatannya di Istana Negara, Jakarta,
Mei 2016./Biro Pers/Setpres

Namun persaingan itu agaknya sudah menjadi masa lalu. Seorang


pejabat Mahkamah mengatakan Hatta Ali memberikan sinyal
mendukung Andi Samsan. Salah satu alasannya: keduanya sama-sama
berasal dari Sulawesi Selatan. Penunjukan Andi Samsan sebagai Ketua
Muda Mahkamah Bidang Pengawasan oleh Hatta pada Februari lalu
juga disebut sebagai indikasi dukungan Hatta.

Andi Samsan hanya tertawa saat dimintai konfirmasi soal dukungan


Hatta Ali terhadap dirinya dan langkahnya menuju kursi Ketua MA.
Menurut dia, Hatta masih belum memberikan keterangan mengenai
pemilihan ketua baru. “Yang pasti, kami sudah sering melakukan
pemilihan di sini. Tidak ada kampanye besar-besaran. Menjaga
stabilitas juga, jangan ada semacam gesekan antarhakim agung,” ujar
Andi.

•••

TAK adanya woro-woro menjelang pergantian Ketua Mahkamah


Agung juga menarik perhatian anggota Komisi Hukum Dewan
Perwakilan Rakyat, Arsul Sani. Politikus Partai Persatuan
Pembangunan itu mengatakan pemilihan Ketua MA harus tetap
digelar pada awal April mendatang. Ia mengacu pada pergantian
Harifin Tumpa pada 2012. Harifin berhenti sebagai hakim agung
karena memasuki usia 70 tahun sesuai dengan undang-undang. “Jadi
sudah ada presedennya,” ucap Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan
Rakyat itu.

Andi Samsan Nganro./ANTARA/M Risyal Hidayat


Menurut Arsul, Ketua Mahkamah Agung yang baru diperlukan untuk
menyelesaikan pekerjaan rumah yang belum rampung di era Hatta
Ali. Ia menyoroti cara Mahkamah dalam menjaga independensi dan
kode etik hakim yang masih kendur. Misalnya, kata dia, aturan bahwa
hakim tak boleh berolahraga bersama pengacara, jaksa, atau pihak
yang sedang beperkara dan berpotensi memiliki perkara ditegakkan
dengan lurus. “Hakim juga tidak boleh menggelar kegiatan sosial atau
olahraga yang disponsori atau dibantu pihak swasta,” tuturnya.

Aktivitas olahraga para hakim kerap mendapat sorotan. Pada 2016,


misalnya, Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta mengungkap
kesaksian seorang pengusaha yang mengaku memberikan Rp 1,5
miliar untuk penyelenggaraan turnamen tenis di lingkungan
Mahkamah Agung. Duit diserahkan kepada Sekretaris Mahkamah saat
itu, Nurhadi Abdurrachman. Dalam sejumlah kesempatan, Nurhadi
membantah soal pemberian uang tersebut.

Sunarto/Tempo/Imam Sukamto

Sebagian besar hakim bergabung dalam Persatuan Tenis Warga


Pengadilan (PTWP). Organisasi ini tersebar di berbagai daerah dan
umumnya dipimpin ketua pengadilan. Pada 2018, PTWP melaporkan
juru bicara Komisi Yudisial, Farid Wajdi, ke Kepolisian Daerah
Metropolitan Jakarta Raya dengan tuduhan mencemarkan nama.
Mereka membantah kabar adanya pungutan Rp 150 juta kepada setiap
kantor pengadilan untuk membiayai turnamen tenis yang digelar
PTWP, seperti yang disampaikan Farid ke media.

Informasi soal perilaku miring sejumlah hakim agung sebenarnya


sudah banyak mendarat di meja Komisi Yudisial. Tapi laporan
tersebut kerap hanya masuk laci. Salah satunya laporan soal
kunjungan Hatta Ali ke lokasi proyek pembangunan sebuah hotel di
Mataram, Nusa Tenggara Barat, pada November tahun lalu.
Buktinya adalah foto yang memperlihatkan Hatta didampingi para
petinggi pengadilan dan seorang pengusaha yang diduga pemilik
proyek tersebut. Padahal pembatasan pertemuan dengan sejumlah
pihak sudah dimuat dalam Surat Ketua Mahkamah Tahun 2002, yang
dipertegas melalui Surat Edaran Mahkamah Nomor 3 Tahun 2010.
Dalam wawancara dengan Tempo pada 2015, Hatta bahkan
mengingatkan koleganya untuk membatasi diri jika berada di luar
kantor.

Farid Wajdi enggan memberikan tanggapan soal mengendapnya


sejumlah laporan hakim agung di lembaganya. “Silakan langsung
menyampaikan ke ketua,” kata Farid. Ketua Komisi Yudisial Achmad
Jayus belum merespons permintaan wawancara.

Hingga Sabtu, 21 Maret lalu, Hatta belum menanggapi permintaan


wawancara Tempo. Kepala Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat
Mahkamah Agung Abdullah mengatakan pertemuan Hatta Ali dengan
pihak di luar pengadilan masih dianggap wajar. Ia menyebutkan
publik kerap menyalahartikan pertemuan itu. “Betapa susahnya jadi
hakim kalau ketemu orang lain saja tidak boleh,” ujarnya.

LINDA TRIANITA

BALA BANTUAN DARI
MARKAS BESAR
majalah.tempo.co
3 mins read

• Ronny dan Rahmat didampingi sembilan pengacara dari Mabes Polri.

• Pengacara Novel Baswedan menyangsikan isi terdakwa.

G
EDUNG Pengadilan Negeri Jakarta Utara, Jalan Gajah Mada,
Jakarta Pusat, terlihat lebih ramai pada Kamis, 19 Maret
lalu. Puluhan polisi berseragam hitam dengan label Brigade
Mobil bersiaga di depan pintu masuk pengadilan. Ada pula puluhan
pria dengan raut Indonesia timur berkerumun di samping gedung.

Siang itu, Pengadilan Negeri Jakarta Utara menggelar sidang perdana


penganiayaan penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi, Novel
Baswedan. Dua personel Brimob, Brigadir Ronny Bugis dan Brigadir
Rahmat Kadir Mahulette, menjadi terdakwanya. Sebelum ditangkap,
keduanya bertugas di Markas Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat.

Meski surat dakwaan Ronny dan Rahmat dibuat secara terpisah,


keduanya didakwa dengan pasal yang sama. Jaksa mendakwa Ronny
dengan Pasal 355 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tentang
penganiayaan berat dengan ancaman maksimal 12 tahun penjara.
Jaksa juga menyertakan Pasal 353 dan 351 KUHP tentang
penganiayaan dengan ancaman masing-masing maksimal lima dan
dua tahun penjara.

Ronny dan Rahmat terlihat tekun mendengarkan pembacaan


dakwaan. Keduanya mengenakan kemeja berlengan panjang warna
putih di persidangan itu. Ada sembilan pengacara dari Markas Besar
Kepolisian RI yang mendampingi mereka. Tanpa atribut kepolisian,
mereka mengenakan toga hitam dalam persidangan.

Brigadir Jenderal Edy Purwatno dari Divisi Hukum Mabes Polri


memimpin tim pengacara Ronny dan Rahmat. Edy mengatakan tak
akan berusaha mematahkan dakwaan jaksa. Ia beralasan kedua
terdakwa sudah mengakui perbuatannya. “Kami tidak mengajukan
eksepsi,” ucap Edy seusai persidangan.

Meski tak menyiapkan pembelaan, tim pengacara tetap berupaya


meringankan hukuman Ronny dan Rahmat. Edy menganggap mereka
sudah mengakui kesalahannya. Tim pengacara, kata dia, sudah
menyiapkan strategi dalam proses pembuktian di sidang berikutnya.
“Sudah ada beberapa. Lihat saja nanti,” ujarnya.

