Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perencanaan dalam penyiapan permukiman Transmigrasi pada umumnya di
lokasi/areal yang masih berupa hutan. Dengan demikian kemungkinan terjadinya
perubahan/pergeseran yang menyangkut tata dan pola penggunaan lahannya,
dapat terjadi pada saat pembukaan lahan. Untuk menyelaraskan hasil
perencanaan dengan hasil pembukaan lahan serta memudahkan dalam
pengaturan pemilikan lahan maka perlu dilakukan pekerjaan pengukuran dan
pembagian lahan yang meliputi kegiatan, pengukuran rincikan dan pemasangan
patok batas lahan untuk pola Transmigrasi Umum (TU) adalah Lahan Usaha II
(LU.II). Pekerjaan ini dilakukan untuk keperluan pembagian lahan dan sebagai
masukan kepada Kantor Pertanahan dalam rangka pengukuran secara kadastral
dan proses penerbitan sertifikat

1.2 Tujuan dan Sasaran


Tujuan yang hendak dicapai dalam Pengukuran dan pembagian Lahan Usaha II
adalah untuk memperoleh kepastian letak, luas serta batas-batas setiap persil
secara fisik di lapangan sesuai ketentuan yang berlaku dan digambarkan dalam
peta, guna proses kepastian hak atas tanah.
Adapun sasaran yang hendak dicapai dari kegiatan ini adalah :
1. Penentuan batas pemilikan Lahan Usaha II (LU.II) untuk pola TU, Pir-Trans.
2. Pemasangan patok persil pada setiap persil LU.II yang merupakan hak para
transmigran.
3. Pembagian lahan kepada transmigran yang berhak sesuai dengan ketentuan
yang berlaku, serta penyusunan dokumen untuk menunjang proses
sertifikasi Sasaran yang hendak dicapai dari kegiatan ini adalah :

1.3 Ruang Lingkup


Ruang lingkup pekerjaan Pengukuran dan Pembagian lahan usaha II meliputi :
1. Pengukuran rancang kapling dan persil pada Lahan Usaha II.
2. Pemasangan patok persil pada Lahan Usaha II.
3. Pembagian lahan kepada para transmigran yang berhak sesuai ketentuan
yang berlaku.
4. Pembuatan berita acara pembagian lahan.

KERANGKA ACUAN KERJA PEMBAGIAN LU II


1
1.4 Landasan Operasional
1. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undnag-Undang
Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian.
2. Undang-undang nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota.
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 13 Tahun 2014 tentang
Pengurusan Hak Atas Tanah Transmigran.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan.
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 3 Tahun 2014 tentang
Pelaksanaan undang-undang nomor 15 tahun 1997 tentang Ketransmigrasian
sebagaimana telah diubah dengan undang-undang nomor 29 Tahun 2009 tentang
perubahan atas undang-undang nomor 15 tahun 1997 tentang ketransmigrasian.
7. Surat keputusan bersama Menteri Transmigrasi dan PPH dan kepala BPN Nomor
SK. 11/MEN/1992 dan SK. 24 Tahun 1992, tentang Pencadangan Tanah,
Pengurusan dan Sertifikasi Hak Atas Tanah Lokasi Transmigrasi.
8. Surat Edaran Dyjen Agraria No. 1032/TU/DP/XII/86, tentanng kegiatan
pemasangan Patok Batas Kapling dilapangan berdasarkan petata ruang.

