Anda di halaman 1dari 21

Pendidikan Agama Islam

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah serta karuniaNya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Yang
telah membimbing manusia kepada cahaya illahi .

Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam yang
bertema “Islam dan Masalah Kontemporer “.

Dan Alhamdulillah berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia Allah SWT. serta usaha dan do‟a,
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Dari itu kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-
banyakNya. Karya ini kami persembahkan untuk Dosen Pengampu kami mata kuliah
Pendidikan Agama Islam. “Ibu Enni Endriyanti, Lc.,M.A”, dan umumnya untuk teman-
teman semuanya. Semoga usaha yang sederhana ini dapat membawa manfaat bagi kita
semuanya dan menjadi amal jariyah di hari kemudian.

Kami menyadari bahwa pada makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan dan
kesalahan, untuk itu kami minta maaf. Kritik dan saran selalu kami nantikan, demi perbaikan
di masa yang akan datang.

Bangkalan, 15 Mei 2019

Penyusun

i
Pendidikan Agama Islam

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ii

BAB I .................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ................................................................................................................................. 1

BAB II .................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN ................................................................................................................................. 2
2.1 Pengertian islam dan kontemporer ...................................................................................... 2
2.2 Terbelahnya Umat Islam Menjadi Beberapa Kelompok ..................................................... 4
2.3 Makna Kalimat “Perbedaan Umatku Adalah Rahmat” ..................................................... 10
2.4 Persatuan Umat Islam ....................................................................................................... 12

BAB III ............................................................................................................... 17


PENUTUP ........................................................................................................................................ 17
3.1 Simpulan ........................................................................................................................... 17
3.2 Saran ................................................................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 18

ii
Pendidikan Agama Islam

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Agama adalah sebagai hasil rancangan bangun dari akumulasi konsep,


pandangan,penafsiran, dan gagasan manusia (pattern of behaviour) melalui pedoman
teks sucinya (pattern of behaviour). Agama sebagai system nilai - pada satu sisi, telah
mempersilahkan dirinya secara terbuka1. Islam adalah agama yang mengimani satu
tuhan yaitu allah. Islam bermakna penyerahan diri dan kepatuhan terhadap perintah
allah dan menerima dengan ikhlas terhadap ketentuan dan hukum-hukum allah.
Islam berpotensi menampilkan keberagaman baik dari aspek sikap, mentalitas,
pemahaman, maupun pada ranah ekspresi keragamannya. Keberagaman tersebut tidak
perlu dikhawatirkan dengan adanya islam ala timur tengah, Indonesia, dan barat
sekalipun dari perbedaan tersebut kita mengetahui islam itu menghargai tradisi local,
islam toleran yang menghargai agama-agama yang lain.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah islam dan masalah kontemporer itu?


2. Bagaimana terbelahnya umat islam menjadi beberapa kelompok?
3. Apa makna dari kalimat “perbedaan umatku adalah rahmat”?
4. Apa yang melatar belakangi persatuan umat islam?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui islam dan masalah kontemporer


2. Untuk mengetahui terbelahnya umat islam menjadi beberapa kelompok
3. Untuk mengetahui makna kalimat “perbedaan umatku adalah rahmat”
4. Untuk mengetahui latar belakang dari persatuan umat islam

1
Dr. H. Roibin, M. HI, Relasi agamadan budaya masyarakat kontemporer, UIN-Malang, 2009 hlm. V-vi

1
Pendidikan Agama Islam

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian islam dan kontemporer

Secara generic kata islam berasal dari bahasa arab, terambil dari kata “salima”
yang berarti selamat sentosa. Dari kata ini dibentuk kata “aslama” yang
berarti ”menyerah, tunduk, patuh, dan ta‟at”. “aslama” menjadi pokok kata islam,
mengandung segala arti yang terkandung dalam arti pokoknya, sebab itu orang yang
melakukan “aslama” atau masuk islam dinamakan muslim. Berarti orang itu telah
menyatakan dirinya ta‟at, menyerahkan diri, dan patuh kepada Allah SWT. Dengan
melakukan “aslama” maka orang terjamin keselamatannya di dunia dan akhirat.
Selanjutnya dari kata “salima” juga terbentuk kata “silmun” dan “salamun” yang
berarti damai, maka islam dipahami sebagai ajaran yang cinta damai. Karenanya
seorang yang menyatakan dirinya muslim adalah harus damai dengan Allah dan
dengan sesame manusia (Muhammad Ali,1980). Meskipun islam secara bahasa
adalah penyerahan diri kepada tuhan, tetapi islam disini juga merupakan nama
agama. Maka pada agama islam inilah terdapat titik pertemuan antara hakikat
penyerahan diri, dan nama yang diberikan. Oleh karena itu, Allah SWT. Berfirman
“sesungguhnya agama (yang diridhoi) disisi Allah hanyalah islam” (QS. Ali
Imran[3]:19). Inilah keistimewaan islam, karena nama agamanya diberikan langsung
oleh tuhan yang menurunkannya.2

Pengertian kontemporer menurut KBBI adalah segala hal yang berkaitan


dengan keadaan dan kejadian yang terjadi pada saat ini. Definisi kontemporer adalah
kekinian, atau sesuatu yang menggambarkan hal-hal yang terjadi pada saat yang
sama atau masa sekarang.3

Mencermati pemikiran islam kontemporer, setidaknya ada lima tren besar


yang dominan.

