Anda di halaman 1dari 10

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahnya, tak lupa kita
junjungkan shalawat serta salam kepada Baginda Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari jaman jahiliyah ke arah yang lebih baik. Makalah yang kami buat
berdasarkan tugas yang telah diberikan.

Makalah Ilmu Tasawuf yang kami buat berjudul sejarah perkembangan tarekat. Makalah
ini dapat membuka mata kita dan menambah wawasan atas judul yang kami angkat dan dapat
menambah pengetahuan tentang ilmu Tasawuf.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini. Semoga makalah yang kami buat dapat memberikan manfaat
kepada kami dan para pembaca.

Bogor, 27 Desember 2018

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................1

DAFTARISI.............................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3

A. Latar Belakang.....................................................................................................3

B. Rumusan Masalah................................................................................................3

B. Tujuan penulisan..................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................5

1. Pengertian Tarekat. ..............................................................................................5

2. Sejarah timbulnya tarekat.....................................................................................6

3. Perkembangan tarekat..........................................................................................7

4. Tarekat di Indonesia.............................................................................................8

BAB III KESIMPULAN.........................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................10

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tarekat bila dilihat secara etimologis mempunyai arti “jalan”. Jalan yang
dimaksud adalah jalan yang ditempuh oleh para sufi menuju Allah, menurut
Syekh Muhammad Amin Al-Kurdiy dalam bukunya Mustafa (2010: 280)
tarekat adalah pengalaman syari’at,melaksanakan beban ibadah (dengan tekun)
dan menjauhkan (diri) dari (sikap) mempermudah (ibadah), yang sebenarnya
memang tidak boleh dipermudah.

Namun, dalam perkembangannya pengertian tarekat mengalami perluasan,


tarekat bukan hanya suatu jalan yang dilalui oleh para sufi untuk mendekatkan
diri kepada Allah tetapi tarekat menjadi suatu organisasi yang melembaga
dikalangan para pengikut tarekat tersebut. Tarekat yang sudah menjadi sesuatu
yang lembaga dipimpin oleh seorang syekh yang mengajarkan tentang tata
cara melakukan ibadah yang terdapat dalam tarekat tersebut. Pada intinya
tarekat itu lebih terstruktur daripada tasawuf.

Menurut Anwar (2010: 308) hakikat tarekat yang sebenarnya adalah usaha
mendekatkan diri kepada Allah SWT. melalui ajaran-ajaran tasawuf yang
dilakukan dibawah bimbingan seorang guru atau syekh.

Apabila dihubungkan antara tasawuf dan tarekat, hubungan yang ada di


dalamnya adalah tasawuf merupakan usaha mendekatkan diri kepada Allah
SWT. dan tarekat merupakan jalan yang ditempuh seseorang dalam usahanya
mendekatkan diri kepada Allah SWT.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan tarekat?

2. Bagaimana sejarah munculnya tarekat?

3. Bagaimana sejarah perkembangan tarekat?

4. Bagaimana tarekat di Indonesia?

3
C. Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui arti sebenarnya sebuah tarekat

2. Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan tarekat

3. Agar dapat mendeskipsikan sejarah dan perkembangan tarekat

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Tarekat

Menurut Jaiz (2005 : 119) tarekat berasal dari bahasa arab yaitu thariqah
yang artinya jalan. Kemudian mereka maksudkan sebagai jalan menuju tuhan;
ilmu batin, tasawuf.

Sedangkan menurut Mustofa (2010: 280), istilah tarekat berasal dari kata
At-Tariq (jalan) menuju kepada hakikat, atau dengan kata lain pengalaman
syariat.

Menurut Huda (2008: 61) secara istilah, tarekat mengandung arti jalan
menuju Allah guna mendapatkan ridha-Nya dengan cara manaati ajaran-Nya.

Menurut L. massignon dalam buku Mustofa (2010: 281) yang pernah


mengadakan penelitian terhadap kehidupan tasawuf dibeberapa Negara islam,
menarik suatu kesimpulan bahwa istilah tarekat mempunyai dua macam
pengertan, yaitu:

a. Tarekat yang diartikan sebagai pendidikan kerohanian yang sering


dilakukan oleh orang-orang yang menempuh kehidupan tasawuf, untuk
mencapai suatu tingkatan kerohanian yang disebut ”Al-Maqamat” dan “Al-
Ahwal”. Pengertian yang seperti ini, menonjol sekitar abad ke-IX dan ke-X
Masehi.

b. Tarekat yang diartikan sebagai perkumpulan yang didirikan menurut


aturan yang telah dibuat oleh seorang Syekh yang menganut aliran tarekat
tertentu. Maka dalam perkumpulan itulah seorang Syekh yang menganut suatu
aliran yang mengajarkan Ilmu Tasawuf menurut aliran tarekat yang dianutnya,

5
lalu diamalkan bersama dengan murid-muridnya. Pengertian seperti ini,
menonjol sesudah abad ke-IX Masehi.

