Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN KONDISI FISIK RTT LANSIA TERHADAP KONDISI SOSIAL LANSIA

di RW 03 RT 05 Kelurahan Tegalsari, Kecamatan Candisari, Semarang

HUBUNGAN KONDISI FISIK RTT LANSIA TERHADAP KONDISI


SOSIAL LANSIA
di RW 03 RT 05 Kelurahan Tegalsari, Kecamatan Candisari

Wijayanti

ABSTRAKSI
Usia lanjut adalah suatu kejadian Depkes dikutip dari Azis (1994) menjadi
yang pasti akan dialami oleh semua orang tiga kelompok yakni :
yang dikaruniai usia panjang, terjadinya
tidak bisa dihindari oleh siapapun. Pada - Kelompok lansia dini (55 – 64
usia lanjut akan terjadi berbagai tahun), merupakan kelompok yang
kemunduran pada organ tubuh. Pada baru memasuki lansia
periode ini kemampuan jaringan untuk - Kelompok lansia (65 tahun ke atas)
memperbaiki diri ataupun mengganti dan - Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu
mempertahankan fungsi normalnya akan lansia yang berusia lebih dari 70
perlahan-lahan menurun sehingga tidak tahun.
dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang terjadi Usia tua atau sering disebut senescence
(Constantinides, 1994). Dengan keadaan merupakan suatu periode dari rentang
seperti ini mereka membutuhkan perhatian kehidupan yang ditandai dengan perubahan
yang lebih akan perubahan mereka. Mereka atau penurunan fungsi tubuh, biasanya mulai
membutuhkan pihak yang dapat memahami pada usia yang berbeda untuk individu yang
kemauan, kebutuhan, tuntutan akan fasilitas, berbeda (Papalia, 2001). Memasuki usia
sarana dan prasarana yang mereka lanjut biasanya dudahului oleh penyakit
butuhkan. kronis, kemungkinan untuk ditinggalkan
pasangan, pemeberhentian aktivitas atau
Karena perubahan usia ini pula, kerja dan tantangan untuk mengalihkan
lansia membutuhkan adanya kebutuhan fisik energi dan kemampuan ke peran baru dalam
berupa rumah tempat tinggal yang layak keluarga, pekerjaan dan hubungan intim
bagi kehidupan mereka, yang tentunya (Wolman, 1982). Ada beberapa hal yang
dapat memenuhi aktivitasnya sehari-hari. dapat digunakan untuk memahami usia tua,
Namun perlu diketahui bagaimana antara lain (Papalia dkk,2001) :
hubungan yang terjadi antara kebutuhan-
kebutuhan fisik tersebut dengan kondisi a. Primary aging
sosial yang dimiliki oleh lansia, dan sejauh Bahwa aging merupakan suatu
mana kedua faktor tersebut saling proses penurunan atau kerusakan fisik yang
berpengaruh satu sama lain. terjadi secara bertahap dan bersifat
inevitable (tidak dapat dihindarkan).

b. Secondary Aging
LANSIA Proses aging merupakan hasil dari
Pengertian lanjut usia (lansia) ialah penyakit, abuse, dan disuse pada tubuh yang
manusia yang berumur di atas usia 60 tahun seringkali lebih dapat dihindari dan
dan masih hidup. Kelompok lanjut usia dikontrol oleh individu dibandingkan
adalah kelompok penduduk yang berusia 60 dengan primary aging, misalnya dengan pola
tahun ke atas (Hardywinoto dan Setiabudhi, makan yang baik, menjaga kebugaran fisik
1999;8). Penggolongan lansia menurut dll.

38
ENCLOSURE Volume 7 No. 1 Maret 2008
Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan Permukiman

dipersepsikan secara negatif sebagai beban


Berdasarkan studi yang dilakukan keluarga dan masyarakat.
oleh para ilmuwan sosial, ada 3 kelompok Secara sosial, penduduk lanjut usia
older adult yaitu : merupakan satu kelompok sosial sendiri. Di
negara Barat, penduduk lanjut usia
a. Young adult menduduki strata sosial di bawah kaum
Pada umumya berusia antara 65-74 muda. Hal ini dilihat dari keterlibatan
tahun, biasanya masih aktif, vital dan mereka terhadap sumber daya ekonomi,
penuh semangat pengaruh terhadap pengambilan keputuan
b. Old-old serta luasnya hubungan sosial yang semakin
Pada umumnya berusia 75-84 tahun menurun. Akan tetapi di Indonesia
c. Oldest old penduduk lanjut usia menduduki kelas sosial
Berusia 85 tahun ke atas, biasanya yang tinggi yang harus dihormati oleh warga
banyak yang menjadi lemah dan muda (Suara Pembaharuan 14 Maret 1997).
tidak tegas serta mempunyai
kesulitan untuk mengatur aktivitas Menurut Bernice Neugarten (1968)
sehari-hari. James C. Chalhoun (1995) masa tua adalah
suatu masa dimana orang dapat merasa puas
Selain itu, ada pengklasifikasian dengan keberhasilannya. Tetapi bagi orang
aging berdasarkan fungtional age yaitu lain, periode ini adalah permulaan
seberapa baik fungsi seseorang dalam kemunduran. Usia tua dipandang sebagai
lingkungan fisik dan sosialnya dibandingkan masa kemunduran, masa kelemahan
orang lain yang usianya sama (Papalia dkk, manusiawi dan sosial sangat tersebar luas
2001). dewasa ini. Pandangan ini tidak
memperhitungkan bahwa kelompok lanjut
Lanjut usia merupakan istilah tahap usia bukanlah kelompok orang yang
akhir dari proses penuaan. Dalam homogen. Usia tua dialami dengan cara yang
mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia berbeda-beda. Ada orang berusia lanjut yang
menurut Badan Koordinasi Keluarga mampu melihat arti penting usia tua dalam
Berencana Nasional ada tiga aspek yang konteks eksistensi manusia, yaitu sebagai
perlu dipertimbangkan yaitu : aspek biologi, masa hidup yang memberi mereka
aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN kesempatan-kesempatan untuk tumbuh
1998). berkembang dan bertekad berbakti. Ada juga
lanjut usia yang memandang usia tua dengan
Secara biologis penduduk lanjut usia sikap-sikap yang berkisar antara kepasrahan
adalah penduduk yang mengalami proses yang pasif dan pemberontakan , penolakan,
penuaan secara terus menerus, yang ditandai dan keputusasaan. Lansia ini menjadi
dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu terkunci dalam diri mereka sendiri dan
semakin rentannya terhadap serangan dengan demikian semakin cepat proses
penyakit yang dapat menyebabkan kematian. kemerosotan jasmani dan mental mereka
Hal ini disebabkan terjadinya perubahan sendiri.
dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta
sistem organ. Disamping itu untuk mendefinisikan
lanjut usia dapat ditinjau dari pendekatan
Secara ekonomi, penduduk lanjut kronologis. Menurut Supardjo (1982) usia
usia lebih dipandang sebagai beban dari kronologis merupakan usia seseorang
pada sebagai sumber daya. Banyak orang ditinjau dari hitungan umur dalam angka.
beranggapan bahwa kehidupan masa tua Dari berbagai aspek pengelompokan lanjut
tidak lagi memberikan banyak manfaat, usia yang paling mudah digunakan adalah
bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa usia kronologis, karena batasan usia ini
kehidupan masa tua, seringkali mudah untuk diimplementasikan, karena

