PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Struktur modal perusahaan merupakan bagian dari struktur keuangan perusahaan yang
mengulas tentang cara perusahaan mendanai aktivanya struktur modal mengarah pada
pendanaan perusahaan yang menggunakan utang jangka panjang, saham preferen ataupun
modal pemegang saham. Pada hakikatnya, struktur modal merupakan kombinasi utang dan
ekuitas dalam struktur keuangan jangka panjang perusahaan lebih menggambarkan target
komposisi utang dan ekuitas dalam jangka panjang pada suatau perusahaan(Bernstein dan
Wild, 1998).
Struktur modal pada tiap perusahaan ditetapkan dengan memperhitungkan berbagai
aspek atas dasar kemungkinan akses dana, keberanian perusahaan menanggung risiko,
rencana strategis pemilik, serta analisis biaya dan manfaat yang diperoleh dari setiap sumber
dana. Pada setiap sumber dana yang dapat dipergunakan oleh perusahaan melekat kelebihan
dan kekurangannya terkait status perusahaan. Perusahaan yang belum berstatus perseroan
terbatas, berstatus perseroan terbatas, perusahaan tertutup dan terbuka, memiliki kemampuan
akses dana yang berbeda. Perusahaan yang berstatus terbuka (go publik), memiliki akses
terhadap sumber pendanaan yang lebih luas dengan pertimbangan sahamnya dapat dijual
kepada masyarakat luas. Ketatnya persaingan dalam dunia bisnis menjadi pemicu yang kuat
bagi manajemen perusahaan untuk menampilkan performa terbaik dari perusahaan yang
dipimpinnya karena baik buruknya performa perusahaan akan berdampak pada nilai pasar
perusahaan dan juga mempengaruhi minat investor untuk menanamkan atau menarik
investasinya dari suatu perusahaan, hal ini akan mempengaruhi ketersediaan dan besarnya
dana.
Modal merupakan suatu elemen penting dalam suatu perusahaan, disamping sumber
daya manusia, mesin, material dan sebagainya. Suatu perusahaan selalu membutuhkan modal
dan tetap dibutuhkan jika perusahaan bermaksud melakukan expansi oleh karena itu
perusahaan harus menentukan berapa besarnya modal yang diperlukan untuk membiayai
usahanya. Kebutuhan dana bisa dipenuhi dari berbagai sumber, pada dasarnya sumber modal
diklasifikasikan dalam dua jenis yaitu utang dan ekuitas. Komposisi keduanya dalam struktur
pendanaan jangka panjang suatu perusahaan disebut struktur modal perusahaan (Brigham,
1999).
1
Keputusan struktur modal dalam perusahaan merupakan hal yang penting pentingnya
struktur modal ini karena adanya pilihan kebutuhan antara memaksimalkan return atau
menimilkan biaya modal dengan kemampuan perusahaan dalam menghadapi lingkungan
bisnis yang kompetitif. Struktur modal perusahaan adalah kombinasi dari saham-saham yang
berbeda (saham biasa dan saham preferen) atau bauran seluruh sumber pendanaan jangka
panjang(ekuitas dan utang) yang digunakan perusahaan. Pada umumnya, suatu perusahaan
dapat memilih berbagai alternatif struktur modal. Persoalannya adalah apakah perusahaan
akan menggunakan utang yang besar atau hanya menggunakan utang yang sangat kecil.
Sumber sumber pendanaan yang dapat digunakan antara lain: leasing, warrant, convertible,
bond, forward contracts atau trade bond swaps. Persoalannya adalah banyaknya pilihan ini
akan mendiring perusahaan untuk melakukan berbagai alternatif kombinasi pendanaan.
Dalam penelitian ini peneliti hanya berusaha untuk menemukan kombinasi yang akan
memaksimalkan nilai pasar perusahaan. Nilai pasar adalah sama dengan nilai pasar saham
ditambah nilai pasar utang. Apabila besarnya nilai utang konstan, maka setiap peningkatan
nilai saham akan meningkatkan nilai perusahaan apabila nilai utang berubah, maka struktur
modal akan berubah pula. Perubahan dalam struktur modal akan menguntungkan bagi
pemegang saham, jika nilai perusahaan meningkat
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu struktur modal?