KERANGKA ACUAN KERJA PEMBAGIAN LU II


2
BAB II
PELAKSANAAN PEKERJAAN

Pelaksanaan pekerjaan ini dapat dibagi menjadi 3 (tiga) tahap, yaitu :


1. Tahap Perencanaan / Persiapan
2. Tahap Pelaksanaan Pekerjaan Lapangan
3. Tahap Pelaporan

2.1 Tahapan Pelaksanaan


a. Persiapan Administrasi
Pengurusan surat pengantar dari Kepala Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Setempat yang tembusannya kepada instansi lintas sektor
terkait dan kepala desa setempat, yang dilampiri daftar personil dan peralatan
yang akan digunakan di lapangan serta surat tugas untuk personil/tim yang
bersangkutan.
b. Personil Pelaksana Pekerjaan
(1) Team Leader
(2) Surveyor
(3) Operator Komputer
(4) Operator GIS
(5) Pembantu Lapangan/Buruh lokal
c. Pengumpulan Peta dan Data Penunjang
(1) Peta Rupa Bumi Indonesia lokasi pekerjaan dari Badan Informasi
Geospasial skala 1 : 50.000.
(2) Peta Tata Guna
(3) Peta Administrasi Kabupaten skala 1 : 100.000
(4) Peta RTSP skala 1 : 10.000 atau peta hasil pengukuran sebelumnya
sebagai dasar pengukuran dilapangan.
(5) Peta As Built Drawing (ABD)
(6) Titik-titik kerangka Pemetaan Nasional yang terdapat di sekitas lokasi
dan data koordinat horisontalnya
(7) Jumlah transmigran serta luasan penggunaan lahan.
(8) SK. Penempatan Transmigrasi yang memuat nama-nama transmigran
(9) Surat keputusan Hak Pengolahan, apabila lokasi tersebut sudah
ditetapkan status tanahnya oleh Badan Pertanahan Nasional.

KERANGKA ACUAN KERJA PEMBAGIAN LU II


3
d. Peralatan Ukur dan Perlengkapan
Dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut dibutuhkan peralatan dan
perlengkapan sebagai berikut:
(1) GPS
(2) Theodholit/Total Station
(3) Pita ukur (meet band)
(4) Kompas
(5) kalkulator
(6) Planimeter
(7) Peralatan Gambar dan Tulis
(8) Perlengkapan Lapangan termasuk obat-obatan.
(9) Perlengkapan Base Camp
(10) Bahan-bahan patok BM/PVC dan perlengkapan pemasangannya
Jumlah peralatan ukur maupun perlengkapan disesuaikan dengan komposisi
dan volume pelaksanaan pekerjaan.

e. Pembuatan Peta Rencana Kerja


Peta Rencana Kerja akan dibuat berdasarkan peta dan data penunjang yang
telah diperoleh dengan skala 1 : 10.000. Peta Rencana Kerja digunakan
sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan. Peta Rencana
Kerja memuat informasi dan rencana survei yang akan dilakukan, meliputi :
(1) Batas areal yang akan diukur persilnya (LU II )
(2) Rencana Titik Ikat dan jalur pengikatan
(3) Rencana pemasangan Patok Beton (BM), Patok Persil
(4) Rencana Pengamatan Matahari (apabila menggunakan alat ukur
theodolite).
(5) Aksesibilitas yang ada di sekitar areal survei
(6) Batas Administrasi

2.2 Pekerjaan Survey Lapangan


a. Koordinasi dan Penyuluhan
Karena kegiatan Pemasangan Tanda Batas Permukiman Transmigrasi
merupakan salah satu tahapan awal dalam mengamankan batas lahan
yang bebas dari kepemilikan pihak lain, maka koordinasi dengan lintas
sektor terkait sangat diperlukan untuk mendapatkan masukan dan bahan-bahan

KERANGKA ACUAN KERJA PEMBAGIAN LU II


4
yang berkaitan dengan masalah pertanahan dan masalah umum yang ada.
Sedangkan untuk memberikan pemahaman kepada warga masyarakat
yang ada disekitar lokasi survei perlu dilakukan penyuluhan, agar tidak
terjadi kesalah pahaman.
Dalam kegiatan koordinasi ini, peta rencana kerja yang telah disiapkan
akan dimanfaatkan sepenuhnya untuk bahan diskusi dan konsultasi.
b. Orientasi Lapangan
Dimaksudkan untuk mengetahui kondisi areal survei secara umum dan
posisi areal yang satu dengan areal yang lain, juga untuk menentukan base
camp, posisi titik ikat, strategi penentukan jalur poligon dan persiapan
tenaga lokal yang akan membantu proses pengukuran.