39
HUBUNGAN KONDISI FISIK RTT LANSIA TERHADAP KONDISI SOSIAL LANSIA
di RW 03 RT 05 Kelurahan Tegalsari, Kecamatan Candisari, Semarang

informasi tentang usia hampir selalu tersedia bermasyarakat atau


pada berbagai sumber data kependudukan. berkomunikasi dengan manusia
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) lain melalui paguyuban,
menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : organisasi profesi, kesenian,
Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, olah raga, kesamaan hobby dan
Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut sebagainya.
usia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia sangat
tua (very old) diatas 90 tahun. Sejak awal kehidupan sampai berusia
lanjut setiap orang memiliki kebutuhan
Usia lanjut adalah suatu kejadian psikologis dasar (Setiati,2000). Kebutuhan
yang pasti akan dialami oleh semua orang tersebut diantaranya orang lanjut usia
yang dikaruniai usia panjang, terjadinya membutuhkan rasa nyaman bagi dirinya
tidak bisa dihindari oleh siapapun. Pada usia sendiri, serta rasa nyaman terhadap
lanjut akan terjadi berbagai kemunduran lingkungan yang ada. Tingkat pemenuhan
pada organ tubuh. kebutuhan tersebut tergantung pada diri
orang lanjut usia, keluarga dan
Lansia adalah manusia dengan lingkungannya . Jika kebutuhan-kebutuhan
kondisi fisik yang relatif lemah renta dan tersebut tidak terpenuhi akan timbul
kondisi psikis yang kesepian dan seringkali masalah-masalah dalam kehidupan orang
merasa diterlantarlan. Dengan kondisi yang lanjut usia yang akan menurunkan
demikian maka para lansia perlu berkumpul kemandiriannya.
untuk saling mengawasi dan agar tidak
merasa kesepian. Mereka juga memerlukan Perubahan fasilitas
perawatan, perhatian, dan kasih sayang baik Seiring dengan pertambahan
dari sesama lansia maupun dari orang lain. umurnya, lansia memiliki beragam
kebutuhan yang tentunya berbeda dengan
sebelum memasuki masa lanjut usia. Banyak
Aspek Fisik Rumah Tempat Tinggal terjadi perubahan, baik dari segi fisik
Lansia maupun sosial. Dari segi fisik dapat dilihat
Aspek fisik rumah tempat tinggal pada fasilitas-fasilitas yang digunakan. Hal
merupakan faktor-faktor fisik yang ini dapat terlihat dari perubahan bentuk
mempengaruhi kenyamanan lansia dalam ruang kamar atau desain rumah. Seorang
menempati rumah serta lingkungan yang lansia yang masih menempati rumah
ditinggali. Aspek fisik ini antara lain mereka, ada beberapa yang melakukan
meliputi : perubahan pada fasilitas-fasilitas yang
terdapat di dalamnya. Menurut konsep
Kebutuhan fasilitas universal design dalam Deutsche Industrie
Lansia memiliki banyak kebutuhan Norm dijelaskan bahwa seorang lansia
dalam hidupnya agar dapat hidup dengan memerlukan ruangan yang lapang atau
mandiri. Kebutuhan ini sejalan dengan barrier free. Hal ini tentunya sangat
pendapat Maslow dalam Koswara (1991) bermanfaat bagi lansia, terutama dalam
yang menyatakan bahwa kebutuhan manusia pergerakan atau aksesibilitas dalam rumah.
meliputi :
Luasan rumah
(1) Kebutuhan fisik (physiological Luasan rumah lansia dapat saja
needs) adalah kebutuhan fisik berubah dari luasan rumah pada awalnya.
atau biologis seperti pangan, Hal ini biasa terjadi jika lansia memerlukan
sandang, papan, dan fasilitas- ruangan baru atau ruangan khusus yang
fasilitas kesehatan. diperlukan untuk mengerjakan aktivitasnya,
(2) Kebutuhan sosial (social needs) ataupun jika mengalami pertambahan
adalah kebutuhan untuk