1. Fundametalistik

2
Didiek Ahmad Supadie, dkk, Pengantar Studi Islam, juni 2012, hlm 71-72

3
http://www.definisimenurutparaahli.com/pengertian-kontemporer-dan-contohnya/

2
Pendidikan Agama Islam

Kelompok pemikiran yang sepenuhnya percaya pada doktrin islam sebagai satu-
satunya alternatif bagi kebangkitan umat manusia. Mereka ini dikenal sangat
kommited dengan aspek religious budaya islam. Politik bagi mereka islam sendiri
telah cukup mencakup tatanan sosial, politik, dan ekonomi, sehingga tidak
membutuhkan segala metode maupun teori-teori dari barat. Garapan utama mereka
adalah menghidupkan islam sebagai agama, budaya, sekaligus peradapan, dengan
menyerukan kembali kepada sumber asli al-qur‟an dan as-sunnah. Dan menyerukan
untuk mempraktekkan ajaran islam sebagaimana yang diperaktekkan rasul dan
khulafaarrosyidin. Sunnah-sunnah rasul harus dihidupkan dalam kehidupan modern,
dan itulah inti dari kebangkitan islam.

2. Tradisionalistik (Salaf)
Kelompok pemikiran yang berusaha untuk berpegang teguh pada teradisi-teradisi
yang telah mapan. Bagi kelompok ini, seluruh persoalan umat telah dibicarakan
secara tuntas oleh para ulama‟ terdahulu, sehingga tugas kita sekarang hanya
menyatakan kembali apa yang pernah dikerjakan mereka, atau paling bersikukuh
menganalogkan pada pendapat-pendapatnya. Namun demikian, berbeda dengan
kelompok fundamental yang sama sekali menolak modernitas dan membatasi teradisi
hanya pada empat khulafaarrosyidin. Kelompompok teradisional justru melebarkan
teradisi sampai pada seluruh salaf al-shlih dan tidak menolak pencapaian morernitas.

3. Refomistik
Kelompok pemikiran yang berusaha merekontruk ulang warisan-warisan budaya
islam dengan cara memberi tafsiran-tafsiran baru. Menurut kelompok ini, umat islam
sesungguhnya telah mempunyai budaya dan teradisi (turats yang bagus dan mapan).
Namun teradisi-teradisi tersebut harus dibangun kembali secara baru (i’adah buniat
min al-jadid). Dengan kerangka modern dan prasyarat rational agar bisa tetap survaif
dan diterima dalam kehidupan modern. Karena itu kelompok ini berbeda dengan
kalangan teradisional yang tetap menjaga dan melanggengkan teradisi masalalu
seperti apa adanya.

4. Posteradisionalistik

3
Pendidikan Agama Islam

Kelompok pemikiran yang berusaha mendekontruksi warisan-warisan budaya


islam berdasarkan standar-standar modernitas. Kelompok ini pada satu segi, tidak
berbeda dengan kelompok refomistik yaitu bahwa keduanya sama-sama mengakui
bahwa warisan teradisi islam sendiri tetap relevan untuk era modern selama ia dibaca,
interpretasi, dan dipahami sesuai standar modernitas. Namun bagi
posteradisionalistik, relevansi teradisi islam tersebut tidak cukup dengan interpretasi
baru lewat pendekatan rekontruktif melainkan harus lebih dari itu yakni
dekkontruktif. Inilah perbedaan utama diantara keduanya.

5. Modernistik
Kelompok pemikiran yang hanya mengakui sifat rasional (ilmiah), dan menolak
cara pandang agama serta kecenderungan mistis yang tidak berdasarkan nalar
peraktis. Menurut kelompok ini, agama dan teradisi masa lalu sudah tidak relevan
dengan tuntutan zaman, sehingga ia harus dibuang dan ditinggalkan. Karakter utama
gerakannya adalah keharusan berfikir keritis dan soal-soal kemasyarakatan dan
keagamaan, penolakan terhadap sikap kebekuan berfikir dan taklid.4

2.2 Terbelahnya Umat Islam Menjadi Beberapa Kelompok

Permasalahan sekian lamanya masa perjalanan periwayatan hadits dari


rasulullah, hingga terkodifikasi tentunya penambahan-penambahan atau bahkan
pengurangan-pengurangan terhadap teks hadits ataupun dalam segi makna hadits sangat
dimungkinkan terjadi dalam pengkodifikasian tersebut sangat dimungkinkan terjadi
terlebih lagi selepasa rasulullah wafat. Adanya perpecahan tubuh umat islam yang
dominan disebabkan oleh adanya perebutan pengganti kedudukan rasulullah dalam
pemerintahan. Pertentangan dan pemberontakan hamper disetiap wilayah kekuasaan
muslim semakin meluas. Faktor politik, lemahnya iman dan kesukuan juga ikut
meramaikan perebutan kekuasaan pemerintahan islam. Hingga puncaknya peristiwa
tafhim. Kelompok-kelompok umat islam tersebut awalnya terbentuk hanya karena
perbedaan faktor politis dalam rangka perebutan kekuasaan dalam islam.

Fenomena perpecahan umat Islam tersebut, bagaikan sesuai dengan yang


disebutkan Nabi dalam sebuah ẖadîts tentang perpecahan umat. Seakan ẖadîts-ẖadîts
Nabi tersebut terjadi sangat realistis di masa ini. Kemudian atas adanya ẖadîts ini,

4
Drs.A Khudori Soleh, M.Ag, ‘’PEMIKIRAN ISLAM KONTEMPORER’’, Yogyakarta, 2003 hlm 7-12

4
Pendidikan Agama Islam

pemahaman semua kelompok mengklaim bahwa kelompok merekalah yang sesuai


dengan maksud ẖadîts tersebut. Maka dari itu, penulis mengkaji tentang bagaimana
kebenaran terhadap pemahaman dan pemaknaan yang tepat terhadap ẖadîts-ẖadîts
tentang terpecahnya umat Islam menjadi 73 golongan.

