ENTOMOLOGI
MEDIS
Oleh:
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala nikmat kepada kami
sehingga penyusunan modul kuliah ini dapat diselesaikan sebagai mana mestinya. Modul kuliah
ini dimaksudkan sebagai bahan ajar yang akan mendukung kelancaran proses pembelajaran pada
Mata Kuliah Entomologi medis pada Jurusan Analis Kesehatan Akademi Analis Kesehatan
Harapan Bangsa Bengkulu.
Penyusun
TINJAUAN MATA KULIAH
Deskripsi Singkat
Mata kuliah Entomologi Medis termasuk dalam mata kuliah Keahlian bekerja dengan
bobot 2 sks (1T/1P). Dalam mata kuliah ini membahas Pengelompokan arthropoda sebagai
agen / penyebab penyakit, sebagai inang dan atau vektor dan suatu penyakit parasitik dan cara
pengendaliannya. Berkembangnya dan timbulnya penyakit – penyakit yang ditularkan
Artropoda terutama serangga banyak menimbulkan penyakit yang berdampak pada kematian
misalnya ; penyakit malaria, Cikungunya, demam Berdarah sehingga menuntut adanya perhatian
yang lebih khusus untuk mengenali, mencegah dan mengendalikan penyakit-penyakit tersebut.
Tujuan Pembelajaran dalam mata kuliah ini memberi bekal pemahaman kepada
mahasiswa untuk mengenal berbagai jenis parasit yang termasuk kedalam kelompok Artropoda,
dan mengidentifikasi masalah yang ada di dalam masyarakat yang ada dalam hubungannya
dengan penyakit parasitik serta cara pengendaliannya, sehingga setelah menyelesaikan mata
kuliah ini mampu: 1. menjelaskan tentang pengertian dasar Entomologi, 2. Memahami konsep-
konsep dalam entomologi Medis 3. Memahami morfologi, gejala klinis, daur hidup, diagnosis,
cara pencegahan dan pengobatan penyakit yang disebabkan Filum Artropoda yang bersifat
pathogen pada manusia. 4. Mampu mengaplikasikan, mengakomodasi,dan membantu
menangani masalah yang ada di lingkungannya yang berhubungan dengan masalah jasad parasit.
ii
DAFTAR ISI
Daftar Pustaka
iii
I. PENGANTAR ENTOMOLOGI
1. Morfologi serangga adalah ilmu yang mempelajari bentuk dan struktur tubuh
serangga, biasanya lebih ditekankan kepada bentuk dan struktur luar tubuh
serangga.
2. Anatomi dan Fisiologi Serangga adalah ilmu yang mempelajari bentuk dan
struktur organ dalam serangga beserta fungsinya.
3. Perilaku (behavior) Serangga adalah ilmu yang mempelajari apyang dilakukan
serangga, bagaimana dan kenapaseranggamelakukannya.
4. Ekologi Serangga adalah ilmu yang mempelajari hubungan serangga dengan
lingkungannya baik lingkungan biotic (organisme lain) maupun lingkungan
abiotik, (factor fisik dan kimia).
5. Patologi Serangga adalah ilmu yang mempelajari serangga sakit baik tingkat
individu (patobiologi) maupun pada tingkat populasi (epizootiologi).
6. Taksonomi Serangga adalah ilmu yang mempelajari tatanama dan
penggolongan serangga.
Arthropoda merupakan hewan-hewan yang memiliki ciri khusus berupa kaki beruas-
ruas. Kaki arthropoda memiliki persendian yang memungkinkan mereka dapat
bergerak dan menggenggam makanan dengan baik. Selain itu, mereka juga memiliki
eksoskeleton (rangka luar) keras yang terbuat dari zat kitin, eksoskeleton ini
melindunginya dari gangguan lingkungan dan hewan lain. Kupu-kupu, semut, lebah,
dan udang adalah arthropoda yang umum di sekitar kita.
Filum arthropoda memiliki anggota paling berlimpah di muka bumi. Jumlah jenis
arthropoda lebih banyak dibandingkan jumlah total seluruh jenis dari filum hewan
yang lain. Mereka hidup di darat, air tawar, juga lautan di semua wilayah di bumi.
Kesukesan jumlah mereka disebabkan adanya persendian dan eksoskeleton yang
sangat berguna dalam kehidupan, selain karena daya reproduksinya yang juga tinggi.
Struktur tubuh
Arthropoda memiliki otak sederhana pada kepalanya yang berlanjut dengan ganglion
saraf pada bagian ventral tubuhnya, namun pusat saraf arthropoda terletak pada
ganglion sarafnya. Apabila kepala arthropoda di ambil (dipotong), mereka masih
dapat hidup seperti biasa hanya saja mereka tidak bisa makan dan minum. Seperti
kecoa yang dipotong kepalanya, mereka masih dapat hidup namun akhirnya akan mati
setelah sekitar 10 hari karena kehausan.
Artropoda berasal dari kata '' Artron'' yang artinya beruas-ruas/berbuku-buku dan
''phoda'' artinya kaki. jadi Artropoda adalah jenis serangga yang mempunyai kaki
beruas-ruas atau berbuku-buku. ada pun ciri khas dari fylum artropoda adalah sebagai
berikut:
TAXONOMI SERANGGA
Phylum
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
Kategori taxon yang terkecil dalam skema ini adalah spesies atau jenis: yaitu
sekumpulan individu atau populasi alam yang mempunyai sifat-sifat sbb:
Morfologi serangga adalah ilmu yang mempelajari tantang bentuk luar dan susunan
serangga, secara umum tubuh serangga terbagi atas:
1. Kepala (head)
Bagian kepala merupakan organ yang sangat penting untuk pengenalan serangga
atau untuk identifikasi dalam menentukan spesies serangga, adapun organ-organ yang
terdapat di bagian kepala yaitu: mata, antena, dan mulut.
2. Dada (thorax)
Dada (thorax) serangga di bagi dalam tiga bagian, yaitu: prothorax, mesothorax,
dan meta thorax. organ-organ yang terdapat pada bagian thorax sebagai alat bantu
untuk mengidentifikasi serangga adalah kaki dan sayap.
3. Perut (abdomen)
Perut (abdomen) serangga terdiri dari ruas atau segmen-segmen, alat yang
menghubungkan antara segmen dengan segmen yang lainnya di sebut intersegmental
yang berfungsi sebagai alat pelentur tubuh dalam bergerak dan segmen atau ruas-ruas
tersebut merupakan organ yang sangat penting dalam mengidentifikasi serangga.
Peranan serangga bagi kehidupan manusia dapat dibagi menjadi dua kelompok
yaitu:
Tidak semua jenis serangga merugikan manusia, ada beberapa jenis serangga
mempunyai artipenting bagi kehidupan manusia misalnya. Lebah penghasil madu.
Selain menghasilkan Madu, juga berperan membantu proses penyerbukan pada
tanaman. Peranan Serangga dalam kesehatan. Yaitu serangga (artropoda) itu sendiri
yang menyebabkan sakit pada organ manusia atau hewan. mis. Entomofobia,
dermatosis kehilangan darah, racun serangga, alergi, miasis dan kerusakan alat indra.
Peranan serangga dlm kesehatan, Selain serangga dapat menimbulkan penyakit pada
manusia secara langsung, namun serangga juga berperan sebagai vektor
penyakit.misal : Nyamuk Aedes sebagai vektotr penyakit Demam Berdarah Dengue.
Nyamuk Culex sebagai vektor penyakit Filariasis.
Keuntungan serangga Banyak serangga yang bermanfaat bagi kehidupan
manusia, diantaranya yaitu sebagai organisme pembusuk dan pengurai termasuk
limbah, sebagai objek estetika dan wisata, bermanfaan pada proses penyerbukan
maupun sebagai musuh alami hama tanaman, pakan hewan (burung) yang bernilai
ekonomi tinggi, penghasil madu (dari genus Apis) dll. Disamping peran secara
langsung serangga juga memiliki peran yang tidak langsung yaitu menjaga
keseimbangan ekologi di alam, karena serangga adalah salah satu dari rantai
makanan, dimana beberapa jenis burung menjadikan serangga sebagai makanannya,
namun jika jumlah yang tidak terkendali karena keseimbangan alam yang terganggu
karena akibat berkurangnya pemangsa serangga, maka jumlah serangga akan tidak
terkendali, karena salah satu sifatnya perkembang biakannya yang cepat, sehingga hal
ini juga akan merugikan, baik bagi pertanian, perkebunan, kepada manusia secara
langsung.
a. Serangga yang dapat menghasilkan sesuatu yang akan memberi nilai tambah di
dalam kehidupan manusia. Sebagai contoh: Apis spp. (penghasil madu), Bombyx
mori (penghasil sutera), Laccifer lucca (penghasil politur).
b. Serangga yang dapat meningkatkan produksi hasil panen (polinator) contoh lebah
(Apis mellifera), kupu-kupu (Papilio menon) c.Serangga sebagai musuh alami seperti
predator, contoh
Mantis regilosa(walang sembah), Op hi u s sp. (predator hama buah), parasitoid
(beberapa familiHymenoptera) .
Serangga menpunyai peranan yang sangat penting dalam ilmu kesehatan, karena:
Menularkan Penyakit
Serangga dapat menularkan penyakit dengan dua cara. yaitu:
1. Penularan secara mekanik
Penularan ini serangga hanya bertindak sebagai alat pemindah
penyakit/mikroorganisme yang pasif. dan adanya serangga ini tidak mempuntai arti
penting dalam kelanjutan hidupnya mikroorganisme/parasit yang di tularkan. jadi
mennularan ini melalui anggota badannya, seperti kaki, mulut, antena ,dan bulu-bulu
pada badan serangga.
Contoh: Penyakit yang di sebabkan oleh golongan amoeba dan vektor penularnya
adalah lalat rumah (musca domestica).
2. Penularan secara biologis.
Penularan ini serangga bertindak sebagai tuan rumah/hospes, dan adanya serangga
sangat di perlukan untuk kelanjutan hidupnya mikroorganisme/parasit yang di
tularkan, dalam penularan ini dapat di bedakan menjadi:
Cara propagatif
Penularan ini di dahului oleh berkembang biaknya mikroorganisme di dalam serangga
atau dapat di katakan di dalam serangga mikroorganisme berkembang biak sebelum di
tularkan dan tidak mengalami perubahan bentuk.
