Anda di halaman 1dari 21

PERANCANGAN BASIS DATA SIMRS DENGAN MENGGUNAKAN

METODE SDLC

DISUSUN OLEH:

SHINTA MARITO PARDEDE

P17410183103

2B

Untuk persyaratan ujian praktikum basis data semester genap 2019/2020

D-III RMIK POLTEKKES KEMENKES MALANG

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas untuk persyaratan
ujian praktikum basis data yang berjudul “PERANCANGAN BASIS DATA SIMRS DENGA
N MENGGUNAKAN METODE SDLC”. Ujian praktikum ini disusun untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Basis Data pada kampus Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang pada
tahun akademik 2020.

Pada kesempatan baik ini, izinkanlah penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan
terima kasih kepada semua pihak yang dengan tulus dan ikhlas telah memberikan bantuan dan
dorongan kepada penulis dalam penulisan tugas untuk persyaratan ujian praktikum basis data.

Penulis menyadari bahwa tugas untuk persyaratan ujian praktikum basis data ini masih
banyak kekurangan. Baik bentuk, isi maupun teknik penyajiannya serta jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak, penulis terima
dengan sangat terbuka kritik dan sarannya. Semoga kehadiran tugas untuk persyaratan ujian
praktikum basis data ini memenuhi sasarannya dan dapat dimengerti oleh semua pihak terutama
untuk para pembaca.

Malang, 30 maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

ANALISIS SISTEM

A. Studi Pendahuluan

Sebuah sistem dalam hal ini sistem informasi, didefinisikan oleh Whitten et al (2001, p8)
sebagai sebuah pengaturan dimana manusia, data, proses, penampilan informasi dan teknologi
informasi berinteraksi untuk mendukung dan meningkatkan proses bisnis serta mendukung
kebutuhan pengguna akan problem, solving, dan decision - making. Whitten (2001, p165)
menuliskan bahwa analisis sistem merupakan sebuah teknik problem-solving yang menguraikan
sebuah sistem menjadi komponen komponen untuk mempelajari seberapa baik kinerja
komponen tersebut dan bagaimana interaksinya untuk mencapai tujuan sistem tersebut.
Sedangkan Whitten (2001, p166) mendefinisikan perancangan sistem sebuah teknik problem -
solving yang akan menyusun kembali komponen - komponen sistem menjadi sebuah sistem
yang utuh, yang diharapkan adalah sebuah sistem yang lebih baik. Proses perancangan ini bisa
meliputi penambahan, penghapusan atau penggantian komponen dari sistem aslinya.

Menurut ensiklopedia online Wikipedia.org, SDLC adalah proses pengembangan piranti


perangkat lunak, walaupun SDLC itu sendiri adalah proses yang tidak tergantung pada piranti
lunak. SDLC digunakan oleh para sistem analyst untuk mengembangkan sebuah sistem
informasi, termasuk kebutugan, validasi, pelatihan, dan kepemilikan pengguna melalui
investigasi, analisis, perancangan, implementasi dan perawatan. SDLC juga dikenal sebagai
pengembangan sistem informasi atau pengembangan aplikasi. Sebuah SDLC harus
menghasilkan sistem berkualitas tinggi yang memenuhi atau bahkan melebihi harapan
pelanggan dalam hal perkiraan waktu dan harga, dapat bekerja dengan efektif dan efisien dalam
infrastruktur teknologi informasu yang ada sekarang atau yang sedang dirancang, serta
membutuhkan biaya yang rendah dalam perawatannya dan cost-effective dalam pengembangan
selanjutnya. (Anonim3, 2007)

