Seorang anak manusia di era melenial lebih memilih untuk tidak bersinergi dengan keadaan.
Nilai-nilai yang tertanam di keluarganya memudar dan lebih memilih berpaling untuk menjadi
orang yang berbeda. Ketika sebuah bahasa sudah menjadi ajang untuk mencari eksistensi,
suatu yang menjadi viral dan mendunia, sebuah kebudayaan global lebih diyakini, lebih
digemari, lebih menjadi tolak ukur berbicara kebudayaan. Sedang pola pikir semakin rusak,
semakin memburuk dan itu menjadi hal yang sangat berpengaruh dalam kehidupan. Sehingga,
muncullah sebuah perilaku-perilaku yang menyimpang dengan warisan yang mestinya
dilestarikan dan dijadikan pondasi untuk menjalani kehidupan yang mereka yakini itu.
Berbekal keyakinan, seorang ingin bertahan dikeadaan yang semerawut, seolah keyakinan
menjadi hal yang tak lagi mereka pedulikan. Nilai dikesampingkan, aturan hanya menjadi
sebuah pajangan, tak tahu arah kemana mencari kebenaran-kebenaran yang baik dalam
menyikapi zaman.
Adegan 1
Para aktor memasuki ruang panggung, semakin menghimpit menjadi penuh sesak, aktor
mendorong kotak kecil menyerupai kursi tapi berbentuk kotak berwarna-warni,
menggambarkan pergerakan zaman yang cepat dan mengkotak-kotakkan kehidupan manusia.
Terdapat lima aktor dan tiga aktor berperan bergantian, satu anak kecil membawa balon
menari-nari memutari orang-orang yang sedang mendorong kotak yang semakin memadati
ruang, kemudian lima orang tersebut membentuk komposisi. Semua aktor masuk menyanyi
dengan koreo yang sudah ditentukan
Santuy, santuy , santuy
Kuy, kuy, selpong markendong
Leh uga, sabeb bosque unch – unch
Leh gabut jadi mager
Semua mantul bisik sini sono
Bias -bias blitz photos
Uploud-uploud sensasi
Kata-kata tunjuk aksi
Kuy-kuy santuy-santuy
Para aktor meninggalkan panggung, tinggallah aktor laki-laki dan perempuan berdiri diatas
kotak, disamping kanan dan kiri. Kotak yang lain disusun menjadi ornamen dibelakang aktor,
mereka adalah ayah dan ibu seorang gadis yang sedang cekcok, dan saling menyalahkan.
1. Ayah : Ini semua karena ibu yang tidak becus mendidik anak kita!
2. Ibu : Apa tidak becus? Ayah tidak mikir ? setiap hari saya yang urus itu anak! Selama ini
Ayah saja yang terus sibuk!
3. Ayah : Saya ini mencari nafkah untuk kebutuhan keluarga, tidak sempat untuk
menasehati Gadis, anak kita.
4. Ibu : Lantas siapa? Siapa yang harus bertanggung jawab atas perilaku gadis yang seperti
itu ?
5. Ayah : Ya ibu lah, ibu yang setiap hari selalu bersamanya!
6. Ibu : Ohhh! saya sendirian? saya juga yang menyiapkan segala keperluan Ayah,
keperluan Gadis, mengantar gadis sekolah, semua saya lakukan sendiri!
7. Ayah : Lantas kenapa prestasinya merosot? mengapa dia menjadi anak yang tidak tahu
sopan-santun,, bicara pakai bahasa-bahasa gak jelas, yang Skuy… Kuy... santuy selfie
dulu, Sanslurr assssyiaaapp. Apaan itu ayah semakin tidak mengerti kelakuannya.
8. Ibu : Ayah yang menutup diri, menutup telinga! Zaman sudah berubah yah…!
9. Ayah : Ini salah ibu! Tidak becus mengurus anak!
10. Ibu : Tidak! ini ayah yang tidak peka!
11. Ayah : Ibu yang salah!
12. Ibu : Ayah yang tidak perhatian kepada anak kita!
Mengucap berbarengan.
13. Ayah : Ibu yang salah !!
14. Ibu : Ayah yang salah!!
Mereka terdiam. Musik mengalun pelan, lalu semakin cepat setelah dialog ayah dan ibu,
mereka turun dari kotak.
15. Ayah : Bu, Gadis dimana sekarang ?
16. Ibu : Loh ! ya gak tahu !
Adegan 2
Seketika musik semakin cepat, dan lampu berkedap-kedip, orang kembali masuk mendorong
kotak kemudian menjadi aktor perempuan. Sebagai ibu-ibu berdiri diatas kotak. Dari sinilah
cerita dimulai.