Reserse Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya dan Mabes Polri


menangkap Ronny dan Rahmat pada akhir Desember tahun lalu.
Sebelumnya, dua tim gabungan pencari fakta Mabes Polri tak
menemukan penganiaya Novel Baswedan selama hampir tiga tahun.
“Yang mengungkap kasus ini justru pengakuan terdakwa Ronny yang
melapor karena dihantui perasaan bersalah,” kata jaksa penuntut,
Ahmad Patoni.

Ronny dan Rahmat mendapat bantuan pengacara dari Divisi Hukum


Mabes Polri sejak menjalani pemeriksaan. Brigadir Jenderal Edy
merujuk pada Peraturan Kepala Kepolisian RI Nomor 2 Tahun 2017
tentang Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum oleh Polri soal alasan
memberi pendampingan itu. “Layanan hukum ini berlaku sama bagi
semua anggota Polri tanpa memandang jabatan atau jenis perkara,”
ucapnya.

Salah seorang anggota tim pengacara Novel, Alghiffari Aqsa, menilai


peran Divisi Hukum Mabes Polri dalam persidangan bakal menutup
fakta-fakta baru yang dianggap penting. Ia juga menyoroti peran
Kepala Divisi Hukum Polri Inspektur Jenderal Rudy Heriyanto Adi
Nugroho. Rudy menjabat Direktur Reserse Kriminal Umum Polda
Metro Jaya yang menangani kasus ini ketika pertama kali mencuat.
“Ada sejumlah kejanggalan yang sudah muncul saat beliau memimpin
proses penyelidikan kasus ini,” kata Alghiffari.

Ia menganggap penyelidik gagal mengamankan petunjuk penting


penyiraman air keras ke wajah Novel. Salah satu petunjuk adalah
sidik jari yang menempel pada gagang cangkir yang dipakai
menyiram air keras, yang disebut sebagai asam sulfat oleh polisi.
Polisi mengaku tak bisa mendeteksi jejak sidik jari tersebut lantaran
terhapus cairan air keras.

Penjelasan polisi berbeda dengan keterangan seorang saksi. Alghiffari


menyebutkan tak seluruh badan cangkir saat itu tertutup cairan asam
sulfat. “Saat penyitaan, polisi tidak menaburkan serbuk hitam
pendeteksi sidik jari. Tapi langsung dimasukkan ke dalam plastik,”
ujarnya.

Penyerangan terhadap Novel berlangsung pada Selasa subuh, 11 April


2017. Novel sedang berjalan pulang menuju rumahnya setelah
mendirikan salat subuh di Masjid Al-Ihsan, Kelapa Gading, Jakarta
Utara. Akibat penyerangan tersebut, mata kiri Novel tak berfungsi
lagi.

Jaksa Ahmad Patoni menjelaskan, Rahmat Kadir Mahulette


menyiapkan rencana penyerangan tiga hari sebelumnya. Rahmat
diketahui pernah meminjam sepeda motor Ronny untuk menyurvei
situasi di sekitar rumah Novel pada 8 dan 9 April.

Setelah memetakan lingkungan, Rahmat menyambangi pul kendaraan


tim Gegana, Brimob, di Kelapa Dua, Depok. Ia menemukan cairan
asam sulfat dalam botol plastik berwarna merah. Rahmat menyimpan
air keras itu ke cangkir kaleng bermotif lurik hijau, lalu dibungkus
kantong plastik. “Yang punya peran dominan dalam perkara ini
adalah Rahmat,” tutur Patoni.

Rahmat Kadir Mahulette saat menjalani sidang perdana kasus penyiraman di PN


Jakarta Utara, Jakarta, Kamis, 19 Maret 2020./TEMPO/Hilman Fathurrahman W

Surat dakwaan menyebutkan Rahmat meminta Ronny


mengantarkannya ke Kelapa Gading. Keduanya sempat menunggu
berjam-jam sebelum beraksi. Menurut Patoni, Rahmat tak
menjelaskan rencana penyerangan itu kepada Ronny. Ronny baru
mengetahui rencana itu ketika kendaraan mereka mendekati Novel.
“Rahmat yang membonceng motor, lalu menyiram air keras ke arah
Novel,” katanya.

Patoni mengatakan Rahmat menganggap Novel telah mengkhianati


Polri. Sebelum beralih status menjadi pegawai KPK, Novel adalah
polisi berpangkat komisaris. Kepada jaksa, misalnya, Rahmat
menyoroti peran Novel dalam kasus korupsi yang menjerat bekas
Kepala Korps Lalu Lintas Polri, Inspektur Jenderal Djoko Susilo.

Alghiffari Aqsa sangsi terhadap alibi Rahmat. Ia menganggap tak


masuk akal mengaitkan penyerangan terhadap Novel dengan kasus
Djoko Susilo. Penyidikan kasus Djoko berlangsung pada 2012 atau
lima tahun sebelum penyerangan. Itu sebabnya, ia menduga Rahmat
tak sendirian. ”Polisi belum mengejar otak penyerangan,” ujarnya.

Kepala Divisi Hukum Inspektur Jenderal Rudy Heriyanto Adi Nugroho


tak merespons panggilan telepon dan pesan pendek permintaan
wawancara Tempo. Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir
Jenderal Raden Argo Prabowo Yuwono enggan menanggapi
persidangan Ronny dan Rahmat. “Silakan dipertanyakan di sidang
pengadilan,” katanya pada Sabtu, 21 Maret lalu.

Ronny dan Rahmat tak meladeni pertanyaan Tempo saat menuju


ruang persidangan. Keduanya memilih bungkam di tengah
pengawalan ketat polisi. Keduanya juga mengunci mulut saat menuju
mobil tahanan yang akan membawa mereka ke rumah tahanan
Markas Brimob di Kelapa Dua.

RIKY FERDIANTO

Mahkamah Agung belum
menggelar rapat persiapan
pergantian Hatta Ali.
majalah.tempo.co
2 mins read

• Para hakim agung diklaim tak melakukan lobi-lobi suksesi.

• Setiap hakim agung berhak mencalonkan diri menjadi Ketua MA.

K
ETUA Mahkamah Agung Hatta Ali berusia 70 tahun pada 7
April mendatang. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, hakim agung harus
pensiun pada umur tersebut. Meski pergantian akan terjadi dalam
hitungan pekan, Mahkamah Agung belum merencanakan sidang
memilih ketua baru.

Kepala Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat Mahkamah Agung


Abdullah mengatakan belum ada perintah menyiapkan sidang
tersebut. “Tapi kami sewaktu-waktu siap,” ujar Abdullah melalui
telekonferensi pada Kamis, 19 Maret lalu.

Bagaimana persiapan MA dalam menjaring Ketua MA


baru?

Kapan sidang paripurna untuk pemilihan Ketua Mahkamah Agung,


sampai sekarang kami belum dapat info, masih di ranah pimpinan.
Kami belum tahu. Panitia belum ada, tapi tetap saja ya itu-itu juga,
bukan dibentuk secara ad hoc. Tanpa diberi tahu, pasti langsung
mengerti tugasnya. Sudah kebiasaan rutin.

Dalam laporan tahunan MA pada 26 Februari lalu, Hatta


Ali tidak menyampaikan kalimat perpisahan padahal itu
pidato terakhirnya. Apakah karena ada rencana ingin
memperpanjang masa jabatannya?

Saya belum tahu. Memperpanjang masa jabatan itu sudah ranah


pimpinan sehingga kami tidak bisa mengetahui. Kami juga tidak
dapat mengomentari. Laporan tahunan itu merupakan
pertanggungjawaban MA kepada publik atau masyarakat.
Hatta Ali menyiapkan kandidat penggantinya?

Di era demokrasi ini masih relevan enggak semacam itu? Jauh


panggang dari api. Pak Hatta masih demokratis. Tidak ada itu.

Ada tiga hakim agung yang dikabarkan menjadi kandidat


kuat pengganti Hatta Ali. Siapa saja mereka?

Kami di dalam sini tidak mendengar. Di sini adem ayem, seru.