2. Apa maksud dari pendekatan struktur modal?
3. Apa itu MM position?
4. Apa pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan?
C. TUJUAN
1. Memahami definisi dstruktur modal,
2. Memahami maksud dari pendekatan struktur modal,
3. Mengetahui apa yang dimaksud MM position, dan
4. Memahami dampak dari struktur modal terhadap nilai suatu perusahaan.
2
PEMBAHASAN
3
b) Pendekatan Laba Operasi (Net Operating Income Approach)
Pendekatan ini melihat bahwa biaya modal rata-rata tertimbang konstan berapapun
tingkat hutang yang digunakan oleh perusahaan. Pertama, diasumsikan bahwa biaya hutang
konstan seperti halnya dalam pendekatan laba bersih. Kedua, penggunaan hutang yang
semakin besar oleh pemilik modal sendiri dilihat sebagai peningkatan risiko perusahaan. Oleh
karena itu tingkat keuntungan yang diisyaratkan oleh pemilik modal sendiri akan meningkat
sebagai akibat meningkatnya risiko perusahaan. Konsekwensinya biaya modal rata-rata
tertimbang tidak mengalami perubahan dan keputusan struktur modal menjadi tidak penting.
c) Pendekatan Tradisional (Traditional Approach)
Pendekatan ini mengasumsikan bahwa hingga leverage tertentu, risiko perusahaan
tidak mengalami perubahan. Sehingga baik tingkat bunga hutang maupun tingkat kapitalisasi
relatif konstan. Namun demikian setelah leverage atau rasio hutang tertentu, biaya hutang dan
biaya modal sendiri meningkat. Peningkatan biaya modal sendiri ini akan semakin besar dan
bahkan akan lebih besar daripada penurunan biaya karena penggunaan hutang yang lebih
murah. Akibatnya biaya modal rata-rata tertimbang pada awalnya menurun dan setelah
leverage tertentu akan meningkat. Ketiga pendekatan struktur modal tradisional ini pada
mulanya dikembangkan oleh David Durand pada tahun 1952.
4
b. Model Modigliani-Miller (Mm) Dengan Pajak
Pada tahun 1963, MM menerbitkan artikel sebagai lanjutan teori MM tahun 1958.Asumsi
yang diubah adalah adanya pajak terhadap penghasilan perusahaan. Dengan adanya pajak ini,
MM menyimpulkan bahwa penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan karena
biaya bunga hutang adalah biaya yang mengurangi pembayaran pajak.
1) Model Miller
Tahun 1976, Miller menyajikan suatu teori struktur modal yang juga meliputi pajak untuk
pengasilan pribadi. Pajak pribadi ini adalah pajak penghasilan dari saham dan pajak
pengasilan dari obligasi.
2) Financial Distress Dan Agency Costs
Financial distress adalah kondisi dimana perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan
terancam bangkrut. Jika perusahaan mengalami kebangkrutan, maka akan timbul biaya
kebangkrutan yang disebabkan oleh: keterpaksaan menjual aktiva dibawah harga pasar, biaya
likuidasi perusahaan, rusaknya aktiva tetap dimakan waktu sebelum terjual, dan sebagainya.
Agency costs atau biaya keagenan adalah biaya yang timbul karena perusahaan menggunakan
hutang dan melibatkan hubungan antara pemilik perusahaan (pemegang saham) dan kreditor.
Biaya keagenan ini muncul dari problem keagenan. Jika perusahaan menggunakan utang, ada
kemungkinan pemilik perusahaan melakukan tindakan yang merugikan kreditor.
Semakin besar penggunaan hutang, semakin besar keuntungan dari penggunaan hutang,
tetapi PV biaya financial distress dan PV agency costs juga meningkat, bahkan lebih besar.
