Anda di halaman 1dari 5

Booming

Sebuah karya singkat oleh Maulidya Miranda

Seorang anak manusia di era melenial lebih memilih untuk tidak bersinergi dengan keadaan.
Nilai-nilai yang tertanam di keluarganya memudar dan lebih memilih berpaling untuk menjadi
orang yang berbeda. Ketika sebuah bahasa sudah menjadi ajang untuk mencari eksistensi,
suatu yang menjadi viral dan mendunia, sebuah kebudayaan global lebih diyakini, lebih
digemari, lebih menjadi tolak ukur berbicara kebudayaan. Sedang pola pikir semakin rusak,
semakin memburuk dan itu menjadi hal yang sangat berpengaruh dalam kehidupan. Sehingga,
muncullah sebuah perilaku-perilaku yang menyimpang dengan warisan yang mestinya
dilestarikan dan dijadikan pondasi untuk menjalani kehidupan yang mereka yakini itu.
Berbekal keyakinan, seorang ingin bertahan dikeadaan yang semerawut, seolah keyakinan
menjadi hal yang tak lagi mereka pedulikan. Nilai dikesampingkan, aturan hanya menjadi
sebuah pajangan, tak tahu arah kemana mencari kebenaran-kebenaran yang baik dalam
menyikapi zaman.

Adegan 1
Para aktor memasuki ruang panggung, semakin menghimpit menjadi penuh sesak, aktor
mendorong kotak kecil menyerupai kursi tapi berbentuk kotak berwarna-warni,
menggambarkan pergerakan zaman yang cepat dan mengkotak-kotakkan kehidupan manusia.
Terdapat lima aktor dan tiga aktor berperan bergantian, satu anak kecil membawa balon
menari-nari memutari orang-orang yang sedang mendorong kotak yang semakin memadati
ruang, kemudian lima orang tersebut membentuk komposisi. Semua aktor masuk menyanyi
dengan koreo yang sudah ditentukan
Santuy, santuy , santuy
Kuy, kuy, selpong markendong
Leh uga, sabeb bosque unch – unch
Leh gabut jadi mager
Semua mantul bisik sini sono
Bias -bias blitz photos
Uploud-uploud sensasi
Kata-kata tunjuk aksi
Kuy-kuy santuy-santuy
Para aktor meninggalkan panggung, tinggallah aktor laki-laki dan perempuan berdiri diatas
kotak, disamping kanan dan kiri. Kotak yang lain disusun menjadi ornamen dibelakang aktor,
mereka adalah ayah dan ibu seorang gadis yang sedang cekcok, dan saling menyalahkan.
1. Ayah : Ini semua karena ibu yang tidak becus mendidik anak kita!
2. Ibu : Apa tidak becus? Ayah tidak mikir ? setiap hari saya yang urus itu anak! Selama ini
Ayah saja yang terus sibuk!
3. Ayah : Saya ini mencari nafkah untuk kebutuhan keluarga, tidak sempat untuk
menasehati Gadis, anak kita.
4. Ibu : Lantas siapa? Siapa yang harus bertanggung jawab atas perilaku gadis yang seperti
itu ?
5. Ayah : Ya ibu lah, ibu yang setiap hari selalu bersamanya!
6. Ibu : Ohhh! saya sendirian? saya juga yang menyiapkan segala keperluan Ayah,
keperluan Gadis, mengantar gadis sekolah, semua saya lakukan sendiri!
7. Ayah : Lantas kenapa prestasinya merosot? mengapa dia menjadi anak yang tidak tahu
sopan-santun,, bicara pakai bahasa-bahasa gak jelas, yang Skuy… Kuy... santuy selfie
dulu, Sanslurr assssyiaaapp. Apaan itu ayah semakin tidak mengerti kelakuannya.
8. Ibu : Ayah yang menutup diri, menutup telinga! Zaman sudah berubah yah…!
9. Ayah : Ini salah ibu! Tidak becus mengurus anak!
10. Ibu : Tidak! ini ayah yang tidak peka!
11. Ayah : Ibu yang salah!
12. Ibu : Ayah yang tidak perhatian kepada anak kita!
Mengucap berbarengan.
13. Ayah : Ibu yang salah !!
14. Ibu : Ayah yang salah!!
Mereka terdiam. Musik mengalun pelan, lalu semakin cepat setelah dialog ayah dan ibu,
mereka turun dari kotak.
15. Ayah : Bu, Gadis dimana sekarang ?
16. Ibu : Loh ! ya gak tahu !