40
ENCLOSURE Volume 7 No. 1 Maret 2008
Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan Permukiman

anggota keluarga yang menempati rumahnya Ada beberapa standard untuk penggunaan
itu. kursi roda yang dapat diaplikasikan bagi
lansia memudahkan aktivitas mereka di
Dengan kemampuan fisik yang dalam rumah maupun lingkungan tempat
makin menurun maka dibutuhkan alat tinggalnya.
penunjang, baik luasan ruang-ruang yang Penggunaan standard-standard ini
khusus digunakan untuk lansia sampai pada memang tidak diharuskan di dalam sebuah
penggunaan kursi roda. Dengan pengadaan rumah tinggal (seperti yang disebutkan
fasilitas-fasilitas ini lanjut usia dapat dalam Undang-Undang RI No.28 Tahun
menjalankan aktivitasnya dengan mudah dan 2002 Pasal 31 ayat 1). Hanya saja
aman, lanjut usia akan merasa nyaman dan penggunaan fasilitas tersebut tentunya
diperhatikan oleh keluarganya. Umumnya bermanfaat, terutama bagi lansia yang
lanjut usia dihadapkan pada masalah hunian. memiliki keterbatasan fisik (diffable).
Hunian mereka tidak lagi menunjang
kegiatan mereka, hal ini terlihat pada : Kondisi Kehidupan Lansia
- Luasan ruang-ruang pada hunian Banyak sekali faktor yang
(ketika hunian tersebut ditempati mempengaruhi kondisi kehidupan lansia,
beberapa keluarga) yaitu kondisi fisik serta kondisi sosial.
- Lokasi kamar yang berjauhan Kondisi fisik merupakan suatu keadaan yang
dengan lokasi kamar mandi dimiliki lansia dan berkaitan dengan fisik
- Keadaan kamar mandi yang tubuhnya seperti kesehatan lansia,
mempersulit sedangkan kondisi sosial adalah kondisi
- Peil lantai yang berbeda-beda lansia yang berkaitan dengan kehidupan
- Penggunaan tangga sosialnya, baik dengan keluarganya sendiri
- Alur sirkulasi hunian terhadap maupun dengan masyarakat di sekitarnya,
fasilitas-fasilitas di lingkungan seperti pekerjaan, family size atau jumlah
sekitar anggota keluarga, lama tinggal lansia pada
rumah yang ditempati, dan lain sebagainya.
Telah dikemukan bahwa kelompok
lanjut usia mengalami kemunduran dalam Beberapa kondisi kehidupan lansia
tingkat kemandiriannya, mungkin karena adalah sebagai berikut :
adanya handikap fisik. Oleh karena itu, perlu
ada penyesuaian sarana fisik untuk Usia lansia
membantu agar mereka tidak sangat Seperti yang telah dijelaskan
tergantung pada orang lain. khususnya sebelumnya, manusia yang berumur 60
dalam membantu dirinya melakukan tahun ke atas dikatakan sebagai lansia.
pekerjaan hidup sehari-hari (makan, minum, Dalam usia yang demikian, lansia
ke belakang, dan lain-lainnya). Di negara- mengalami perubahan atau kemunduran
negara maju, pelayanan kelompok lanjut dalam berbagai aspek kehidupannya, baik
usia dilakukan dalam ruangan khusus, secara fisik maupun psikis. Dalam usianya
bahkan rumah sakit khusus dan yang lanjut, lansia memerlukan banyak
perkampungan khusus. Tentunya hal ini penunjang dalam hidupnya, sehingga dapat
sangat ideal. Adanya fasilitas tersebut di menjalankan aktivitasnya sehari-hari dengan
atas, diarahkan untuk memberi lingkungan nyaman.
kehidupan yang nyaman dan sesuai bagi
kelompok lanjut usia. Keadaan ini masih Kesehatan lansia
sulit dikembangkan saat ini, oleh karena itu Faktor kesehatan meliputi keadaan
perlu dipikirkan cara lain yakni fisik dan keadaan psikis lanjut usia. Keadaan
mempersiapkan SDM untuk lebih siap fisik merupakan faktor utama dari
menerima kelompok lanjut usia kegelisahan manusia. Kekuatan fisik,
sebagaimana adanya. pancaindera, potensi dan kapasitas

41
HUBUNGAN KONDISI FISIK RTT LANSIA TERHADAP KONDISI SOSIAL LANSIA
di RW 03 RT 05 Kelurahan Tegalsari, Kecamatan Candisari, Semarang

intelektual mulai menurun pada tahap-tahap Lama tinggal lansia pada rumah yang
tertentu (Prasetyo,1998). Dengan demikian ditempati
orang lanjut usia harus menyesuaikan diri Banyak diantara lansia yang lebih
kembali dengan ketidak berdayaannya. memilih untuk tetap tinggal pada rumah
Kemunduran fisik ditandai dengan beberapa yang mereka tempati. Ada kalanya rumah
serangan penyakit seperti gangguan pada tersebut merupakan rumah yang sudah
sirkulasi darah, persendian, sistem mereka tempati sejak kecil atau setelah
pernafasan, neurologik, metabolik, menikah dan membangun keluarga.
neoplasma dan mental. Sehingga keluhan
yang sering terjadi adalah mudah letih, Alasan tinggal lansia di rumah dan
mudah lupa, gangguan saluran pencernaan, lingkungan yang ditempati
saluran kencing, fungsi indra dan Lansia memiliki beberapa alasan
menurunnya konsentrasi. Hal ini sesuai untuk tetap tinggal di rumah yang mereka
dengan pendapat Joseph J. Gallo (1998) tempati sekarang ini. Faktor utama yang
mengatakan untuk menkaji fisik pada orang mendasari alasan tinggal lansia adalah dari
lanjut usia harus dipertimbangkan segi kenyamanan terhadap lingkungannya.
keberadaannya seperti menurunnya
pendengaran, penglihatan, gerakan yang Pekerjaan lansia
terbatas, dan waktu respon yang lamban. Dalam usianya yang lanjut, para
lansia cenderung berhenti bekerja, baik
Pada umumnya pada masa lanjut karena sudah pensiun, atau karena fisiknya
usia ini orang mengalami penurunan fungsi sudah tidak memungkinkan untuk
kognitif dan psikomotorik. Menurut melakukan aktivitas tersebut secara rutin
Zainudin (2002) fungsi kognitif meliputi seperti biasanya. Namun ada pula beberapa
proses belajar, persepsi pemahaman, lansia yang masih dengan aktif melakukan
pengertian, perhatian dan lain-lain yang pekerjaannya. Mereka bisa berhenti dari
menyebabkan reaksi dan perilaku lanjut usia pekerjaan lama dan memulai pekerjaan baru,
menjadi semakin lambat. Fungsi atau memperdalam hobi yang mereka sukai
psikomotorik meliputi hal-hal yang agar dapat mengisi waktu luang mereka. Jadi
berhubungan dengan dorongan kehendak faktor yang menentukan keaktifan lansia
seperti gerakan, tindakan, koordinasi yang dalam bekerja adalah kesehatan dan juga
berakibat bahwa lanjut usia kurang cekatan. pertimbangan-pertimbangan finansial.