17. Ibu 1 : Gadis dimana kamu nak… ayo pulang hari sudah hampir petang, tak baik
perempuan -perempuan bermain hingga larut malam. Gadis...
Musik semakin cepat dan menghentak, ibu semakin panik karena usahanya sepertinya sia-sia,
memanggil-manggil anaknya karena tak kunjung pulang.
Ibu menuju tengah panggung, bermonolog, diantaranya ada ibu – ibu lain membuat komposisi,
diatara ibu itu.
18. Ibu 1 : Aku memiliki anak bernama Gadis. Tiap hari dia selalu dengan Gadgetnya, selalu
sibuk dengannya. Tiap bangun tidur, usai mandi, sarapan, pulang sekolah, malam hari
dan akan tidurpun, selalu saja dengannya. Atau bahkan, saat dia belajar disekolah
gadget selalu ia genggam. Gadis ialah anak satu-satunya yang sangat ku sayangi. Akan
tetapi setiap aku memulai obrolan dengannya, paling lama berbicara hanya sekian menit
saja, itupun kalau mau. Entah apa salahku, sebagai seorang ibu, perih rasanya melihat
anak menjadi seperti itu. Seringkali kusalahkan zaman edan ini, yang katanya sudah tak
jelas lagi batas-batasannya. Tak jelas lagi aturan-aturannya, Tapi apa..? Bagaimana?
Siapa yang salah….? Siaapaa yang patut ku salahkan…? Saya, kita… semua? Siapa … ?
siapa yang salah? (Menangis). Saya jadi teringat waktu dia masih kecil, Gadis kecil anak
saya senang sekali menonton Film Sailor moon, pahlawan kebenaran. Setiap pahlawan
selalu memiliki musuh. Sekarang, siapa yang pahlawan, siapa yang lawan itu sudah tak
jelas lagi. Mungkinkah yang terjadi pada anak kita ini adalah hal yang harus kita lawan?
Mungkinkah saya mesti tegas pada Gadis..? memarahinya lalu tak mengijinkannya
menggunakan gadget?
Adegan 3
Lampu berubah, ibu keluar mengganti aktor anak-anak mendorong kotak dan menatanya
ditengah panggung, music dance berkumandang mereka melakukan gaya -gaya seperti selfi,
ngegame kemudian mereka turun dan duduk seperti menonton televisi. Mereka tonton video
tiktok yang lagi trending. Para ibu-ibu datang marah-marah, kemudian merampas gadget
mereka, mereka menangis dan menjerit histeris. Ibu berusaha menenangkannya. Kemudian
mereka tenang kembali setelah gadget mereka dikembalikan.
19. Ibu 1 : Gadis... sudah nak dengan gadgetnya, ayo pulang, ayahmu sudah bertanya-tanya
sejak tadi...
20. Gadis : Tumben.. biasanya nggak pernah Tanya, gapernah peduli.
21. Neneng : Gadis, kamu mau HSH ?
22. Semua anak : Apatuh gais?
23. Gadis : Ihhh kudet banget sih, HSH itu Home Sweet Home..
24. Tiwi : Ya ngobrol dong gayss
25. Gadis : Nggak ah neng, males mager bingits. Gabut dirumah, santuy aja disini lebih
mantul, ya ga?
26. Semua anak : Uwaasssiaaaap… mantullll gaiss!
27. Ibu : Sudah nak, cukup dengan gadget kalian
Mengabaikan ibu Gadis
28. Tiwi : Eh eh gays omg, kalian lihat adikku gak?
29. Neneng : Au ah gelap! gakeliatan
30. Tiwi : Ohh bikes banget sih sama adikkuh, iyuuuhh ngeselin kemana sihh
31. Gadis : Ya udah laah keles sanskuy ajaa kali, KLMGAK?
32. Semua anak : apaan itu?
33. Gadis : Kita Lanjut Maen Mame Aja Kuy…
34. Semua : Assyiaappppp gays...
35. Ibu : (ibu memperhatikan kemudian menangis sesenggukan) Gadis sudah nak sudah..
ayo pulang nak,, pulang nak...
Anak-anak tidak menghiraukan, mereka makin asyik saja dengan gadgetnya. Mereka tidak
menghiraukan keberadaan ibunya.
36. Ibu : menyanyi
Betapa kerinduan yang selalu menghampiri
Wajah selalu menjadi penghias dalam mimpi
Bulan berganti bulan hari berganti hari
Tanpa hadirmu dipeluk ibu
Anakku
Anakku ibu merindu
Betapa ibu merindukanmu...
Adegan 4
Adik tiwi yang masih kecil masuk panggung, membawa balon. Sambil bersenandung. Dengan
ekspresi kekanak-kanaknya dia menghampiri kakaknya.
SELESAI