Adegan 2
Seketika musik semakin cepat, dan lampu berkedap-kedip, orang kembali masuk mendorong
kotak kemudian menjadi aktor perempuan. Sebagai ibu-ibu berdiri diatas kotak. Dari sinilah
cerita dimulai.
17. Ibu 1 : Gadis dimana kamu nak… ayo pulang hari sudah hampir petang, tak baik
perempuan -perempuan bermain hingga larut malam. Gadis...
Musik semakin cepat dan menghentak, ibu semakin panik karena usahanya sepertinya sia-sia,
memanggil-manggil anaknya karena tak kunjung pulang.
Ibu menuju tengah panggung, bermonolog, diantaranya ada ibu – ibu lain membuat komposisi,
diatara ibu itu.
18. Ibu 1 : Aku memiliki anak bernama Gadis. Tiap hari dia selalu dengan Gadgetnya, selalu
sibuk dengannya. Tiap bangun tidur, usai mandi, sarapan, pulang sekolah, malam hari
dan akan tidurpun, selalu saja dengannya. Atau bahkan, saat dia belajar disekolah
gadget selalu ia genggam. Gadis ialah anak satu-satunya yang sangat ku sayangi. Akan
tetapi setiap aku memulai obrolan dengannya, paling lama berbicara hanya sekian menit
saja, itupun kalau mau. Entah apa salahku, sebagai seorang ibu, perih rasanya melihat
anak menjadi seperti itu. Seringkali kusalahkan zaman edan ini, yang katanya sudah tak
jelas lagi batas-batasannya. Tak jelas lagi aturan-aturannya, Tapi apa..? Bagaimana?
Siapa yang salah….? Siaapaa yang patut ku salahkan…? Saya, kita… semua? Siapa … ?
siapa yang salah? (Menangis). Saya jadi teringat waktu dia masih kecil, Gadis kecil anak
saya senang sekali menonton Film Sailor moon, pahlawan kebenaran. Setiap pahlawan
selalu memiliki musuh. Sekarang, siapa yang pahlawan, siapa yang lawan itu sudah tak
jelas lagi. Mungkinkah yang terjadi pada anak kita ini adalah hal yang harus kita lawan?
Mungkinkah saya mesti tegas pada Gadis..? memarahinya lalu tak mengijinkannya
menggunakan gadget?
Adegan 3
Lampu berubah, ibu keluar mengganti aktor anak-anak mendorong kotak dan menatanya
ditengah panggung, music dance berkumandang mereka melakukan gaya -gaya seperti selfi,
ngegame kemudian mereka turun dan duduk seperti menonton televisi. Mereka tonton video
tiktok yang lagi trending. Para ibu-ibu datang marah-marah, kemudian merampas gadget
mereka, mereka menangis dan menjerit histeris. Ibu berusaha menenangkannya. Kemudian
mereka tenang kembali setelah gadget mereka dikembalikan.
19. Ibu 1 : Gadis... sudah nak dengan gadgetnya, ayo pulang, ayahmu sudah bertanya-tanya
sejak tadi...
20. Gadis : Tumben.. biasanya nggak pernah Tanya, gapernah peduli.
21. Neneng : Gadis, kamu mau HSH ?
22. Semua anak : Apatuh gais?
23. Gadis : Ihhh kudet banget sih, HSH itu Home Sweet Home..
24. Tiwi : Ya ngobrol dong gayss
25. Gadis : Nggak ah neng, males mager bingits. Gabut dirumah, santuy aja disini lebih
mantul, ya ga?
26. Semua anak : Uwaasssiaaaap… mantullll gaiss!
27. Ibu : Sudah nak, cukup dengan gadget kalian
Mengabaikan ibu Gadis
28. Tiwi : Eh eh gays omg, kalian lihat adikku gak?
29. Neneng : Au ah gelap! gakeliatan
30. Tiwi : Ohh bikes banget sih sama adikkuh, iyuuuhh ngeselin kemana sihh
31. Gadis : Ya udah laah keles sanskuy ajaa kali, KLMGAK?
32. Semua anak : apaan itu?
33. Gadis : Kita Lanjut Maen Mame Aja Kuy…
34. Semua : Assyiaappppp gays...
35. Ibu : (ibu memperhatikan kemudian menangis sesenggukan) Gadis sudah nak sudah..
ayo pulang nak,, pulang nak...
Anak-anak tidak menghiraukan, mereka makin asyik saja dengan gadgetnya. Mereka tidak
menghiraukan keberadaan ibunya.
36. Ibu : menyanyi
Betapa kerinduan yang selalu menghampiri
Wajah selalu menjadi penghias dalam mimpi
Bulan berganti bulan hari berganti hari
Tanpa hadirmu dipeluk ibu
Anakku
Anakku ibu merindu
Betapa ibu merindukanmu...