Hubungan warga internal Mahkamah Agung luar biasa akrabnya.
Semua hakim agung bersahabat. Semua hakim agung punya
kesempatan yang sama dicalonkan atau mencalonkan diri di putaran
pertama. Nanti hakim agung yang dicalonkan ini kemudian dipilih.
Surat suara dimasukkan ke kotak transparan. Saya memilih hakim
lain juga bisa. Penjaringannya tidak melalui si A atau si B kampanye,
tidak ada. Kami bukan legislatif. Ada 48 hakim agung, semua
mempunyai hak yang sama.

Sidang paripurna pemilihan Ketua MA sama sekali belum


dipersiapkan. Mengapa MA malah berencana menggelar
rapat koordinasi nasional sekaligus merayakan ulang
tahun Hatta Ali?

Semua kegiatan kami tunda sementara sampai 31 Maret karena ada


imbauan tentang wabah corona. Setelah 31 Maret, kami evaluasi lagi
apakah acaranya jadi diadakan atau tidak. Persiapan acara ini sudah
selesai. Kalau sewaktu-waktu digelar, kami siap saja.

Belakangan ini beredar foto Hatta Ali dengan seorang


pengusaha sedang meninjau lahan yang akan dibangun
hotel di Mataram. Apakah Ketua MA diperbolehkan
melakukan kunjungan seperti itu bersama pengusaha?

Persepsi orang. Bisa bertemu dengan siapa pun, enggak bisa dibatasi.
Misalnya, ketemu orang lalu salaman, dikatakan janjian. Itu hanya
persepsi publik.

Di foto yang beredar tersebut Hatta Ali dan pengusaha itu


bukan seperti berpapasan.…

Setiap orang punya jejaring dengan yang lain, misalnya ikatan


alumni, lintas profesi, ada di partai politik, ikatan kedaerahan, atau di
tempat lain. Jadi kalau setiap ketemu orang diartikan lain. Betapa
susahnya jadi hakim kalau ketemu saja tidak boleh.
Ada kritik soal proses penyelesaian perkara dari 20 ribu
menjadi 200-an saja pada laporan MA Februari lalu.
Presiden Joko Widodo juga mengingatkan kualitas
putusan, tidak hanya pada kuantitasnya. Tanggapan Anda?

Kualitas sudah menjadi komitmen MA, kami selalu meningkatkan


kualitas putusan. Itu menjadi salah satu fokus kami. Untuk menjadi
hakim agung, tidak bisa hanya tiba-tiba jadi. Harus punya proses
panjang. Kalau dari karier, untuk menjadi hakim agung harus
puluhan tahun jadi hakim. Bagi yang background-nya nonhakim,
tentunya begitu jadi hakim agung harus adaptasi dulu, tidak bisa
langsung running.


Bersih-bersih Takhta Putra
Mahkota
majalah.tempo.co
5 mins read

P
angeran Muhammad bin Salman menangkap sejumlah
pangeran dan dua ratusan pejabat. Terkait dengan takhta
Kerajaan Arab Saudi.

Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Muhammad bin


Salman dalam sebuah acara sumpah setia kepada Kerajaan
Saudi, di Mekkah, Arab Saudi, November 2017./ Handout
via Reuters

• Pemerintah Saudi menangkap dua pangeran yang pernah menjadi putra

mahkota.

• Polisi menciduk 298 pejabat, termasuk perwira militer, polisi, dan hakim,

dengan tuduhan korupsi.

• Dewan Kesetiaan tak sreg Pangeran Salman menjadi putra mahkota.


TAK ada tanda-tanda bakal ada kegemparan pada Jumat, 6 Maret lalu.
Pangeran Ahmad bin Abdulaziz al-Saud baru saja pulang dari
perjalanan berburu elang di luar negeri. Pria 78 tahun itu sempat
memberikan sambutan dalam sebuah acara yang dihadiri orang-orang
dekatnya pada Kamis malam sebelumnya. Ahmad mengatakan bahwa
abangnya, Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud, ingin
bertemu dengannya pada Jumat pagi.

Esoknya, Ahmad pergi ke istana kerajaan di Riyadh bersama para


pengawalnya. Saat memasuki kompleks istana, tiba-tiba ia ditangkap
pasukan penjaga keamanan kerajaan. “Dia tidak bertemu dengan
Raja. Itu benar-benar pengkhianatan,” kata sumber Middle East Eye.
Pangeran Ahmad adalah bekas Menteri Dalam Negeri dan salah satu
keturunan terakhir pendiri Arab Saudi, Raja Abdulaziz al-Saud.

Hari itu, polisi juga menangkap mantan Menteri Dalam Negeri,


Pangeran Muhammad bin Nayef bin Abdulaziz. Pangeran 60 tahun itu
sepupu Raja Salman dan cucu Raja Abdulaziz. Pada 2015, Nayef
diangkat sebagai putra mahkota, tapi kemudian digantikan oleh
Pangeran Muhammad bin Salman, yang biasa disebut MBS, pada Juni
2017.

Keluarga Kerajaan Arab Saudi, Ahmed bin Abdulaziz./ Reuters/Fahad Shadeed

Tak ada pengumuman resmi dari pemerintah Saudi mengenai apa


yang sesungguhnya terjadi. The Wall Street Journal menyatakan
penangkapan itu terkait dengan “upaya kudeta” untuk menggulingkan
Raja Salman dan Pangeran Muhammad bin Salman. Tapi rumor yang
beredar menyatakan hal ini terkait dengan kesehatan Raja Salman.
Untuk membantah rumor tersebut, Saudi Press Agency merilis foto-
foto raja 84 tahun itu tampak bugar dalam sebuah acara pengambilan
sumpah duta besar baru Saudi untuk Ukraina dan Uruguay.
“Ada sejumlah rumor dan sindiran bahwa ada keributan di keluarga
kerajaan dalam bentuk kritik. Tapi itu tidak membenarkan
penangkapan mereka sebagai penjahat oleh pasukan keamanan
bertopeng yang menyerbu kamar-kamar keluarga kerajaan dan
meneriaki mereka agar keluar dari rumah,” ucap Khalil Jahshan,
Direktur Eksekutif Arab Center, di Washington, DC, Amerika Serikat,
kepada Al Jazeera.

Guncangan di negara kaya minyak itu belum berakhir. Dua hari


kemudian, polisi menciduk 298 pejabat pemerintah, termasuk
petinggi militer, polisi, dan hakim, dengan tuduhan korupsi. Lewat
Twitter, badan antikorupsi Nazaha menyatakan mereka akan didakwa
dalam kasus penyuapan dan penyelewengan kekuasaan dengan
kerugian negara senilai 379 juta riyal atau Rp 1,6 triliun lebih.

Menurut Reuters, delapan perwira militer diduga terlibat penyuapan


dan pencucian uang yang berhubungan dengan kontrak-kontrak
pemerintah selama 2005-2015. Tuduhan serupa ditujukan kepada 29
pejabat Kementerian Dalam Negeri, termasuk tiga kolonel, seorang
mayor jenderal, dan seorang brigadir jenderal.

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump dan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammad
bin Salman dalam pertemuan G20 di Jepang, Juni 2019./Reuters/Kevin Lamarque

Menurut Nazaha, dua hakim juga ditahan karena menerima suap.


Sembilan pejabat dituduh melakukan korupsi dalam proyek di
Almaarefa University di Riyadh yang mengakibatkan kerusakan parah
pada bangunan dan menyebabkan sejumlah orang tewas serta
beberapa lainnya terluka. Badan antirasuah itu tak menyebut nama-
nama mereka dan rincian kasus.

Hal ini seakan-akan mengulang kejadian pada 2017. Saat itu,


pemerintah Saudi di bawah kendali MBS juga menangkap sejumlah
pangeran, politikus, dan pengusaha dengan dalih memberantas
korupsi yang telah mengganggu investasi asing. Mereka disekap di
Hotel Ritz-Carlton, Riyadh. Tahun lalu, pengadilan menyatakan
kampanye antikorupsi ini akan berakhir setelah 15 bulan, tapi
kemudian pemerintah justru menyatakan akan mulai menangani
kasus korupsi oleh pejabat biasa.