Seperti halnya

ẖadîts berikut yang digunakan oleh golongan tertentu sebagai klaim kebenaran
ajarannya :

Artinya: Nabi saw. bersabda, “Umat Yahudi terpecah menjadi 71 golongan. Umat
Nasrani menjadi 72 golongan. Sedang umatku akan terpecah menjadi 73 golongan.
Yang selamat dari 73 golongan itu hanya satu. Sedang yang lainnya celaka. Ditanyakan
(kepada Nabi), “Siapakah golongan yang selamat itu?” Beliau bersabda, “Ahlussunnah
wal jama‟ah.” Ditanyakan (kepada Nabi), “siapakah Ahlussunnah wal jama‟ah itu?”
Rasul saw. bersabda,”Mereka adalah golongan yang mengikuti apa yang ada padaku
dan sahabat-sahabatku”.

Hadîts megenai perpecahan umat tersebut merupakan ẖadîts yang populer dan
masyhur karena banyak yang meriwayatkan, namun yang menarik dari ẖadîts di atas
adalah karena ẖadîts tersebut tidak diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dalam
kitab Shaẖiẖain-nya. Di dalam ẖadîts tersebut juga terdapat masalah, yaitu masalah
penilaian perpecahan umat menjadi lebih banyak dari perpecahan Yahudi dan Nasrani
dari satu segi, dan bahwa firqah-firqah ini seluruhnya binasa dan masuk neraka kecuali
hanya satu saja. Ini akan membuka pintu bagi klaimklaim setiap firqah bahwa dialah
firqah yang benar, sementara yang lain binasa. Hal ini tentunya akan memecah belah
umat, mendorong mereka untuk saling cela satu sama lain, sehingga akan melemahkan
umat secara keseluruhan dan memperkuat musuhnya. Oleh karena itu, Ibnu Waziir
mencurigai ẖadîts ini secara umum terutama pada tambahannya itu. Karena, hal itu
akan membuat kepada penyesatan umat satu sama lain, bahkan membuat mereka saling
mengkafirkan.

Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian untuk memahami secara mendalam


terhadap ẖadîts tersebut sangat diperlukan untuk menghindari kesalahpahaman di antara
umat Islam. Salah satu sebab perbedaan pendapat yang akhirnya berujung kepada
perpecahan itu adalah karena tidak mampu memahami permasalahan secara

5
Pendidikan Agama Islam

menyeluruh, yang satu memahaminya melalui satu sisi dan yang lain melalui sisi yang
lain pula, demikian juga orang yang ketiga memahaminya dari sisi selain yang
dipahami oleh orang pertama dan kedua.5

a. Penyebab terbelahnya umat islam menjadi beberapa kelompok

1. Sikap Ekstrim Dalam Agama

Ekstrim dan berlebih-lebihan dalam melaksanakan agama adalah faktor terbesar


mencuatnya perpecahan. Yang dimaksud berlebih-lebihan di sini adalah mempersulit
diri sendiri dan orang lain dalam melaksanakan hukum-hukum syari'at, atau dalam
bersikap terhadap orang lain atau bermua'amalah tanpa mengindahkan etika-etika
syariat dan kaidah-kaidah agama.

Karena sesunguhnya Islam tegak di atas pelaksanaan hukum-hukum Islam secara


menyeluruh dengan memperhatikan sisi kemudahan dan menolak kesulitan,
memberikan keluasaan, mengambil dispensasi secara proposional, berbaik sangka
kepada orang lain, ramah, pema'af dan halus dalam memberi peringatan. inilah dia
prinsip-prinsip dasar. Keluar dari prinsip-prinsip tersebut tanpa maslahat yang pasti dan
dibenarkan oleh ahli ilmu termasuk sikap ekstrim yang dilarang.

2. Bid'ah Dalam Agama

Salah satu sebab perpecahan adalah bid'ah. Baik bid'ah dalam masalah aqidah,
ibadah, hukum dan lain-lain. Yang intinya adalah meyakini sesuatu yang tidak terdapat
dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah. Atau beribadah dengan cara yang tidak disyariatkan
Allah dan Rasul-Nya, baik berupa keyakinan, amalan maupun ucapan. Hal ini sudah
sama-sama dimaklumi tidak perlu diulas lebih rinci.

3. Fanatisme Golongan

Fanatisme golongan dengan segala macam jenisnya. Baik fanatik madzhab,


hubungan darah, nasionalisme, suku, partai, warna kulit, maupun yang lainnya. Yang
paling parah adalah fanatik yang terjadi di medan dakwah. Hal ini dapat membuat
samar orang banyak karena biasanya oknum pelakunya mengatas namakan agama. Ciri
inilah yang paling menonjol pada gerakan-gerakan dakwah Islam dewasa ini yang

5
Muhamad Nawawi,skripsi: ‘’HADITS TERPECAHNYA UMAT ISLAM’’(TULUNGAGUNG:IAIN, 2014), hlm 3-7

6
Pendidikan Agama Islam

pemimpin gerakan dakwah ini minim pengetahuan agama. Mereka lebih menyandarkan
dakwahnya kepada pemikiran, wawasan, perilaku, dan pengalaman diri sendiri daripada
bersandar kepada ilmu syar'i dan para ulama.

4. Filsafat dan Ideologi-ideologi Impor

Di antara sebab perpecahan paling dominan sejak dulu sampai sekarang adalah
banyaknya umat Islam yang terpengaruh ideologi serta filsafat yang datang dari negeri-
negeri kafir. Apapun jenis pemikiran, ideologi dan filsafat tersebut, tetap dinyatakan
berbahaya selama berkaitan dengan masalah agama, kebudayaan, hukum dan etika.