2. Sejarah timbulnya tarekat

Ditinjau dari segi historisnya, kapan dan tarekat mana yang mula-mula
timbul sebagai suatu lembaga, sulit diketahui dengan pasti. Namun menurut
Asy-Syibi dalam buku Anwar (2008: 207) mengungkapkan tokoh yang
pertama kali memperkenalkan sistem thariqat (tarekat) adalah Syekh Abdul
Qadir Al-Jailani di Baghdad, Sayyid Ahmad Ar-Rifa’I di Mesir dengan tarekat
Riffa’iyah, dan Jalal Ad-din Ar-Rumi di Parsi.

Tarekat pada awal kemunculannya memang dibawa oleh ketiga tokoh


diatas, menurut teori lain tentang sejarah kemunculan tarekat yang
dikemukakan oleh John O Voll dalam buku Anwar (2008: 208) adalah: Ia
menjelaskan bahwa penjelasan mistis terhadap Islam muncul sejak awal
sejarah islam, dan para sufi yang mengembangkan jalan-jalan spiritual
personal mereka dengan melibatkan praktik-prektik ibadah, pembacaan kitab
suci, dan kepustakaan tentang kesalehan. Para sufi ini terkadang terlibat
konflik dengan otoritas-otoritas dalam komunitas islam dan memberikan
alternative terhadap orientasi yang lebih bersifat legalistik, yang disampaikan
kebanyakan ulama. Namun, para sufi secara bertahap menjadi figur-figur
penting dalam kehidupan keagamaan di kalangan penduduk awam dan mulai
mengumpulkankelompok-kelompok pengikut yang diidentifikasi dan diikat
bersama oleh jalan tasawuf khusus (tarekat) sang guru. Menjelang abad ke-12
M (ke-5 H), jalan-jalan ini mulai menyediakan basis bagi kepengikutan yang
lebih permanen, dan tarekat-tarekat sufi pun muncul sebagai organisasi sosial
utama dalam komunitas islam.

Pada awal kemunculannya, tarekat berkembang dari dua daerah, yaitu:


khurasan (Iran) dan mesepotamia (Irak).

6
3. Perkembangan tarekat

Pertumbuhan tarekat telah dimulai sejak abad ke-3 dan ke-4 H, namun
perkembangan dan kemajuannya terjadi pada abad ke-6 dan ke-7 H. Menurut
Fata (2011: 2) awal perkembangan tarekat yang mulai dikenal oleh kalangan
banyak adalah:

Tarekat telah dikenal di dunia Islam terutama di abad ke 12/13 M (6/7 H)


dengan hadirnya tarekat Qadiriyah yang didasarkan pada sang pendiri Abd
Qadir al-Jailani (1077-1166 M), seorang ahli fiqih Hanbalian yang memiliki
pengalaman mistik mendalam. Setelah al-Jilani wafat, ajaran-ajarannya
dikembangkan oleh anak-anaknya dan menyebar luas ke Asia Barat dan Mesir.
Tarekat Qadiriyah ini mengikuti corak tasawufnya al-Gazali, yaitu tasawuf
suni.

Pada perkembangannya, kata tarekat mengalami pergeseran makna. Jika


pada awalnya tarekat berarti jalan yang ditempuh oleh seorang sufi dalam
memndekatkan diri kepada Allah maka pada tahap selanjutnya istilah tarekat
digunakan untuk menunjuk pada suatu metode psikologi yang dilakukan oleh
guru tasawuf (mursyid) kapada muridnya untuk mengenal tuhan secara
mendalam.

Dari sinilah, terbentuklah suatu tarekat, dalam pengertian “jalan menuju


tuhan di bawah bimbingan seorang guru”. Setelah suatu tarekat memiliki
anggota yang cukup banyak maka tarekat tersebut kemudian dilembagakan
dan menjadi sebuah organisasi tarekat. Pada tahap ini, tarekat dimaknai
sebagai “organisasi sejumlah orang yang berusaha mengikuti kehidupan
tasawuf”. Dengan demikian, menurut Huda (2008: 63) di dunia islam dikenal
beberapa tarekat besar, seperti Tarekat Qadiriyah, Naqsabandiyah,
Syathariyah, Sammaniyah, Khalwatiyah, Tijaniyah, Idrisiyah, dan Rifaiyah.

Dilihat dari ajaran ortodoks Islam, menurut Huda (2008: 63) ada tarekat
yang dipandang sah (mu’tabarah) dan ada pula tarekat yang dianggap tidak sah
(ghair mu’tabarah). Penjelasan dari keduanya yaitu:

Suatu tarekat dianggap sah jika memiliki mata rantai (silsilah) yang
mutawatir sehingga amalan dalam tarekat tersebut dapat

7
dipertanggungjawabkan secara syari’at. Sebaliknya, jika suatu tarekat tidak
memiliki mata rantai (silsilah) yang mutawatir sehingga ajaran tarekat tersebut
tidak dapat dipertanggungjawabkan secara syari’at maka ia dianggap tidak
memiliki dasar keabsahan dan oleh karenanya disebut tarekat yang tidak sah
(ghair al-mu’tabarah).