Seseorang yang berusia lanjut akan Lansia yang berumur 65 hingga 70


mengalami perubahan-perubahan akibat tahun yang masih berkerja cenderung
penurunan fungsi sistem tubuh. Salah satu melakukan pekerjaan tersebut karena
perubahan tersebut adalah perubahan mereka menyukainya dan mereka merasa
kejiwaan dan fisik. Masalah kesehatan jiwa cukup nyaman dengan pekerjaan tersebut,
lansia yang sering muncul adalah gangguan dan karena mereka masih memiliki
proses pikir yang ditandai dengan lupa, keinginan yang besar untuk dapat
pikun, bingung, dan curiga, dan gangguan membiayai kehidupan mereka dalam usia
perasaan ditandai dengan perasaan lanjut mereka.
kelelahan, acuh tak acuh, tersinggung, Bekerja adalah suatu kegiatan jasmani atau
sedangkan gangguan fisik/somatik meliputi rohani yang menghasilkan sesuatu (Sumarjo,
gangguan pola tidur, gangguan makan dan 1997). Bekerja sering dikaitkan dengan
minum, gangguan perilaku yang ditandai penghasilan dan penghasilan sering
dengan enggan berhubungan dengan orang dikaitkan dengan kebutuhan manusia. Untuk
lain, dan ketidakmampuan merawat diri itu agar dapat tetap hidup manusia harus
sendiri. bekerja. Dengan bekerja orang akan dapat
memberi makan dirinya dan keluarganya,

42
ENCLOSURE Volume 7 No. 1 Maret 2008
Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan Permukiman

dapat membeli sesuatu, dapat memenuhi Secara umum lanjut usia cenderung
kebutuhannya yang lain. tinggal bersama dengan anaknya yang telah
menikah (Rudkin, 1993). Tingginya
Rencana tinggal lansia di panti jompo penduduk lanjut usia yang tinggal dengan
Di jaman seperti sekarang dimana anaknya menunjukkan masih kuatnya norma
aktivitas manusia sangat padat dan bahwa kehidupan orang tua merupakan
persaingan hidup cukup berat, manusia tanggungjawab anak-anaknya. Survey yang
cenderung menginginkan hal-hal yang dilakukan oleh Lembaga Demografi
praktis dan cenderung tidak merepotkan. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Sikap ini terkadang merambat ke hubungan (LD FEUI, 1993) terhadap 400 penduduk
keluarga, khususnya hubungan dengan orang usia 60-69 tahun, yang terdiri dari 329 pria
tua. dan 71 wanita, menunjukkan bahwa hanya
sedikit penduduk lanjut usia yang tinggal
Banyak keluarga yang karena sendiri (1,5%), diikuti oleh yang tinggal
kesibukannya terkesan melalaikan orang tua, dengan anak (3,3%), tinggal dengan
dan pada akhirnya memasukkan orang menantu (5,0%), tinggal dengan suami/istri
tuanya itu ke panti jompo. Kesan yang dan anak (29,8%), tinggal dengan suami,
tertangkap di sini adalah keluarga sudah istri dan menantu (19,5%), dan penduduk
tidak peduli lagi dengan orang tuanya. lanjut usia yang tinggal dengan pasangannya
Kesan ini diperoleh karena kondisi nyata ada 18,8%.
rumah panti jompo yang ada di Indonesia
yang tidak memadai. Panti jompo seakan Tradisi di Indonesia
menjadi tempat pembuangan orang tua. Di Indonesia umumnya memasuki
Panti jompo yang selama ini terdapat di usia lanjut tidak perlu dirisaukan. Mereka
Indonesia memang merupakan tempat yang cukup aman karena anak atau saudara-
tidak nyaman, dengan fasilitas yang sangat saudara yang lainnya masih merupakan
minim dan bangunan yang sudah tidak layak jaminan yang baik bagi orang tuanya. Anak
pakai. Karena itu terkesan dalam pikiran berkewajiban menyantuni orang tua yang
masyarakat bahwa panti jompo merupakan sudah tidak dapat mengurus dirinya sendiri.
tempat pembuangan orang tua yang sudah Nilai ini masih berlaku, memang anak wajib
tidak dipedulikan lagi oleh keluarganya. memberikan kasih sayangnya kepada orang
tua sebagaimana mereka dapatkan ketika
Namun di luar negeri, pemikiran ini mereka masih kecil. Para usia lanjut
terbalik. Keluarga tidak memasukkan orang mempunyai peranan yang menonjol sebagai
tuanya ke panti jompo karena sudah tidak seorang yang “dituakan”, bijak dan
peduli melainkan karena mereka sangat berpengalaman, pembuat keputusan, dan
peduli terhadap orang tuanya, dan tidak kaya pengetahuan. Mereka sering berperan
menginginkan mereka hidup kesepian di sebagai model bagi generasi muda,
rumah. Di sana orang tua akan mendapatkan walaupun sebetulnya banyak diantara
perawatan serta perhatian dari mereka yang mereka tidak mempunyai pendidikan formal.
sudah berpengalaman. Pengalaman hidup lanjut usia merupakan
pewaris nilai-nilai sosal budaya sehingga
Jumlah anggota keluarga lansia dapat menjadi panutan bagi kesinambungan
Keluarga merupakan masyarakat kehidupan bermasyarakat dan berbudaya.
terkecil dimana lansia berada. Perubahan Walaupun sangat sulit untuk mengukur
kejiwaan pada lansia akan mempengaruhi berapa besar produktivitas budaya yang
status kesehatan keluarga. Oleh karena itu dimiliki orang lanjut usia, tetapi
keluarga dan lansia perlu mengetahui produktivitas tersebut dapat dirasakan
perubahan kejiwaan pada lansia. manfaatnya oleh para generasi penerus
Keterlibatan keluarga akan menentukan mereka (Yasa, 1999). Salah satu
kesehatan lansia.