Contoh: # Penyakit pes dan serangga sebagai vektornya adalah golongan pinjal tikus
(Xenopsylla sp)
# Penyakit demam berdarah atau DHF (dengue Haemoragic Fever) dan
vektor penularnya adalah golongan nyamuk Aedes (Ae. aegypti, Ae, albopictus)
Cara cyclo propagatif
Penularan ini didahului oleh berkembangbiaknya mikroorganisme dan perubahan
bentuk di dalam serangga. dalam arti kata lain yaitu ikroorganisme i dalam serangga
selain berkembang biak juga mengalami perubahan bentuk.
Contoh: # Penyakiit malaria dan vektor penularnya adalah golongan nyamuk
Anopheles.
# Penyakit kala azar dan vektor penularnya yaitu golongan lalat pengisap
darah.
Cara cyclo depelopmental
Penularan ini di dahului oleh pertumbuhan mikroorganisme di dalam tubuh serangga.
jadi mikroorganisme di dalam tubuh serangga hanya mengalami pertumbuhan saja/
bertambah besar (berganti stadium).
Contoh: # Penyakit Filariasis vektor penularnya adalah golongan nyamuk
mansoni
dan culex.
Cara keturunan
Penularan ini melalui keturunannya jadi serangga yang pertama kali
mengandung mikroorganisme/parasit tidak dapat menularkan yang dapat menularkan
adalah keturunannya.
Contoh: Penyakit scub typus dengan vektor penularnya adalah tungau/mintes.
III. Nyamuk sebagai Vektor penyakit
1. Pengertian Nyamuk
Nyamuk adalah serangga tergolong dalam order Diptera; genera termasuk
Anopheles, Culex, Psorophora, Ochlerotatus, Aedes, Sabethes, Wyeomyia, Culiseta,
dan Haemagoggus untuk jumlah keseluruhan sekitar 35 genera yang merangkum
2700 spesies. Nyamuk mempunyai dua sayap bersisik, tubuh yang langsing, dan enam
kaki panjang; antarspesies berbeda-beda tetapi jarang sekali melebihi 15 mm. Berat
nyamuk hanya 2 hingga 2,5 mg. Nyamuk mampu terbang antara 1,5 hingga 2,5
km/jam.
Dalam bahasa Inggris, nyamuk dikenal sebagai "Mosquito", berasal dari
sebuah kata dalam bahasa Spanyol atau bahasa Portugis yang berarti lalat kecil.
Penggunaan kata Mosquito bermula sejak tahun 1583. Di Britania Raya nyamuk
dikenal sebagai gnats. Pada nyamuk betina, bagian mulutnya membentuk probosis
panjang untuk menembus kulit mamalia (atau dalam sebagian kasus burung atau juga
reptilia dan amfibi untuk menghisap darah). Nyamuk betina memerlukan protein
untuk pembentukan telur dan oleh karena diet nyamuk terdiri dari madu dan jus buah,
yang tidak mengandung protein, kebanyakan nyamuk betina perlu menghisap darah
untuk mendapatkan protein yang diperlukan. Nyamuk jantan berbeda dengan nyamuk
betina, dengan bagian mulut yang tidak sesuai untuk menghisap darah. Agak rumit
nyamuk betina dari satu genus, Toxorhynchites, tidak pernah menghisap darah. Larva
nyamuk besar ini merupakan pemangsa jentik-jentik nyamuk yang lain.
Sebagian nyamuk mampu menyebarkan penyakit protozoa seperti malaria,
penyakit filaria seperti kaki gajah, dan penyakit bawaan virus seperti demam kuning,
demam berdarah dengue, encephalitis, dan virus Nil Barat. Virus Nil Barat disebarkan
secara tidak sengaja ke Amerika Serikat pada tahun 1999 dan pada tahun 2003 telah
merebak ke seluruh negara bagian di Amerika Serikat.
Kebiasaan terbang dari nyamuk tergantung lagi pada spesiesnya. Kebanyakan
spesies nyamuk domestik terbang tetap cukup dekat dengan titik asal mereka
sementara beberapa spesies dikenal karena kebiasaan migrasi mereka . Rentang
terbang untuk betina biasanya lebih lama daripada jantan. Sering kali angin
merupakan faktor dalam penyebaran atau migrasi nyamuk. Kebanyakan nyamuk
tinggal dalam jarak 1 atau 2 mil dari sumber mereka. Namun, beberapa diantaranya
telah tercatat terbang sejauh 75 mil dari sumber perkembangbiakan..
Nyamuk selalu dapat menemukan sasarannya dengan tepat karena mereka
melihat dengan gerakan, panas tubuh, dan bau tubuh. Sewaktu nyamuk hinggap di
tubuh dia menempelkan mulutnya yang mirip sedotan disebut juga probosis. Lalu
terdapat pisau yang merobek kulit kamu maju mundur, hingga menemukan urat darah,
setelah itu baru darah yang ada di hisap.
Dalam prosesnya nyamuk juga mengeluarkan air liur yang mengandung
antikoagulan untuk mencegah darah yang dia hisap membeku. Proses ini berlangsung
cepat dan seolah-olah proses yang terjadi adalah nyamuk menusuk tubuh padahal
tidak begitu, nyamuk membedah kita seperti layaknya dokter bedah yang cepat dan
akurat. Setalah nyamuk kenyang dia akan mencabut probiosis dan terbang. Air liur
yang tertinggal di kulit kita akan merangsang tubuh layaknya ada benda asing yang
mengganggu, terjadilah proses yang dikenal dengan alergi, dan yang terjadi adalah
(2)
bentol-bentol dan gatal.
2.Biologi Nyamuk
Menurut Soeroto Atmosoedjono, analisis bakteriologi lulusan Eijkman
Institute, yang telah bergelut meneliti nyamuk lebih dari 60 tahun. Nyamuk mengisap
darah orang atau binatang untuk kelangsungan hidupnya. Selain untuk makan, bagi
yang betina juga untuk dapat memproduksi telur. Oleh karena itu nyamuk betina
mencari makan dengan cara menggigit, sementara nyamuk pejantan bisa mendapatkan
zat-zat makanan dari alam, semisal dari sari-sari bunga.
Menurut peneliti yang pernah mendapat beberapa penghargaan dari dalam dan
luar negeri ini, 2-3 hari setelah menggigit, nyamuk akan bertelur. Lalu beberapa hari
kemudian telur-telur itu akan menetas di air menjadi jentik-jentik halus. Dari jentik
lalu berkembang menjadi kepompong, sampai akhirnya menjadi nyamuk melalui
proses metamorfosis.
Sedangkan makanan nyamuk jantan adalah sari bunga, buah, atau cairan lain
yang mengandung gula dan nutrisi. Jika sedang menikmati semangkuk kolak dan
menemukan seekor nyamuk yang mati terapung di dalam mangkuk kolak anda,
dipastikan bahwa nyamuk tersebut adalah jantan.
Dari fakta ini dapat diketahui bahwa selama ini yang berperan dalam
(4)
menularkan penyakit, seperti malaria dan DBD, adalah nyamuk betina.
Nyamuk Betina
- Pulpinya Kecil dan Lurus
- Antenanya Berbulu Jarang
Nyamuk Jantan
- Pulpinya Besar dan membengkok
- Antenanya Berbulu rapat dan banyak
A. Nyamuk Anopheles
Spesies Anopheles
Ada beberapa spesies Anopheles yang penting sebagai vektor malaria
di Indonesia antara lain :
a. Anopheles sundauicus
Spesies ini terdapat di Sumatra, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, dan Bali.
Jentiknya ditemukan pada air payau yang biasanya terdapat tumbuh–tumbuhan
enteromopha, chetomorpha dengan kadar garam adalah 1,2 sampai 1,8 %. Di Sumatra
jentik ditemukan pada air tawar seperti di Mandailing dengan ketinggian 210 meter
dari permukaan air laut dan Danau Toba pada ketinggian 1000 meter.
b. Anopheles aconitus
Di Indonesia nyamuk ini terdapat hampir di seluruh kepulauan, kecuali
Maluku dan Irian. Biasanya terdapat dijumpai di dataran rendah tetapi lebih banyak di
daerah kaki gunung pada ketinggian 400–1000 meter dengan persawahan bertingkat.
Nyamuk ini merupakan vector pada daerah–daerah tertentu di Indonesia, terutama di
Tapanuli, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Bali.
c. Anopheles barbirostris
Spesies ini terdapat di seluruh Indonesia, baik di dataran tinggi maupun di
dataran rendah. Jentik biasanya terdapat dalam air yang jernih, alirannya tidak begitu
cepat, ada tumbuh–tumbuhan air dan pada tempat yang agak teduh seperti pada
tempat yang agak teduh seperti pada sawah dan parit.
d. Anopheles kochi
Spesies ini terdapat diseluruh Indonesia, kecuali Irian. Jentik biasanya
ditemukan pada tempat perindukan terbuka seperti genangan air, bekas tapak kaki
kerbau, kubangan, dan sawah yang siap ditanami.
e. Anopheles maculatus
Penyebaran spesies ini di Indonesia sangat luas, kecuali di Maluku dan Irian.
Spesies ini terdapat didaerah pengunungan sampai ketinggian 1600 meter diatas
permukaan air laut. Jentik ditemukan pada air yang jernih dan banyak kena sinar
matahari.
f. Anopheles subpictus
Spesies ini terdapat di seluruh wilayah Indonesia. Nyamuk ini dapat dibedakan
menjadi dua spesies yaitu :
1) Anopheles subpictus subpictus
Jentik ditemukan di dataran rendah, kadang–kadang ditemukan dalam air payau
dengan kadar garam tinggi.
2) Anopheles subpictus malayensis
Spesies ini ditemukan pada dataran rendah sampai dataran tinggi. Jentik ditemukan
pada air tawar, pada kolam yang penuh dengan rumput pada selokan dan parit.
g. Anopheles balabacensis
Spesies ini terdapat di Purwakarta, Jawa Barat, Balikpapan, Kalimantan
Timur, Kalimantan Selatan. Jentik ditemukan pada genangan air bekas tapak
binatang, pada kubangan bekas roda dan pada parit yang aliran airnya terhenti.