Tarekat-tarekat di seluruh dunia islam mengambil beragam bentuk.


Rentangnya, mulai dari tarekat sederhana berupa serangkaian kegiatan ibadah
hingga organisasi antarwilayah yang amat besar dengan struktur yang diartikan
secara hati-hati.

4. Tarekat di Indonesia

Pertumbuhan dan perkembangan tarekat di Indonesia berjalan seiring


dengan perkembangannya di Negara-negara islam. Setiap putra Indonesia yang
kembali dari menuntut ilmu di Mekkah dapat dipastikan membawa ijazah dari
syaiknya untuk mengajarkan tarekat tertentu di Indonesia. Menurut Shihab
(2009: 186) murid yang mengajarkan tarekat setelah berguru di mekkah
mereka adalah:

Fansuri, adalah syaikh tarekat Qadiriyah; Al-Raniri adalah syaikh tarekat


Riffaiyah; ‘Abdul Al-Rouf Sinkel adalah syaikh tarekat Syattariyah; dan Al-
Palimbani adalah syaikh tarekat sammaniyah. Bahkan yang disebut terakhir
mengarang buku khusus yang menjelaskan kaidah dan syarat-syarat untuk
menjadi pengikut Sammaniyah. Mereka merupakan syaikh yang
memperkenalkan tarekat-tarekat tersebut di Indonesia.

Di antara tarekat-tarekat yang umumnya memperoleh simpati dan banyak


pendukungnya di Indonesia adalah tarekat Khalwatiyah, Syatariyah,
Qadiriyah, dan ‘Alawiyah.

Khalwatiyah kebanyakan pengikutnya berasal dari Sulawesi Selatan,


tarekat Syatariyah kebanyakan muridnya dari Sumatera Selatan, kamudian
tarekat Qadiriyah banyak tersebar di berbagai wilayah Indonesia, sementara itu
tarekat ‘Alawiyah tersebar di Indonesia melalui keturunan ‘Alawiyyin dan
murid-muridnya.

8
Di samping itu, terdapat pula tarekat Naqsabandiyah yang merupakan
tarekat terbesar di Indonesia, Syadziliyah, Rifa’iyah, Idrisiyah, Sanusiyah,
Tijaniyah, dan Aidrusiyah.

Petunjuk tentang penyebaran dan diterimanya tarekat-tarekat ini oleh


masyarakat Indonesia adalah bahwa kebanyakan ulama yang kembali dari
Hijaz menganut tarekat tersebut dan berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan
Sunnah.

Oleh sebab itu, bentuk tarekat di Indonesia, seperti halnya di negeri


muslim, tidak lain merupakan kesinambungan dari tasawuf suni Al-Ghazali.

Selanjutnya, ada pula tarekat-tarekat yang bersifat lokal dalam arti tidak
berafeliasi kepada salah satu tarekat popular di negeri lain, seperti tarekat
Wahiddiyah dan Shiddiqiyah di Jawa Timur, tarekat Syahadatain di Jawa
Tengah, dan sebagainya.

9
BAB III

PENUTUP

 Kesimpulan

Awal kemunculan tarekat adalah pada abad ke-3 dan ke-4 H, yang sejalan
dengan kemunculan tasawuf. Perkembangan tarekat serta kemajuannya adalah
pada abad ke-6 dan ke-7 H, namun tarekat mulai dikenal oleh banyak kalangan
muslim adalah ketika awal kemunculannya tarekat Qadiriyah yang dibawa
oleh Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani pada abad ke-12 dan ke-13 H.

Kemunculan tarekat di Indonesia sejalan dengan perkembangan islam di


Negara-negara muslim lainnya. Perkembangan tarekat di Indonesia muncul
karena dibawa oleh para syaikh yang tadinya berguru di Mekkah setelah
mendapat ijazah dari para gurunya, mereka pun mulai mengajarkan system
tarekat di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihan dan M. Solihin. 2008. Ilmu Tasawuf. Bandung; CV.


Pustaka Setia

--------------------. 2010. Akhlak Tasawuf. Bandung; CV. Pustaka Setia.

Fata, Ahmad Khoirul. 2011. Tarekat Sebuah Pengantar. From http://


Artikel. Pelajar-Islam. or. id. Diunduh pada tanggal 04 Desember 2012.

Huda, Sokhi. 2008. Tasawuf Kultural Fenomena Shalawat Wahidiyah.


Yogyakarta; LKis Yogyakarta.

Jaiz, Hartono Ahmad. 2005. Tasawuf Belitan Iblis. Jakarta; Darul Falah.

Mustafa, Ahmad. 2010. Akhlak Tasawuf. Bandung; CV. Pustaka Setia.

Shihab, Alwi. 2009. Akar Tasawuf di Indonesia. Depok; Pustaka IIMaN.

10

Anda mungkin juga menyukai