Kesimpulannya adalah: penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan tetapi hanya
sampai kondisi tertentu.
Awal dekade 1950-an, Gordon Donaldson dari Harvard University mengajukan teori
tentang informasi asimetris. Asymmetric information adalah kondisi dimana suatu pihak
memiliki informasi yang lebih banyak dari pihak lain. Karena asymmetric information,
manajemen perusahaan tahu lebih banyak tentang perusahaan dibanding investor di pasar
modal.
5
C. MM POSITION
1. Teori MM Tanpa Pajak
Pada tahun 1958 mereka mengajukan suatu teori yang ilmiah tentang struktur modal
perusahaan. Teori mereka menggunakan beberapa asumsi : Risiko bisnis perusahaan diukur
dengan σ EBIT (Standard Deviation Earning Before Interest and Taxes). Investor memiliki
pengharapan yang sama tentang EBIT perusahaan di masa mendatang. Saham dan obligasi
diperjual belikan di suatu pasar modal yang sempurna Seluruh aliran kas adalah perpetuitas
(sama jumlahnya setiap periode hingga waktu tak terhingga). Dengan kata lain, pertumbuhan
perusahaan adalah nol atau EBIT selalu sama. Teori struktur modal modern yang pertama
adalah teori Modigliani dan Miller (teori MM). Mereka berpendapat bahwa struktur modal
tidak relevan atau tidak mempengaruhi nilai perusahaan.
Nilai perusahaan yang menggunakan hutang akan sama dengan nilai perusahaan yang
tidak menggunakan hutang sebagai berikut ini.
VL = VU= EBIT/KsU=EBIT/WACC
dimana:
VL = Nilai untuk perusahaan yang menggunakan hutang (value for leveraged companies)
VU = Nilai untuk perusahaan yang tidak menggunakan hutang (100%saham, atau value
for unlevered companies
EBIT = Earning Before Interest and Tax
KsU = Keuntungan yang disyaratkan pada saham Unlevered Firm
V=D+S
Dimana :
V = Nilai perusahaan
D = Hutang (Debt)
S = Modal Sendiri (stock )
b) Dalil II
Ks L = KsU + (KsU - Kd ) (D/S)
Dimana :
KsL = Keuntungan yang diisyaratkan pada modal sendiri
KsU = Biaya modal sendiri pada Unleverage Firm
6
D/S = Hutang dibagi modal sendiri
Kd = Biaya hutang
Dari dalil II diatas dapat disimpulkan : Jika penggunaan hutang bertambah , biaya modal
sendiri juga bertambah besar. Hal ini dapat
diterangkan sebagai berikut : Jika hutang yang digunakan bertambah,resiko perusahaan juga
bertamnbah sehingga biaya modal sendirinatau keuntungan yang diisyaratkan pada modal
sendiri juga bertanbah. Perlu diingat bahwa :
Dengan menggunakan hutang yang semakin banyak, perusahaan bisa menggunakan
sumber modal yang lebih murah yang semakin besar. Penggunaan sumber modal yang murah
yang semakin banyak akan menurunkan biaya modal rata-rata tertimbang perusahaan
(WACC) tersebut, jika tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk saham (ks) konstan.
Tetapi dengan semakin meningkatnya hutang, tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk
saham (ks) juga akan meningkat. Dua efek yang saling berlawan tersebut menghasilkan biaya
modal rata-rata tertimbang yang konstan. Hasilnya, nilai perusahaan akan konstan.
2. Teori MM dengan Pajak
VL = VU + Tc B
EBIT (1 – Tc) Tc . kb . B
= ------------------ + ----------------- ……… (3)
ko kb
dimana:
7
Tc = tingkat pajak (perusahaan)
B = besarnya hutang
ks = tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk saham
kb = tingkat keuntungan hutang (tingkat bunga)
Ko = tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk saham perusahaan tanpa hutang
EBIT = Earning Before Interest and Taxes (Pendapatan sebelum pajak dan bunga)
Formula tersebut mempunyai implikasi bahwa penggunaan hutang yang semakin banyak
akan meningkatkan biaya modal saham. Tetapi penggunaan hutang yang lebih banyak, berarti
menggunakan modal yang lebih murah (biaya modal hutang lebih kecil dibandingkan biaya
modal saham), akan menurunkan biaya modal rata-rata tertimbang (meskibiaya modal
sahamnya meningkat).