Selain itu, SDLC juga merupakan model konseptual yang digunakan dalam manajemen
proyek yang mendeskripsikan tahapan-tahapan yang dilakukan dalam proyek pengembangan
sistem informasi, mulai dari studi kelayakan pertama sampai perawatan aplikasi yang telah
sempurna. Ada banyak metode yang dikembangkan untuk menuntun jalannya proses
pengembangan yang harus dilalui, misalnya Rapid Application Development (RAD), Joint
Applicatio Development (JAD), Fountain model, spiral model, dan waterfall model (metode
SDLC klasik) (Anonim, 2007). Menurut Pressman (1987, pp20-21) paradigma siklus hidup
klasik dalam perancangan piranti lunak, yang terkadang disebut sebagai model waterfall,
menuntut pendekatan yang sistematis dan terurut pada pengembangan piranti lunak yang
dimulai pada perancangan sistem dan berlanjut ke analisis, perancangan,coding, testing, sampai
perawatan sistem. Paradigma siklus hidup waterfall ini meliputi aktivitas berikut :

1. System Analysis and design

Karena piranti lunak selalu merupakan bagian dari sistem yang lebih besar, tahap
ini dimulai dengan membuat daftar kebutuhan untuk setiap elemen sistem dan
mengalokasikan sebagian subset dari kebutuhan tersebut ke dalam piranti lunak.
Tahapan ini sangat penting ketika piranti lunak harus bekerjasama dengan elemen lain
seperti piranti keras, masyarakat dan basis data. Analisis dan perancangan sistem
meliputi pengumpulan kebutuhan pada tingkat sistem ditambah dengan sedikit analisis
dan perancangan tingkat akhir.

2. Software Requirements Analysis

Proses pengumpulan kebutuhan dilakukan dengan lebih intens dan lebih terfokus
pada piranti lunak. Untuk mengetahui sifat dari program yang akan dibuat, perancang
piranti lunak (analyst) harus mengerti baik ruang lingkup informasi piranti lunak
maupun fungsi - fungsi, fitur, dan antarmuka yang dibutuhkan. Kebutuhan yang harus
dipenuhi baik sistem maupun piranti lunak akan didokumentasikan dan kemudian di-
review bersama sama dengan pelanggan.

3. Design

Perancangan piranti lunak adalah proses yang terfokus pada 3 atribut yang
berbeda dari program : struktur data, arsitektur piranti lunak, dan detil prosedur. Proses
perancangan ini menerjemahkan kebutuhan menjadi sebuah representasi piranti lunak
yang dapat diuji kualitasnya sebelum proses coding dimulai. Sama halnya dengan
kebutuhan sistem, hasil perancangan ini juga didokumentasikan dan menjadi bagian dari
konfigurasi piranti lunak.

4. Coding

Hasil rancangan dari tahap diatas harus diterjemahkan menjadu bahasa yang
daoat dibaca mesin, yang akan dilakukan dalam tahap coding. Jika perancangan
dilakukan dengan detil, coding akan dapat dilakukan secara mudah.

5. Testing

Sesudah code dilakukan, testing program dimulai. Proses testing difokuskan pada
logika piranti lunak, memastikan bahwa setiap pernyataan sudah diuji, dan pada fungsi
eksternal, yang dilakukan dengan menjalankan tes untuk memastikan input yang
dimasukkan akan menghasilkan hasil yang sama dengan hasil yang diinginkan.

6. Maintance

Piranti lunak pasti akan mengalami perubahan setelah dikirmkan ke pelanggan


(salah satu pengecualian adalah embedded software). Perubahan akan terjadi karena
error telah ditemukan, karena piranti lunak harus disesuaikan dengan lingkungan
eksternal, atau karena pelanggan membutuhkan peningkatan fungsi atau performa.
Perawatan sistem mengaplikasikan tahapan siklus hidup piranti lunak yang sebelumnya
ke program yang sudah ada, bukan ke program yang baru.

B. Mengidentifikasi Permasalahan dan Kebutuhan Informasi SIMRS


Di era teknologi informasi sekarang ini yang sangat pesat, salah satunya merambah
dibidang kesehatan. Dalam bidang kesehatan diharapkan dapat memberi informasi yang
dibutuhkan oleh pelayanan kesehatan yang akurat, relevan dan terintegrasi. Sistem informasi
manajemen merupakan sebuah sistem informasi yang terpadu untuk menyajikan informasi guna
mendukung fungsi operasional, manajemen dan pengambilan keputusan dalam sebuah
organisasi.