Arthropoda Kelas :
Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Culicidae
Genus : Aedes
Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue
penyebab penyakit demam berdarah. Selain dengue, A. aegypti juga merupakan
pembawa virus demam kuning (yellow fever) dan chikungunya. Penyebaran jenis ini
sangat luas, meliputi hampir semua daerah tropis di seluruh dunia. Sebagai pembawa
virus dengue, A. aegypti merupakan pembawa utama (primary vector) dan bersama
Aedes albopictus menciptakan siklus persebaran dengue di desa dan kota. Mengingat
keganasan penyakit demam berdarah, masyarakat harus mampu mengenali dan
mengetahui cara-cara mengendalikan jenis ini untuk membantu mengurangi
persebaran penyakit demam berdarah.
Morfologi Aedes
Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki ukuran sedang dengan tubuh
berwarna hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan gari-garis
putih keperakan. Di bagian punggung (dorsal) tubuhnya tampak dua garis
melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan yang menjadi ciri dari spesies ini. Sisik-
sisik pada tubuh nyamuk pada umumnya mudah rontok atau terlepas sehingga
menyulitkan identifikasi pada nyamuk-nyamuk tua. Ukuran dan warna nyamuk jenis
ini kerap berbeda antar populasi, tergantung dari kondisi lingkungan dan nutrisi yang
diperoleh nyamuk selama perkembangan. Nyamuk jantan dan betina tidak memiliki
perbedaan dalam hal ukuran nyamuk jantan yang umumnya lebih kecil dari betina dan
terdapatnya rambut-rambut tebal pada antena nyamuk jantan. Kedua ciri ini dapat
diamati dengan mata telanjang.
Untuk genus Aedes ciri khasnya bentuk abdomen nyamuk betina yang lancip
ujungnya dan memiliki cerci yang lebih panjang dari cerci nyamuk lainnya. Nyamuk
dewasa mempunyai ciri pada tubuhnya yang berwarna hitam mempunyai bercak-
bercak putih keperakan atau putih kekuningan, dibagian dorsal dari thorak terdapat
bercak yang khas berupa 2 garis sejajar di bagian tengah dan 2 garis lengkung di
tepinya. Aedes albopictus tidak mempunyai garis melengkung pada thoraknya. Larva
Aedes mempunyai bentuk siphon yang tidak langsing dan hanya memiliki satu pasang
hair tuft serta pecten yang tumbuh tidak sempurna dan posisi larva Aedes pada air
biasanya membentuk sudut pada permukaan atas.
Nyamuk dewasa betina mengisap darah manusia pada siang hari yang
dilakukan baik di dalam rumah ataupun luar rumah. Pengisapan darah dilakukan dari
pagi sampai petang dengan dua puncak yaitu setelah matahari terbit (08.00-10.00) dan
sebelum matahari terbenam (15.00-17.00) (Srisasi G et al., 2000).
Semua tempat penyimpanan air bersih yang tenang dapat menjadi tempat
berkembang biak nyamuk Aedes misalnya gentong air murni, kaleng kosong berisi air
hujan, bak kamar mandi atau pada lipatan dan lekukan daun yang berisi air hujan, vas
bunga berisi air dan lain-lain. Nyamuk Aedes aegypti lebih banyak ditemukan
berkembang biak pada kontainer yang ada dalam rumah.
Telur Aedes aegypti tahan kekeringan dan dapat bertahan hingga 1 bulan
dalam keadaan kering. Jika terendam air, telur kering dapat menetas menjadi larva.
Sebaliknya, larva sangat membutuhkan air yang cukup untuk perkembangannya.
Kondisi larva saat berkembang dapat memengaruhi kondisi nyamuk dewasa yang
dihasilkan. Sebagai contoh, populasi larva yang melebihi ketersediaan makanan akan
menghasilkan nyamuk dewasa yang cenderung lebih rakus dalam mengisap darah.
Sebaliknya, lingkungan yang kaya akan nutrisi menghasilkan nyamuk-nyamuk.
Nyamuk Aedes aegypti lebih senang mencari mangsa di dalam rumah dan
sekitarnya pada tempat yang terlindung atau tertutup. Hal ini agak berbeda dengan
Aedes albopictus yang sering dijumpai diluar rumah dan menyukai genangan air
alami yang terdapat di luar rumah misalnya potongan bambu pagar, tempurung
kelapa, lubang pohon yang berisi air (Allan, 1998). Tempat peristirahatan nyamuk
Aedes aegypti berupa semak-semak atau tanaman rendah termasuk rerumputan yang
terdapat di halaman/kebun/pekarangan rumah, juga berupa benda-benda yang
tergantung di dalam rumah seperti pakaian, sarung, kopiah dan lain sebagainya
(Srisasi G et al., 2000).
Pencegahan DBD
Tidak ada vaksin yang tersedia secara komersial untuk penyakit demam
berdarah. Pencegahan utama demam berdarah terletak pada menghapuskan atau
mengurangi vektor nyamuk demam berdarah. Insiatif untuk menghapus kolam-kolam
air yang tidak berguna (misalnya di pot bunga) telah terbukti berguna untuk
mengontrol penyakit yang disebabkan nyamuk, menguras bak mandi setiap seminggu
sekali, dan membuang hal - hal yang dapat mengakibatkan sarang nyamuk demam
berdarah Aedes Aegypti.
Hal-hal yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan agar terhindar dari
penyakit demam berdarah, sebagai berikut:
4. Segera berikan obat penurun panas untuk demam apabila penderita mengalami
demam atau panas tinggi
C. Nyamuk Culex
Klasifikasi
Klasifikasi Culex adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia,
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Diptera
Family : Culicidae
Genus : Culex
Spesies : Culex sp
Siklus Hidup
1. Telur
Seekor nyamuk betina mampu meletakan 100-400 butir telur. Setiap spesies
nyamuk mempunyai kebiasaan yang berbeda-beda. Nyamuk Culex sp meletakan
telurnya diatas permukaan air secara bergelombolan dan bersatu membentuk rakit
sehingga mampu untuk mengapung. Nyamuk Culex sp betina lebih menyukai tempat
penampungan air yang tertutup longgar untuk meletakkan telurnya dibandingkan
dengan tempat penampunga air yang terbuka, karena tempat penampungan air yang
tertutup longgar tutupnya jarang dipasang dengan baik sehingga mengakibatkan ruang
didalamnya lebih gelap (Sumarmo,1988). Telur akan menetas dalam waktu 1-3
o o
hari pada suhu 30 C, sementara pada suhu 16 C telur akan menetas dalam waktu 7
hari. Telur dapat bertahan tanpa media air dengan syarat tempat tersebut lembab
o o
Telur dapat bertahan sampai berulan – bulan pada suhu -2 C sampai 42 C
2. Larva
Setelah kontak dengan air, telur akan menetas dalam waktu 2-3 hari.
Pertumbuhan dan perkembangan larva dipengaruhi oleh faktor temperature, tempat
perindukan dan ada tidaknya hewan predator. Pada kondisi optimum waktu yang
dibutuhkan mulai dari penetasan sampai dewasa kurang lebih 5 hari. Stadium larva
berlangsung selama 6-8 hari. Stadium larva terbagi menjadi 4 tingkatan
perkembangan atau instar. Instar I terjadi setelah 1-2 hari telur menetas, Instar II
terjadi setelah 2-3 hari telur menetas, instar III terjadi setelah 3-4 hari telur menetas
dan instar IV terjadi setelah 4-6 hari telur menetas.
3. Pupa
Pupa merupakan stadium terakhir dari nyamuk yang berada di dalam air, pada
stadium ini tidak memerlukan makanan dan terjadi pembentukan sayap hingga dapat
terbang, stadium kepompong memakan waktu lebih kurang satu sampai dua hari.
Pada fase ini nyamuk membutuhkan 2-5 hari untuk menjadi nyamuk, dan selama fase
ini pupa tidak akan makan apapun dan akan keluar dari larva menjadi nyamuk yang
dapat terbang dan keluar dari air. Lama waktu stadium pupa dapat diperpanjang
dengan menurunkan suhu pada tempat perkembangbiakan, tetapi pada suhu yang
o
sangat rendah dibawah 10 C pupa tidak mengalami perkembangan.(Upik
Kesumawati Hadi dan Susi Soviana ,2000).
4. Dewasa
Setelah muncul dari pupa nyamuk jantan dan betina akan kawin dan nyamuk
betina yang sudah dibuahi akan menghisap darah waktu 24-36 jam. Darah merupakan
sumber protein yang esensial untuk mematangkan telur.[8] Perkembangan telur
hingga dewasa memerlukan waktu sekitar 10 sampai 12 hari.
Stadium dewasa terjadi setelah 9 – 10 hari telur menetas. Meskipun umur
nyamuk Culex sp betina di alam pendek yaitu kira – kira2 minggu, tetapi waktu
tersebut cukup bagi nyamuk Culex sp. Betina untuk menyebarkan virus dengue dari
manusia yang terinfeksi ke manusia yang lain. (Soedarto, 1992)
Habitat
Nyamuk dewasa merupakan ukuran paling tepat untuk memprediksi potensi
penularan arbovirus.Larva dapat di temukan dalam air yang mengandung tinggi
pencemaran organik dan dekat dengan tempat tinggal manusia. Betina siap memasuki
rumah-rumah di malam hari dan menggigit manusia dalam preferensi untuk mamalia
lain.
I. Vector Trypanosomiasis
Tsetse adalah lalat berukuran cukup besar dan berasal dari Afrika yang hidup
dengan cara mengisap darah dari binatang bertulang belakang (vertebrata). Tsetse
meliputi seluruh lalat dari genus Glossina dari famili Glossinidae. Tsetse telah lama
diteliti oleh ilmuwan karena mereka merupakan parantara biologis dari trypanosomi
Afrika yang mengakibatkan penyakit yang mematikan termasuk sleeping sickness
pada manusia dan nagana pada ternak.
Tsetse berpenampakan mirip lalat rumah tapi bisa dibedakan dari karakter
anatomi mereka. Tsetse melipat sayap sepenuhnya pada saat tidak terbang sehingga
sayap yang satu tertumpuk di atas sayap lain menutupi perut mereka. Tsetse telah
hidup selama 34 miliar tahun! Fosilnya yang tertua ditemukan di Colorado. Jadi
Tsetse ini bisa disebut sebagai Rajanya bangsa lalat.
Lalat tsetse, jantan dan betina, bertindak sebagai penyebab pambawa parasit
ini, terutama Glossina palpalis. Lalat ini banyak terdapat di sepanjang tepi-tepi sungai
yang mengalir di bagian barat dan tengah Afrika. Lalat ini mempunyai jangkauan
terbang sampai mencapai 3 mil.
