Transmisi Rantai
Penggerak rantai digunakan untuk memindahkan tenaga atau putaran antara dua
poros terpisah. Rantai bergerak tanpa slip sama seperti pada roda gigi dan transmisi
sabuk gilir. Transmisi terjadi pada rantai dan gigi rantai. Transmisi rantai dipakai secara
umum dalam banyak sistem teknik. Beberapa contoh misalnya pada sepeda, sepeda
motor atau konveyor dan lain sebagainya.
Penggerak rantai terdiri dari dua buah roda gigi dan satu rantai. Roda gigi rantai
dipasang pada poros dengan sebuah adaptor luncur, baut atau pasak. Transmisi ini
digunakan untuk memindahkan torsi yang besar, sebuah pasak menjamin bahwa roda
gigi rantai tidak dapat slip dari poros.
1
Rantai dibuat dari baja dan dikonstruksikan dengan penghubung. Penghubung dibuat
dari pelat penghubung, pena, bus dan rol. Ada beberapa macam tipe rantai. Komponen
masing-masing tipe pada dasarnya tetap sama. Konstruksi penghubung rantai
ditunjukkan seperti gambar berikut.
Standar rantai rol dinyatakan dengan nomor rantai. Nomor ini menyatakan
ukuran jarak bagi, diameter rol, lebar rol, tebal plat rantai dan lebar plat serta diameter
pena. Nomor rantai yang umum antara lain rantai nomor 40, 50, dan 60 dan diberi tanda
jumlah rangkaian 1, 2, 3, 5 dan 6.
Jenis Rantai
No 35 No 100
No 40 No 120
No 50 No 140
No 60 No 15
No 80
Berdasarkan jumlah rangkaian :
2
Single (simplex)
Double (duplex)
Triple (triplex)
Pp = P. fc
Keterangan :
Pp : Tenaga perancangan ( kW )
fc : Faktor koreksi
Besarnya faktor koreksi ditentukan oleh jenis tumbukan, penggerak dan pemakaian.
Besarnya faktor koreksi dapat dilihat pada tabel faktor koreksi berikut
Tumbukan
Penggerak Motor Piston
Motor Listrik
3
tambang, Bor minyak bumi,
Pencampur karet, Penggetar
Faktor koreksi untuk rangkaian lebih dari satu ditentukan oleh tabel berikut.
2 1,7
3 2,5
4 3,3
5 3,9
6 4,6
Untuk perancangan secara lengkap ada beberapa data yang harus diketahuinya, antara
lain :
Diameter poros
Jarak antara sumbu poros
Kecepatan roda gigi terkecil
Perbandingan transmisi
Tenaga yang dipindahkan
Panjang rantai
Panjang rantai dapat ditentukan berdasarkan jarak poros, jumlah gigi sproket
penggerak dan jumlah gigi sproket yang digerakkan. Panjang rantai dinyatakan dengan
4
satuan mata rantai dan satuan panjang baik dalam mm maupun inchi. Secara umum jarak
poros transmisi rantai dibuat 30 sampai 50 kali jarak bagi rantai. Jika jumlah gigi sproket
penggerak Z1, yang digerakkan Z2 dan jarak porosnya l ( mata rantai ), panjang rantai
dapat ditentukan dengan rumus berikut.
Keterangan :
Ls
Ls = Panjang Rantai (inch) p=
Zs
P = pitch (inch)
Dp = Diameter pitch (inch) p= πD p
Zr
Zs = Jumlah keping mata rantai
Kekencangan Sabuk Rantai
Rantai mempunyai umur operasi yang optimal jika perakitan dilakukan secara
benar dan selanjutnya digunakan juga sesuai dengan instruksi. Perakitan rantai secara
benar maksudnya bahwa gaya tegang pada rantai tepat dan roda gigi rantai posisinya
sebaris. Panjang rantai akan bertambah karena penggunaan. Hal ini disebabkan karena
keausan pada penyambung rantai. Hasilnya panjang rantai akan bertambah terus. Rantai
dapat dikembalikan pada gaya tegang yang benar dengan menggunakan penegang rantai
atau dengan menggeser salah satu poros. Rantai harus diinspeksi kelonggarannya secara
rutin. Kelonggaran ini ditentukan berdasarkan gambar atau grafik berikut. Pada gambar
sumbu horisontal menunjukkan jarak poros ( mm ) dibagi dengan 100. Asumsikan
bahwa hasil pembagiannya 10 mm kemudian tarik garis lurus dan tegak pada angka 10
dan memotong grafik. Dari titik potong ini anda dapat membaca pada sisi kiri
kelonggaran lenturan total . Dalam hal ini terdapat 100 mm. Rantai harus diganti jika
5
pertambahan panjang rantai karena perpanjangan dan keausan mendekati 3%. Dengan
mengukur atau menghitung panjang rantai mula-mula dapat diketahui apakah 100 mm
itu lebih besar dari 3% panjang rantai pada keadaan baru. Jika rantai harus diganti harus
juga direkomendasikan penggantian roda gigi rantai. Dalam hal ini roda gigi rantai
sering juga rusak karena aus
Rantai terdiri dari sayap baja yang disambung-sambung. Dengan pelumasan yang
tepat umur sayap-sayap rantai dapat diperpanjang. Ada dua tipe pelumas yaitu oli dan
gemuk. Pelumasan menggunakan gemuk hanya kadang-kadang yaitu ketika rantai
dibersihkan. Selama pembersihan rantai ditempatkan dalam gemuk yang encer dalam
beberapa saat. Hasil dari pencelupan ini rantai terlumasi bagian dalamnya dan siap untuk
dirakit. Gemuk diencerkan dengan cara pemanasan.