Berdasarkan Sistem Informasi dan Komunikasi Nasional (SIKNAS) online yang menjadi
dasar Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) dan peraturan pemerintah Nomor
004/Menkes/SK/I/2003 tentang kebijakan dan strategi desentralisasi bidang kesehatan dan
Kepmenkes Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang petunjuk pelaksanaan pengembangan
sistem laporan informasi kesehatan.

Sistem informasi manajemen merupakan sebuah sistem informasi yang terpadu untuk
menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasional, manajemen dan pengambilan
keputusan dalam sebuah organisasi.

Permasalahan SIMRS, Suatu Aplikasi SIMRS yang andal apabila dapat mengantisipasi
adanya perubahan dalam SOP, Kebijakan, peraturan-peraturan atau adanya pengembangan
subsistem dalam rumah sakit. Berikut ini akan ditampilkan beberapa perubahan terbanyak yang
seharusnya terjadi/tidak dapat dihindari (karena perubahan tersebut dapat meningkatkan citra
rumah sakit), tetapi dapat menimbulkan permasalahan pada Aplikasi SIMRS (asumsi telah
mempunyai Aplikasi SIMRS/SIRS) :

1. Pelayanan Registrasi yang awalnya registrasi hanya di loket kemudian dikembangkan menjadi
registrasi dibeberapa tempat atau registrasi online.

2. Pelayanan obat rawat inap yang awalnya menggunakan sistem peresepan berubah menjadi
penggunaan CPO (catatan pemberian obat) pada ODDD atau OUDD

3. Perubahan tarif pelayanan maupun pola tarif.

4. Peningkatan status kelas/tingkat rumah sakit maupun adanya akreditasi rumah sakit

5. Adanya aplikasi pihak ketiga misalnya dari pemasok BAKHP/KSO atau penjamin.

6. Perubahan monitoring dan evaluasi indikator kinerja rumah sakit

7. Penerapan ISO terakreditasi atau atau pengembangan standar pelayanan internasional lainnya

8. Penataan catatan medik dan data pelanggan

9. Pengendalian Fraud atau Abuse dari aspek rumah sakit, pelanggan atau penjamin

10. Perubahan pengukuran kinerja /pengganjian pegawai/karyawan dan lain-lain perubahan atau
pengembangan medical pathway’s atau pengembangan subsistem lainya misalnya jenjang
pendidikan, kepangkatan, prestasi.

Permasalahan (SIMRS) di rumah sakit, Anda mungkin sebagai Manajemen rumah sakit
atau pengembang sistem di rumah sakit atau mungkin juga sebagai konsultan dan sistem
informasi yang dibuat sampai saat belum memberikan hasil secara optimal apa yang diharapkan
atau disepakati sejak awal pelaksanaan, maka tidak perlu khawatir jika pelaksanaan belum
setahun, karena membuat suatu aplikasi yang dapat memberikan solusi pada user tidaklah
semudah yang dibayangkan. Tetapi apabila pelaksanaannya telah melebihi setahun dan apalagi
telah melampaui masa periode uji coba dan tetap saja permasalahan yang anda hadapi tidak
berkurang, malah bertambah dengan adanya aplikasi SIMRS maka dapat disimpulkan bahwa
aplikasi SIMRS tersebut sebenarnya yang bermasalah, hanya saja penyebab permasalahannya
ada pada masing-masing individu (Pengembang, konsultan dan manajemen) yang terkait. Oleh
karena itu perlu dilakukan tindakan koreksi bersama-sama. SIMRS merupakan integrasi
subsistem yang ada di rumah sakit, SIMRS adalah satu diantara subsistem dalam rumah sakit,
oleh karena itu agar SIMRS dapat mendukung manajemen rumah sakit dalam mencapai Visi dan
Misinya maka seharusnya SIMRS berjalan optimal. Suatu dukungan teknologi saat ini agar
SIMRS dapat berfungsi optimal yaitu dengan menggunakan Applikasi komputer yang
selanjutnya (dalam tulisan ini) disebut Aplikasi SIMRS.