Selain manusia, binatang peliharaan seperti babi, kambing dan sapi serta
binatang liar dapat menjadi pengantar bagi parasit ini. Penyakit ini dapat ditularkan
dari hewan vertebrata ke manusia atau dari manusia ke manusia. Mobilitas penduduk
dunia saat ini sangatlah memungkinkan untuk penyebaran parasit ini ke berbagai
wilayah dunia.
Gejala Klinis
Suhu badan naik, demam bersalng-seling, anemi, muka pucat
Nafsu makan berkurang, sapi menjadi kurus dan berat badan menurun
Penderita tak mampu bekerja karena letih
Bulu rontok, kelihatan kotor, kering seperti sisik
Terjadi gerakan berputar-putar tanpa arah, bila parasit ini menyerang otak atau
syaraf (Girisonta, 1995).
Diagnosis
Penentuan diagnosis didasarkan pada ditemukannya parasit dalam pemeriksan
darah natif atau dengan pengecatan HE atau dengan trypan-blue (Subronto,
2006).
Pada stadium akut atau awal dari penyakit ini tripanosoma dapat ditemukan di
dalam aliran darah perifer. Usapan darah tebal lebih baik dipakai daripada usapan
darah tipis pada pemeriksaaan ini. Protozoa ini lebih banyak ditemukan di dalam
kelenjar limfa. Mereka juga dapat ditemukan di dalam usapan cairan yang
diperoleh dari tusukan kelenjar limfa yang segar atau yang telah diwarnai. Pada
stadium lebih lanjut dapat ditemui pada cairan serebrospinal.
Prognosa
Sebagian besar hewan yang terkena penyakit tripanosomiasis ini mengalami
kematian. Penyakit ini lebih menahun pada sapi dan banyak yang menjadi
sembuh. Pada kuda, bagal, dan keledai sangat rentan, serta domba, kambing, dan
onta juga sangat rentan, tanda-tandanya sangat mirip dengan kuda.
Penanganan
Tindakan-tindakan preventive terhadap tripanosomiasis meliputi tndakan-
tindakan yang ditujukan kepada hospes-hospes pengelolaan ternak, melenyapkan
hospes reservoir, menghindakan kontaminasi mekanis yang tidak disengaja,
pengelolaan penggunaan tanah, dan pengendalian biologic. Survey terus-
menerusdan pengobatan atau penyembelihan semua hewan yang terserang dan
pengobatan secara missal secara periodic semua hewan. Meenyapkan tempat
perindukan secara besar-besaran karena lalat berkembang biak di bawah semak-
semak sepanjang sungai atau di lokasi-lokasi lain yang bersemak. Pelepasan
jantan-jantan steril untuk mengendalikan dan penyemprotan
tanah dengan DDT (Levine., N.D. 1995). Untuk menyembuhkan infeksi T.
evansi pada kuda dan anjing WHO menganjurkan pemakaian kuinapiramin
(antrycide), diberikan secara subkutan sebagai sulfat yang dilarutkan dalam
konsentrasi 10% dalam air dingin; dosisnya 5 mg/kg berat badan.
Secara umum Trypanosomidae mempunyai 4 bentuk (morfologi) yang berbeda,
yaitu :
Pengertian Leismaniasis
Mempunyai antena satu pasang yang berbulu lebat dan masing-masing antena
terdapat 16 segmen.
Fase telur 6-12 hari, fase larva 25-35 hari, fase pupa 6-14 hari. Telur sampai
dewasa memerlukan waktu 5-9 minggu.
Genus Phlebotomus
Spesies yang termasuk genus ini tidak berkembang biak pada daerah perairan
(dalam air), tetapi perlu tempat yang gelap dan basah dengan kelembaban yang tinggi
dan terdapat organisme kecil disekitarnya sehingga dapat memakannya. Kondisi
tersebut biasanya terdapat pada lubang kecil, lubang pohon, dibawah kayu atau daun
yang rontog dan sebagainya. Telur diletakkan pada lokasi tersebut dan menetas
menjadi larva kecil putih yang memakan bahan organik disekitarnya selama sekitar 2-
10 minggu sebelum menjadi pupa dan pupa berkembang dalam waktu 10 hari.
Genus Phlebotomus merupakan vektor penyakit Leishmaniasis., penyabab
penyakit demam di daerah Amerika Selatan. Phlebotomus papatasi dan P. sergenti
penyebab demam “papatasi” dan “demam 3 hari”. Genus Phlebotomus merupakan
vektor penyakit yang disebabkan oleh penyakit : Kalazar, Oriental sore, Pappataci
fever, Verruga peruana, dan penyebarannya di daerah China, India, Amerika, daerah
tropis dan subtropis.
Agas betina dewasa adalah penghisap darah, biasanya mencari makanan pada
waktu malam pada mangsa yang sedang tidur. Apabila agas mengigit hewan yang
dijangkiti L. donovani, patogen ditelan bersama-sama darah mangsa. Pada masa ini
protozoan adalah terkecil dari dua bentuknya, digelar amastigote — bulat, non-motile,
dan hanya tiga hingga tujuh mikrometer ukur lilit. Apabila memasuki perut
agas, amastigotes dengan pantas berubah kepada bentuk kedua L. donovani,
dipanggil promastigote. Bentuk ini seperti jarum pengait, tiga kali ganda saiz
amastigote, dan memiliki flagelum tunggal yang membenarkan motoliti/pergerakan.
Promastigotes hidup luar sel dalam salur alimentari agas, membiak secara aseksual,
kemudian berhijrah berhampiran hujung usus di mana mereka bersedia untuk
penyebaran secara dimuntahkan. Ini merupakan cara mereka disebar kembali ke
dalam hos mamalia, ketika agas menyuntik air liurnya kedalam mangsa ketika ia
menggigit. Promastigotes turut dimasukkan di tempat gigitan
bersama air liur agas tersebut. Apabila berada dalam hos baru, promastigotes
menerobos makrofag. Sebaik sahaja berada di dalam, mereka kembali berubah bentuk
amastigote lebih kecil. Sebagai amastigote, L. donovani hanya boleh membiak luar
selular (“intracellularly”) — dan amastigotes membiak dalam bahagian paling bahaya
bagi sel makrofaj, dalam phagolysosome, yang tindak balas pertahanannya mereka
mampu halang. Selepas membiak sehingga satu tahap, L. donovani melisis sel hos
mereka melalui tekanan kasar jisim, tetapi kini terdapat jangkaan bahawa mereka
mampu meninggalkan sel dengan mencetus tindak balaseksositosis makrofaj. Sel
anak protozoan kemudian berhijrah melalui saluran darah bagi mencari hos makrofaj
yang baru. Dalam masa, L. donovani menjadi jangkitan systemik, merebak
keseluruhan organ tubuh hos, terutama limpa dan hati.
PENYAKIT PEDIKULOSIS
Infeksi kulit/rambut pada manusia yang disebabkan oleh Pediculosis (dari family
Pediculidae) dan yang menyerang manusia adalah Pediculus humanus yang bersifat
parasit obligat (di dasar rambut) yang artinya harus menghisap darah manusia untuk
mempertahankan hidup. Pedikulosis juga sangat mudah untuk menular dan dapat
menularkan tifus endemik dan gatal kambuhan., Ada dua jenis pedikulus yang sering
ditemukan yaitu Pedikulus humanus kapitis (kutu rambut di badan) dan Pedikulus
Humanus kapitis (kutu rambut kepala). Dari beberapa pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa Pedikulosis adalah gangguan pada tubuh yang disebabkan oleh
serbuan kutu yang berakibat rasa gatal berlebihan sehingga terjadi infeksi.
Kutu ini mempunyai 2 mata dan 3 pasang kaki, berwarna abu-abu dan menjadi
kemerahan jika telah menghisap darah. Betina mempunyai ukuran yang lebih besar
(panjang 1,2-3,2 mm lebar lebih kurang setengah panjangnya) daripada yang jantan
(sekaligus jumlahnya lebih sedikit). Siklus hidupnya melalui stadium telur, larva,
nimfa, dan dewasa. Telur (nits) diletakkan di sepanjang rambut dan mengikuti
tumbuhnya rambut (makin ke ujung terdapat telur yang lebih panjang).
Penyakit ini lebih menyerang anak-anak dan cepat meluas di lingkungan yang
padat seperti asrama dan panti asuhan. Ditambah lagi jika kondisi hygiene tidak baik
(misalnya jarang membersihkan rambut). Cara penularannya melalui perantara,
misalnya sisir, kasur, topi, dan bantal yang digunakan bersama-sama. Lebih banyak
terjadi di kaum perempuan. Infestasi kutu kepala kadang menyebar ke alis, bulu mata
dan janggut. Penularan kutu badan tidak semudah penularan kutu rambut. Kutu badan
biasanya menyerang orang-orang yang tingkat kebersihan badannya buruk dan orang-
orang yang tinggal di pemukiman yang padat. Kutu badan bisa membawa penyakit
tifus, demam parit dan demam kambuhan. Kutu kemaluan menyerang daerah
kemaluan, ditularkan pada saat melakukan hubungan seksual.
Klasifika
si
Patofisiologi
Siklus hidup Pediculus melalui stadium telur, larva, nimfa dan dewasa. Parasit
ini bisa hidup pada tubuh atau pada kepala. Kutu betina dapat hidup selama 16 hari
dan menghasilkan 50 – 150 telur. Kutu mendapatkan makanan dengan cara
menghisap darah pada kulit. Hama ini meninggalkan telurnya dipermukaan kulit dan
juga menempel pada batang rambut, baik itu di daerah kepala, badan ataupun pubis
manusia. Kutu manusia menyuntikkan getah pencernaan dan ekskreatanya ke dalam
kulit yang menimbulkan rasa gatal yang hebat. Kutu sangat subur pada kodisi yang
padat penduduknya.
Kutu kepala dan kutu kemaluan hanya ditemukan pada manusia, sedangkan
kutu badan juga sering ditemukan pada pakaian yang bersentuhan dengan kulit. Kutu
kepala ditularkan melalui kontak langsung atau melalui sisir/sikat/topi yang
digunakan bersama-sama. Infestasi kutu kepala kadang menyebar ke alis, bulu mata
dan janggut. Kutu kepala sering ditemukan pada murid-murid di satu sekolah.
