MAKALAH
MAKALAH
ANTIBODI
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-
Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta
kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat
nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Histokimia dan
Imunhistokimia dengan judul “ANTIBODI”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
A. Latar Belakang
Antibodi adalah molekul protein yang dihasilkan oleh sel plasma yang
disebut globulin dan sekarang dikenal sebagai imunoglobulin (Tizard, 1988;
Baratawidjaja dan Rengganis 2012). Antibodi yang didapatkan dari imunisasi
dikenal sebagai antibodi poliklonal. Antibodi poliklonal merupakan antibodi
yang dihasilkan oleh limfosit B yang berasal dari banyak tipe klon karena
tanggapan dari ikatan antigen dengan epitop limfosit B yang berbeda-beda
(Burgess, 1995). Produksi antibodi poliklonal dari proses imunisasi terhadap
hewan umumnya dilakukan pada mamalia. Hewan yang sering digunakan
sebagai produksi antibodi poliklonal diantaranya kambing, kuda, marmut,
kelinci, hamster, tikus, domba, dan ayam. Kelinci dan mencit merupakan
hewan laboratorium yang paling umum digunakan sebagai produksi antibodi.
(Koivunen dan Krogsrud, 2006). Antibodi poliklonal diterapkan untuk
melacak berbagai pencemaran pada bahan pangan atau pakan serta hasil
olahannya seperti aflatoksin (Wang et al., 2011;Liu et al., 2013) (Angriani
dkk,2016).
Antibodi monoklonal tersebut antara lain epidermal growth factor receptor
(cetuximab, Erbitux), vascular endothelial growth factor (VEGF)
(bevacizumab, Avastin), dan epidermal growth factor receptor (panitumumab,
Vectibix).
Antibodi merupakan protein immunoglobulin yang disekresi oleh sel B
yang terfiksasi oleh antigen. Semua molekul antibodi terdiri dari dua untaian
peptida pendek yang sama yang dikenal dengan light chain, kappa dan lambda
yang terdiri dari 230 asam amino, sedang yang terdiri dari untaian peptida
yang panjang disebut heavy chain (imunoglobulin) yang terdiri dari lima jenis
yaitu IgG, IgA, IgM, IgD dan IgE (Bratawidjaja, 2004). Memelihara daya
tahan tubuh tidak cukup hanya dengan keseimbangan gizi yang dilengkapi
dengan vitamin, mineral dan asam amino esensial. Daya tahan tubuh alami
harus diciptakan oleh kesehatan organ-organ tubuh yang terutama terdiri dari
ketahanan permukaan epitel yaitu jaringan kulit organ, keseimbangan faktor-
faktor humoral yaitu jaringan hati dan ginjal serta keseimbangan faktor-faktor
seluler. Organ-organ pendukung daya tahan tubuh alamiah ini dapat dipelihara
dan ditingkatkan fungsinya melalui konsumsi tanaman obat (Siti
Khamida,2016).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian antibody?
2. Apa fungsi antibody monoklonal?
3. Bagaimana perkembangan sejarah antibody monoklonal?
C. Tujuan
1. Agar mengetahui apa yang disebut dengan antibody
2. Agar mengetahui jenis – jenis antibody
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4. Aglutinasi
Adalah jika sel-sel asing yang masuk, misalnya bakteri atau transfuse
darah yang tidak cocok berikatan bersama-sama membentuk gumpalan.
5. Presipitasi
Adalah jika complex antigen-antibodi yang terbentuk berukuran terlalu
besar, sehingga tidak dapat bertahan untuk terus berada di larutan dan
akhirnya mengendap.
a. Fagositosis
Adalah jika bagian ekor antibodi yang berikatan dengan antigen mampu
mengikat reseptor fagosit (sel penghancur) sehingga memudahkan
fagositosis korban yang mengandung antigen tersebut.
b. Sitotoksis
Adalah saat pengikatan antibodi ke antigen juga menginduksi serangan
sel pembawa antigen oleh killer cell (sel K). Sel K serupa dengan
natural killer cell kecuali bahwa sel K mensyaratkan sel sasaran dilapisi
oleh antibody sebelum dapat dihancurkan melalui proses lisis membran
plasmanya.
6. Tersier
Interaksi tingkat tersier adalah munculnya tanda-tanda biologic
dari interaksi antigen-antibodi yang dapat berguna atau merusak bagi
penderitanya. Pengaruh menguntungkan antara lain: aglutinasi bakteri,
lisis bakteri, immnunitas 3. mikroba,dan lain-lain. Sedangkan pengaruh
merusak antara lain: edema, reaksi sitolitik berat, dan defisiensi yang
menyebabkan kerentanan terhadap infeksi.
Tahap pertama dari respon antibodi dimulai dari fagositosis antigen oleh
makrofag atau sel lain dalam sistem retikuloendotelial yang meliputi sel-
sel Langerhans di kulit, sel dendritik pada spleen dan lymph node, serta
monosit dalam darah. Sel-sel tersebut berdasarkan fungsi imunologisnya
digolongkan sebagai antigen-presenting cells (APC).
Penghasilan antibodi terhadap kebanyakan antigen memerlukan
interaksi dan pengaktifan kedua-dua sel B dan T. Antibodi memiliki
kemampuan spesifik untuk mengikat determinat site dari antigen atau yang
disebut dengan determinan antigenik. Berikut merupakan gambaran ikatan
antara dua molekul antigen dengan dengan situs pengikatan antigen di
daerah-daerah variabel pada antibody.
Sel-sel ini mungkin menghasilkan gerak balas terhadap epitop
berbeza pada antigen yang sama, tetapi epitop-epitop tersebut mesti
tergabung (physically-linked). Kompleks antigen yang tergabung ke
reseptor sel B (terdiri dari imunoglobulin permukaan, sIg) akan
didegradasi dalam sel yang mengandungi molekul MHC II. Kompleks
peptid-MHC ini akan diekspres pada permukaan sel, di mana ia akan
berinteraksi dengan sel T yang mempunyai reseptor sesuai. Hasil dari
pergabungan antigen serta sitokin-sitokin yang dihasilkan oleh sel T, sel B
diaktifkan dan menjalani proses proliferasi menjadi sel penghasil antibodi
(sel plasma) (Siti khamidah,2016).
DAFTAR PUSTAKA