6
Gambar 3.2 Pelumasan dengan menggunakan penggosok
Pelumasan dengan menggunakan penggosok yang dibasahi oli dapat digunakan
untuk pelumasan yang sederhana dan roda gigi yang berputar dengan kecepatan rendah.
Pelumasan bak oli digunakan untuk rantai dengan kecepatan sampai 7 m/sec.
Sistem pelumasan ini hanya dapat digunakan pada kotak yang tertutup.
7
Karakter transmisi rantai
Rantai akan mempunyai umur pemakaian yang panjang jika dipasang secara tepat
dan dirawat dengan baik. Jika rantai ditegangkan dengan tidak cukup kuat, maka gerakan
tidak akan baik. Jika rantai bertegangan lebih, bantalan poros akan menerima beban yang
sangat besar atau rantai akan rusak. Jika roda gigi rantai tidak sebaris, penghubung
bagian dalam rantai dan gigi roda gigi rantai aus. Jika menerima beban yang berlebihan
umur pemakaian akan lebih pendek.
Pelepasan rantai
Dalam pelepasan ini akan dilakukan pembongkaran atau pelepasan transmisi rantai
berikut dengan poros dan bantalannya. Selain itu juga akan melakukan inspeksi dan
perawatan komponen-komponennya. Hal ini dilanjutkan dengan perakitan penyebarisan
poros dan penyetelan roda gigi rantai. Peralatan dan alat bantu berikut ini diperlukan
dalam pelepasan dan perakitan rantai
8
Gambar 3.7 Pelepasan plat luar
Memeriksa keausan dengan cara melenturkan rantai ditunjukkan pada gambar 3.11.
9
Gambar 3.11, Melenturkan rantai
Jika setelah dievaluasi rantai masih layak dipakai kembali, perlu dilumasi terlebih
dahulu begitu juga jika rantai yang digunakan baru. Pelumasannya dapat dilakukan
dengan cara rantai dicelupkan pada bak oli hingga beberapa menit. Oli yang dapat
digunakan untuk temperatur operasi sampai 50 antara lain SAE 30, SAE 40 atau SAE
50.
Roda gigi rantai yang dipasang pada poros dengan adaptor luncur dapat dilepas
dengan cara menarik piringannya. Pada adaptor luncur terdapat tiga lubang baut seperti
yang telah disebutkan semula pada pelepasan puli sabuk V Untuk lubang ini ulir baut
berada didalam adaptor peluncur. Ketika ulir digerakkan kedalam, piringan akan terlepas
tanpa memerlukan palu.
Perakitan
Roda gigi rantai akan mempunyai umur pemakaian yang panjang jika kekencangan
tepat dan roda gigi rantai sebaris. Penyebarisan roda gigi rantai dilakukan sebagai
berikut :
10
Roda gigi rantai harus sebaris dengan arah bidang horizontal dan vertikal.
Dua penggaris baja diperlukan untuk memeriksa bidang vertikal, ditunjukkan pada
gambar 3.12
Dua penggaris baja diperlukan untuk memeriksa bidang horisontal , ditunjukkan
pada gambar 3.13
Merakit rantai
Setelah penyebarisan roda gigi rantai, rantai harus ditempatkan di atas roda gigi
rantai. Perakitan rantai adalah sebagai berikut :
11
Pasang rantai pada roda gigi dan pasang penyambung kunci, ketika pemasangan
pegas klip perhatikan arah gerakan rantai. Bagian klip yang terbuka harus terletak
mengikuti arah putaran.
Kemudian kencangkan rantai dengan menggunakan rol pengencang.
Gambar 3.14 menunjukkan pemasangan penyambung rantai dan pemasangan klip
ditunjukkan pada gambar 3.15
12
Gambar 3.16 Lenturan rantai
Saat pertama kali melakukan praktikum bearing sudah terpasang pada rumah bearing
sehingga pelepasan bearing dapat dilakukan dengan langkah :
Siapkan alat yang diperlukan seperti : Kunci ring (17-19), Ragum pencekam, Hook
spanner, adaptor sleeve, palu, roll meter dan kunci L 5mm d, 6mm dan obeng (-)
13
5. Lakukan pengukuran posisi bearing pada saat posisi dalam keadaan terpasang
untuk mempermudah posisi bearing saat melakukan pemasangan, diukur dari
ujung adaptor sleeve dengan ujung poros.
