Anda di halaman 1dari 1

Salam Surgawi, hai Penduduk Duniawi

Aku terlahir dari keluarga yang cukup religius islami, bahkan semasa dalam kandungan pun aku
selalu diperdengarkan bacaan Al-Qur’an, pun untaian hikmah para Ulama dan Habaib, mereka benar-
benar pewaris Nabi Muhammad tercinta, dalam akhlak, keilmuan dan keteladanan. Aku mencintai
mereka, berkatnya, aku jadi mencintai orangtua dan saudara karena Allah dan Rasulullah yang mereka
perkenalkan, melalui Al-Kitab dan As-Sunnah, bahkan namaku pun di ambil dari situ.

Sejak kecil, aku selalu di ajak bertemu-silaturahim dengan para Habaib dan Ulama, mereka
sangat baik, peduli pada agama, bangsa dan negara. Mereka suka bersedekah dengan hikmah dan ilmu,
serta doa-doa yang dipanjatkan dalam munajatnya kepada Allah. Perlahan aku meniru mereka dalam
kebaikannya, termasuk dalam berbahasa Arab dan berbudaya, hingga aku tahu cerita para Ulama
terdahulu, kisah para Nabi, itu adalah prinsip dasar yang cukup baik untuk menjalani kehidupan.

Hingga berusia 10 tahun, bahasa Arab ini mempermudah aku untuk mempelajari kitab-kitab
dasar para Ulama, khususnya kitab Bidayatul Hidayah karya Imam Al-Ghazali. Aku terapkan pedoman
dan kandungannya dalam keseharian, ini sungguh praktis bagiku untuk memahami kewajiban harianku
sebagai hamba Allah, mudah-mudahan Allah mencintaiku dan senantiasa menjagaku. Sambil menghafal
satu persatu hadits & ayat Al-Qur’an, aku pun belajar berbekal untuk hidup di bumi sebagai khalifah,
sebagaimana para Nabi & shalihin, mereka bahkan bercocok-tanam, mengembala, dan berdagang.

10 tahun berlalu, aku sudah hafal Al-Qur’an seluruhnya serta banyak hadits dengan sanadnya.
Aku jadi ingin mengenal mereka lebih dalam, aku pelajari sejarah dan bermacam manaqib. Dari situ, aku
tertarik untuk mengenal dunia tarekat dengan di awali talqin dzikir & asmaul husna, sungguh setelah itu
aku merasa lebih dekat dengan Allah. Aku sempurnakan lagi bacaan Al-Qur’an dengan mempelajari
tajwid. Bahkan, dengan membaca sejarah, aku jadi lebih bersemangat untuk menuntut ilmu dan belajar.

Kata Guru pembimbingku, selain ilmu tauhid dan aqidah, aku perlu mempelajari berbagai ilmu
alat, seperti: ulumul hadits, ilmu tafsir, nahwu shorof, ilmu manthiq, ushul fiqh, hingga ilmu balaghah,
agar bisa memperdalam fiqih, serta memahami Al-Kitab dan As-Sunnah dengan baik. Aku hafalkan
kaidah dari matan dan manzhumat seluruhnya hingga usia 18 tahun, lalu aku diperintah oleh Guru
untuk sedekah ilmu itu dalam mengamalkannya, hingga banyak rahasia keilmuan yang terbuka bagiku.

Luar biasa kata mereka, aku berkumpul penuh waktu dengan keluargaku hanya 1 bulan dalam
setahun sejak dini, yaitu bulan Ramadhan. Itupun untuk menelaah kembali serta mengamalkan ilmu dan
pengetahuan yang aku dapat, sambil bercerita tentang pengalaman yang sebagian tertulis di buku.
Tulisanku cukup bagus, bahkan sastra Indonesia, Inggris dan Arab pun aku pelajari. Itu cukup
mempermudahku untuk mempelajari beberapa pengetahuan hukum-politik, sosial-budaya, TIK,
kewarganegaraan, ekonomi dan manajemen, serta bekal imu duniawi lainnya sebagai khalifah di bumi.

Jika melihat sejarah, semakin hari semakin rumit terasa. Sangat dibutuhkan ilmu psikologi dan
sains untuk memahami. Ilmu filsafat dan komunikasi juga perlu untuk memahamkan. Bermacam ilmu
tersebut cukup untuk aku mengamalkan dan menyebarluaskan ilmu agama. Mengajak mereka kembali
mengingat Tuhan Yang Maha Esa, Sang Cinta Kasih, Yang Maha Bijak. Aku suka meneliti segala hal,
menuliskan segala lintasan hati dan pikiran. Tulisan-tulisan, program dan berbagai karyaku ini hanya
untuk ridho Allah dan syafaat Rasul-Nya, itulah yang menjadikan abadi manfaatnya. Jika gelar di namaku
tak ada, cukup relasi dan prestasi berbicara. Sanak keluargaku bersahaja dan sejahtera, bersama para
santri serta tetangga yang makmur sentosa, baik duniawi, insyaallah pun ukhrawi.

Sungguh, akhlak & tahfidz Qur’an sejak dini mempermudah akses ilmu dan menjadikan
bijaksana. Dengan bekal ilmu duniawi, ku perbekalkan ilmu ukhrawi. Hal akhir hayat tak se-seram di
akhirat. Kini, aku bangga dan bahagia bersama kekasih sejati di surga. Bahkan termasuk dari 3 orang
yang berhak memberi syafaat, ku hadiahkan untuk keluarga dan para hamba Allah yang baik dan setia.
Kekekalan & kebahagiaan hanya bagi yang bersama Allah. Salam surgawi, hai Penduduk duniawi !

Anda mungkin juga menyukai