c. Penentuan Titik Ikat


Penentuan titik ikat dimaksudkan untuk mengetahui posisi geografis areal
survei dengan referensi yang telah ditentukan, berupa:
(1) Titik kerangka dasar Nasional (Triangulasi, Astronomi, Doppler)
(2) Detail alam (perpotongan sungai) yang tergambar pada peta topografi
dan dapat diidentifikasi di lapangan.
(3) Penentuan posisi dengan Global Positioning System (GPS) dengan
ketelitian < 25 meter dengan pengamatan satelit minimal 4 buah.

d. Pengukuran Jalur Ikatan


(1) Dimaksudkan untuk mendapatkan koordinat geografis untuk poligon
kerangka dasar horizontal terhadap titik ikat. Pengukuran jalur ikatan
menggunakan metode poligon terbuka, dimana sudutnya dikontrol
dengan pengamatan azimut matahari pada titik awal dan titik akhir jalur
ikatan.
(2) Sudut poligon diukur dengan Theodholit dengan ketelitian 30’ dan
dibaca sebanyak satu seri (B-LB-LB-B), dengan kesalahan penutup
sudut < 3’ n.
(3) Pengukuran jarak dilakukan secara langsung pergi-pulang
menggunakan pita ukur dan dikontrol dengan bacaan optis, dengan
ketelitian jarak linier <1/3.000.
(4) Perhitungan koordinat dilakukan dengan menggunakan metode
hitungan perataan pendekatan yaitu Bowdith.

KERANGKA ACUAN KERJA PEMBAGIAN LU II


5
(5) Sistem proyeksi yang digunakan adalah Universal Transverse
Mercator (UTM).

e. Penentuan Batas Persil


Batas areal survei ditentukan berdasarkan batas yang telah ditentukan oleh
pihak Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten setempat.
Selanjutnya dibuat peta kerja yang telah ditentukan arah/sudut dan jarak,
dan dilapangan dilakukan stake out menggunakan Theodolit/Total Station,
pita ukur dan kompas untuk mendapatkan batas areal survei sesuai luasan
yang ditentukan.

f. Pengamatan Azimut Matahari


Untuk orientasi peta hasil survei diperlukan arah utara peta yang diperoleh
dari pengamatan matahari. Pengamatan matahari ini disamping dapat
digunakan untuk menentukan arah utara juga digunakan untuk kontrol
pengukuran poligon. Penentuan asimut matahari dilakukan dengan
menggunakan cara tadah bayangan dengan metode hitungan tinggi
matahari. Pengamatan matahari dilakukan minimal pada 3 titik yaitu pada
titik ikat, 2 titik lagi dilakukan pada tempat-tempat yang strategis untuk
dipakai sebagai kontrol pengukuran sudut/azimut pada jalur poligon keliling
dengan toleransi 10 menit.

g. Pengukuran Rincikan
(1) Pengukuran persil dilakukan dengan menggunakan base line sebagai
dasar penarikan pengukuran tiap persil LU II. Secara terbuka terkontrol
sudut dan jarak.
(2) Pengukuran sudut dilakukan dengan menggunakan alat Theodolit Wild
T0 atau sejenisnya, dengan metode pengukuran seri ganda, dengan
toleransi 1 menit 60 detik.
(3) Pengukuran jarak dilakukan dengan pita ukur dan dicek kembali dengan
bacaan optis ke muka dan ke belakang, dengan toleransi 1 : 3.000.
(4) Data lapangan harus dicatat pada buku ukur lapangan disertai dengan
sket jalur pengukuran (gambar kasar), guna membantu dalam
pengeplotan koordinat saat menggambar pada peta draft.