6. Angkat poros dan bearing keluar rumah bearing (Sebaiknya dilakukan oleh 2
orang).
7. Cekam poros pada bagian tengah dengan menggunakan ragum (cekam
secukupnya).
8. Buka lock nut menggunakan dua hook spanner, salah satu menahan dan yang
lainnya melonggarkan, jika sulit lakukan pemukulan secukupnya.
10. Keluarkan bearing dari poros dan adaptor sleeve, jika sulit lakukan pemukulan
mengunakan sleeve (extension) secara merata (pemukulan dilakukan di inner)
11. Lepaskan adaptor sleever.
12. Identifikasi jenis bearing, rumah bearing, baut yang digunakan, adaptor sleeve,
lock nut, locking washer yang digunakan.
13. Lakukan langkah identifikasi seperti pada penjelasan sebelumnya.\
14
1. Setelah dilakukan pelepasan dan proses identifikasi, maka dilakukan proses
pemasangan kembali dengan cara :
2. Siapkan alat dan bahan : Kunci ring (17-19), Ragum pencekam, Hook spanner,
adaptor sleeve, palu, roll meter kunci L 5 mm ,6mm dan obeng minus
3. Lakukan pengukuran untuk posisi adaptor sleeve, kemudian berikan tanda pada
poros.
4. Masukan adaptor sleeve pada poros hingga ujung adaptor sleeve pas dengan
tanda.
15
9. Pasangkan lock nut hingga kencang menggunakan dua hook spanner, lakukan
pemukulan secukupnya untuk pengencangan.
16
13. Pasang sprocket dan penguncinya dan sesuaikan dengan ukuran asal dari ujung
porosnya, dan luruskan posisi sumbu antara sprocket 1 dan 2 agar satu sumbu,
setelah itu kunci pengunci sprocket dengan kunci L 6 mm dan 5mm,
14. Pasang rantai dan pasang sambungan rantai dengan obeng min dan tang
15. Pasang dan kencangkan tensioner rantai dan kunci tensioner rantai bila sudah
sesuai kekencangan rantainya.
17
2. Komponen pada Poros 1
18
Lock nut hole diameter (mm) Ø 55
Lock nut thickness (mm) 11
Thread type (metric or withworth) M55 x 2
Thread pitch (mm or gpi) 2 mm
6 Locking washer 1.1
Locking washer code MB11
Locking washer outer diameter (mm) Ø 81
Locking washer hole diameter (mm) Ø 55
Locking washer thickness (mm) 1,5
19
3. Komponen pada Poros 2
20
Hole diameter (mm) Ø 50
Bearing housing thickness (mm) 28
Diameter baut pada Bearing housing (mm) 9,7
Pitch ulir baut pada Bearing housing (mm) 1,75
Kode bahan baut pada Bearing housing 8,8
Kekuatan Tarik maksimum baut pada Bearing
880
housing (N/mm2)
Standard kekencangan baut pada Bearing housing
87,3
(Nm)
8 Bearing 2.2
Bearing code 1211K
Bearing Type Self Aligning Ball Bearings
Bearing outer diameter (mm) Ø 100
Bearing hole diameter (mm) Ø 50
Bearing thickness (mm) 21
Standar radial clearance (µm) 27-47
Actual radial clearance (µm) 30
9 Adaptor sleeve 2.2
Adaptor sleeve code H211
Adaptor sleeve outer diameter (mm) Ø 55
Adaptor sleeve length (mm) 37
10 Lock nut 2.2
Lock nut code KM11
Lock nut outer diameter (mm) Ø 75
Lock nut hole diameter (mm) Ø 55
Lock nut thickness (mm) 11
Thread type (metric or withworth) M55 x 2
Thread pitch (mm or gpi) 2 mm
11 Locking washer 2.2
Locking washer code MB11
Locking washer outer diameter (mm) Ø 81
Locking washer hole diameter (mm) Ø 55
Locking washer thickness (mm) 1,5
21
Tipe/jenis sprocket pada shaft 2 42
Diameter pitch sprocket pada shaft 2 (mm) 121,27 mm = 12,1 cm
Kode taper lock sprocket pada shaft 2 201250
5. Instalasi
1.5 Kesimpulan
Pada praktikum kali ini kami dapat mengetahui bagaimana cara melepas
transmisi rantai dan bagaimana cara merakitnya kembali dengan cara dan urutan
langkah yang benar. Serta kami dapat mengetahui kode, tipe, ukuran shaft, bearing
housing, bearing, adaptor sleeve, lock nut dan locking washer dilihat dari bendanya lalu
menyandingkan datanya dengan yang ada di buku referensi yang kami gunakan dan dari
data tersebut kami dapat menentukan nilai lenturan rantai, nilai kekuatan tarik
maksimum baut, standar kelenturan, dll
22