Seorang bekas penasihat Raja Saudi Abdullah yang masih


berhubungan dengan kerajaan mengatakan alasan terbesar di balik
penangkapan-penangkapan itu adalah penolakan Pangeran Ahmad
untuk bersetia kepada MBS. “Raja Salman telah memanggil Ahmad
setiap tahun untuk meyakinkan Ahmad agar menerima putranya
sebagai ahli waris kerajaan,” ujarnya kepada Al Jazeera.

Ahmad terakhir kali dipanggil bulan lalu. “Tapi Ahmad menolak


berbaiat kepada MBS dan menyatakan bahwa kursi kerajaan adalah
haknya, berdasarkan wasiat ayahnya,” kata sumber itu. “Pangeran
Salman merasa bahwa jika dia tak ditahbiskan sebagai raja selama
Presiden Amerika Serikat Donald Trump berkuasa, dia tak akan
pernah punya kesempatan lagi.”

Saad al-Faqih, pembangkang Saudi dan pemimpin Gerakan Reformasi


di Arabia, membenarkan adanya masalah di balik penangkapan besar-
besaran itu. “Pangeran Ahmad sudah dua kali dipanggil ke istana
dalam beberapa bulan belakangan sebagai upaya menekan dia agar
menerima MBS. Tapi dia menolak,” ucap Faqih kepada Al Jazeera.

“Ahmad mungkin telah berbicara dengan sepupu-sepupunya tentang


penolakan ini dan berupaya mendorong yang lain bersikap sama,”
katanya. “Meskipun semua komunikasi dipantau karena dia berada
dalam pengawasan MBS, pembicaraan ini mungkin dinilai istana
sebagai upaya kudeta atau pengkhianatan.”

Faqih juga menyangka MBS khawatir Trump kalah dalam pemilihan


presiden tahun ini sehingga dia akan kehilangan dukungan Amerika.
Dukungan Trump sangatlah kentara. Meskipun sang Pangeran
dituduh terlibat dalam pembunuhan Jamal Khashoggi, jurnalis Saudi,
di konsulat negara itu di Istanbul, Turki, pada Oktober 2018, Trump
tetap menyatakan sebagai sekutu setia Saudi.

Menurut Glen Carl, bekas pejabat intelijen Amerika dan ahli Kerajaan
Saudi, jika pemerintah Amerika berubah, pendekatan Washington
terhadap Saudi sangat mungkin berubah juga. “Akan ada tekanan
yang lebih terbuka atau kemungkinan isolasi MBS dalam tataran
internasional... dan perubahan kebijakan untuk mengekang beberapa
tindakan Saudi,” ujar Carl mengacu pada peran Saudi dalam konflik di
Timur Tengah, termasuk perang sipil di Yaman.

Pangeran Ahmad satu dari tiga anggota Dewan Kesetiaan (Hayat al-
Bayah), badan kerajaan yang dibentuk pada 2007 oleh Raja Abdullah
untuk memuluskan suksesi di kerajaan setelah semua putra Abdulaziz
—pendiri kerajaan—wafat. Sebelumnya, penentuan ahli waris
kerajaan adalah hak prerogatif raja. Kini dewan inilah yang
memutuskan.

“Pangeran Salman merasa bahwa jika dia tak ditahbiskan


sebagai raja selama Presiden Amerika Serikat Donald
Trump berkuasa, dia tak akan pernah punya kesempatan
lagi.”

Dewan ini memegang dua peran penting: menentukan apakah raja


masih mampu memenuhi tugasnya atau menerima pengunduran diri
raja dan mengumumkan siapa putra mahkota baru yang dipilih dari
tiga kandidat yang diajukan raja. Bila pemilihan putra mahkota harus
dilakukan dengan pemungutan suara, biasanya dewan mengikuti
keinginan raja.

Namun ada satu pasal kecil tapi penting dalam aturan dewan. Pasal
itu mengatur jika raja adalah cucu pendiri kerajaan, putra
mahkotanya tak bisa dari garis keturunan yang sama, seperti saudara
atau putranya. Dengan pasal ini, jika menjadi raja, MBS akan memilih
salah satu sepupunya sebagai putra mahkota.

Dewan sendiri berpandangan bahwa Pangeran Ahmad lebih sah


sebagai penerus takhta. Ahmad juga secara terbuka sering mengkritik
kebijakan MBS, termasuk peran kerajaan dalam perang Yaman. Pada
akhir 2018, sebuah video yang beredar menunjukkan Ahmad melihat
unjuk rasa di luar tempat tinggalnya di London, Inggris. Dalam video
itu, Ahmad mengkritik soal perang Yaman, yang disebut Perserikatan
Bangsa-Bangsa sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia.

“Jangan salahkan seluruh keluarga (kerajaan). Tanggung jawab ini


pada raja dan putra mahkotanya,” tuturnya saat itu. “Di Yaman dan di
mana saja, kita berharap perang ini akan berakhir hari ini.” Meskipun
Ahmad segera menarik komentarnya dengan alasan pernyataan itu
telah keluar dari konteks, pesan-pesan dukungan dan janji kesetiaan
mulai membanjirinya.

Selain Ahmad, Pangeran Muhammad bin Nayef dianggap sebagai


pesaing terkuat MBS. Mantan Menteri Dalam Negeri itu dinilai
sebagai sekutu setia Amerika dan tokoh yang dihormati dalam perang
melawan teror. “Bagi Amerika dan Inggris, Nayef ditimbang sebagai
penerus kerajaan yang tepat,” ucap Carl.

Langkah kuda MBS terjadi justru di tengah situasi pelik kerajaan.


Selain menghadapi wabah virus corona yang memaksa Saudi menutup
Mekah dan Madinah, kerajaan itu terlilit masalah keuangan. Dengan
turunnya harga minyak mentah, perekonomian negara itu hanya
tumbuh 0,3 persen pada 2019, turun dari 2,4 persen setahun
sebelumnya. Ali Shihabi, komentator pendukung rezim MBS di
Washington, mengatakan kerajaan itu tengah mengalami
“keengganan suksesi generasi”.

IWAN KURNIAWAN (MIDDLE EAST EYE, AL JAZEERA,


REUTERS, THE WALL STREET JOURNAL )

Penyekapan di Hutan
Myawaddy
majalah.tempo.co
4 mins read

D
ua jurnalis Myanmar disekap tentara selama 24 jam.
Menyelidiki proyek pembangunan di perbatasan Myanmar-
Thailand.

Naw Betty Han./Dokumentasi Pribadi

• Dua jurnalis Myanmar ditangkap di kota perbatasan dengan Thailand.

• Keduanya disekap di hutan tanpa makan dan minum selama 24 jam.

• Mereka meliput soal pekerja ilegal Cina dalam pembangunan di kota perbatasan

Myanmar.

KOTA Myawaddy di perbatasan Myanmar-Thailand bukan tempat


yang asing bagi jurnalis Frontier Myanmar, Naw Betty Han. Dalam
setahun ini, setidaknya ia sembilan kali ke kota yang jaraknya sekitar
406 kilometer atau delapan jam perjalanan darat dari Kota Yangon
itu.

Berbeda dengan sebelumnya, pada 4 Maret lalu, ia menghadapi


masalah saat berada di Jembatan I, yang lokasinya berdekatan dengan
perbatasan. Betty, yang saat itu bersama fotografer Myanmar Times,
Ko Mar Naw, didatangi dua personel keamanan yang memakai atribut
kepala dengan aksara Cina.

Dua penjaga itu menuduh keduanya mengambil foto pos penjagaan


militer suku Karen, penguasa di daerah tersebut, yaitu Pasukan
Penjaga Perbatasan (BGF) Negara Bagian Kayin. “Kami beralasan
hanya mengambil foto pembangunan di area itu,” kata Betty dalam
wawancara telepon dengan Tempo, Kamis, 19 Maret lalu.