KERANGKA ACUAN KERJA PEMBAGIAN LU II


6
(5) Seluruh perhitungan harus dilakukan dilapangan dan apabila tidak
memenuhi toleransi, maka harus dilakukan pengukuran ulang.
(6) Toleransi salah penutup sudut untuk poligon tertutup adalah 3’ Vn,
dimana n adalah jumlah titik sudut pengamatan.
(7) Toleransi salah penutup jarak linier adalah 1 : 2.000.
(8) Perhitungan koordinat dilakukan dengan menggunakan metode
hitungan perataan pendekatan yaitu Bowdith.
(9) Sistem proyeksi yang digunakan adalah Universal Transverse Mercator
(UTM).

h. Pembuatan dan Pemasangan Tanda Batas Permukiman Transmigrasi


(1) Patok Bench Mark (BM)
a). Ukuran patok beton (BM) adalah 15 cm x 15 cm x 100 cm, yang
dibuat dari bahan campuran semen, pasir dan kerikil dengan
perbandingan masing-masing 1 : 2 : 3 dan diberi air secukupnya.
Dibagian dalamnya patok BM diberi kerangka besi dengan
ukuran diameter 8 mm dan 6 mm agar kuat, sedang titiknya
diwakili oleh baut besi diameter 12 mm dan panjang 15 cm.
b). Patok BM akan ditanam dengan kedalaman 60 cm dibawah
permukaan tanah dan 40 cm diatas tanah.
c). Patok BM dipasang mulai dari titik ikat yang diberi notasi BM 0,
dan pada awal poligon dipasang diberi notasi BM 1, kemudian
seterusnya dipasang BM, mengikuti poligon keliling, yang
semuanya bagian atasnya (40 cm) dicat warna merah dan nomor
BM dengan warna hitam.
(2) Patok Persil (PVC)
a). Patok bantu dibuat dari pipa PVC berukuran 2 inchi dan panjang
100 cm dan dibagian dalam diberi besi beton dengan ukuran
diameter 8 mm dan diisi dengan bahan campuran semen, pasir,
dan kerikil dengan perbandingan 1 : 2 : 3.
b). Patok PVC dipasang diantara patok BM dengan jarak antara
patok PVC dengan BM berikutnya ± 500 M, dengan 60 Cm di
dalam tanah dan sisanya 40 Cm di atas permukaan tanah
dengan dicat warna merah dengan notasi warna hitam.

KERANGKA ACUAN KERJA PEMBAGIAN LU II


7
i. Pembuatan Berita Acara
Dalam pelaksanaan dilapangan disamping melakukan pekerjaan
pengukuran, juga perlu dibuat berita acara sebagai bukti bahwa tahapan
dan volume pekerjaan tersebut telah selesai
a). Berita Acara Pengukuran
b). Berita Acara Pembagian Lahan

3.2 Pekerjaan Studio


a. Pengolahan Data Lapangan
Pekerjaan pengolahan data dititik beratkan pada pengolahan data
lapangan, yang dikerjakan mulai dari saat pengukuran di lapangan. Data
lapangan yang diperoleh antara lain :
(1) Transformasi Koordinat Titik Ikat
Setelah diperoleh titik ikat dilapangan hasil dari orientasi, maka pada
titik ikat tersebut dilakukan pengamatan koordinat menggunakan
GPS, disamping itu juga dilakukan interpolasi pada peta Ruma Bumi
skala 1 : 50.000. Dari hasil pengamatan GPS koordinat sudah dalam
sistem koordinat UTM, sedangkan dalam peta rupa bumi dalam
sistem UTM dan Geografis. Transformasi koordinat ini dilakukan
untuk pengecekan/kontrol dari angka yang diperoleh, agar tidak
terjadi kesalahan dalam perhitungan, karena koordinat titik ikat ini
merupakan angka dasar dalam perhitungan koordinat-koordinat patok
berikutnya. Transformasi koordinat dilakukan dari koordinat UTM ke
Koordinat Geografis, kemudian dilakukan kebalikannya yaitu dari
koordinat Geografis ke Koordinat UTM. Dalam proses perhitungan
konsultan menggunakan program yang telah dipersiapkan dan
diperoleh dari Badan Informasi Geospasial
 Rumus Transformasi Koordinat UTM ke Koordinat Geografis:
Untuk menghitung Lintang (L) dan Bujur (B) adalah:
L = L’ - (VII).q2 + (VIII). q4 - (D6). q6
atau
L = L’ - {(VII).q2 - (VIII). q4 + (D6). q6}
db = (IX).q - (X). q3 + (E5). q5
B = B’ db
q = 0,000001 x T’ di Titik tersebut