Penularan kutu badan tidak semudah penularan kutu rambut. Kutu badan
biasanya menyerang orang-orang yang tingkat kebersihan badannya buruk dan orang-
orang yang tinggal di pemukiman yang padat. Kutu badan bisa membawa penyakit
tifus, demam parit dan demam kambuhan. Kutu kemaluan menyerang daerah
kemaluan, ditularkan pada saat melakukan hubungan seksual.
Pencegaha
n
Penyakit ini pada dasarnya dapat dicegah melalui pola hidup yang bersih.
Misalnya dengan pemberantasan kutu yang berada dilingkungan sekitar. Benda-benda
yang terpapar dengan penderita (misalnya, kasur, bantal, linen, handuk, mainan, topi)
seharusnya dicuci bila memungkinkan kemudian dikeringkan. Air yang digunakan
adalah air panas dengan suhu lebih dari 50-55°C selama paling kurang 5 menit.
Membersihkan lingkungan tempat tinggal akan membantu mengurangi
kesempatan untuk terpapar kembali dengan kutu kepala. Periksalah setiap orang yang
berada didalam lingkungan rumah tangga pada saat bersamaan, sebelum
membersihkan lingkungan tersebut. Bersihkan semua lantai dengan alat penghisap
debu, permadani, bantal, karpet, dan semua pelapis meubel yang ada. Semua sisir dan
sikat rambut yang digunakan oleh penderita kutu kepala harus di rendam dalam air
dengan suhu diatas 130°F (540C), alkohol atau pedikulosid selama 1 jam.
Penjelasan kepada anak-anak terutama tentang cara mencegah penularan
melalui penggunaan topi, sisir, dan bandana bersama juga dapat dipertimbangkan.
Menyediakan tempat penyimpanan barang-barang milik anak secara terpisah di dalam
ruang kelas juga dapat mencegah penyebaran kutu ini.
VI. PENYAKIT SKABIES
A.Penyakit Skabies
Scabies disebabkan oleh kutu atau kuman sarcoptes scabei. Secara morfologik
sarcoptes scabei merupakan tungau kecil berbentuk oval punggungnya cembung dan
bagian perutnya rata berwarna putih kotor dan tidak memiliki mata. Sarcoptes betina
yang berada di lapisan kulit stratum corneum dan lucidum membuat terowongan ke
dalam lapisan kulit. Di dalam terowongan inilah Sarcoptes betina bertelur dan dalam
waktu singkat telur tersebut menetas menjadi hypopi yakni sarcoptes muda. Akibat
terowongan yang digali Sarcoptes betina dan hypopi yang memakan sel-sel di lapisan
kulit itu, penderita mengalami rasa gatal.
Scabies atau keropeng adalah penyakit kulit yang banyak menjangkiti ternak,
khususnya kambing dan sapi, bahkan bisa juga menyerang manusia. Penularannya
dapat terjadi melalui kontak langsung antar hewan penderita dengan hewan lain atau
manusia, dapat juga melalui kontak tidak langsung yaitu melalui peralatan yang
terkontaminasi. Terkadang kudis ini ditularkan melalui pakaian dan benda-benda lain
yang digunakan secara bersama-sama. Serangan penyakit tersebut telah
mengakibatkan pertumbuhan kambing atau domba yang dipelihara di pedesaan
terhambat sampai 38% dengan mortalitas meningkat sampai 28% (Eleser, dkk., 2005)
5. Manifestasi klinik
Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardial berikut :
1) Pruritus noktuma (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau lebih tinggi
pada suhu yang lembab dan panas.
2) Umumnya ditemukan pada sekelompok manusia,misalnya mengenai seluruh
anggota keluarga.
3) Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna
putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang
1cm, pada ujung menjadi pimorfi (pustu, ekskoriosi). Tempat predileksi
biasanya daerah dengan stratum komeum tpis, yaitu sela-sela jari tangan,
pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan,
aerola mammae dan lipat glutea, umbilicus, bokong, genitalia eksterna, dan
perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang bagian telapak tangan dan
telapak kaki bahkan seluruh permukaan ulit. Pada remaja dan orang dewasa
dapat timbul pada kulit kepala dan wajah.
4) Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostk. Dapat ditemikan
satu atau lebih stadium hidup tungau ini.
- Bentuk-bentuk Klinis Scabies
Malnutrition
Kelainan neurologik: mongolism
Kelainan immunologik: terapi steroid/sitostatik
AIDS, T-cell leukemia
Penderita lepra
8. Penatalaksanaan
Syarat obat yang ideal adalah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak
menimbulkan iritasi dan toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau mewarnai
pakaian, mudah diperoleh dan harganya murah.
Jenis obat topical :
1) Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20% dalam bentuk salep atau krim.
Pada bayi dan orang dewasa sulfur presipitatum 5% dalam minyak sangat
aman dan efektif. Kekurangannya adalah pemakaian tidak boleh kurang dari 3
hari karena tidak efektif terhadap stadium telur, berbau, mengotori pakaian
dan dapat menimbulkan iritasi.
2) Emulsi benzyl-benzoat 20-25% efektif terhadap semua stadium, diberikan
setiap malam selama 3 kali. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi,
dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.
3) Gama benzena heksa klorida (gameksan) 1% daam bentuk krim atau losion,
termasuk obat pilihan arena efektif terhadap semua stadium, mudah
digunakan, dan jarang memberi iritasi. Obat ini tidak dianurkan pada anak
dibawah umur 6 tahun dan wanta hamil karena toksi terhadap susunan saraf
pusat. Pemberiannya cukup sekali dalam 8 jam. Jika masihada gejala, diulangi
seminggu kemudian.
4) Krokamiton 10% dalamkrim atau losio mempunyaidua efek sebagai
antiskabies dan antigatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra. Krim(
eurax) hanya efetif pada 50-60% pasien. Digunakan selama 2 malam berturut-
turut dan dbersihkan setelah 24 jam pemakaian terakhir.
5) Krim permetrin 5% merupakan obat yang paling efektif dan aman arena
sangat mematikan untuk parasit S.scabei dan memiliki toksisitas rendah pada
manusia.
6) Pemberian antibitika dapat digunakan jika ada infeksi sekunder, misalnya
bernanah di area yang terkena (sela-sela jari, alat kelamin) akibat garukan
8. Pembantu Diagnosis
Cara menemukan tungau:
a.Cari mula-mula terowongan, kemudian pada ujung terlihat papul dan vesikel
dicongkel dengan jarum dan diletakkan di atas kaca objek, lalu ditutup
dengan kaca penutup,lalu dilihat dengan mikroskop.
b. Dengan menyikat dengan sikat dan ditampung di atas selembar kertas putih
dan dilihat dengan lup.
c.Dengan biopsi irisan dengan cara lesi dijeit dengan 2 jari kemudian dibuat
irisan tipis dengan pisau lalu diperiksa di mikroskop cahaya.
d. Dengan biopsi eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan HE.
e.Dengan memberi tinta di sekitar terowongan, terutama di bagian berbintik
hitam.
VII.GANGGUAN YANG DISEBABKAN SERANGGA
MELALUI KONTAK , SENGATAN DAN GIGITAN
Insect Bite atau gigitan serangga adalah kelainan akibat gigitan atau tusuka
serangga yang disebabkan reaksi terhadap toksin atau alergen yang dikeluarkan
artropoda penyerang. Kebanyakan gigitan dan sengatan digunakan untuk pertahanan.
Gigitan serangga biasanya untuk melindungi sarang mereka. Sebuah gigitan atau
sengatan dapat menyuntikkan bisa (racun) yang tersusun dari protein dan substansi
lain yang mungkin memicu reaksi alergi kepada penderita. Gigitan serangga juga
mengakibatkan kemerahan dan bengkak di lokasi yang tersengat.
EPIDEMIOLOGI
ETIOLOGI
Secara sederhana gigitan dan sengatan lebah dibagi menjadi 2 grup yaitu
Venomous (beracun) dan Non Venomous (tidak beracun). Serangga yang beracun
biasanya menyerang dengan cara menyengat, misalnya tawon atau lebah, ini
merupakan suatu mekanisme pertahanan diri yakni dengan cara menyuntikan racun
atau bisa melalui alat penyengatnya. Sedangkan serangga yang tidak beracun
menggigit dan menembus kulit dan masuk mengisap darah, ini biasanya yang
menimbulkan rasa gatal. Ada 30 lebih jenis serangga tapi hanya beberapa saja yang
bisa menimbulkan kelainan kulit yang signifikan. Kelas Arthropoda yang melakukan
gigitan dan sengatan pada manusia terbagi atas :
I. Kelas Arachnida
A. Acarina
B. Araneae (Laba-Laba)
C. Scorpionidae (Kalajengking)
II. Kelas Chilopoda dan Diplopoda
III. Kelas Insecta
A. Anoplura (Phtirus Pubis, Pediculus humanus, capitis et corporis)
B. Coleoptera (Kumbang)
C. Diptera (Nyamuk, lalat)
D. Hemiptera ( Kutu busuk, cimex)
E. Hymenoptera (Semut, Lebah, tawon)
F. Lepidoptera ( Kupu-kupu)
G. Siphonaptera ( Xenopsylla, Ctenocephalides, Pulex )
Bahaya dari Sengatan Lebah atau Tawon dan sebangsanya tentu saja tergantung
dari daya bisa si lebah itu sendiri, ada yang Fatal dan ada juga yang hanya
menimbulkan iritasi ringan. Tetap saja berbahaya namanya, ada juga yang sampai
seperti gambar di bawah ini.
Cara Agar Terhindar dari Sengatan Lebah :
Hindari memakai aftershave atau parfum.
Hindari memakai pakaian berwarna cerah, warna cerah bisa menarik perhatian
lebah.
Jika lebah atau tawon mendekati anda, jangan panik atau melambai-lambaikan
tangan untuk mengusirnya. Duduk atau berdirilah dengan tenang dan tidak membuat
gerakan tiba-tiba yang membuat lebah merasa terancam.
Digigit Kelabang memang sakit dan terasa ngilu. Tapi tidak perlu terlalu
khawatir, racun Kelabang tidak seberbahaya racun Kalajengking. Racun Kelabang
hanya akan berpengaruh disekitar gigitan saja, berbeda dengan racun Kalajengking
yang akan cepat menyebar melalui peredaran darah.