Beberapa penyebab kegagalan Aplikasi SIMRS :

1. Rumah Sakit tidak mempunyai blue print yang akurat (keseimbangan antara Brainware,
Software, Hardware dan infrastruktur)

2. Sistem Analist kurang jeli melihat/menterjemahkan kebutuhan RS

3. Developer dan Konsultan kurang menghayati Visi, misi, strategi dan kebijakan RS
(manajemen/pemilik) dan kurang mengantisipasi perubahan-perubahan subsistem (pelayanan
klinik dan non klinik). Beberapa permasalahan lainnya yang timbul dalam pengaplikasian
SIMRS :

1. Inventarisasi Masalah

2. Penerimaan pengeluaran Biaya

3. Penerimaan pengeluaran BAKHP, Op RS, dll

4. Kinerja Karyawan termasuk pendidikan/penjenjangan

5. Medical Records
6. Pelayanan Medis termasuk obat

7. Pelayanan Non medis termasuk registrasi

8. Keluhan eksternal dan internal-

9. Monitoring indikator kesehatan, KPI, Indikator Operasional

10.Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan

11.Pemasaran/Informasi

12.Aplikasi Pihak ketiga

Masing-masing permasalah tersebut di analisa sampai akar permasalahannya, kemudian


menetapkan tindakan koreksi maupun tindakan pencegahannya. Tindakan Koreksi dan
pencegahan inilah yang menjadi tujuan utama Aplikasi Sistem Informasi Manajemen yang akan
dibuat oleh Pengembang. Kegagalan Modul2 Aplikasi:

- REGISTRASI.. Kegagalan registrasi terutama disebabkan oleh ketidak patuhan pengunjung


maupun petugas

- eMEDICAL RECORD. Kegagalan eMR terutam disebabkan methode pengumpulan data yang
tidak efisien dan optimal

- BILLING SYSTEM. Kegagalan Billing System disebabkan aplikasi tidak mempunyai


mekanisme kendali

- MONITORING DAN EVALUASI. Kegagalan monev terutama disebabkan Proses


pengumpulan maupun format data yang tidak akurat

- PELAPORAN. Ketidak akurasian Laporan disebabkan banyaknya data tidak teridentifikasi dan
terverifikasi

Suatu kendala utama sampai saat ini yang dialami oleh unit pelayanan/rumah sakit yang
mempunyai kontrak kerja dengan pihak ketiga/penanggung/pemasok alat adalah ketidak
sepahaman nomenklatur.

Permasalahan SIMRS (aspek Rumah Sakit). Blue print SIMRS sebaiknya dibuat dan disesuaikan
dengan rancangan strategi jangka panjang pengembangan rumah sakit secara keseluruhan. Blue
print SIMRS memuat antara lain :

a. Visi - Misi pengembangan SIMRS yang merupakan sub dari Visi-Misi Rumah Sakit diserta
target pencapaian jangka pendek/ tahunan

b. Penetapan plat form software dan alternatifnya serta pemilihan hardware yang mendukung.

c. Kondisi ruang dan pengembangannya (SDS)

d. Potensi lain yang mendukung antara lain SDM dan pengembangannya serta Sumber Anggaran

e. Permasalahan SIMRS (Aspek Konsultan dan Pengembang SIMRS)

Kebijakan, komitmen dan infrastruktur lainnya termasuk SDM dan SDS dari Rumah sakit sudah
ada. Dan dipahami oleh Manajemen RS sebab kalau tidak, tidak akan pernah terjadi kontrak
kerja sama dengan pengembang. Kendalanya adakah sistem analist yang mampu
menterjemahkan “kebutuhan” serta menggali permasalahan - permasalahan yang ada di RS?
selanjutnya mengkomunikasikannya ke pengembang. Kendala kedua dan ini yang terbanyak.
Apakah pengembang mampu menerima informasi dari Analist yang kemudian menterjemahkan
kedalam Visi, Misi, Kebijakan, aturan RS?