Penjelasan itu tak memuaskan dua petugas tersebut. Keduanya lantas


membawa Betty dan Mar Naw ke beberapa tempat sebelum akhirnya
menyekap mereka di sebuah kandang kecil di tengah hutan karet. Di
salah satu perhentian, mereka dianiaya. Mereka baru dilepas
keesokan harinya.

Penangkapan ini memicu kecaman terhadap BGF, yang berafiliasi


dengan tentara nasional Myanmar, Tatmadaw. Pada Selasa, 10 Maret
lalu, organisasi jurnalis internasional (IFJ) mengecam penyekapan
tersebut. “Sangat jelas ada lebih dari dua orang yang bertanggung
jawab atas serangan terhadap media ini dan mereka harus dimintai
pertanggungjawaban,” tulis organisasi yang berpusat di Brussels,
Belgia, itu.

BGF berusaha meredakan kasus ini dengan mengundang Dewan Pers


Myanmar ke Kayin untuk bertemu dan memberikan penjelasan.
Menurut salah satu pengurus organisasi wartawan di Myanmar, BGF
menyatakan ada kesalahpahaman di antara personel militernya dan
memastikan mereka terbuka jika ada media yang meliput di sana.

Kepala BGF Kayin Kolonel Saw Chit Thu mengungkapkan, tidak ada
instruksi untuk menangkap atau menginterogasi wartawan mana
pun. “Kami sudah menangkap orang yang terlibat dalam insiden ini,
yang melampaui perintah resmi, dan mereka akan dihukum. Saya
juga menginstruksikan pasukan agar tidak melakukan ini pada masa
depan,” ucapnya seperti dilansir The Irrawaddy.

•••

SEBELUM bekerja di Myanmar Frontier, Betty Han menjadi reporter


senior di Myanmar Times. Sebelumnya, dia adalah jurnalis video
di Democratic Voice of Burma pada 2014 serta reporter politik dan
berita di mingguan Hinthar pada 2016. Perempuan jurnalis ini banyak
mendapat penugasan menulis berita tentang perbatasan. Tema
tulisannya berkisar soal aktivitas bisnis legal dan ilegal BGF,
termasuk proyek pembangunan kota baru Cina, The Shwe Kokko.

BGF Kayin memiliki sekitar 6.000 tentara dan dibentuk pada Agustus
2010 dengan 12 batalion dari Tentara Buddhis Karen Demokratik
(DKBA) dan satu batalion dari Front Perdamaian Karen yang berbasis
di Haungtharaw. BGF Kayin adalah satu dari beberapa BGF di wilayah
perbatasan Myanmar yang pada waktu itu dibentuk oleh faksi-faksi
etnis bersenjata yang telah bersekutu dengan Tatmadaw.

Adapun DKBA dibentuk pada 1994 dari faksi mayoritas Buddhis dari
Uni Nasional Karen (KNU) yang tidak puas dan memberontak
terhadap pemerintah pusat sejak 1949. DKBA lantas bergabung
dengan Tatmadaw dan menyerang bekas rekan Karen mereka. Sebagai
kompensasi, mereka mendapat kekuasaan di sejumlah daerah di
perbatasan tersebut, yang sebelumnya dikuasai KNU.

Dalam liputan yang diterbitkan pada Desember 2019-Januari 2020,


tema yang ditulis Betty beragam. Dalam artikel yang terbit pada 16
Desember 2019, ia menulis soal bisnis-bisnis yang dimiliki GBF, dari
proyek konstruksi hingga tempat wisata. Pada edisi 18 Januari 2020,
dia mengungkap penyelundupan bir dari Thailand ke Myanmar
melalui pos penjagaan perbatasan yang berada di bawah kendali BGF.

Betty menerangkan, ia ke perbatasan pada awal Maret lalu untuk


liputan berbeda. “Kami sedang menyelidiki pekerja asal Cina yang
tinggal secara ilegal di Kota Myawaddy. Mereka masuk secara ilegal
melalui perbatasan yang diawasi oleh BGF,” tuturnya.

Pada 4 Maret lalu, ia bersama Ko Mar Naw tiba di Jembatan I, dekat


perbatasan, saat tiba-tiba didatangi dua tentara. Sebelum ditangkap,
ia sempat melihat banyak pekerja asal Cina di sekitar proyek
pembangunan di area itu. Menurut taksiran dia, jumlahnya sekitar
seribu orang. Jumlahnya mungkin lebih banyak karena itu hanya yang
terlihat dari luar. “Menurut hasil penelusuran kami, pekerja Cina
ilegal ini di bawah perlindungan BGF dan bekerja untuk proyek
pembangunan kasino dan The Shwe Kokko.”

Dua penjaga itu menuding keduanya memotret pos penjagaan BGF


yang terletak tak jauh dari jembatan. Betty dan rekannya membantah
dengan mengatakan bahwa mereka hanya memotret proyek
pembangunan di sana. Kedua penjaga lantas meminta keduanya ke
pos keamanan terdekat untuk menjelaskan alasannya.

Betty dan Mar Naw lantas dibawa dengan mobil hitam. Di suatu
tempat, dua penjaga itu memanggil teman-temannya. “Saya tidak
tahu di mana tempat itu karena sepanjang perjalanan mata kami
ditutup dengan kain hitam,” ujar Betty.

Sebelum mereka dibawa ke tempat berikutnya, Betty sempat


mengirim pesan pendek melalui telepon selulernya ke rekan
sekantornya. Pesan pertama berisi informasi bahwa ia ditangkap oleh
BGF di jembatan nomor satu. Pesan kedua: “Jika menerima pesan ini,
tolong segera telepon polisi.” Mengetahui Betty mengirim pesan,
penyanderanya langsung merampas teleponnya.

Mereka dibawa penyandera ke sebuah perkebunan karet. Menurut


taksiran Betty, lokasinya tak jauh dari Kota Myawaddy karena bisa
dijangkau dalam waktu sekitar 20 menit dari kota. Di sana, ia melihat
mobil lain datang. Terlihat seperti ada pos militer juga. Personel
militer yang baru datang itu mengerumuni Betty dan Mar Naw.
Penganiayaan mereka terjadi di hutan ini.

Mar Naw mengatakan orang-orang itu memukulnya beberapa kali dan


menendang wajahnya sampai hidungnya berdarah. “Saya meminta
maaf kepada mereka beberapa kali dan meminta mereka tidak
memukul saya. Tapi mereka tidak berhenti,” ucap Mar Naw kepada
The Irrawaddy. “Mereka juga memukul muka saya,” kata Betty.

Tentara itu lalu membawa Bety dan Mar Naw dengan truk kecil ke
tempat lain. Tak beberapa lama, mereka tiba di sebuah tempat yang
terdapat kandang kecil. Tinggi dan lebarnya kurang-lebih dua meter.
Mar Naw dibawa ke tempat berbeda.

Penangkapnya memasukkan Betty ke dalam kandang dengan tangan


terikat ke belakang. Ia pun hanya berbaring di lantai sampai keesokan
harinya. “Saya tidak makan apa pun selama di tempat penahanan itu,”
tutur Betty. “Mereka memberi saya sebotol air, tapi tidak melepaskan
ikatan tangan saya. Jadi saya tidak dapat membukanya dan tak bisa
meminumnya juga.”

Penderitaan Betty berakhir keesokan harinya, 5 Maret, saat ia dibawa


ke kantor BGF yang terletak di sebuah kompleks kasino di Myawaddy.
Perusahaan tempat Betty bekerja rupanya menemui pemimpin BGF.
Pemimpin BGF menjelaskan bahwa penangkapan ini dilakukan tanpa
ia ketahui. “Komandan BGF meminta maaf dan berjanji menghukum
para penyandera,” ujarnya.

Menurut Betty, pada Ahad, 15 Maret lalu, BGF mengumumkan ada


lima orang yang dikirim ke penjara karena kasus penangkapan ini.
Kini Betty diminta beristirahat di rumah untuk memulihkan kondisi
mentalnya. Namun penyanderaan ini tak akan menghentikan
langkahnya. Meski beristirahat di rumah, ia berusaha menyelesaikan
tulisannya tentang penyanderaan dan para pekerja ilegal Cina.