Kelabang menyukai tempat tempat yang lembab, seperti tumpukan kain kain,
tumpukan kayu, dan sampah. Jadi, jagalah rumah agar tetap bersih dan rapi, jika tidak
ingin berteman dengan bangsa Kelabang. Kelabang sangat menyukai bau ikan, baik
yang dimasak maupun tidak, jadi jangan pernah membuang sembarangan tulang
tulang ikan sehabis makan jika tidak ingin rumah Anda menjadi sarang Kelabang.
Jika tergigit Kelabang, hal pertama yang harus dilakukan ialah membunuh
Kelabangnya agar terhindar dari dendam dan gigitan lanjutan. Karena Kelabang
menyukai tumpukan kain, maka tutuplah jalur pelarian Kelabang dengan kain agar ia
bersembunyi, itulah kesempatan yang tepat untuk memusnahkan makhluk itu.
Kelabang merah yang kakinya lebih banyak dan rapat dapat memberikan rasa
sakit yang lebih lama, Kelabang yang bewarna hijau kebiruan memiliki gigitan yang
sangat sakit dibanding jenis Kelabang lain. Tetapi semua itu tergantung pada
bagaimana perawatan dan pengobatan terhadap gigitannya.
Agar sifat asam ditempat tersebut kembali netral, maka diperluka adanya basa. Salah
satunya yang bersifat basa adalah isi perut dari ulat itu sendiri yang akan menetralkan
kembali sehingga rasa gatal akan hilang. Ada perbedaan antara bulu dan isi perut ulat
bulu yang memiliki kandungan zat yang berbeda pula sehingga jika seseorang yang
terkena bulu ulat bulu akan terasa gatal dan jika diolesi oleh isi perut ulat bulu yang
dapat menetralisir racun dari bulu ulat tersebut sehingga rasa gatal tersebut akan
hilang.
Bila kulit telah terkena ulat bulu, ambil ulat bulu tersebut
Taruh ulat bulu tersebut di atas daun menggunakan sarung tangan plastik
Bunuh ulat tersebut dengan memenyetnya
Setelah mati, cipratkan minyak kayu putih
Oleskan sedikit penyetan tadi ke kulit yang gatal akibat ulat bulu tersebut
Maka telah dihasilkan obat ampuh menghilangkan rasa gatal akibat ulat bulu,hal
ini membuktikan bahwa ada perbedaan antara bulu dan isi perut ulat bulu yang
memiliki kandungan zat yang berbeda pula sehingga jika seseorang yang terkena bulu
ulat bulu akan terasa gatal dan jika diolesi oleh isi perut ulat bulu yang dapat
menetralisir racun dari bulu ulat tersebut sehingga rasa gatal tersebut akan hilang.
PATOGENESIS
Gigitan atau sengatan serangga akan menyebabkan kerusakan kecil pada kulit,
lewat gigitan atau sengatan antigen yang akan masuk langsung direspon oleh sistem
imun tubuh. Racun dari serangga mengandung zat-zat yang kompleks. Reaksi
terhadap antigen tersebut biasanya akan melepaskan histamin, serotonin, asam formic
atau kinin. Lesi yang timbul disebabkan oleh respon imun tubuh terhadap antigen
yang dihasilkan melalui gigitan atau sengatan serangga. Reaksi yang timbul
melibatkan mekanisme imun. Reaksi yang timbul dapat dibagi dalam 2 kelompok :
Reaksi immediate dan reaksi delayed.
Reaksi immediate merupakan reaksi yang sering terjadi dan ditandai dengan
reaksi lokal atau reaksi sistemik. Lesi juga timbul karena adanya toksin yang
dihasilkan oleh gigitan atau sengatan serangga. Nekrosis jaringan yang lebih luas
dapat disebabkan karena trauma endotel yang dimediasi oleh pelepasan neutrofil.
Spingomyelinase D adalah toksin yang berperan dalam timbulnya reaksi neutrofilik.
Enzim Hyaluronidase yang juga ada pada racun serangga akan merusak lapisan
dermis sehingga dapat mempercepat penyebaran dari racun tersebut.
MANIFESTASI KLINIS
Banyak jenis spesies serangga yang menggigit dan menyengat manusia, yang
memberikan respon yang berbeda pada masing-masing individu, reaksi yang timbul
dapat berupa lokal atau generalisata. Reaksi lokal yang biasanya muncul dapat berupa
papular urtikaria. Papular urtikaria dapat langsung hilang atau juga akan menetap,
biasa disertai dengan rasa gatal, dan lesi nampak seperti berkelompok maupun
menyebar pada kulit. Papular urtikaria dapat muncul pada semua bagian tubuh atau
hanya muncul terbatas disekitar area gigitan. Pada awalnya, muncul perasaan yang
sangat gatal disekitar area gigitan dan kemudian muncul papul-papul. Papul yang
mengalami ekskoriasi dapat muncul dan akan menjadi prurigo nodularis. Vesikel dan
bulla dapat muncul yang dapat menyerupai pemphigoid bullosa, sebab manifestasi
klinis yang terjadi juga tergantung dari respon sistem imun penderita masing-masing.
Infeksi sekunder adalah merupakan komplikasi tersering yang bermanifestasi sebagai
folikulitis, selulitis atau limfangitis.
Pada beberapa orang yang sensitif dengan sengatan serangga dapat timbul
terjadinya suatu reaksi alergi yang dikenal dengan reaksi anafilaktik. Anafilaktik syok
biasanya disebabkan akibat sengatan serangga golongan Hymenoptera, tapi tidak
menutup kemungkinan terjadi pada sengatan serangga lainnya. Reaksi ini akan
mengakibatkan pembengkakan pada muka, kesulitan bernapas, dan munculnya
bercak-bercak yang terasa gatal (urtikaria) pada hampir seluruh permukaan badan.
Prevalensi terjadinya reaksi berat akibat sengatan serangga adalah kira-kira 0,4%, ada
40 kematian setiap tahunnya di Amerika Serikat. Reaksi ini biasanya mulai 2 sampai
60 menit setelah sengatan. Dan reaksi yang lebih berat dapat menyebabkan terjadinya
syok dan kehilangan kesadaran dan bisa menyebakan kematian nantinya. sehingga
diperlukan penanganan yang cepat terhadap reaksi ini.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dari gambaran histopatologis pada fase akut didapatkan adanya edema antara
sel-sel epidermis, spongiosis, parakeratosis serta sebukan sel polimorfonuklear.
Infiltrat dapat berupa eosinofil, neutrofil, limfosit dan histiosit. Pada dermis
ditemukan pelebaran ujung pembuluh darah dan sebukan sel radang akut.
Pemeriksaan pembantu lainnya yakni dengan pemeriksaalaboratorium dimana terjadi
peningkatan jumlah eosinofil dalam pemeriksaan darah. Dapat juga dilakukan tes
tusuk dengan alergen tersangka.
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasar anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan
penunjang. Dari anamnesis dapat ditemukan adanya riwayat aktivitas diluar rumah
yang mempunyai resiko mendapat serangan serangga seperti di daerah perkebunan
dan taman. Bisa juga ditanyakan mengenai kontak dengan beberapa hewan peliharaan
yang bisa saja merupakan vektor perantara dari serangga yang dicurigai telah
menggigit atau menyengat.
DIAGNOSIS BANDING
Reaksi yang diakibatkan oleh sengatan atau gigitan serangga kebanyakan menyerupai
erupsi kulit yang lainnya. Seperti yang dapat dilihat reaksi yang diakibatkan oleh
serangga menunjukkan adanya papul-papul. Bila kita menduga terjadi reaksi akibat
gigitan atau sengatan serangga, maka kita harus memperoleh anamnesis dengan
cermat adanya kontak dengan serangga, menanyakan tentang pekerjaan dan hobi dari
seseorang yang mungkin dapat menolong kita mendiagnosis kelainan ini.
Dibawah ini merupakan beberapa diagnosis banding dari reaksi akibat gigtan atau
serangan serangga antara lain :
1. Prurigo : Biasanya kronik, berbentuk papula/nodula kronik yang gatal. Mengenai
ekstremitas terutama pada permukaan anterior paha dan tungkai bawah.
2. Dermatitis Kontak : Biasanya jelas ada bahan-bahan kontaktan atau alergen, lesi
sesuai dengan tempat kontak.
PENATALAKSANAAN
PROGNOSIS
Prognosis dari gigitan serangga sebenarnya baik, tapi tergantung jenis
serangga serta racun yang dimasukkannya ke dalam tubuh manusia. Dan apabila
terjadi syok anafilaktik maka prognosisnya bergantung dari penangan yang cepat dan
tepat.
VII. Insektisida dan Resistensi
Insektisida adalah bahan yang mengandung persenyawaan kimia yang digunakan
untuk membunuh serangga. Menurut bentuknya insektisida dapat berupa bahan padat,
larutanan gas.
Cara pengendalian ini adalah cara pengendalian yang dilakukan atas usaha
manusia dan dapat dibagi menjadi :
b. Pengendalian Kimiawi
Insektisida anorganik/alami:
Insektisida yang di peroleh dari makhluk hidup sehingga disebut insektisida hayati..
contoh:
Pirethrum adalah insektisida organik alami yang berasal dari kepala bunga
tropis krisan. Senyawa ini memiliki kemampuan penghambatan serangga yang
baik pada konsentrasi rendah. Namun berkaitan dengan proses ekstraksinya,
senyawa ini sangat mahal.
Rotenon adalah insektisida organik alami yang diperoleh dari pohon Derris.
Senyawa ini berfungsi sebagai insektisida yang menyerang permukaan tubuh
hama. Salah satu tanaman yang mengandung rotenon adalah daun kacang
babi Tephrosia vogelii. Daun kacang babi efektif dalam mengendalikan
hama Crocidolomia pavonana, Nilaparvata lugens,Myzus persicae.
Senyawa Organoklorin
Karbamat
Insektisida golongan ini terdiri dari dua katergori, yaitu berisfat fotostabil serta
bersfiat tidak non fotostabil namun kemostabil.Produknya sering dicampur dengan
senyawa lain untuk menghasilkan efek yang lebih baik. Salah satu contoh produk
insektisida ini adalah Permethrin.
Fumigan
Fumigan adalah gas-gas mudah menguap yang dapat membunuh hama serangga.
Fumigan hanya boleh digunakan oleh personel terlatih karena tingkat toksisitasnya
yang tinggi. Contoh-contohnya adalah Metil Bromida (CH3Br), Aluminium Fosfit,
Magnesium Fosfit, Kalsium Sianida, dan Hidrogen Sianida
Berikut beberapa jenis-jenis Insektisida organik/kimiawi:
1.Fenitrotion 40 wp
2.Temefos.