5. Meninggalkan Amar Ma'ruf Nahi Mungkar

Salah satu faktor yang menggiring umat ke dalam jurang perpecahan adalah
meninggalkan amar ma'ruf nahi mungkar. Meninggalkan budaya memberi nasihat
kepada para penguasa yang mengatur urusan umat dan para imam yang berkompeten di
tengah-tengah umat. Dan mewabahnya sifat hipokrit dalam agama, atau berputus asa
dan pesimis terhadap usaha-usaha perbaikan umat, atau sengaja tidak menasihati para
penguasa dan menjadikan hal itu sebagai ibadah. Sebagaimana yang dilakukan oleh
sebagian kelompok pengikut hawa nafsu dan kaum hizbiyah. Tidak adanya satu
kelompok umat yang menunaikan tugas memberi nasihat, mencegah kerusakan dan
perpecahan menyebabkan umat ini terpuruk dalam kehinaan, pertikaian dan
perpecahan. Saling menasihati merupakan perkara agung yang termasuk salah satu
bentuk amar ma'ruf nahi mungkar dan jihad

6. Menginginkan Keuntungan Duniawi

Para pemuka agama, para ulama, dan ahli tarekat, tugas masing-masing
mereka tertuju kepada seluruh masyarakat, upah duniawinya tidak jelas begitu juga
dengan kedudukan sosial dan penghargaan yang mereka dapatkan. Ada banyak calon
bagi sebuah kedudukan serta ada banyak tangan yang menginginkan upah materi
maupun psikologis. Dari sinilah muncul pertikaian, persaingan, kedengkian, dan
kecemburuan. Sebagai akibatnya, keharmonisan berubah menjadi penyakit nifak dan
kesatuan berubah menjadi perpecahan.6

b. golongan-golongan perpecahan umat islam

6
http://ldfalmizan.blogspot.com/2013/02/penyebab-perpecahan-umat-islam-dan.html

7
Pendidikan Agama Islam

Umat Islam terpecah menjadi 7 golongan besar7 yaitu:

a. Mu'tazilah
Mu‟tazilah yaitu kaum yang mengagungkan akal pikiran dan bersifat filosofis,
aliran ini dicetuskan oleh Washil bin Atho (700-750 M) salah seorang murid Hasan Al
Basri.Mu‟tazilah memiliki 5 ajaran utama, yakni :
 Tauhid. Mereka berpendapat bahwa sifat Allah ialah dzatNya itu sendiri. al-Qur'an
ialah makhluk. Allah di alam akhirat kelak tak terlihat mata manusia. Yang terjangkau
mata manusia bukanlah Allah.
 Keadilan-Nya. Mereka berpendapat bahwa Allah SWT akan memberi imbalan
pada manusia sesuai perbuatannya.
 Janji dan ancaman. Mereka berpendapat Allah takkan ingkar janji: memberi pahala
pada muslimin yang baik dan memberi siksa pada muslimin yang jahat.
 Posisi di antara 2 posisi. Ini dicetuskan Wasil bin Atha yang membuatnya berpisah
dari gurunya, bahwa mukmin berdosa besar, statusnya di antara mukmin dan kafir,
yakni fasik.
 Amar ma‟ruf (tuntutan berbuat baik) dan nahi munkar (mencegah perbuatan yang
tercela). Ini lebih banyak berkaitan dengan hukum/fikih.

Aliran Mu‟tazilah berpendapat dalam masalah qada dan qadar, bahwa manusia
sendirilah yang menciptakan perbuatannya. Manusia dihisab berdasarkan perbuatannya,
sebab ia sendirilah yang menciptakannya. Golongan Mu'tazilah pecah menjadi 20
golongan.

b. Syiah
Syiah yaitu kaum yang mengagung-agungkan Sayyidina Ali Kw, mereka tidak
mengakui khalifah Rasyidin yang lain seperti Khlifah Sayyidina Abu Bakar, Sayidina
Umar dan Sayyidina Usman bahkan membencinya. Kaum ini di sulut oleh Abdullah bin
Saba, seorang pendeta yahudi dari Yaman yang masuk islam. Ketika ia datang ke
Madinah tidak mendapat perhatian dari khalifah dan umat islam lainnya sehingga ia
menjadi jengkel. Golongan Syiah pecah menjadi 22 golongan dan yang paling parah
adalah Syi'ah Sabi'iyah.
c. Khawarij

7
http://risalahhaty.blogspot.com/2013/01/73-golongan-agama-islam.html

8
Pendidikan Agama Islam

Khawarij yaitu kaum yang sangat membenci Sayyidina Ali Kw, bahkan mereka
mengkafirkannya. Salah satu ajarannya Siapa orang yang melakukan dosa besar maka
di anggap kafir. Golongan Khawarij Pecah menjadi 20 golongan.
d. Murjiah.
Al-Murji‟ah meyakini bahwa seorang mukmin cukup hanya mengucapkan
“Laailahaillallah” saja dan ini terbantah dengan pernyataan hadits bahwa dia harus
mencari dengan hal itu wajah Allah, dan orang yang mencari tentunya melakukan
segala sarananya dan konsekuensi-konsekuensi pencariannya sehingga dia
mendapatkan apa yang dia cari dan tidak cukup hanya mengucapkan saja. Jadi menurut
al-murji‟ah bahwa cukup mengucapkan “Laailahaillallah” dan setelah itu dia berbuat
amal apa saja tidak akan mempengaruhi keimanannya, maka ini jelas bertentangan
dengan hadits “dia mencari dengan itu wajah Allah”, maka ini adalah bentuk kesesatan
al-murji‟ah.