Adegan 4
Adik tiwi yang masih kecil masuk panggung, membawa balon. Sambil bersenandung. Dengan
ekspresi kekanak-kanaknya dia menghampiri kakaknya.

37. Ica : Kakak.. sudaah ayo pulang,, adek laper nih


38. Tiwi : Ihhh bentar masi mau dabel kill nih, omaigat omaigaattt,, ( mendengar ica terus
merengek ) hiss berisik diem duduk sana!
39. Ibu Gadis : Adek ica, dari mana,, kok nggak ikut main bersama kak tiiwi?
40. Ica : Nggak ah tante, kakak tidak asyik! Lihat masa mereka itu tuh, bersama kakak yang
lain main-main sendiri, asyik-asyik sendiri dengan gadgetnya, Ica di kacangin, yasudah
Ica mau pulang saja, mau ke ibu saja. (Kepada kakaknya) ayo kak, Ica sudah lapar nih,
ayoo pulang kaakk ihh (ica tak diubris, kesal) kak tiwi jahat!
41. Ibu Gadis : Adek ica, gaboleh gitu sama kakak, ica memang kenapa cari ibu ?
42. Ica : Cuma ibu yang sayang sama ica, ngajari ica banyak hal, ngajari ica nyanyi (sambil
bersenandung) do you wanna build snowman, nonton upin ipin, cerita dongeng kancil,
bermain puzzle, nonton spongebob, doraemon, sailor moon, minum coklat panas,
pokonya seru, dan pokoknya selalu jagain adek… kalo kak tiwi (menoleh ke arah tiwi)
kakak sudah gak peduli sama ica... (ica mulai menangis kecil)
43. Semua : menoleh mendengar perkataan ica, mengingat masa kecilnya, kemudian
melanjutkan main game dengan muka resah
44. Ibu : Adek ica nggak ngajak maen kakak ?
45. Ica : Kakak mana mau! Maunya enak-enak dan asyik - asyik sendiri sama gadgetnnya
(menghampiri tiwi lagi) Kak ayoo pulang, ica mau pulang kak, mau ke ibuuu, ica gamau
disini...
46. Tiwi : ica diam! (kesal)
47. Ica : (terkejut lemas) kakak sudah gasayang ica ya? kakak asyik maen sendiri sama
hapenya. ica dilupain,kakak udah gapeduli ica lagi... Kakak berubah, kalian semua sudah
gasayang ica (menangis sesenggukan) Apa ica jadi gadged aja biar kakak sayang sama
ica, seperti ibu sayang ica, dan ica menyayangi ibu? (ica semakin menjadi jadi)
48. Semua : terkejut dengan perkataan ica dan berhenti memainkan gadgetnya lalu
menaruh gadgetnya.
49. Tiwi : Ica... Maafin kakak, kakak buta, kakak salaah bodoh, kakak buta... (memeluk ica
sambil menangis) kakak sayang ica, kakak mau main sama ica seperti ibu..
Kemudian Gadis menghampiri ibunya, mereka berhamburan. Lalu menyanyi. Teman-teman
gadispun ikut bernyanyi.
50. Gadis : Maafkan gadis bu, (menangis sesunggukan) gadis lupa akan kasih sayang ibu.
Gadis dibutakan Gadget yang tak seindah kasih sayang ibu.. Gadis mau seperti gadis
kecil ibu yang dulu (bernyanyi)
51. Ibu : Iya nak, Gadis masih ibu anggap seperti Gadis kecil ibu, akan selalu begitu..
(terharu menyeka air mata sambil memeluk ica dan mengecup dahinya)
Kau adalah bagian hidup
Kau adalah bidadari dari surga
Selalu ada tuk kedamaian kami

SELESAI

Anda mungkin juga menyukai