3.Malation.
4.Dieldrin.
Digunakans ebagai residual spray bersama-sama dengan DDT dan BHC untuk
pemberantasan nyamuk malaria, jika dalam penggunaanya kurang hati-hati dapat
mengakibatkan terjadinya absorbs melalui kulit, Dieldrin digunakan untuk
pemberantasan serangga yang telah resisten terhadap DDT, yaitu lalat, nyamuk, lipas,
semut dan juga triatoma.
5.Bediocarp.
1.RacunKontak
Insektisida masuk kedalam tubuh serangga dengan perantara tarsus ( jari- jari kaki )
pada waktu istirahat dipermukaan yang mengandung residu insektisida. Pada
umumnya dipakai untuk memberantas serangga yang mempunyai bentuk mulut tusuk
isap.
2.RacunPerut
Insektisida masuk kedalam badan serangga melalui mulut, jadi harus dimakan.
Biasanya serangga yang diberantas dengan menggunakan insektisida inimempunyai
bentuk mulut untuk menggigit, leka tisap, karet isap dan bentuk menghisap.
3.RacunPernafasan
Pada tahun 1960, Rachel Carson menerbitkan buku yang sangat berpengaruh dalam
sejarah penggunaan insektisida berjudul Silent Spring (Musim Sepi yang
[11]
Sunyi). Buku tersebut menyorot penggunaan DDT yang sangat marak di masa itu
karena sangat efektif, sekaligus menyadarkan manusia akan bahaya dari penggunaan
pestisida berlebihan. Insektisida yang dipakai seringkali menyerang organisme non
target seperti burung dan makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu, penggunaan
insektisida juga Insektisida seringkali digunakan melebihi dosis yang seharusnya
karena petani beranggapan semakin banyak insektisida yang diaplikasikan maka akan
semakin bagus hasilnya. Beberapa petani bahkan mencampurkan perekat pada
insektisidanya agar tidak mudah larut terbawa air hujan Namun, penggunaan perekat
ini justru mengakibatkan tingginya jumlah residu pestisida pada hasil panen yang
nantinya akan menjadi bahan konsumsi manusia. Menurut data WHO sekitar 500 ribu
orang meninggal dunia setiap tahunnya dan diperkirakan 5 ribu orang meninggal
setiap 1 jam 45 menit akibat pestisida dan/atau insektisida. Penggunaan insektisida
sintetik juga dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan. Hal ini
dikarenakan insektisida tertentu dapat tersimpan di dalam tanah selama bertahun-
tahun, dapat merusak komposisi mikroba tanah, serta mengganggu ekosistem perairan
A. Resistensi
Resistensi insektisida
Resistensi serangga
1.ResistensiBawaan
Dari suatu populasi serangga ada anggota-anggota yang pada dasarnya sudah
resisten terhadap suatu insektisida. Sifat ini turun temurun sehingga selanjutnya
terjadi populasi yang resisten seluruhnya. Resisten bawaan juga terjadi karena
perubahan gen yang menyebabkan mutasi.
2.Resistensi Yang Didapati
2. Pengendalian kimiawi
3. Pengendalian mekanik
Cara pengendalian ini dilakukan dengan menggunakan alat yang langsung dapat
membunuh, menangkap atau menghalau, menyisir, memgeluarkan serangga dari
jaringan tubuh. Menggunakan baju pelindung, memasang kawat kasa dijendela
merupakan cara untuk menghindarkan hubunggan (kontak)antara manusia dan vector.
4. Pengendalian fisik
Pada cara pengendalian ini digunakan alatb fisika untuk pemanasan ,
pembekuan dan pengunaan alat listrik untuk penggadan angin, penyinaran cahaya
o
yang dapat membunuh atau untuk menggangu kehidupan serangga.suhu 60 C dan
suhu beku, akan membunuh serangga, sedangkan suhu dinggin menyebabkan
serangga tidak mungkin melakukan aktifitasnya. Di Indonesia cara ini dapat di lihat di
hote, restoran dan pasar sualayan yang memasang hembusan angin keras di pintu
masuk. Memasang lampu kuning dapat menghalau nyamuk.
5. Penggendalian biologic
Dengan memperbanyak pemangsa dan parasit sebagai musuh alami bagi
serangga, dapat dilakukan pengendalian serangga yang menjadi vector atau hospes
perantara. Beberapa parasit dari golongan nematode, bakteri,protozoa,jamur dan virus
dapat dipakai sebagai pengendali larva nyamuk. Artopoda juga dapat dipakai sebagai
pengendali nyamuk dewasa. Predator atau pemangsa yang baik untuk pengendalian
larva nyamuk terdiri dari beberapa jenis ikan, larva nyamuk yang berukuran lebih
besar,juga larva capung dan cerustaceae.
Contoh beberapa jenis ikan sebagai pemangsa yang cocok untuk pengendalian
nyamuk vector stadium larva ialah: Panchax panchax (ikan kepala timah), Lebistus
reticularis (guppy= water ceto), Gambusia affinis(ikan gabus), Poecilia reticulate,
trichogaster trichopterus, Cyprinus carpio, Tilapia nilotica, Puntious binotatus dan
Rasbora lateristriata. Pemangsa lainnya adalah larva Toxorrhynchites amboinensir,
larva Culex fuscanus, larva capung dan 1 jenis dari golongan Crustaceae adalah
Mesocyclops.
6. Pengendalian genetika
Pengendalian bertujuan mengganti populasi serangga berbahaya dengan
populasi baru yang tidak merugikan. Beberapa cara berdasarkan mengubah
kemampuan reproduksi dengan cara memandulkan serangga jantan. Pemandulan ini
dapat dilakukan dengan menggunakan bahan kimia seperti preparat TEPA atau
dengan radiasi cobalt 60, antibiotic, antimetabolit dan bazarone (ekstra dari tanaman
Aeorus calamus). Kemudian serangga yang telah mandul ini diperbanyak lalu
dilepaskan dialam bebas, tempat populasi serangga berbahaya tadi. Zat kimia atau
radiasi itu merusak DNA didakam kromosom sperma tanpa mengganggu proses
pematangan, disebut steril male technic release. Ada lagi cara dengan radiasi yang
dapat mengubah letak susnan dalam kromosom disebut chromosome translocation.
Mengawinkan antara strain nyamuk dapat menyebabkan sitoplasama telur tidak dapat
ditembus oleh sperma sehingga tidak terjadi pembuahan, disebut sitoplasmic
incompatibility. Mengawinkan serangga antara sesies terdekat akan mendapatkan
keturunan jantan yang steril disebut hybrit sterility. Adanya sifat rentan terhadap
insektisida dapat dipakai pula untuk pengendalian cara genetic ini. Semua cara
pengendalian dengan genetika diatas baru dalam taraf penyelidikan, belum pernah
berhasil baik dilapangan.
7. Pengendalian legislative
Untuk mencegah tersebarnya serangga berbahaya dari satu daerah kedaerah
lain atau dari luar negri ke Indonesia, diadakan peraturan dengan saksi pelanggaran
oleh pemerintah. Pengendalian karantina di pelabuhan laut adan pelabuhan udara
bermaksut mencegah masuknya hama tanaman dan vector penyakit. Demikian pula
penyemprotan insektisida dikapal yang berlabuh atau kapal terbang yang mendarat
dipelabuhan udara. Keteledoran oleh karena itu tidak melaksankan peraturan-
peraturan karantina yang menyebabkan perkembangniakan vector nyamuk dan lalat,
dan dapat dihukum menurut undang-undang..
1. Lingkungan
Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) pada dasarnya merupakan pemberantasan jentik
atau mencegah agaar nyamuk tidak dapat lagi berkembang biak. Pemberantasan
sarang nyamuk (PSN) merupakan tindakan untuk memutus mata rantai perkembangan
nyamuk. Tindakan PSN terdiri atas beberapa kegiatan antaranya dengan 3M. Yaitu :
Menguras, Menutup, dan Mengubur tempat-tempat yang sering dijadikan
perkembangbiakan nyamuk. Pada dasarnya PSN ini dapat dilakukan dengan :
3. Kimiawi
Pengendalian secara kimiawi adalah cara pengendalian serta pembasmian
nyamuk dan jentik dengan menggunakan bahan-bahan kimia. Diantaranya adalah :
a. Pengasapan (Fogging)
Pengasapan/togging dengan menggunakan malathion dan fenthion yang
berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan aedes aegypti dengan batas
tertentu. Pengasapan dilakukan pada pagi antara jam 07.00-10.00 dan sore antara jam
15.00-17.00 secara serempak (Depkes RI,2004). Penyemprotan dilakukan dua siklus
dengan interval 1 minggu. Pada penyemprotan pertama, semua nyamuk yang
mengandung virus dengue (nyamuk infentif) dan nyamuk lainnya akan mati.
Penyemprotan kedua bertujuan agar nyamuk baru yang infektif akan terbasmi
sebelum sempat menularkan kepada orang lain. Dalam waktu singkat, tindakan
penyemprotan dapat membatasi penularan, akan tetapi tindakan ini harus diikuti
dengan pemberantasan terhadap jentiknya agar populasi nyamuk penular dapat tetap
ditekan serendah – rendahnya (Chahaya,2005).
b. Larvaciding
Pemberantasan larva dengan memberikan bubuk abate (temephos) pada
tempat-tempat yang sering menjadi tempat penampungan air.pemberian abate hanya
disarankan pada tempat penampungan air yang sulit di kuras. Pemberian abate
dilakukan 4 x /tahun.
c. Repelen
Repelen, yaitu bahan kimia atau non-kimia yang berkhasiat mengganggu
kemampuan insekta untuk mengenal bahan atraktan dari hewan atau manusia. Dengan
kata lain, bahan itu berkhasiat mencegah nyamuk hinggap dan menggigit. Bahan
tersebut memblokir fungsi sensori pada nyamuk. Jika digunakan dengan benar,
repelen nyamuk bermanfaat untuk memberikan perlindungan pada individu
pemakainya dari gigitan nyamuk selama jangka waktu tertentu (Kardinan,2007).
Nyamuk dalam mengincar mangsanya lebih mengandalkan daya cium dan panas
tubuh calon calon korbannya. Daya penciuman itulah yang menjadi target dalam
menghalau nyamuk (Rahayu ,2008).