Teori MM tersebut sangat kontroversial. Implikasi teori tersebut adalah perusahaan
sebaiknya menggunakan hutang sebanyak-banyaknya. Dalam praktiknya, tidak ada
perusahaan yang mempunyai hutang sebesar itu, karena semakin tinggi tingkat hutang suatu
perusahaan, akan semakin tinggi juga kemungkinan kebangkrutannya. Inilah yang
melatarbelakangi teori MM mengatakan agar perusahaan menggunakan hutang sebanyak-
banyaknya, karena MM mengabaikan biaya kebangkrutan.
Teori MM tanpa pajak dianggap tidak realistis dan kemudian MM memasukkan
faktor pajak ke dalam teorinya. Pajak dibayarkan kepada pemerintah, yang berarti merupakan
aliran kas keluar. Hutang bisa digunakan untuk menghemat pajak, karena bunga bisa dipakai
sebagai pengurang pajak.
8
supplier barangkali tidak akan mau memasok barang karena mengkhawatirkan kemungkinan
tidak terbayar. Biaya lain dari peningkatan hutang adalah meningkatnya biaya keagenan
hutang (agency cost of debt). Jika hutang meningkat, maka konflik antara pemegang hutang
dengan pemegang saham akan meningkat, karena potensi kerugian yang dialami oleh
pemegang hutang akan meningkat. Dalam situasi tersebut, pemegang hutang akan semakin
meningkatkan pengawasan (monitoring) terhadap perusahaan. Pengawasan bisa dilakukan
dalam bentuk biaya-biaya monitoring (persyaratan yang lebih ketat, menambah jumlah
akuntan, dsb) dan bisa juga dalam bentuk kenaikan tingkat bunga. Dengan memasukkan
biaya keagenan, persamaan nilai perusahaan di atas bisa diperluas sebagai berikut ini.
9
Menurut Teori ini ada asimetri informasi antara manger dengan pihak luar. Manager
mempunyai informasi yang lebih lengkap mengenai kondisi perusahaan dibandingan pihak
luar.
Signaling
Mengembangkan model dimana struktur modal (penggunaan hutang) merupakan
signal yang disampaikan oleh manager ke pasar. Jika manager mempunyai keyakinan bahwa
prospek perusahaan baik, dan karenanya ingin agar saham tersebut meningkat, ia ingin
megkomunikasikan hal tersebut kepada investor. Manager bisa menggunakan hutang lebih
banyak sebagai signal yang lebih credible. Karena perusahaan yang meningkatkan hutang
bisa dipandang sebagai perusahaan yang yakin dengan prospek perusahaan di masa
mendatang. Investor diharapkan akan menangkap signal tersebut, signal bahwa perusahaan
mempunyai prospek yang baik.
10
dimana
VL = Nilai perusahaan dengan hutang
VU = Nilai perusahaan tanpa hutang
Tc = tingkat pajak perusahaan
ts = tingkat pajak pemegang saham (atas dividen dan capital gain)
tb = tingkat pajak untuk pemegang hutang (atas bunga)
B = Hutang
Menurut model tersebut, tujuan yang ingin dicapai adalah, tidak hanya meminimalkan
pajak perusahaan, tetapi meminimalkan total pajak yang harus dibayarkan (pajak perusahaan,
pajak atas pemegang saham, dan pajak atas pemegang hutang). Melihat persamaan di atas
mempunyai beberapa implikasi. Jika (1 – tb) = (1 – Tc) (1 – ts), maka persamaan di atas
menjadi,
VL = VU + (1 – 1) B = VU
Dengan kata lain, pada kondisi tersebut, nilai perusahaan dengan hutang sama dengan
nilai perusahaan tanpa hutang. Tidak ada penghematan pajak atas bunga hutang.