ABDUL MANAN
DUNIA DALAM SEPEKAN
majalah.tempo.co
2 mins read

• Hampir Rp 1 triliun dana 1Malaysia Development Berhad (1MDB) yang dikorupsi

telah kembali ke Malaysia.

• Polisi Jerman menggerebek markas kelompok anti-imigran Reichsbürger.

• Harvey Weinstein, produser film yang memerkosa sejumlah artis Hollywood,

dipenjara 23 tahun.

MALAYSIA

S
EBAGIAN dana 1Malaysia Development Berhad (1MDB) yang
dikorupsi telah kembali ke Malaysia. Kantor Perdana Menteri
Malaysia Muhyiddin Yassin menyatakan dana yang sudah
pulang itu sebesar 1,4 miliar ringgit atau hampir Rp 1 triliun. Adapun
sisanya, sekitar Rp 24 triliun, telah diidentifikasi. Sejumlah langkah
telah diambil untuk mengembalikannya.

Hal ini disampaikan gugus tugas khusus yang bertanggung jawab


dalam melacak keberadaan dana 1MDB yang telah dikorupsi, kepada
Perdana Menteri Muhyiddin Yassin dalam pertemuan pada Selasa
pagi, 17 Maret lalu. Gugus tugas itu terdiri atas wakil dari kantor
Jaksa Agung, Pusat Kejahatan Keuangan Nasional, Komisi
Pemberantas Korupsi (MACC), Polisi Diraja Malaysia, Bank Negara
Malaysia, dan Kementerian Keuangan.

“Perdana Menteri telah memerintahkan agar usaha-usaha untuk


melacak dan mengembalikan dana 1MDB dari berbagai negara
dilanjutkan,” demikian pernyataan dari kantor Perdana Menteri,
seperti dikutip kantor berita Bernama. Skandal 1MDB telah
mengguncang negeri jiran dan menyeret bekas perdana menteri Najib
Razak ke meja hijau. Najib kini menghadapi lima dakwaan, termasuk
salah urus 1MDB.
JERMAN

Polisi Gerebek Markas Kelompok Anti-Imigran

POLISI Jerman menggeropyok sejumlah markas kelompok sayap


kanan yang diduga berkaitan dengan penembakan sembilan migran
pada Februari lalu. Juru bicara Kementerian Dalam Negeri
menyatakan penggerebekan dilakukan di 10 dari 16 negara bagian
Jerman. “Untuk pertama kalinya Menteri Dalam Negeri melarang
kelompok Reichsbürger (Warga Jerman),” kata juru bicara
Kementerian, seperti dikutip AFP, Kamis, 19 Maret lalu.

Kementerian secara resmi melarang organisasi Rakyat dan Suku


Jerman Bersatu karena meluasnya gerakan Warga Jerman. Kelompok
ini menggugat legitimasi negara modern Jerman dan pernah terlibat
dalam bentrokan bersenjata dengan polisi. Anggotanya membunuh
satu orang di sebuah sinagoge di Halle pada Oktober tahun lalu dan
seorang politikus pro-migran di rumahnya pada Juni tahun lalu.
Februari lalu, polisi menahan 12 orang yang diduga berencana
menyerang sebuah masjid. Terakhir, anggota kelompok itu diduga
menembak mati sembilan migran di Kota Hanau pada Februari.
Menteri Dalam Negeri Jerman Horst Seehofer menyebut gerakan ini
sebagai “ancaman keamanan terbesar yang dihadapi Jerman”.

AMERIKA SERIKAT

Harvey Weinstein Dipenjara 23 Tahun

HARVEY Weinstein, produser film yang memerkosa sejumlah artis


Hollywood, dipindahkan ke penjara New York pada Rabu, 18 Maret
lalu, untuk menjalani hukuman 23 tahun penjara. Kesaksian para
korban Weinstein telah memicu lahirnya gerakan #MeToo di seluruh
dunia. Demikian dilaporkan AP.

Pria 68 tahun itu sebelumnya dikerangkeng di penjara dengan


keamanan maksimum di Wende, dekat Buffalo. Dia dikenal sebagai
narapidana nomor 20B0584. Juru bicara Weinstein menyebut
keputusan ini “keras”.

Pengadilan New York menyatakan promotor konser Frank Sinatra dan


The Rolling Stones ini bersalah. Weinstein, yang menjadi produser
film Shakespeare in Love, didakwa telah memerkosa seorang aktris
yang sedang naik daun pada 2013 dan memaksa seorang asisten
produksi film melakukan oral seks pada 2006. Pengacaranya
mengatakan akan mengajukan permohonan banding atas putusan
tersebut.

Beberapa jam setelah putusan itu diketuk, jaksa di Los Angeles


mengumumkan bahwa mereka akan mengupayakan ekstradisi
Weinstein untuk mengadilinya dalam kasus pemerkosaan terhadap
seorang perempuan dan penyerangan seksual terhadap yang lain pada
2013. Langkah ini ditangguhkan karena merebaknya virus corona
yang membuat pengadilan ditutup dan perjalanan dibatasi.


Perdarahan Hebat Belum
Teratasi
majalah.tempo.co
2 mins read

Perdarahan Hebat Belum Teratasi

E
KONOMI kita sedang mengalami “perdarahan” hebat. Ada
aliran devisa yang keluar dengan amat kencang sebulan
terakhir. Inilah imbas wabah global Covid-19 yang
mengguncang pasar finansial global. Semua investor, baik besar,
kecil, individu, maupun institusi, sekarang sedang melakukan
realokasi investasi portofolionya, mencari aman.

Realokasi investasi itulah yang memicu “perdarahan” devisa di


Indonesia. Dana investasi asing yang sebelumnya tenang-tenang saja
parkir di berbagai obligasi negara ataupun pasar saham mendadak
gelisah, dan kemudian hengkang dalam jumlah signifikan.

Terjadilah obral portofolio, investor asing menjual saham ataupun


berbagai obligasi pemerintah yang mereka miliki. Dari pasar saham,
selama sebulan hingga Jumat sore, 20 Maret lalu, asing secara neto
menjual saham senilai Rp 9,68 triliun. Dari pasar obligasi negara
lebih dahsyat nilainya. Posisi kepemilikan asing per 18 Maret tinggal
Rp 975 triliun, berkurang Rp 95 triliun dalam sebulan saja.

Jika “perdarahan” ini berlanjut, kurs rupiah akan terus merosot.


Gambaran sederhananya begini: investor asing akan menukar rupiah
hasil penjualan portofolio itu dengan dolar Amerika Serikat untuk
dibawa pulang. Permintaan akan dolar Amerika di dalam negeri
mendadak naik dan membuat harganya melonjak. Itulah sebabnya
dalam sebulan terakhir kurs dolar terbang dengan cepat, sempat
melampaui batas Rp 16 ribu per dolar.

Aliran dana yang keluar dari obligasi negara senilai Rp 95 triliun,


atau sekitar US$ 6 miliar, itu memang cukup signifikan. Dana yang
sudah pulang tersebut setara dengan 10 persen dari posisi total
sebulan lalu. Pertanyaan krusialnya, seberapa besar aliran dana ini
bakal terus keluar? Apakah sudah cukup sampai 10 persen atau akan
berlanjut hingga 20 persen, atau bahkan lebih? Kalau dana yang
keluar baru 10 persen saja kurs rupiah sudah terbang sampai sekitar
16 ribu per dolar Amerika, bagaimana jika dana yang hengkang
mencapai 20 persen?

Dana asing yang parkir di investasi portofolio memang merupakan


titik lemah ekonomi Indonesia. Inilah tumit achilles yang bisa
menjungkirbalikkan keadaan tanpa Indonesia bisa berbuat apa-apa.
Memang begitulah karakter investasi portofolio: sangat likuid, mudah
datang dan pulang. Jika ada guncangan eksternal seperti saat ini,
dengan mudah dana itu kabur serentak membuat kurs rupiah ambles.