Al-Mu‟tazilah dan Al-Khawarij meyakini bahwa seorang yang melakukan dosa-


dosa besar kekal didalam api neraka, dan ini terbantah dengan sabda Rasulullah
“sesungguhnya Allah mengharamkan atas api neraka orang yang mengucapkan
Laailahaillallah”. Pendapat al-mu‟tazilah dan al-khawarij yang menyatakan bahwa
pelaku dosa besar kekal didalam api neraka, ini adalah pendapat yang bertentangan
dengan sunnah Rasulullah.Golongan Murjiah pecah menjadi 5 golongan.

e. Najariyah
Kaum yang menyatakan perbuatan manusia adalah mahluk, yaitu dijadikan Tuhan
dan tidak percaya pada sifat Allah yang 20. Golongan Najariyah pecah menjadi 3
golongan.
f. Al Jabbariyah
Kaum yang berpendapat bahwa seorang hamba adalah tidak berdaya apa-apa
(terpaksa), ia melakukan maksiyat semata-mata Allah yang melakukan. Golongan Al
Jabbariyah pecah menjadi 1 golongan.
g. Al Musyabbihah / Mujasimah
Kaum yang menyerupakan pencipta yaitu Allah dengan manusia, misal
bertangan, berkaki, duduk di kursi. Golongan Al Musyabbihah / Mujasimah pecah
menjadi 1 golongan.

9
Pendidikan Agama Islam

Dan satu golongan yang selamat adalah Ahli Sunah Wal Jama'ah.8

Adapun pengertian dari ”ahli sunnah wal jamaah” secara etimologi Ahli adalah
kelompok/keluarga/pengikut. Sunah adalah perbuatan-perbuatan Rasulullah yang
diperagakan beliau untuk menjelaskan hukum-hukum Al Qur'an yang dituangkan
dalam bentuk amalan. Al Jama'ah yaitu Al Ummah ( Al Munjid) yaitu sekumpulan
orang-orang beriman yang di pimpin oleh imam untuk saling bekerjasama dalam hal
urusan yang penting.

“Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah
dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) , karena jalan-jalan itu
mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar
kamu bertakwa.” (Al-Anam:153)

Ciri-ciri Al Sunnah Wal Jamaah adalah sebagai berikut: 9

 Sumber pengambilannya bersih dan akurat.

Hal ini karena aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah berdasarkan Kitab dan Sunnah serta
Ijma' para Salafush Shalih, yang jauh dari keruhnya hawa nafsu dan syubhat.

 Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah aqidah yang berlandaskan penyerahan total kepada
Allah dan Rasul-Nya.

2.3 Makna Kalimat “Perbedaan Umatku Adalah Rahmat”

Perbedaan pendapat dalam lapangan hukum sebagai hasil penelitian ( ijtihad ),


tidak perlu dipandang sebagai faktor yang melemahkan kedudukan hukum Islam,
bahkan sebaliknya bisa memberikan kelonggaran kepada banyak orang sebagaimana
yang diharapkan Nabi:
( ‫)اختالف امتى رحمة( رواه البيهقى فى الرسالة االشعرية‬

8
http://risalahhaty.blogspot.com/2013/01/73-golongan-agama-islam.html
9
http://almanhaj.or.id/

10
Pendidikan Agama Islam

Artinya : “Perbedaan pendapat di kalangan umatku adalah rahmat” (HR. Baihaqi


dalam Risalah Ash‟ariyyah ).
Hal ini berarti, bahwa orang bebas memilih salah satu pendapat dari pendapat yang
banyak itu, dan tidak terpaku hanya kepada satu pendapat saja. Pada masa Bani
Abbasiyah, hukum Islam mengalami masa keemasan, yaitu dengan adanya para
mujtahid serta kodifikasi karya mereka.10 Keberadaan para Mujtahid yang menjadikan
sebagian murid-murid melembagakan ajarannya. Hal ini meruapakan salah satu hal
terbentuknya madzhab.
Madzhab menurut bahasa Arab adalah isim makan (kata benda keterangan
tempat) dari akar kata dz ahaba (pergi).11 Jadi, madzhab itu secara bahasa artinya,
tempat pergi, yaitu jalan (al-tarîq).12 Sedangkan menurut istilah ushul fiqih, madzhab
adalah kumpulan pendapat mujtahid yang berupa hukum-hukum Islam, yang digali dari
dalil-dalil syariat yang rinci serta berbagai kaidah (qawâ‟id) dan landasan (usul) yang
mendasari pendapat tersebut, yang saling terkait satu sama lain sehingga menjadi satu
kesatuan yang utuh.13
Adapun faktor yang mendorong timbulnya madzhab, antara lain:
1. Karena semakin meluasnya wilayah kekuasaan Islam sehingga hukum Islampun
menghadapi berbagai macam masyarakat yang berbeda-beda tradisinya.
2. Muncunya ulama-ulama besar pendiri madzhab-madzhab fiqih berusaha
menyebarluaskan pemahamannya dengan mendirikan pusat-pusat studi tentang
fiqih, yang diberi nama Al - Madzhab atau Al - Madrasah yang diterjemahkan oleh
bangsa barat menjadi school , kemudian usaha tersebut dijadikan oleh murid-
muridnya.
3. Adanya kecenderungan masyarakat Islam ketika memilih salah satu pendapat dari
ulama-ulama madzhab ketika menghadapi masalah hukum. Sehingga pemerintah
(khalifah) merasa perlu menegakkan hukum Islam dalam pemerintahannya.