KERANGKA ACUAN KERJA PEMBAGIAN LU II


8
 Rumur Transformasi Koordinat Geografis ke UTM Selatan
Ekuator:
U = 10.000.000 - (I) + (II).p2 + (III). p4 + (A6). p6
T’ = (IV).p + (V).p2 + (B5). p5
p = 0,0001 x db titik tersebut
Timur dari Meridian Tengah:
T = 500.000 + T’

(2) Azimut Matahari


Pengamanan azimut dilakukan dengan cara tadah dengan sistem
pengamatan tinggi matahari. Perhitungan dilakukan dengan rumus:
Cos A=(sin - sin sin h)/(cos cos h)
Dalam hal ini:
A = azimuth matahari

δ = deklinasi matahari
Ө = lintang pengamatan

h = tinggi matahari
Pada lokasi survei dilakukan pengamatan minimal di 3 (tiga) tempat,
yaitu titik ikat (titk referensi) yaitu pada BM.0, pada titik awal Jalur
Pengukuran yaitu BM.1, dan titik akhir jalur Poligon terjauh BM….
Hasil pengamatan matahari akan digunakan untuk mengetahui harga
deklinasi magnetis lokasi survei.

(3) Konvergensi Grid


Konvergensi grid adalah sudut antara utara grid/utara peta (UG) dan
utara sebenarnya/utara geografis (US). Perhitungan harga
konvergensi grid dilakukan dengan tabulasi harga lintang dan bujur.
Setelah dikoreksi dengan harga konvergensi grid, kemudian
arah/azimuth yang diperoleh digunakan untuk proses hitungan.
Secara matematis penentuan harga konvergensi grid (Kg)
dirumuskan:
Kg = (XII).p + (XIII).p3 + (C5).p5
Dalam hal ini:
Kg = harga konvergensi grid
XII,XIII,C5 = harga tabulasi

KERANGKA ACUAN KERJA PEMBAGIAN LU II


9
p, p3, p5 = harga selisih bujur dengan meridean tengah
(4) Perhitungan Koordinat
Rumus yang digunakan untuk menghitung koordinat pada titik-titik
patok BM yang dipasang dilapangan baik yang berada dititik ikat,
awal jalur base line dan akhir jalu base line dengan menggunakan
poligon terbuka terikat sudut dengan pengamatan azimut matahari
(dari BM-0 sampai BM-2), yaitu:
Xn + 1 = Xn + dn sin α
Yn + 1 = Yn + dn cos α
Dalam hal ini :
N = nomor titik 1,2,…… n
X&Y = harga coordinator, dan harga absis
d = jarak antar titik
α = azimuth matahari
perhitungan dilakukan dari titik awal/titik referensi (BM.0) yang telah
diketahui harga koordinatnya sampai titk akhir poligon, mengingat
jalur ikatan dilanjutkan menjadi jalur poligon dan menjadi satu
poligon, sehingga perhitungannya dijadikan satu.