Selain mencari tempat berlindung yang lebih aman, tentu ada faktor
turunnya keyakinan pada Indonesia yang memicu keputusan investor
untuk pergi. Itu tecermin pada terbangnya imbal hasil atau yield
obligasi pemerintah. Per 20 Maret, yield obligasi pemerintah bertenor
10 tahun tercatat 8,214 persen, naik hingga 25,36 persen hanya dalam
dua pekan. Sementara imbal hasil naik tajam, harga obligasi merosot
tajam. Dari situ terlihat menurunnya keyakinan investor. Mereka
tetap mengobral obligasinya meski harganya ambrol.

Baik pemerintah maupun otoritas keuangan harus berupaya dengan


sangat serius memulihkan keyakinan investor agar “perdarahan”
tidak terus berlanjut. Upaya ini memang tidak mudah karena banyak
perkiraan dan analisis bahwa wabah Covid-19 akan cukup telak
memukul ekonomi Indonesia. Kritik yang berhamburan dari mana-
mana terhadap pemerintah dalam soal penanganan Covid-19 yang
jauh dari ideal kian melunturkan keyakinan investor bahwa wabah ini
bisa dengan cepat teratasi. Walhasil, ekonomi Indonesia bisa lebih
keras lagi terpukul pagebluk.

Maka pasar sekarang menunggu bagaimana respons kebijakan


pemerintah ataupun otoritas keuangan untuk memulihkan keyakinan
dan mengatasi “perdarahan” ini. Jika tidak ada sesuatu yang
meyakinkan, dan “perdarahan” terus berlanjut, entah sampai mana
rupiah akan terpuruk.


PENANGKANP GANDA
ENERGI SURYA
majalah.tempo.co
1 min read
• Universitas Indonesia membangun proyek riset PLTS terapung dua sisi pertama.

• Dua sisi panel surya mampu menangkap cahaya matahari lebih banyak.

• Penggunaan PLTS lebih ramah lingkungan.

P
EMBANGKIT listrik tenaga matahari biasanya memanfaatkan
panel surya atau sel fotovoltaik satu sisi yang hanya
menghadap atas. Tim Universitas Indonesia membangun
rangkaian pembangkit listrik tenaga surya terapung dengan panel dua
sisi (bifacial) di Danau Mahoni di area kampus di Depok, Jawa Barat.
Proyek ini adalah PLTS terapung dua sisi pertama yang dikembangkan
di Indonesia.

Pembangunan PLTS terapung ini merupakan kerja sama antara


Tropical Renewable Energy Center (TREC) Fakultas Teknik UI dan PT
Sky Energy Indonesia serta PT Quint Solar Indonesia. “Proyek
perdana ini bisa menjadi media pembelajaran bagi para peneliti dan
industri lokal untuk membuat pembangkit listrik tenaga surya yang
sesuai dengan karakter alam Indonesia,” kata Direktur TREC UI Eko
Adhi Setiawan pada Selasa, 10 Maret lalu.

Menurut Eko, pembangunan pembangkit energi terbarukan di


Indonesia perlu disesuaikan dengan kondisi alam tropis. Selama ini,
banyak produk energi terbarukan yang dipakai di Indonesia justru
dibuat dan diperuntukkan bagi pengguna di negara-negara subtropis.
Padahal Indonesia mendapat radiasi matahari lebih banyak dengan
suhu lebih panas dan tingkat kelembapan tinggi. Kecepatan angin pun
lebih lambat dibanding kawasan subtropis. “Kondisi itu
mempengaruhi teknologi yang dibuat,” ucap Eko.

PLTS terapung dua sisi UI diresmikan pada 25 Februari lalu. Studi


pembangkit yang didasarkan pada kombinasi potensi perairan alam,
seperti danau, waduk, dan setu, dengan paparan matahari daerah
tropis itu dimulai pada November tahun lalu. Pembangkit terapung
juga dinilai lebih unggul dibanding PLTS di darat, antara lain mudah
dipasang dan tidak memerlukan pembebasan lahan. Menurut Eko, ada
potensi penurunan biaya produksi listrik karena tidak ada komponen
beli atau sewa tanah.

PLTS terapung ini menggunakan sel fotovoltaik dua sisi yang dapat
menangkap cahaya matahari lebih banyak dibanding model panel
surya biasa. Sisi bawah panel dapat menangkap pantulan cahaya
matahari di air. Dengan lebih banyak cahaya matahari yang diperoleh,
energi listrik yang dihasilkan pun meningkat.

Energi listrik dari PLTS terapung tersebut sudah dipakai untuk


menghidupkan lampu dan peralatan elektronik lain di kantin Fakultas
Teknik UI. Energi yang dipasok dari pembangkit itu sepanjang hari
bisa mencapai 40 kilowatt-jam. Pembangkit ini dirancang tanpa
baterai sehingga hanya berfungsi selama ada matahari. Meski
demikian, menurut Eko, baterai tinggal ditambahkan jika pengguna
ingin menyimpan energi untuk dipakai pada malam hari.

Penggunaan PLTS terapung juga dapat membantu menekan jumlah


karbon dioksida yang lepas ke udara. Hasil kalkulasi sistem
menunjukkan 6.600 watt dari PLTS pada siang hari setara dengan
pengurangan 4,6 kilogram CO2 yang dilepaskan pembangkit berbahan
bakar fosil untuk memproduksi listrik. “Pembangunan PLTS ini tidak
cuma memproduksi listrik, tapi juga ramah lingkungan,” tutur Eko.
Alat Pelindung Tenaga Medis
majalah.tempo.co
2 mins read

T
enaga medis merupakan garda terdepan penanganan wabah
Covid-19 yang paling rentan terpapar. Rumah sakit kini justru
kekurangan alat pelindung diri bagi tenaga medis.

Baju Pelindung

SEORANG perawat asal Bekasi, Jawa Barat, yang termasuk pasien


dalam pengawasan, meninggal pada Sabtu, 14 Maret lalu, di Rumah
Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso, Jakarta Utara. Tenaga medis
merupakan garda terdepan penanganan wabah Covid-19 yang paling
rentan terpapar. Namun rumah sakit kini justru mengalami
kekurangan alat pelindung diri (APD) bagi tenaga medis. Rumah Sakit
Universitas Airlangga, Surabaya, misalnya, hanya punya stok APD
untuk tiga hari. Menurut Nasronudin, direktur utama rumah sakit
tersebut, dalam satu hari dibutuhkan 17 set APD sekali pakai untuk
merawat satu pasien.
Baju Pelindung

Baju pelindung seluruh tubuh sekali pakai Tyvek 400 TY122S WH dari
DuPont ini telah memenuhi standar internasional untuk perlindungan
terhadap virus dan biohazard. Baju ini terbuat dari Tyvek, yakni serat
polietilen densitas tinggi berukuran 0,5-1 mikron. Pakaian ini juga
dikenakan oleh tim darurat insiden nuklir Fukushima, Jepang, dan
tim forensik kepolisian New South Wales, Australia.

Harga: Rp 250 ribuju

Masker Wajah

Masker atau pelindung muka N95 Particulate Respirator 8210 dari 3M


ini mendapat persetujuan dari National Institute for Occupational
Safety and Health, bagian dari Centers for Disease Control and
Prevention Amerika Serikat. Masker ini untuk mencegah
berpindahnya mikroorganisme, cairan tubuh, dan partikel halus yang
berdiameter 0,3 mikron.

Harga: Rp 84 ribu

Kacamata Pengaman
Kacamata Uvex Stealth Safety dari Honeywell ini memiliki lensa
polikarbonat bening dengan pelapis Uvextreme antikabut dan tahan
gores. Karet penahannya menempel lembut pada wajah tanpa
memiliki celah. Terdapat kanal ventilasi ekstra untuk menambah
pengendali kabut dan sirkulasi udara. Lensanya mudah dibongkar-
pasang. Kacamata ini memenuhi standar American National
Standards Institute dan Canadian Standards Association.