10
Adanya ide kodifikasi hukum Islam berawal dari Ibn al-Muqaffa
pada zaman Khalifah al-Mans}u>r, kemudian beliau meminta Imam Malik untuk membuat kitab yang akan
dijadikan rujukan, yaitu kitab al-muwatta’.
11
Al-Sayyid Al-Bakri, I‘a>nah al - T{a>libi>n . (Semarang: Toha Putera. T.t.) 12.
12
M. Husain Abdullah, Al - Wadih fi Usul al - Fiqh (Beirut: Darul Bayariq. 1995), 197.
13
Ahmad Nahrawi,
Al - Imam al - Shafi‘i fî Madhabayhi al - Qadim wa al - Jadid . (Kairo: Darul Kutub, 1994), 208.

11
Pendidikan Agama Islam

4. Permasalahan politik, perbedaan pendapat di kalangan muslim awal tentang


masalah politik seperti pengangkatan khalifah-khalifah dari suku apa, ikut
memberikan saham bagi munculnya berbagai madzhab hukum Islam.14

Adapun yang menyebabkan munculnya perbedaan pendapat tersebut, antara lain:

a. Legitimasi kebolehan berijtihad, yaitu adanya legitimasi dari Allah swt. dan
Rasulullah terhadap kegiatan ijtihad. Hal ini memberikan rangsangan kepada para
mujtahid untuk mencari kebenaran hakiki tentang hukum masalah yang belum
ditemukan hukumnya.
b. Perbedaan dalam memahami ayat-ayat z}anniyyat, ayat-ayat z}anniyyat adalah
ayat-ayat yang memungkinkan setiap mujtahid memahami dan mengambil
kesimpulan hukum yang berbeda dari ayat tersebut.
c. Perbedaan dalam menilai hadis.
d. Perbedaan dalam menilai posisi Muhammad saw., para mujtahid kadang-kadang
berbeda dalam melihat nilai yang keluar (perkataan, perbuatan, dan penetapan) dari
Nabi Muhammad saw. Apakah Nabi ketika berucap, bertindak atau menetapkan
posisinya sebagai manusia biasa atau Rasulullah.
e. Perbedaan dalam menerapkan qa‟idah usuliyyah, para ulama terkadang berbeda
dalam menerapkan qa‟idah usuliyyah, yaitu tata aturan yang berlaku dan dianut
serta dijadikan dasar oleh para mujtahid dalam menetapkan hukum.
f. Faktor diri mujtahid dan lingkungannya, perbedaan pendapat bisa muncul karena
perbedaan kondisi diri mujtahid, baik yang menyangkut latar belakang pendidikan,
latar belakang kehidupan, watak, pengalaman dan kepandaiannya.15

2.4 Persatuan Umat Islam


Persatuan umat Islam merupakan konsekuensi logis adanya konsep
persaudaraan yang dibangun berdasar atas keyakinan/iman (ukhuwah Islamiyah). Atas
dasar ini, Rasulullah SAW. melakukan integrasi antara kaum Ansor (penduduk pribumi
Madinah) dengan kaum imigran (Muhajirin) melalui konsep ukhuwah yang dibangun

14
Moenawar, Tarikh Tashri>’: Sejarah Perkembangan Madhhab dalam ‚ http://moenawar.
multiply.com/journal/item/12. diakses tanggal 17 April 2010.
15
Suparman Usman, Hukum Islam; Asas - asas dan Pengantar Studi Hukum Islam dalam Tata Hukum Indonesia
(Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001), 94.

12
Pendidikan Agama Islam

atas iman. Persaudaran berasas Iman ini mengikat kelompok-kelompok berbeda di


Yatsrib hingga mereka menjadi
satu kesatuan tak terpisahkan mengalahkan persaudaraan yang berasas pada garis darah.
Di kemudian hari, integrasi berdasar iman tersebut mampu membawa masyarakat
Madinah menjadi masyarakat beradab melampaui masyarakat lain di saat itu.
KH. Hasyim Asy`ari merupakan salah tokoh yang berperan besar bagi pembangunan
identitas keindonesiaan yang berbasiskan iman. Salah satu peran penting tokoh ini
adalah keluarnya fatwa resolusi jihad melawan kolonialisme Belanda hingga
melahirkan peristiwa 10 Nopember di Surabaya. Tulisan ini terfokus pada gagasan-
gagasan KH. Hasyim Asy`ari yang menyediakan landasan etik bagi terbentuknya
persatuan umat Islam, khususnya di Indonesia.

1. Tauhid sebagai Asas Persatuan

KH. Hasyim Asy`ari merupakan salah satu representasi generasi komunitas Jawa di
Makkah yang bersentuhan dan terpengaruh dengan gerakan pan-Islamisme Jalal al-Din
al-Afghani (1839-1897) dan Muhammad „Abduh (1845-1905) melalui Syaikh Ahmad
Khatib. Gerakan Pan-Islamisme berupaya mempersatukan kembali kekuatan Islam
untuk membangun perlawanan terhadap ekspansi kolonialisme Barat-Kristen yang
menyapu wilayah-wilayah Muslim di seluruh dunia. Sebagai gerakan politik
keagamaan, Pan-Islamisme
menggunakan sentimen keagamaan dan merujuk pada sejarah kejayaan Islam pada
masa silam. Pemikiran Pan-Islamisme Afghani didasarkan pada keyakinan bahwa Islam
adalah agama yang sesuai untuk semua bangsa, semua zaman dan semua keadaan.
Kalau terlihat ada pertentangan antara ajaran-ajaran Islam dengan kondisi yang dibawa
perubahan
zaman dan kondisi, penyesuaian dapat diperoleh dengan mengadakan interpretasi baru
tentang ajaran-ajaran Islam seperti yang tercantum dalam al-Qur‟an dan hadis. Untuk
interpretasi itu diperlukan ijtihad dan pintu ijtihad harus selalu terbuka. Bagi Afghani,
kemunduran umat Islam bukanlah karena Islam itu sendiri, namun lebih karena umat
Islam telah meninggalkan ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya dan mengikuti ajaran-
ajaran dari luar yang asing bagi Islam. Selain itu, kemunduran umat Islam terjadi
karena perpecahan di kalangan umat Islam, pemerintahan absolut, pengabaian terhadap
kekuatan militer, pemimpin yang tidak dapat dipercayai, pejabat negara yang tidak