Sebagai contoh Keinginan manajemen RS agar Registrasi berjalan lancar (tidak ada masalah)
kemudian pengembang telah membuatkan modul registrasi dengan aplikasi flatform tercanggih,
dengan barcode, dengan Electronic Waiting List, informasi pasien menggunakan LCD 49 inch
ala bandara udara plus sound system yang nyaring dan jelas menggunakan 8 unit Komputer
tercanggih tetapi apa yang terjadi?, pasien tetap bertumpuk dengan antrian (rata pasien RJ >500
orang perhari) pada jam 8-12 pagi, apa penyebabnya? ”Ruang Tunggu hanya mempunyai
kapasitas 40-50 orang” jadi terlihat pasien berjubel didepan loket, “Ruang tunggu sempit”
apakah disarankan kepada Manajemen RS merombak Rumah Sakitnya? dampak kondisi tersebut
pencitraan RS makin jelek, pasien tidak mau tau apakah RS menggunakan alat yang canggih,
yang penting nyaman dan aman (Standar pelayanan non medik waktu tunggu adalah 5 menit
ideal di Indonesia, di LN kurang 1 menit).

f. Permasalahan SIMRS (Aspek Sub sistem)


g. BILLING SYSTEM. Banyak unit pelayanan mempunyai subsistem akuntansi tersendiri,
namun pada prinsipnya memudahkan para menejemen dalam pengelolaan keuangan,
transaksi/pencatatan serta informasi yang real time, akurat dan akuntabel. Transaksi real time
dengan menggunakan semua cara bayar misalnya Tunai (cash), kartu debet/kredit, uang
muka/panjar, pengakuan piutang dll otomatis tercatat dalam mekanisme pembukuan. Informasi
Penerimaan termasuk dari pihak penanggung, informasi pengeluaran termasuk pembagian jasa
medik perperiode per sub unit serta biaya jasa rumah sakit dan bahan alat kesehatan habis pakai
(BAKHP).

h. Termasuk Neraca rugi/laba operasional

i. Dilengkapi perhitungan kewajiban/ pajak

j. Kesemuanya terjembatani menjadikan suatu subsistem dalam Sistem Informasi Manajemen


Keuangan yang andal

k. MEDICAL RECORD. Catatan medik pasien (medical record) adalah satu-satunya dokumen
yang sangat diyakini kebenarannya, tidak mempunyai kadaluarsa, seperti layaknya dokumen
sejarah, berbeda dengan catatan inventaris kekayaan atau keuangan yang mempunyai masa
retensi/penyimpanan, autentik medical record dilindungi undang undang, sangat rahasia, tidak
boleh hilang/rusak dan tidak boleh berubah. Seorang pasien seharusnya hanya mempunyai satu
catatan medik di satu rumah sakit. Untuk memenuhi tuntutan tersebut diatas, catatan medik
pasien harus tersimpan aman dalam arti yang seluas-luasnya. Pengelolaan catatan medik pasien
membutuhkan suatu seni dan ilmu tersendiri, kekeliruan pengelolaan berdampak serius.
Permasalahan yang sering terjadi antara lain. Hilang dalam peminjaman, rusak dalam
enyimpanan/penelitian, Berubah/lapuk dalam penyimpanan, tercecer sebagian dalam pelayanan,
Mudah diganti/disalin bila sobek (keakurasian tidak terjamin), kesulitan mencari bila dibutuhkan,
Terjadi duplikasi dalam pembuatannya.

l. REGISTRASI. Kenapa harus dipersulit kalau bisa dilaksanakan dengan mudah, dinegara maju
hampir semua pelayanan tidak lagi memerlukan suatu registrasi ditempat pelayanan.