(5) Analisis Ketelitian


Ketelitian hasil pekerjaan dipengaruhi oleh ketelitian pelaksanaan
pengukuran, oleh karena itu kontrol terhadap hasil pengukuran sudah
harus dilakukan sejak dilapangan dengan menggunakan hitungan
Bowdith. Selanjutnya hasil pengukuran diproses dengan menghitung
koordinat jalur pengukuran. Ketelitian hasil pengukuran akan
diketahui dari salah penutup absis maupun ordinatnya.
Secara umum koreksi kesalahan yang diberikan terhadap hasil
perhitungan meliputi:
- Kesalahan Sudut : n = [ ( - (n-2) 180)/n], n 3’n
- Kesalahan Absis : fxn = ( d sin ) d n/ d
- Kesalahan Ordinat : fyn = ( d cos ) d n/ d
- Kesalahan Linier : fl = [(fx)2 + (fy)2], fr 1 : 3.000

KERANGKA ACUAN KERJA PEMBAGIAN LU II


10
(6) Perhitungan Luas
Perhitungan luas areal atau lokasi transmigrasi dilakukan dengan
menggunakan sistem koordinat dan dichek dengan menggunakan
alat planimeter. Prinsipnya adalah menghitung perubahan harga
satuan mekanis yang terdapat dalam alat ukur (perputaran roda).
Dalam perhitungan dengan planimeter digital besaran luasan
merupakan harga terukur dikalikan harga konstanta sesuai input
skala peta yang digunakan. Dalam perhitungan matematis dengan
planimeter konvensional, dapat dirumuskan dengan:
S = L d (n2-n1)
Dalam hal ini:
S = luas areal
L = panjang lengan planimeter
d = diameter roda
n2-n1 = selisih bacaan roda (bacaan awal = n1, bacaan akhir = n2)
b. Penggambaran
Peta hasil kegiatan pengukuran dan pemasangan batas Permukiman
Transmigrasi digambar dengan sistim Digitasi, dengan hasil sebagai
berikut:
(1) Peta Pengukuran dan Pembagian Lahan skala 1 : 250.000.
Pada peta ini menggambarkan tentang pengukuran bidang tanah dan
pembagian lahan/persil baik pada lahan pekarangan, lahan usaha I
dan blok lahan usaha II. Peta ini dibuat dalam bentuk format digital
(*.shp) dilengkapi data koordinasinya.
(2) Peta Orientasi dan Batas Administrasi
Lokasi dari hasil pengukuran pembagian lahan digambarkan
posisinya pada peta yang menggambarkan batas administrasi desa
diseluruh kecamatan yang bersangkutan. Hasil dari ploting peta
administrasi dimintakan pengesahannya pada camat setempat.
c. Pembuatan laporan
Setelah melakukan pengukuran lapangan, maka disusun laporan hasil
kegiatan yang menginformasikan seluruh kegiatan dengan disertai data-
data hasil lapangan dan peta. Lampiran dari laporan tersebut antara lain :
(1) Buku ukur lapangan
(2) Dokumentasi kegiatan

KERANGKA ACUAN KERJA PEMBAGIAN LU II


11
(3) Dokumentasi Patok BM dan Patok Batas Bidang Tanah (PVC)
(4) Daftar Koordinat Patok BM dan Patok Batas Bidang Tanah
(5) Berita Acara Pengukuran dan Pemasangan Lahan
(6) Jenis Laporan yang harus disampaikan :
a. Laporan Pendahuluan (5 eks) Memuat :
 Peta rencana kerja pembagian tanah yang dibuat
berdasarkan peta As Built Drawing (ABD)
 Metodologi pelaksanaan kegiatan
 Jadwal pelaksanaan Kegiatan
 Daftar personil dan peralatan
*) Laporan Pendahuluan dipresentasikan untuk mendapat
masukan dari pihak pemberi tugas
b. Laporan Antara (10 eks) Memuat :
 Perkembangan pelaksanaan
 Hambatan dan upaya penyelesaian
c. Laporan Akhir (10 eks) Memuat :
 Peta Batas Keliling Lokasi Transmigrasi skala 1 : 10.000
 Peta Penggunaan Lahan Lokasi Transmigrasi skala 1 :
10.000.
 Peta Orientasi dan Administrasi skala 1 : 100.000 )
*) Laporan akhir merupakan hasil dari penyempurnaan draft
laporan akhir yang telah dipresentasikan

Semua laporan yaitu : Laporan Pendahuluan, Laporan Antara dan Laporan Akhir
beserta Gambar Peta dalam format (*.shp) disimpan dalam bentuk keping CD (5
keping)

2.4 Jangka Waktu Pelaksanaan


Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan adalah 60 hari kalender, terhitung mulai
tanggal dikeluarkan Surat Perintah Kerja (SPK) sampai penyerahan hasil
pekerjaan.