13
Pendidikan Agama Islam

kompeten, serta intervensi asing. Itu semua membuat rasa persaudaraan umat islam
menjadi lemah bahkan terputus. Salah satu jalan utama yang disarankan Afghani untuk
membangkitkan kembali umat Islam adalah mewujudkan kembali persatuan umat
islam. Imperatif persatuan umat yang dibangun atas dasar kesamaan iman merupakan
implikasi jauh dari tauhid juga menjadi cita-cita politik KH. Hasyim Asy‟ari. Dengan
bahasa yang agak serupa, KH. Hasyim Asy`ari menekankan persatuan umat yang
dibangun atas dasar faktor kesamaan agama.
Persatuan adalah sebuah keniscayaan karena kaum beriman bersaudara
sebagaimana dipraktikkan oleh Nabi Muhammad dan para sahabat. Layaknya satu
tubuh yang bila salah satu anggota tubuh sedang sakit, maka yang lainnya juga
merasakan kesakitan pula. Sebaliknya, perpecahan umat Islam merupakan refleksi
kesadaran kolektif umat yang dikuasai oleh setan dan hawa nafsu yang menyesatkan.
Sebaliknya persatuan akan mendatangkan kebaikan bagi umat manusia dan
menghindarkan dari bahaya yang mengancam. Persatuan merupakan prasyarat utama
untuk menciptakan kemakmuran sekaligus mendorong terjalinnya moral welas asih
antar sesama
umat. Sebaliknya, perpecahan dan memutuskan hubungan persaudaraan adalah
perbuatan dosa besar dan kejahatan yang keji. KH. Hasyim Asy`ari menegaskan bahwa,
persatuan telah terbukti mendatangkan kemakmuran negeri, kesejahteraan rakyat,
tersemainya peradaban, dan kemajuan negeri.

2. . Menolak Fanatisme Kelompok


Upaya membangun persatuan umat Islam Nusantara bukan sekedar didasarkan pada
tauhid dan identitas sebagai masyarakat satu agama (Jawi), tetapi juga dengan
penolakan atas fanatisme kelompok dalam tubuh umat. Dalam konteks saat itu, tokoh-
tokoh umat khususnya KH. Hasyim Asy`ari dihadapkan pada kenyataan adanya
perbedaan pemahaman dan praktik keagamaan dalam tubuh umat Islam saat itu.
Pendirian Muhammadiyah oleh KH. Ahmad Dahlan pada 18 Nopember 1912
dianggap mewakili kalangan pembaharu dengan menyuarakan pembaharuan dan
purifikasi Islam. Sebelum Muhammadiyah, terdapat beberapa organisasi yang
mengusung gagasan pembaharuan Islam, antara lain Jamiat Khair (1905) yang
kemudian terpecah menjadi al-Irsyad (1913) dan Persyarikatan Ulama (1911) di
Majalengka Jawa Barat.49 Ide pembaharuan Islam semakin mendapatkan dukungan
setelah berdirinyan Persatuan Islam (Persis) 11

14
Pendidikan Agama Islam

September 1923. Kalangan Muslim pembaharu menghendaki adanya Islam Murni yang
tidak terkontaminasi dengan TBC (tahayul, bid‟ah, dan c(k)hurafat). Slogan yang
didengungkan adalah al-rujû’ ilâ al-Qur’ân wa hadîts (kembali kepada Al-Qur‟an dan
hadis).51 Islam harus dipahami dari sumber nash-nash agama, dan karena itu,
bermazhab merupakan sesuatu yang terlarang. Selain menyuburkan budaya taqlîd buta,
bermazhab memasung kebebasan akal manusia dan menghambat kemampuan Islam
beradaptasi dengan kehidupan modern. Begitu pula, sinkretisme agama dipandang
berada di luar mainstream Islam.
Kelahiran Nahdlatul Ulama (NU) pada 31 Januari 1926 secara tidak langsung
merupakan reaksi terhadap munculnya gerakan-gerakan pembaharuan Islam tersebut.
Ketegangan antara dua kelompok itu diwujudkan, antara lain, dengan pertemuan debat
yang tidak jarang berubah menjadi wahana takfîr (saling mengkafirkan) terhadap
sesama Muslim dan menjadi ajang perkelahian fisik.52
Meski turut dalam perdebatan dengan kalangan pembaharu, tak pelak KH. Hasyim
Asy`ari menjadi prihatin atas pertentangan yang terjadi. Dalam Muktamar di
Banjarmasin, KH. Hasyim Asy`ari mengangkat persoalan tersebut dalam sebuah
sirkuler yang disebut al-Mawa’iz. Secara lugas beliau memberikan peringatan keras
yang bahwa perbedaan pandangan keagamaan yang ada telah mengakibatkan
berkobarnya permusuhan dan fitnah. Padahal Allah dan RasulNya melarang perbuatan
tersebut. Di samping itu, KH. Hasyim Asy`ari menganjurkan para ulama meninggalkan
ta’assub (fanatisme) terhadap
mazhab, karena ta’assub dalam persolan furû’ dan memegang satu mazhab atau
pendapat adalah perbuatan yang tercela. Kecaman terhadap fanatisme dapat dipandang
sebagai bentuk penghargaan terhadap pandangan yang berlainan. Persatuan umat Islam
yang diidealkan sesungguhnya merupakan sesuatu yang sudah seharusnya inheren
dalam pola pikir dan pola laku masyarakat Muslim. Hal itu tidak lepas dari kenyataan
bahwa persatuan itu, sebagaimana gagasan KH. Hasyim Asy`ari di atas, merupakan
refleksi atas ketauhidan yang menjadi inti ajaran Islam. Dan terbukti, ikatan persatuan
iman itu mampu menyatukan masyarakat Nusantara di bawah identitas “Jawi” dan di
kemudian hari bermetamorfosa sebagai Indonesia. Yang tak kalah penting dari itu
adalah perlunya keberanian umat Islam untuk melepaskan diri dari ikatan-ikatan non-
iman seperti fanatisme kelompok, partai, sukubangsa, dan kepentingan agar persatuan
itu dapat terjaga. Umat Islam perlu belajar menghargai berbagai perbedaan pandangan,
pemahaman, dan praktik ritual yang ada dalam tubuh umat selama hal itu terkait