Salah satu cara yang lebih ramah lingkungan adalah memanfaatkan tanaman
antinyamuk (insektisida hidup pengusir nyamuk). Tanaman hidup pengusir nyamuk
adalah jenis tanaman yang dalam kondisi hidup mampu menghalau nyamuk. Cara
penempatan tanaman ini bisa diletakkan di sudut-sudut ruangan dalam rumah, sebagai
media untuk mengusir nyamuk. Jumlah tanaman dalam ruangan tergantung luas
ruangan.
2.Upaya pengendalian vector dengan cara yang mudah di lakukan dan tidak
memrlukan biaya yang mahal
Nyamuk Anopheles dewasa ini banyak sekali metode pengendalian vector dan
binatang pengganggu yang telah dikenal dan dimanfaatkan oleh manusia. Dari
berbagai metode yang telah dikenal dapat dikelompokkan sebagai berikut.
4. Repellent
DEFINISI
Miasis adalah penyakit yang disebabkan oleh oleh infestasi larva lalat dari ordo
Diptera pada manusia atau vertebrae hidup dan memakan jaringan mati atau hidup,
cairan tubuh atau makanan yang ditelan hospesnya ( Lynne S. Garcia 1996 ). Miasis
ini perlu dipelajari dan diketahui karena dapat menyebabkan penyakit pada manusia
serta hewan yang hidup. Miasis ini pada umumnya jinak ( tidak berbahaya ) hanya
pada infestasi tempat – tempat tertentu saja yang berbahaya karena dapat
mengakibatkan kematian ( Herms, 1998 )
Penyakit ini banyak pada daerah pedesaan dan berhubungan dengan
lingkungan yang buruk. Pada manusia infestasi larva ini dapat mengenai kulit, luka
yang terbuka, usus dan rongga tubuh yang lain ( mulut, hidung, telinga, mata, sinus,
vagina dan uretra dll ) ( Adisa and Mbanaso, 2004 ).
Biasanya larva meninfestasi organ atau jaringan tubuh hewan, tetapi sering
terjadi larva-larva itu membuat liang dalam kulit sedemikian rupa dan larva-larva
masuk dalam liang tersebut. Bentuk miasis yang demikian disebut creeping myasis
atau miasis penjilat atau perangkak. Jikallarva-larva yang menginfestasi organ atau
jaringan tubuh mengisap darah, bentuk ini disebut sanguinivorous myasis.
Jenis- Jenis Miasis Menurut Jaringan Yang Terkena ( Anna M. West. Hunter
1991. Soedarto 2007 )
1.Kutan, jaringan mukokutan, mata, hidung dan telinga
Larva masuk ke jaringan menimbulkan berbagai macam kelainan mulai dari iritasi,
pruritus sampai invasi ke organ – organ yang lain
2.Intestinal
Lalat betina menempel pada makanan atau minuman kemudian bertelur lalu bisa
berubah menjadi larva, kemudian makanan / minuman tersebut tertelan oleh manusia
atau hewan lain
3. Tempat – tempat lain
Pernah dilaporkan ditemukannya larva di urin, vagina dan paru – paru ( inhalasi
secara tidak sengaja dari lalat dewasa betina gravid atau melalui telur yang
berterbangan. ( Chan JC 2005. Heng sin. Natali 1997. Jiang CA 2002. NG KH Yip
KT 2003 )
Epidemiologi
Miasis endemik terutama di Negara Afrika dan Amerika di daerah tropis
maupun subtropik, terutama pada musim panas ( Noutsis and Milikan ). Miasis
merupakan penyakit “ self limiting infection”. Pada umumnya miasis ini tidak
berbahaya. Di Panama tercatat 160 kasus /1000 pertahun dan dia Amerika tengah
kemungkinan kasusnya lebih tinggi.
Gejala Klinis
Menurut Jiang C 2002, bahwa dia menemukan 54 kasus miasis di Cina sejak tahun
1995 – 2001. Beliau membagi miasis dalam tujuh kelompok yaitu : miasis pada mata,
rongga hidung, telingan luar, kulit, organ pencernaan, Urogenital dan miasis trauma
( sub cutan ) ( Jiang C 2002 )
1. Miasis pada kulit ( Furuncular Cutaneus Myasis )
Miasis pada kulit banyak dijumpai pada daerah pedesaan dan mempunyai
lingkungan yang buruk. Seringkali miasis ini disertai dengan infeksi sekunder
oleh bakteri.
Miasis pada kulit disebabkan oleh tumbu fly ( Cordylobia antropophaga )
banyak ditemukan di Afrika ( Verald et all ). dan human botfly ( Dermatobia
hominis ). Lokasi dari lesi bervariasi disebabkan karena cara penularannya
yang berbeda. Miasis yang disebabkan oleh tumby fly ( Cordylobia
antrophaga ) sering terdapat pada badan, bokong, paha. Sedangkan human
botfly ( D. Hominis ) menyerang kepala, muka, lengan dan betis (Luchina et
al ). Larva dari keduanya dapat menginfestsi kedalam jaringan kulit.
Beberapa jenis yang lain juga dapat menimbulkan gejala pada kulit :
1. Gasterophylus intestinalis
2. Cochliomya hominivorax ( famili Calliphorida )
3. Chrysomia bezziana
4. Cordylobia rhodaini
Gejala klinis :
1. Lesi berupa papul, eritema dan gatal dengan diameter 2 – 3 mm dalam
waktu 24 jam setelah kontak dengan larva ( Purych- Alberta, Swetter et al )
2. Pada tempat lesi akan terasa sakit dan ini bisa disebabkan adanya duri
disekitar tubuh larva yang dapat menimbulkan iritasi pada jaringan sekitarnya
( Purych )
3.Papul dapat menjadi purulent dan bernanah ( infeksi )
2. Miasis intestinalis ( miasis usus )
Biasanya terjadi pada infeksi larva jenis eksidental, dimana telur dari lalat
tersebut terdapat dalam makanan dan kemudian makanannya tersebut dimakan
oleh manusia sehingga dapat masuk ke usus dan berkembang menjadi larva
sehingga dapat menginfestasi usus itu sendiri ( jenis Muscidae ). Sedangkan
untuk jenis Sarcophagidae maka yang menempel pada makanan adalah jenis
larvanya dan itu yang dapat masuk kedalam usus. Larva Sarcophagidae dapat
menimbulkan ulkus atau iritasi pada usus.
Miasis usus ini dilaporkan oleh Y. Chigusa 2000, dimana beliau menemukan
adanaya larva Dryomiza formosa pada feses segar dari wanita Jepang
penderita skizofrenia berusia 27 tahun. ( Medical Entomology. Heng Sin )
Jenis yang dapat menyebabkan miasis intestinalis antara lain :
- Musca
- Fania
- Sarcophaga
3. Miasis pada luka yang terbuka ( miasis traumatik )
Pintu mauk dari infestasi lalat ini adalah melalui luka yag terbuka dimana lalat
dewasa meletakkan telurnya pada luka atau di dekat luka terbuka dan berbau,
lalu larva tersebut akan membuat terowongan dan membuat nodul pada
subcutaneus ( Noutsis and Milikan ) Jenis yang dapat mengakibatkan miasis
traumatik :
- Sarcophaga
- Calliphoridae
4. Miasis pada rongga tubuh
Miasis ini sering terjadi pada organ – organ lain yang dimulai dengan adanya
lubang pada rongga tubuh.
Miasis bisa terjadi pada rongga hidung maupun telinga dimana infestasi dari
larva ini dapat memasuki organ otak, seperti diketahui bahwa organ otak
berhubungan dengan hidung dan telinga melalui tuba Eustachii. Larva ini
dapat merusak jaringan sekitar telinga sampai ke lapisan otak yang sangat
berbahaya yang dapat menyebabkan kematian.
Miasis dapat terjadi juga pada vulva, vagina bahkan pada traktus urinarius.
Penularannya bisa melalui alat – alat kedokteran contahnya pemakaian kateter
pada orang sakit dimana kateter tersebut dapat terkontaminasi dengan telur
atau larva dari lalat tersebut.
Penyebab miasis Urinaria yang pernah dilaporkan adalah Fannia, Muscina,
Musca, Calliphora dan Sarcophaga ( Soedarto 1992 ) .
MASA INKUBASI
Masa inkubasi tergantung dari siklus hidup dari lalat tersebut, pada umumnya antara 5 –
12 minggu. Keterangan ini sangat penting karena sangat berguna untuk mendiagnosis
penderita yangmempunyai riwayat mengadakan perjalanan dari darah endemik kurang lebih
5 – 12 minggu sebelumnya ( Tsuda et all 1995 ).
DIAGNOSIS
Diagnosis miasis ini sulit karena jarang ditemukan sehingga penatalaksanaannya menjadi
terlambat. Diagnosis dini sangat penting diketahui untuk menghindari penggunaan antibiotik
yang tidak efektif.
Diagnosis yang perlu diketahui adalah :
- Mempunyai riwayat perjalanan kedaerah endemik
- Adanya satu / lebih lesi pada daerah yang terbuka
- Cairan seros, atau seropurulent yang keluar dari pungtum lesi
- Adanya gejala lokal antara lain : rasa gatal, nyeri terasa ada sesuatu yang bergerak dari
lesi tersebut.
- Adanya larva ( maggot ) yang ditemukan baik itu dari tempat lesi atau spesimen yang
lain.
- Ultrasound
Penelitian di Inggris menggunakan ultrasound sebagai alat untuk mengetahui dan terapi pada
larva yang dewasa. Peneliti sudah mengatahui lokasi dari larva dan ukurannya. Dengan alat
ini dapat memudahkan pengangkatan larva melalui operasi.
PENCEGAHAN :
1. Memakai baju adalah salah satu cara menghindari dari kontak dengan lalat
2. Jika ada luka maka luka tersebut harus ditutup guna menghindari kontak dengan lalat
3. Sayur, buah dan daging segar dan dicuci dahulu sebelum diolah
4. Tutup makanan matang sehingga tidak dihinggapi oleh lalat
DAFTAR PUSTAKA
Brotowidjojo, M.D. 1987. Parasit dan Parasitisme Ed. I. PT. Media Sarana Press. PT.
Media Metan Putra, Jakarta.
Garcia, Lynne S & Bruckner, David A. .1996. Diagnostik Parasitologi Kedokteran. Alih
Bahasa dr.R Makimian. Editor dr. Lesmaan Padmastura. Jakarta. EGC.