2.5 Personil Pelaksana Pekerjaan


Untuk melaksanakan pekerjaan pekerjaan pengukuran dan pembagian lahan
usaha II (LUII) perlu dipersiapkan personil-personil dengan persyaratan sebagai
berikut:

KERANGKA ACUAN KERJA PEMBAGIAN LU II


12
a. Team Leader (Ketua Tim)
Bertugas memimpin, mengawasi dan bertanggung jawab atas pelaksanaan
pekerjaan lapangan serta mengadakan koordinasi dengan instansi lintas sektor
terkait, sampai dengan pembuatan laporan akhir. Ketua Tim dalam
pelaksanaan pekerjaan ini adalah seorang surveyor kadaster yang
berpendidikan minimal S1 geodesi, dengan pengalaman minimal 2 (dua) tahun
pada bidangnya.
b. Surveyor
Melaksanakan seluruh pekerjaan pengukuran sesuai arahan yang telah
ditetapkan ketua tim, melakukan hitungan-hitungan dan penggambaran
sementara, dan membantu mengkoordinir pembantu lapangan (buruh lokal)
dalam pelaksanaan pekerjaan lapangan. Disyaratkan dari surveyor kadaster
berlisensi (SKB) Yang berpendidikan minimal D3 Geodesi dan telah
mempunyai pengalaman pengukuran minimal 2 (dua) tahun.
c. Petugas Pengolah Data :
1. Operator GIS, D3 Teknik Geodesi/Geografi, pengalaman minimal 3 (tiga)
tahun di bidangnya.
2. Operator Komputer D3 Pengalaman minimal 3 Tahun di bidangnya.
d. Pembantu Lapangan/Buruh lokal
Tenaga ini sedapat mungkin diambil dari daerah setempat, yang tugasnya
membantu pelaksanaan tugas surveyor di lapangan.
Catatan :
1. Perubahan Spesifikasi harus seijin Direktorat Teknis dalam hal ini Direktorat
Pelayanan Pertanahan Transmigrasi, Ditjen. Pengembangan Kawasan
Transmigrasi, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi RI;
2. Satu Set laporan akhir dan Gambar Peta dalam bentuk CD harus dikirim ke
Direktorat Pelayanan Pertanahan Transmigrasi, Ditjen. Pengembangan Kawasan
Transmigrasi, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi paling lambat 1 (satu) bulan setelah berakhirnya kontrak pekerjaan.

2.6 Dukungan Dana


Dukungan anggaran kegiatan Pengukuran dan Pembagian Lahan Usaha II
dibebankan pada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Ditjen. PKTrans Tahun 2019
melalui dana Tugas Pembantuan pada Satuan Kerja Dinas yang membidangi
Ketransmigrasian Provinsi

KERANGKA ACUAN KERJA PEMBAGIAN LU II


13
BAB III
PENUTUP

Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini merupakan pedoman teknis untuk melaksanakan
pekerjaan Pengukuran dan Pembagian Lahan lokasi transmigrasi. Peran positif dari
semua pihak sangat diharapkan guna terciptanya hasil pekerjaaan yang optimal.

Tanjung Selor, MEI 2019


Pejabat Pembuat Komitmen ( PPK )
Dinas Transmigras Dan Tenaga Kerja
Kabupaten Bulungan

H. EDI MULYADI, SE
Nip. 19620214 198302 1 019

KERANGKA ACUAN KERJA PEMBAGIAN LU II


14

Anda mungkin juga menyukai