Beberapa hal yang menyebabkan pelaksanaan registrasi menimbulkan permasalahan yang


terkadang dapat menurunkan pencitraan :
Ratio Pendaftar dengan tempat/loket tidak sesuai/seimbang, tempat kurang nyaman, waktu
pencatatan lebih lama karena membutuhkan data lebih banyak, kelengkapan dokumen,
identifikasi yang tidak perlu, pencatatan berulang, terjadi duplikasi, registrasi ulang untuk
pelayanan lainnya, otorisasi, ketidakpastian urutan pendaftaran, biaya registrasi, dan lain-lain
aturan yang mengharuskan registrasi.

m. MONITORING DAN EVALUASI. Fase Monitor dan evaluasi semua


operasional/pelaksanaan program termasuk perencanaan mutlak diketahui secara cepat dan
akurat, sehingga pengambilan keputusan juga bisa lebih tepat dan cepat. Sangat berbeda
Monitirng dan evaluasi (Monev) proses bisnis kesehatan dengan lainnya, dimana memerlukan
suatu penilaian terhadap indikator khusus yang berlaku universal. Misalnya adanya peningkatan
ratio kunjungan terhadap penyakit tertentu. Sebagai manajemen rumah sakit berkewajiban
menginformasikan ke institusi yang berwewenang, selain mempersiapkan fasilitas akibat
peningkatan indikator tersebut juga mempersiapkan contigency plan.

Selain dari pada itu suatu mekanisme Monev juga harus dilengkapi EWS (Early Warning
System) yang memberikan signal terhadap indikator–indikator kinerja (Operasional/manajerial)
maupun signal terhadap KPI (Key Performance Indicator)

n. PELAPORAN. Selain tugas sebagai manager suatu unit pelayanan, pembuatan laporan mutlak
harus dibuat. Berbagai bentuk informasi yang perlu dilaporkan, menjadikan mekanisme kerja ini
perlu penanganan tersendiri. Hambatan yang mungkin terjadi adalah : Keterlambatan pembuatan
laporan (bentuk, jumlah dan periode pelaporan, serta sumber data sangat mempengaruhi
ketepatan waktu), reproduksi laporan untuk jenis dan periode yang sama sering berbeda,
pengarsipan/dokumentasi, pembuatan SP (Surat Pengantar), Nomor surat/ identifikasi serta
alamat tujuan Laporan. Hal tersebut dapat menyebabkan Laporan kurang akurat.

o. VERIFIKASI. Suatu kendala utama sampai saat ini yang dialami oleh unit pelayanan/rumah
sakit yang mempunyai kontrak kerja dengan pihak ketiga/penanggung/pemasok alat adalah
ketidak samaan persepsi tentang item (jenis pelayanan, tarif/cost atau akomodasi). Penyebab
permasalahannya adalah, mereka mempunyai aplikasi program (software) dan aturan sendiri.
Akibatnya rumah sakit mempersiapkan segala sumber daya (waktu, tenaga dan alat) untuk itu.
Suatu mekanisme kerja yang tidak efisien dan akhir ke semuanya itu menggangu cash flow dan
operasional rumah sakit.
C. Memahami Sistem SIMRS
Dalam era globalisasi sekarang ini, rumah sakit dituntut untuk meningkatkan
kinerja dan daya saing sebagai badan usaha dengan tidak mengurangi misi sosial yang
dibawanya. Rumah sakit harus merumuskan kebijakan-kebijakan strategis antara lain
efisiensi dari dalam (organisasi, manajemen, serta SDM) serta harus mampu secara cepat
dan tepat mengambil keputusan untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat agar
dapat menjadi organisasi yang responsif, inovatif, efektif, efisien dan menguntungkan.
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit adalah sistem komputerisasi yang
memproses dan mengintegrasikan seluruh alur proses bisnis layanan kesehatan dalam
bentuk jaringan koordinasi, pelaporan dan prosedur administrasi untuk memperoleh
informasi secara cepat, tepat dan akurat.
Sistim Informasi Manajemen (SIM) berbasis komputer merupakan sarana
pendukung yang sangat penting – bahkan bisa dikatakan mutlak – untuk operasional
rumah sakit. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) adalah sebuah sistem
informasi yang terintegrasi yang disiapkan untuk menangani keseluruhan proses
manajemen Rumah Sakit, mulai dari pelayanan diagnosa dan tindakan untuk pasien,
medical record, apotek, gudang farmasi, penagihan, database personalia, penggajian
karyawan, proses akuntansi sampai dengan pengendalian oleh manajemen. Produk kami
Enterprise Hospital System adalah sistem yang terintegrasi pada semua modul dan telah
dipakai di beberapa Rumah Sakit Daerah, baik yang telah berstatus BLU maupun belum.
SIMRS ini didesain dengan teknologi informasi terbaru dan interface yang menarik
sehingga mudah digunakan.
Tujuan system informasi adalah identifikasi masalah meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan, meningkatkan ketepatan dan kecepatan pengambilan keputusan,
meningkatkan fungsi perencanaan, pemantauan, pengendalian, dan evaluasi organisasi.
Mengukur, mengendalikan, menganalisa penggunaan sumber daya dan produktifitas,
efisiensi dan efektifitas, meningkatkan komunikasi intern dan ekstern organisasi,
penyusunan laporan intern dan ekstern riset dan pendidikan.