43
HUBUNGAN KONDISI FISIK RTT LANSIA TERHADAP KONDISI SOSIAL LANSIA
di RW 03 RT 05 Kelurahan Tegalsari, Kecamatan Candisari, Semarang

produktivitas budaya yang dimiliki lanjut Dinding terbuat dari bamboo / lainnya : 149
usia adalah sikap suka memberi. buah.
Memberi adalah suatu bentuk komunikasi Rumah menurut tipenya :
manusia. Dengan hubungan itu manusia Tipe A : 5.994 buah
memberikan arti kepada dirinya, dan juga Tipe B : 4.191 buah
kepada sesamanya (Sumarjo,1997). Dasar Tipe C : 2.797 buah
perbuatan memberi adalah cinta kasih ,
perhatian, pengenalan, dan simpati terhadap
sesama. Itu berarti seseorang perduli kepada Fasilitas Sosial & Pelayanan Umum
orang lain dan ingin menolong orang lain Fasilitas Sosial
untuk mengembangkan dirinya. Lanjut usia Instansi pemerintah yang ada di wilayah
dapat memberi kepada orang lain/generasi kecamatan Candisari ini yaitu :
muda dalam wujud pengetahuan, pikiran, Instansi vertikal (Koramil, Polsekta, KUA,
tenaga perbuatan, selain memberikan apa dan mantri statistik) sebanyak 3 unit.
yang dimiliki. Instansi otonom (Puskesmas, petugas
Pertanian, Cab. Dinas Pendidikan) sebanyak
3 unit.
PERMUKIMAN KECAMATAN Instansi BUMN atau BUMD sebanyak 5
CANDISARI KELURAHAN unit.
TEGALSARI SEMARANG Bank yang terdapat di kecamatan Candisari
sebanyak 3 buah.
Tata Guna Lahan Koperasi yang ada terdiri dari koperasi
Kelurahan Tegalsari memiliki luas simpan pinjam, BKK, BPKD, badan-badan
wilayah  103,148 ha dengan penggunaan kredit, koperasi produksi, koperasi.
lahan yang dominan adalah sebagai kawasan konsumsi, koperasi lain atau P2KP sebanyak
permukiman, kawasan perkantoran, dan 55 buah.
kawasan perdagangan jasa dengan didukung
oleh adanya fasilitas kesehatan.
Arahan kegiatan perdagangan dan jasa Fasilitas Umum
meliputi perdagangan jasa non grossir yang
antara lain berbentuk jenis perdagangan Fasilitas Peribadatan
sehari-hari yang berkembang di sepanjang Tempat ibadah yang ada terdiri dari 8 buah
Jalan Sriwijaya. masjid, 44 buah surau/mushola, 12 gereja,
Sedangkan untuk kawasan dan 1 kuil/pura.
konservasi yang ada pada diarahkan pada
kawasan yang memiliki kelerengan> 40 %, Fasilitas Pariwisata/Rekreasi
dengan merekomendasi bangunan-bangunan Tempat rekreasi yang ada berupa 1 buah
yang sudah ada. taman, 1 tempat pertunjukan, 1 kesenian
tradisional (ketoprak atau wayang). Sanggar
kesenian terdapat sebanyak 5 buah.
Rumah Penginapan yang ada 6 buah dan restoran
Rumah penduduk di kecamatan terdapat 6 buah.
Candisari dibedakan menurut sifat dan
bahannya serta menurut tipenya. Fasilitas Kesehatan
Rumah menurut sifat dan bahannya : Fasilitas kesehatan yang ada berupa :
Dinding terbuat dari batu / gedung permanen RSU swasta : 1 buah, rumah bersalin BKIA :
: 11.815 buah 1 buah, Puskemas, Poliklinik/balai
Dinding terbuat dari sebagian batu / gedung pengobatan : 1 buah, praktek dokter : 12
: 2.714 buah buah, dukun khinat/sunat : 1 buah, apotek : 5
Dinding terbuat dari kayu / papan : 586 buah, panti pijat : 5 buah, klinik KB : 3
buah.