Harga: Rp 296 ribu

Sarung Tangan

Sarung tangan sekali pakai 66519 Raven Nitrile dari SAS Safety ini
dipilih situs Environmental Design + Construction sebagai sarung
tangan karet sintetis nitrile terbaik. Sarung tangan nitrile menjadi
pilihan bagi pengguna yang sensitif terhadap lateks. Tekstur
Raven terasa lembut di ujung-ujung jari sehingga memudahkan
pemakai mencengkeram obyek atau memegang peralatan.

Harga: Rp 220 ribu per boks

Topi Proteksi
Topi Headgear H8A dan perisai kaca Faceshield WP96 dari 3M ini
menambah perlindungan untuk area kepala dan wajah. Topi Headgear
H8A terbuat dari termoplastik yang tahan benturan, sedangkan
perisai Faceshield WP96 terbuat dari polikarbonat bening yang
antigores dan tahan percikan bunga api.

Harga: Rp 313.500 (topi) | Rp 110.000 (kaca)


Perebutan Takhta Dinasti
Joseon
majalah.tempo.co
3 mins read

H
aus kuasa, perebutan mahkota raja, pertentangan kelas, dan
perang melawan zombie. Ini adalah serial paling lengkap
dan populer yang wajib ditonton.

Ju Ji-hoon dalam The Kingdom of the Gods produksi Netflix.


imdb

BAGINDA tengah gering. Seluruh istana nun di Hanyang diselubungi


kabut bisik-bisik misteri: ke manakah Baginda? Apakah benar beliau
hanya sakit cacar air seperti yang diumumkan secara resmi hingga
tak pernah lagi tampil di hadapan publik? Putra Mahkota Lee Chang
(Ju Ji-hoon) mencoba mengunjungi ayahandanya, tapi dengan sigap
dan luwes Ratu Cho (Kim Hye-jun), selir Baginda, menghalanginya
karena “Baginda tak bisa diganggu”. Ketika Putra Mahkota mendesak
dan mencurigai keadaan ayahandanya, Ratu Cho—cantik, tegas,
sekaligus menakutkan—tersenyum sembari mengusap-usap perutnya
yang tengah siap melahirkan bayi yang sudah lama dinantikan.
“Engkau merasa terancam oleh kedatangan adik tirimu yang bakal
lahir dan menggeser posisimu?” katanya. Pangeran Chang terdiam.
Ibundanya, permaisuri, sudah lama wafat dan sejak itu si selir muda
serta penasihat raja, Cho Hak-ju (Ryu Seung-ryong), secara de facto
menjadi penguasa sehari-hari.

Serial Korea Selatan yang sudah mencapai musim tayang kedua ini
meledak menjadi salah satu seri platform digital Netflix yang
ditunggu dan paling populer. Sebab, selain serial ini berkisah tentang
intrik keluarga istana Dinasti Joseon yang berkuasa pada Abad
Pertengahan, elemen zombie bisa diramu dengan baik dalam cerita.
Dalam perlawanan terhadap pasukan zombie—mereka yang
“terinfeksi”—karakter setiap tokoh akan terkuak: siapa yang
pahlawan, siapa yang pecundang, siapa yang licik, dan siapa yang
penakut. Para zombie semula manusia biasa, bahkan tokoh yang kita
kenal. Mereka “terinfeksi” oleh gigitan zombie lain sehingga pada
malam yang teduh dan dingin berubah menjadi makhluk pencari
daging (manusia) yang segar.

Bae Doona. imdb

Syahdan, misteri tentang keadaan sang Raja begitu gelap dan penuh
rahasia hingga setiap kali ada dayang yang diselundupkan ke luar
istana dalam keadaan tewas, tanpa kepala, bermandikan darah,
orang-orang di sekitar istana tertegun. Sang Pangeran, Dewan Guru
dan kaum cendekia, serta para petinggi dan jenderal bertanya-tanya,
sementara penonton secara perlahan-lahan diberi “adegan cicilan”
tentang apa yang sesungguhnya terjadi di balik singgasana. Di balik
kasak-kusuk istana, rakyat tengah menderita kelaparan hingga ketika
disuguhi makanan yang ternyata berbahan “daging yang
mencurigakan” mereka sudah tak peduli. Ini kemudian berakibat
fatal.

Sejak episode pilot, serial ini berhasil meramu intrik politik istana,
perebutan kekuasaan, drama keluarga, dan pertentangan kelas yang
tak bisa tidak mengingatkan kita pada serial Game of Thrones (David
Benioff dan D.B Weiss). Kedua serial ini sama-sama melibatkan
perebutan takhta antarklan, menyajikan serangkaian pertarungan
sengit antargenerasi, dan yang terpenting: perang besar mereka
adalah melawan pasukan “zombie” . Yang membedakan kedua serial
ini adalah Kingdom tidak melibatkan ratusan tokoh utama seperti
halnya Game of Thrones. Kita cukup mengingat protagonis pahlawan
kita, Pangeran Chang, dan si jahat penasihat raja, Cho Hak-ju, serta
Ratu Cho.

Ryu Seung-ryong. imdb

Sementara dalam Game of Thrones perang besar antara manusia dan


tentara zombie terjadi pada musim tayang terakhir, dalam serial
Kingdom pasukan zombie muncul sejak awal. Pasukan zombie dalam
serial ini adalah ciptaan manusia serakah seperti Cho Hak-ju dan
Ratu Cho sehingga para zombie menjadi elemen penting. Mereka
adalah lambang bahwa pada dasarnya manusia biasa sama dengan
zombie: akan memakan, menggigit, mengunyah, dan membunuh
manusia demi menunaikan rasa lapar.

Tapi, berbeda dengan film-film zombie lain, katakanlah serial The


Walking Dead yang menyorot bagaimana seseorang bisa berubah
menjadi zombie, Kingdom mengangkat cerita bagaimana pasukan
zombie ini tercipta dan akhirnya menjadi bumerang yang mengunyah-
ngunyah manusia dan peradaban.

Hal lain yang menarik dari serial ini adalah, seperti pembuat film
terkemuka Bong Joon-ho, sutradara Kim Seong-hun menggambarkan
perbedaan kelas golongan elite dan bangsawan dengan rakyat jelata.
Elemen ini dipadukan dengan inkompetensi para pejabat tinggi
dalam menangani “kaum terinfeksi” . Beberapa tokoh pejabat lokal
digambarkan agak karikatural untuk menunjukkan betapa mereka tak
memahami berbahayanya serbuan pasukan zombie itu.

Serial Kingdom adalah sebuah cerita panjang yang luas dan menukik
tentang bagaimana korupsi, kerakusan kekuasaan, dan inkompetensi
pemimpin yang akhirnya menyebabkan runtuhnya peradaban.

Jika sebuah serial membuat penontonnya selalu menanti, selalu


merasa berada dalam jagatnya dan berkawan dengan tokoh-tokohnya
—dalam hal ini Pangeran Chang—artinya serial itu berhasil meringkus
kita. Kita kemudian percaya bahwa sosok Pangeran Chang ataupun
ratu jahat Cho adalah tokoh-tokoh nyata yang meyakinkan karena
betapa skenario, dialog, dan seni peran mereka yang luar biasa dan
pas.

Ketika musim tayang kedua ini selesai, kita merasa seperti kehilangan
kawan dan sebuah “rumah”. Artinya, tontonan itu bukan sekadar
serial hiburan bagi kita, melainkan sebuah cerita yang mendalam dan
mewakili nurani. Dan serial Kingdom berhasil membuat kita semua
merasa kehilangan pada akhir musim tayangnya. Setahun lagi terasa
amat-sangat lama.

LEILA S. CHUDORI
imdb

KINGDOM

Sutradara: Kim Seong-hun


Skenario: Kim Eun-hee
Berdasarkan The Kingdom of the Gods oleh Kim Eun-hee dan Yang
Kyung-il
Pemain: Ju Ji-hoon, Bae Doona, Ryu Seung-ryong
Produksi: Netflix

Anda mungkin juga menyukai