Kategori SIM RS
1. Sistem Informasi Administrasi dan keuangan

2. Sistem Informasi medis-klinis

Penyaiian informasi – Efisiensi biaya – Ketenagaan Utilisasi pelayanan penunjang


Struktur biaya.
Manfaat yang didapatkan Rumah Sakit dengan menggunaan SIMRS ini adalah:
A. Proses-proses manajemen rumah sakit bisa terintegrasi antara satu bagian dengan bagian
lainnya.
B. Pengendalian stok obat dan alkes multi gudang (multi apotek / floorstock) bisa
dilakukan dengan lebih mudah karena posisi stock up to date-nya bisa diketahui setiap
saat.
C. Penagihan kepada pasien bisa dibuat dalam sebuah single billing statement untuk
semua jasa perawatan yang telah diterima pasien.
D. Riwayat penyakit dan perawatan (medical record) pasien bisa dikelola dan dipanggil
dengan cepat dan otomatis.
E. Analisis statistik diagnosa dan pembedahan terhadap pasien telah disesuaikan dengan
standard yang telah ditetapkan WHO.
F. Memudahkan proses budgeting dan pengendalian realisasinya.
G. Memudahkan penyusunan rencana cash-flow dan pengendalian arus kas maupun bank.
Dengan SIMRS, resiko keterlambatan pembayaran atau penagihan hutang piutang bisa
dikurangi.
Menjaga konsistensi data (data consistency) karena menggunaan data bersama (data
sharing) baik data master (database pasien, dokter, perawat, karyawan dan obat) maupun
data transaksi.
Pemanfaatan data keluaran / output dari suatu modul oleh modul lain (sebagai masukan /
input) sehingga bisa dihindari adanya redundansi proses antar bagian. SIMRS
memberikan kemudahan dalam pembuatan laporan di semua unit, cepat dan akurat.
Pencetakan nota pembayaran, kuitansi, surat menyurat bisa dilakukan dengan mudah.
Efisiensi waktu entri data (entry time) karena hanya dilakukan sekali oleh bagian yang
paling berkompeten.
Efisiensi kerja karyawan menjadi meningkat karena beberapa proses rutin seperti
pembuatan laporan atau perhitungan-perhitungan dilakukan secara otomatis dan cepat.
Dengan demikian karyawan lebih bisa berkonsentrasi kepada hal-hal yang bersifat
strategis.

D. Menganalisa Hasil Identifikasi SIMRS


BAB II
PERANCANGAN SISTEM

A. Membuat Konseptual Desain Gambaran Umum SIMRS


1. Flowmap
2. DFD
B. Membuat Detail Sistem
1. ERD
2. Physical System
3. Relational Database
BAB III

IMPLEMENTASI SISTEM

A. Membuat Simulasi Implementasi Sistem


1. Memilih SDM dan Membuat Pelatihan

Sumber Daya Manusia Fungsi


Bagian administrasi Mengelola master data pasien
Mengelola transaksi pendaftaran
Petugas kamar Mengelola master data kamar, jenis kamar, kelas kamar, pe
tugas
Mengelola transaksi pencatatan rawat inap, lihat laporan S
PV rawat inap
Mengecek ketersediaan kamar
Mengelola transaksi pelayanan kamar
Kasir Mengelola pembayaran kamar dan melihat pembayaran ya
ng telah lunas
Bendahara Mengelola master data akun
Lihat jurnal umum, buku besar, dan laporan pendapatan