44
ENCLOSURE Volume 7 No. 1 Maret 2008
Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan Permukiman

Fasilitas Perekonomian lantai dari awalnya yang berupa tegel biasa


Jumlah pasar terdapat 3 buah pasar umum, diganti dengan keramik. Ada pula yang
442 buah toko/warung/PKL, sudah merubah material dinding rumah dari
Jumlah Perusahaan/ usaha yang awalnya menggunakan material kayu
Jumlah industri besar dan sedang sebanyak dan kini diganti dengan menggunakan
460 buah yang dapat menyerap tenaga kerja dinding bata (tembok).
sebanyak 10.035 orang.
Perhotelan/losmen/penginapan sebanyak 8 3. Luasan Rumah
buah dengan tenaga kerja 400 orang. Luasan rumah lansia dapat berubah
Rumah makan/warung makan sebanyak 114 seiring berjalannya waktu. Hal ini
buah dengan tenaga kerja 260 orang. tergantung dari segi keperluan lansia untuk
Perdagangan sebanyak 118 buah dengan menambah luasan yang dibutuhkan oleh
tenaga kerja 236 orang lansia itu sendiri, atau dari segi pertambahan
Usaha angkutan sebanyak 87 buah dengan jumlah anggota keluarga lansia.
jumlah tenaga kerja 174 orang. Secara umum kebutuhan ruang yang
terdapat pada masing-masing rumah secara
umum adalah :
KONDISI FISIK RTT LANSIA DI RW Ruang tamu
03 KELURAHAN TEGALSARI Ruang keluarga
1. Kebutuhan Fasilitas Kamar tidur (untuk lansia, dan anak-
Seperti yang telah dijelaskan anaknya. Ada pula rumah yang memiliki
sebelumnya, di Kelurahan Tegalsari terdapat satu kamar untuk masing-masing anak yang
beberapa fasilitas yang menunjang sudah berkeluarga → satu kamar dipakai
permukimannya. Di antara fasilitas tersebut oleh anak dan keluarganya)
ada beberapa di antaranya yang memiliki Kamar mandi (tergantung kebutuhan → jika
peranan penting bagi lansia, terutamnya anggota keluarga cukup banyak bisa
fasilitas kesehatan, seperti puskesmas dan memiliki dua buah kamar mandi)
posyandu lansia. Dapur (dapur dibuat dengan luasan yang
secukupnya, untuk memasak dan
Namun pada Kelurahan Tegalsari menampung peralatan-peralatan masak)
ini para lansia cenderung tidak mengalami Tempat cuci
tambahan kebutuhan fasilitas di dalam
rumah mereka sendiri. Hal ini disebabkan 3. Aktivitas
karena tingkat ekonomi yang relatif rendah, Pada kelurahan Tegalsari RT 02 dan RT 04
sehingga untuk beberapa kebutuhannya para (RW 03) dilakukan pendataan pada
lansia hanya bisa memanfaatkan fasilitas penduduknya khususnya penduduk lanjut
yang terdapat di luar rumah, yaitu pada usia. Para lanjut usia di kelurahan ini
lingkungan permukimannya, seperti yang melakukan kegiatan-kegiatan, antara lain :
dilakukan pada Posyandu Lansia. Kegiatan paguyuban “Nusa Indah”
(Posyandu Lansia “Nusa Indah”)
2. Perubahan Fasilitas Kegiatan Pengajian
Perubahan fasilitas yang terjadi pada Kegiatan Arisan
rumah tempat tinggal lansia di Kelurahan Kegiatan sehari-hari
Tegalsari ini terjadi dalam berbagai bentuk. Kegiatan berkumpul dengan keluarga
Ada perubahan yang dilakukan pada Kegaiatan bersantai di depan rumah
ruangan-ruangannya, dan ada pula Kegiatan perdagangan
perubahan pada material yang digunakan. Posyandu Lansia “Nusa Indah”
Di Kelurahan Tegalsari terdapat posyandu
Dari data yang dimiliki, diketahui khusus yang menangani lansia, yaitu
bahwa ada beberapa rumah yang melakukan Posyandu Lansia Nusa Indah. Di Posyandu
perubahan bahan atau material penutup ini lansia dilatih untuk bisa beraktivitas

45
HUBUNGAN KONDISI FISIK RTT LANSIA TERHADAP KONDISI SOSIAL LANSIA
di RW 03 RT 05 Kelurahan Tegalsari, Kecamatan Candisari, Semarang

kembali dan juga berdisiplin. Beberapa Lansia (pasangan suami istri atau sendiri)
aktivitas yang dilakukan misalnya berjualan, Anak lansia (biasnya satu hingga tiga orang
membuat keset, membuat makanan ringan, anak)
dll. Keluarga anak lansia (suami/istri anak
Lansia dididik untuk bisa hidup berdisiplin beserta cucu)
kembali (misalnya untuk mandi sendiri,
berpakaian, dll). Ada kalanya para lansia
diberi pekerjaan rumah (PR), seperti ANALISA FISIK RTT LANSIA DI RW
menghafalkan lagu atau nyanyian dan nama- 03 KELURAHAN TEGALSARI
nama bunga (karena sebagian besar 1. Kebutuhan Fasilitas
cenderung sudah lupa). Permasalahan pada Posyandu Lansia
Posyandu Lansia melakukan pertemuan adalah mengenai pengadaan ruang. Ruang
sekali tiap bulannya, dan dalam kegiatan itu yang terbatas membuat kinerja posyandu
tidak selalunya memungut biaya, karena terhambat. Selain itu, desain posyandu lansia
kondisi ekonomi lansia yang cukup terbatas. yang cenderung terbuka membuat tempat ini
kurang protektif bagi lansia, terutama
Kegiatan Posyandu Lansia “Nusa Indah” apabila terjadi hujan. Ada kalanya kegiatan-
antara lain : kegiatan lansia di posyandu ini dialihkan ke
Posyandu Lansia : rumah pengurusnya (yang lebih besar dan
Kegiatan senam lansia nyaman). Selain itu yang menjadi masalah
Kegiatan mengasah daya ingat yang lain adalah lokasi posyandu lansia
Kegiatan pembuatan kerajinan yang sulit dicapai. Hal ini disebabkan oleh
Kegiatan pembuatan kreasi makanan tempat tinggal para lansia yang keadaan
Kegiatan bersama (arisan, pengajian, piknik, sarana berupa jalan memiliki kemiringan
olahraga bersama) yang curam.
Kegiatan silaturahmi antar lansia
2. Perubahan Fasilitas
Bina Keluarga Lansia (BKL) Dari data yang didapatkan, sebagian besar
Bina Keluarga Lansia merupakan suatu lansia yang melakukan perubahan fasilitas di
wadah atau organisasi berupa pembinaan rumahnya ternyata melakukan perubahan
yang diberikan kepada keluarga-keluarga pada luasan ruang. Hal ini disebabkan
lansia. Dalam organisasi ini, keluarga- karena beberapa faktor, yaitu adanya
keluarga lansia diberi pembinaan mengenai pertambahan kebutuhan ruang serta
bagaimana cara merawat dan menangani pertambahan jumlah anggota keluarga
lansia. BKL mengadakan pertemuan sekali (family size). Perubahan dari segi material
tiap bulan, tepatnya tiap tanggal 15. tidak banyak dan hanya dilakukan pada
beberapa rumah lansia saja.
Lansia pada Kelurahan Tegalsari bertempat
tinggal di: 3. Luasan Rumah
Rumah permanen milik sendiri yang di Dari segi kapasitas, jumlah
dalam hunian tersebut terdapat pula anggota penghuni yang menempati rumah lansia
keluarga, keluarga anaknya dan anaknya bervariasi. Ada yang kapasitasnya sesuai
sendiri. dengan ukuran rumah dan ada pula yang
Rumah keluarga (anaknya) ataupun anggota tidak sesuai. Beberapa lansia yang hidup
keluarga lainnya bersama anak-anaknya, harus menambah
Rumah tanpa adanya anggota keluarga ruang-ruang baru setelah anak-anaknya
lainnya. berkeluarga. Terdapat rumah yang memiliki
ukuran yang sesuai dengan kapasitas
Dari hasil survey, didapatkan data mengenai penghuni rumah tersebut tetapi tidak jarang
penghuni yang menempati rumah lansia, pula ditemui rumah yang memiliki jumlah
yang secara umum adalah sebagai berikut:

46
ENCLOSURE Volume 7 No. 1 Maret 2008
Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan Permukiman

penghuni yang tidak sesuai dengan luasan Hubungan Aspek Fisik Rumah Tempat
rumah tersebut. Tinggal terhadap Aspek Sosial Lansia
Pada rumah yang memiliki Kelurahan Tegalsari RW 03 Kecamatan
penghuni yang tidak sesuai dengan ukuran Candisari
atau dimensi ruang tiap rumah tidak
mempermasalahkan hal tersebut. Dari data fisik rumah tempat tinggal
Hal ini tentunya membuat rumah semakin lansia serta data kondisi kehidupan lansia
sempit dan ruang yang dibutuhkan oleh ditarik beberapa kesimpulan atau hipotesa
lansia menjadi tidak maksimal. mengenai hubungan yang terjadi antara
keduanya. Hipotesa dilakukan berdasarkan
Selain itu, adanya penambahan- anggapan masyarakat secara umum terhadap
penambahan ruangan membuat sirkulasi hubungan antara aspek fisik RTT lansia
udara di dalam rumah terganggu, karena dengan kondisi kehidupannya.
sebagian bukaan yang ada terpaksa ditutup
dan diganti menjadi tembok. Hal ini pada Hipotesis :
akhirnya bisa memberi pengaruh pada
kesehatan lansia. - Semakin bertambah kebutuhan
fasilitas lansia menunjukkan
Luasan rumah dan kapasitas bagi bertambahnya umur lansia.
lansia tidaklah menjadi masalah. Ketika - Semakin bertambah kebutuhan
berkumpul bersama keluarga, dapat dilihat fasilitas lansia menunjukkan adanya
jika lansia tersebut merasa nyaman dan penurunan kesehatan lansia.
senang. Ketika seseorang telah masuk usia - Semakin lengkap kebutuhan lansia
lanjut maka kebutuhan akan luasan ruang tercukupi oleh lingkungannya maka
menjadi lebih kecil. Hal ini dikarenakan semakin lama ia akan tinggal dalam
semakin menurunnya kekuatan tubuh dan lingkungan tersebut.
kemampuan tubuh untuk melakukan - Semakin bertambah kebutuhan
aktivitas. fasilitas lansia menunjukkan
semakin tinggi tingkat ekonomi
Meskipun kapasitas jumlah sehingga semakin baik pula
penghuni rumah cukup banyak, namun pekerjaanya.
lansia tidak merasa bahwa hal tersebut - Semakin lengkap kebutuhan fasilitas
merupakan sebuah masalah, sebab mereka yang dapat terpenuhi maka akan
sangat senang apabila bisa terus berkumpul berpengaruh pada alasan lansia
dengan keluarga atau anak cucu. Meskipun tinggal dalam lingkungan tersebut.
kondisi fisik rumah lansia tidak ada yang - Semakin banyak kebutuhan akan
memenuhi persyaratan atau standard yang fasilitas menunjukkan bahwa
berlaku, namun lansia sudah merasa cukup kegiatan lansia semakin banyak.
nyaman untuk tinggal di rumah yang mereka - Semakin sedikit kebutuhan fasilitas
tempati. Selain karena faktor ingin terus lansia yang dapat terpenuhi maka
berkumpul dengan keluarga, para lansia juga akan semakin besar rencana lansia
tidak memiliki pengetahuan akan standard- untuk tinggal di panti jompo, sebab
standard kebutuhan ruang yang diperlukan lansia akan memperoleh fasilitas
oleh mereka. Lansia juga cenderung tidak yang lebih baik.
terlalu peduli karena mereka hanya - Semakin banyak perubahan yang
mengandalkan kenyaman yang sudah dilakukan pada rumah tempat
didapatkan. tinggal lansia menunjukkan bahwa
usia lansia semakin lanjut.