Pada situasi lain, dimana ts = tb, persamaan di atas menjadi.
VL = VU + Tc . B
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa nilai perusahaan dengan hutang sama
dengan nilai perusahaan tanpa hutang ditambah penghematan pajak karena bunga hutang.
Persamaan tersebut sama dengan argumen MM dengan pajak. Dua situasi di atas merupakan
situasi ekstrim. Pada situasi kebanyakan, nilai VL akan berada diantara nilai VU dan nilai VU
+ Tc.B.
11
3. Leverage operasi. Jika hal-hal lain tetap sama, perusahaan dengan leverage operasi yang
lebih kecil cenderung lebih mampu untuk memperbesar leverage keuangan karena ia akan
mempunyai risiko bisnis yang lebih kecil.
4. Tingkat pertumbuhan. Jika hal-hal lain tetap sama, perusahaan yang tumbuh dengan
pesat harus lebih banyak menggunakan modal eksternal. Lebih jauh lagi, biaya
pengambangan untuk penjualan saham biasa jauh lebih besar daripada biaya untuk penerbitan
surat utang, yang mendorong perusahaan untuk lebih banyak mengandalkan utang. Namun,
pada saat yang sama perusahaan yang tumbuh dengan pesat sering menghadapi
ketidakpastian yang lebih besar, yang cenderung mengurangi keinginannya untuk
menggunakan utang.
5. Profitabilitas. Seringkali pengamatan menunjukan bahwa perusahaan dengan tingkat
pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan utang yang relatif kecil. Meskipun
tidak ada pembenaran teoritis mengenai hal ini, namun penjelasan pratis atas kenyataan ini
adalah bahwa perusahaan yang sangat menguntungkan seperti Intel, Microsoft dan Coca-Cola
memang tidak memerlukan banyak pembiayaan dengan utang. Tingkat pengembalian yang
tinggi memungkinkan mereka untu membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan mereka
dengan dana yang dihasilkan secara internal.
6. Pajak. Bunga merupakan beban yang dapat dikurangkan untuk tujuan perpajakan, dan
pengurangan tersebut sangat bernilai bagi perusahaanyang terkena tarif pajak yang tinggi.
Karena itu makin tinggi tarif pajak perusahaan, makin besar manfaat penggunaan utang.
7. Pengendalian. Pengaruh utang lawan saham terhadap posisi pengendalian manajemen
dapat mempengaruhi struktur modal. Apabila manajemen saat ini mempunyai hak untuk
mengendalikan perusaahaan tetapi sama sekali tidak diperkenankan untuk membeli saham
tambahan, mereka mungkin akan memilih utang untuk pembiayaan baru. Di lain pihak,
manajemen memutuskan untuk menggunakan ekuitas jika kondisi keuangan perusahaan
sangat lemah sehingga penggunaan utang dapat membawa perusahaan pada risiko
kebangkrutan, karena jika perusahaan jatuh bangkrut, para manajer tersebut akan kehilangan
pekerjaan. Tetapi, jika utangnya terlalu kecil mereka akan menghadapi risiko
pengambilalihan.
12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Struktur Modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal asing dan modal
sendiri. Modal asing diartikan dalam hal ini adalah hutang baik jangka panjang maupun
dalam jangka pendek. Sedangkan modal sendiri bisa terbagi atas laba ditahan dan bisa juga
dengan penyertaan kepemilikan perusahaan.
Di dalam teori struktur modal meliputi :
13
DAFTAR PUSTAKA
Sumber : Bringham & Houston, 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Buku 2, Jakarta :
Salemba Empat.
http://ekonomi.kabo.biz/2011/07/kebijakan-struktur-modal.html, access on Friday, March 4,
2016 at 7 P.M
http://ekonomi-planner.blogspot.co.id/2016/04/teori-struktur-modal.html
http://eprints.ums.ac.id/23892/2/BAB_I.pdf
14