15
Pendidikan Agama Islam

dengan persoalan furû’iyyah. Di sini kita perlu meminjam pemikiran Ibnu Taymiyah
tentang ikhtilâf. Menurut Syaikh al-Islam tersebut, perbedaan (ikhtilâf) ada dua:
tanawwu’ dan tudhâd. Perbedaan dalam hal-hal furu‟ yang memiliki dasar syara‟
adalah perbedaan dalam kontek keragaman (tanawwu’). Dalam hal ini umat Islam
dituntut untuk saling toleransi dan menghindar dari fanatisme. Sementara perbedaan
yang tidak memiliki rujukan syara‟ adalah pertentangan (tudhâd) yang harus ditolak
dengan tegas oleh umat.16

16
Reza Ahmad Zahid, ‘’SEBAB-SEBAB TERJADINYA PERBEDAAN MAZHAB’’

16
Pendidikan Agama Islam

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

Indikas terjadinya proses dialektikka antara agama dan budaya masyarakat,


dalam islam terlihat pada fenomena perubahan pola pemahaman keagamaan dan
perilaku keberagaman dari agam islam pada awalnya. Untuk itu Persatuan umat
Islam yang diidealkan sesungguhnya merupakan sesuatu yang sudah seharusnya
terjadi dalam pola pikir dan pola laku masyarakat Muslim. Yang tidak kalah
penting dari itu adalah perlunya keberanian umat Islam untuk melepaskan diri dari
ikatan-ikatan non-iman seperti fanatisme kelompok, partai, suku bangsa, dan
kepentingan agar persatuan itu dapat terjaga. Umat Islam perlu belajar menghargai
berbagai perbedaan pandangan, pemahaman, dan praktik ritual yang ada dalam
tubuh umat selama hal itu terkait dengan persoalan sebab dari persatuan tersebut.

3.2 Saran

Makalah ini mungkin kiranya masih terdapat kekurangan, untuk


meminimalisir kekurangan tersebut kritik beserta saran dari pembaca sangatlah
berharga bagi kami.

17
Pendidikan Agama Islam

DAFTAR PUSTAKA
Dr. H. Roibin, M. HI, Relasi agamadan budaya masyarakat kontemporer, UIN-Malang, 2009

Didiek Ahmad Supadie, dkk, Pengantar Studi Islam, juni 2012

http://www.definisimenurutparaahli.com/pengertian-kontemporer-dan-
contohnya/

Drs.A Khudori Soleh, M.Ag, ‘’PEMIKIRAN ISLAM KONTEMPORER’’, Yogyakarta,

Muhamad Nawawi,skripsi: ‘’HADITS TERPECAHNYA UMAT ISLAM’’(TULUNGAGUNG:IAIN, 2014)

http://ldfalmizan.blogspot.com/2013/02/penyebab-perpecahan-umat-islam-
dan.html

http://risalahhaty.blogspot.com/2013/01/73-golongan-agama-islam.html

http://almanhaj.or.id

Adanya ide kodifikasi hukum Islam berawal dari Ibn al-Muqaffa


pada zaman Khalifah al-Mans}u>r, kemudian beliau meminta Imam Malik untuk membuat kitab yang
akan dijadikan rujukan, yaitu kitab al-muwatta’.

Al-Sayyid Al-Bakri, I‘a>nah al - T{a>libi>n . (Semarang: Toha Putera. T.t.) 12.

M. Husain Abdullah, Al - Wadih fi Usul al - Fiqh (Beirut: Darul Bayariq. 1995), 197.

Ahmad Nahrawi,
Al - Imam al - Shafi‘i fî Madhabayhi al - Qadim wa al - Jadid . (Kairo: Darul Kutub, 1994), 208
.
Moenawar, Tarikh Tashri>’: Sejarah Perkembangan Madhhab dalam ‚ ht tp://moenawar.
multiply.com/journal/item/12. diakses tanggal 17 April 2010

Suparman Usman, Hukum Islam; Asas - asas dan Pengantar Studi Hukum Islam dalam Tata Hukum
Indonesia (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001), 94

Reza Ahmad Zahid, ‘’SEBAB-SEBAB TERJADINYA PERBEDAAN MAZHAB’’

18
Pendidikan Agama Islam

19

Anda mungkin juga menyukai