47
HUBUNGAN KONDISI FISIK RTT LANSIA TERHADAP KONDISI SOSIAL LANSIA
di RW 03 RT 05 Kelurahan Tegalsari, Kecamatan Candisari, Semarang

- Semakin banyak perubahan (berupa - Semakin luas rumah lansia maka


perubahan positif) yang dilakukan usia lansia akan semakin lama
pada rumah tempat tinggal lansia karena berpengaruh pada kesehatan.
menunjukkan bahwa kesehatan - Semakin bertambah luasan rumah
lansia semakin membaik, sebaliknya lansia maka menunjukkan bahwa
semakin banyak perubahan yang rumah tempat tinggal lansia adalah
sifatnya negatif maka kondisi milik sendiri.
kesehatan lansia akan semakin - Semakin bertambah luasan rumah
menurun. lansia maka kesehatan lansia lebih
- Semakin banyak perubahan yang terjamin.
dilakukan pada rumah tempat - Semakin bertambah luasan rumah
tinggal lansia maka akan lansia maka akan semakin lama
berpengaruh terhadap lama tinggal lansia tinggal dalam rumah tersebut
lansia pada rumah yang mereka karena merasa nyaman.
tempati. - Semakin bertambah luasan rumah
- Semakin banyak perubahan yang lansia menunjukkan semakin tinggi
dilakukan pada rumah tempat tingkat ekonomi sehingga semakin
tinggal lansia menunjukkan bahwa baik pula pekerjaan lansia tersebut.
tingkat perekonomian mereka - Semakin bertambah luasan rumah
semakin baik. Tingkat lansia maka semakin kuat alasan
perekonomian lansia tergantung tinggal lansia pada rumahnya karena
pada jenis pekerjaan yang mereka faktor kenyamanan.
lakukan. Jika pekerjaan lansia - Semakin bertambah luasan rumah
semakin baik, maka tingkat lansia maka semakin kecil rencana
perekonomiannya cenderung lebih lansia untuk tinggal di panti jompo.
tinggi. - Semakin bertambah luasan rumah
- Semakin banyak perubahan yang lansia maka semakin banyak jumlah
dilakukan pada rumah tempat anggota keluarga yang tinggal
tinggal lansia maka menunjukkan bersama lansia tersebut.
bahwa rumah tempat tinggal lansia
tersebut adalah milik sendiri.
- Semakin banyak perubahan positif KESIMPULAN
yang dilakukan pada rumah tempat Dari seluruh Kelurahan di
tinggal lansia maka akan Kecamatan Genuksari, Kalurahan Tegalsari
berpengaruh pada alasan tinggal adalah kelurahan dengan jumlah lansia
lansia di rumah mereka. terbanyak daripada kelurahan-kelurahan
- Semakin banyak perubahan yang lannya, Dan RW 03 pada Kelurahan
dilakukan pada rumah tempat Tegalsari memiliki kelompik lansia yang
tinggal lansia maka semakin kecil terkoordinir maka RW inilah yang dijadikan
rencana lansia untuk tinggal di panti sampel untuk memudahkan pendataan. Dan
jompo, sebab adanya perubahan kesimpulan yang dapat diambil adalah :
tersebut menunjukkan bahwa Rencana tinggal di Panti Jompo menjadi
mereka masih ingin tinggal pada gagasan yang tidak popular. Hal tersebut
rumah yang telah ditempati. dikarenakan keterbatasan pengetahuan yang
- Semakin banyak perubahan yang dimiliki. Stigma yang berkembang di
dilakukan pada rumah tempat masyarakat juga mendukung tidak
tinggal lansia menunjukkan bahwa populernya Panti Jompo karena
jumlah anggota keluarga yang memasukkan lansia ke Panti Jompo adalah
menempati rumah semakin banyak. sesuatu hal yang tabu.

48
ENCLOSURE Volume 7 No. 1 Maret 2008
Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan Permukiman

Secara keseluruhan setelah di DAFTAR PUSTAKA


analisa kebutuhan fasilitas dengan beberapa
aspek sosial tidak memiliki hubungan. Yang Crapo, Richley H, 2002, Cultural
memiliki hubungan hanya kebutuhan Anthropology (Understanding
fasilitas terhadap lama tinggal dan Ourselves & Others) Fifth Edition,
kebutuhan fasilitas terhadap jumlah McGraw-Hill, New York.
keluarga, karena untuk alasan itulah Papalia, Diane E. dkk, 2003, Human
perubahan fasilitas dilakukan, bukan murni Development Ninth Edition, McGraw-
utnuk mengatasi keterbatasan mereka Hill, New York.
sendiri. http://www.bloganweb.com
http://www.damandiri.or.id/file/ratnasuharti
Sebagian besar lansia walaupun niunair bab2.pdf
tidak terdapat perubahan fisik yang terjadi http://www.damandiri.or.id/file/ratnasuharti
pada rumah tinggal mereka, mereka akan niunair bab6.pdf
tetap memilih tinggal di sana karena alasan http://fuadbahsin.wordpress.com
kenyamanan dan tidak adanya alternatif http://www.geocities.com/
tempat tinggal yang lain. http://www.nussp.com
Luasan rumah berpengaruh pada lama http://www.stopdesign.com
tinggal, pekerjaan dan jumlah keluarga,
tetapi tidak mempengaruhi alasan tinggal
karena alasan tinggal lebih bersifat
psikologis.

SARAN
- Perlu diadakannya penyuluhan
untuk mengetahui informasi tentang
Panti Jompo dan untuk menghapus
stigma buruk tentang Panti Jompo.
- Mengadakan penyuluhan tentang
pentingnya aspek fisik dalam
kehidupan lansia karena untuk
menunjang kehidupan mereka dalam
kegiatan sehari-hari
- Perlu penambahan fasilitas
perawatan terhadap lansia untuk
menunjang kesehatan mereka.Perlu
adanya pembangunan permukiman
lansia yang lebih layak agar dapat
menunjang kehidupan lansia.

49

Anda mungkin juga menyukai