2. Memilih dan Menentukan Tempat Lokasi

3. Uji Coba Sistem


Pengujian dilakukan dengan metode pengujian black box dan kuesioner. Pengujian
dilakukan secara menyeluruh terhadap sistem untuk mengetahui apakah sistem akan berjalan
dengan lancar sesuai yang diharapkan. Pengujian ini dilakukan dengan menguji aplikasi dari
segi fungsionalitasnya, yaitu memberikan input berdasarkan kondisi, lalu mengamati apakah
keluaran yang dihasilkan sesuai dengan keluaran yang diharapkan sebelumnya dan
memberikan kesimpulan dari hasil pengujian tersebut (Yustikasari, Wijaya, & Yuniarsa,
2015).
BAB IV
PERAWATAN SISTEM

A. Sistem Melakukan Perubahan Karena Permintaan User

Pemeliharaan sistem yang sudah dibuat sangat penting untuk referensi di kemudian hari.
Pemeliharaan ialah tahap akhir yang menjadi permulaan fase yang baru yaitu penggunaan.

SDLC belum berakhir di tahap ini. Software yang dihasilkan harus terus dipantau untuk
memastikan ia berjalan sempurna.

Celah dan kerusakan yang ditemukan pada proses produksi harus dilaporkan dan
diselesaikan. Jika ditemukan sebelum diproduksi massal, ini akan lebih baik daripada
menyelesaikan dengan merombak semuanya dari awal ke akhir.

1. Sistem Internal
2. Sistem External
BAB V

KESIMPULAN

A. Kelebihan Metode SDLC SIMRS


Kelebihan menggunakan Waterfall Model adalah sebagai berikut.
1. Mudah diterapkan atau diaplikasikan.
2. Memberikan model tentang analisis, desain, coding, testing, dan maintenance.
3. Cocok digunakan untuk produk-produk software yang kebutuhannya sudah jelas dari
awal, sehingga minim kesalahan.
4. Cocok digunakan untuk produk software berskala kecil.
5. Software yang dikembangkan dengan metode ini biasanya menghasilkan kualitas yang
baik.
6. Dokumen pengembangan sistem sangat terorganisir, karena setiap fase harus
terselesaikan dengan lengkap sebelum melangkah ke fase berikutnya.

B. Kekurangan Metode SDLC SIMRS


Kekurangan menggunakan Waterfall Model adalah sebagai berikut.
1. Bersifat kaku sehingga penanganan perubahan software pada saat program sedang
berlangsung menjadi lebih sulit.
2. Terjadinya pembagian proyek menjadi tahap-tahapan yang tidak fleksibel, karena
komitmen harus dilakukan pada tahapan awal proses.
3. Customer harus bersabar untuk menanti produk selesai, karena produk dikerjakan secara
tahap per tahap, menyelesaikan tahap awal baru bisa menuju tahap selanjutnya.
4. Perubahan ditengah-tengah pengerjaan produk akan membuat bingung team work yang
sedang membuat produk.
5. Adanya waktu menganggur bagi para pengembang, karena harus menunggu anggota tim
proyek lainnya menuntaskan pekerjaannya.
6. Semua kebutuhan sudah terdefinisi sejak awal dan software yang diberikan adalah versi
terakhir dari setiap tahap.
7. Sulit untuk mengalami perubahan kebutuhan yang diinginkan oleh customer/pelanggan.
8. Proyek yang sebenarnya jarang mengikuti alur sekuensial seperti diusulkan, sehingga
perubahan yang terjadi dapat menyebabkan hasil yang sudah didapatkan tim pengembang
harus diubah kembali/iterasi sering menyebabkan masalah baru.
DAFTAR PUSTAKA

http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00371-IF-Bab%202.pdf

http://www.rent-at-soft.com/index.php/article/it-articles/permasalahan-sim-rs

http://rsudpurihusada.inhilkab.go.id/sistem-informasi-manajemen-rumah-sakit-sim/

Anda mungkin juga menyukai