Anda di halaman 1dari 33

ETIKA BISNIS DAN PROFESI

“ETHICS AND GOVERNANCE SCANDALS”


(SKANDAL ETIKA DAN PEMERINTAHAN)

OLEH:
KELOMPOK 2
1. Ni Made Ayu Nirmalasari Putri Erawan (1881621008/09)
2. Cokorda Istri Eka Pratiwi (1881621009/10)
3. Ni Made Ayu Maya Puspita (1881621015/16)

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2020
ETHICS AND GOVERNANCE SCANDALS

1. Etika dan Pemerintahan: Garis Waktu Peristiwa Penting


Diawali dengan tahun 1929, yang telah berkontribusi pada peningkatan kesadaran akan
kebutuhan etika dan tata kelola yang penting untuk diterapkan.

2. Etika dan Pemerintahan: Perkembangan Awal Sebelum Tahun 1970


Peristiwa ini terjadi hingga Black Tuesday pada 29 Oktober 1929, ekonomi di seluruh
dunia telah menikmati "Roaring Twenties," yang mana peristiwa ketika suatu periode
profitabilitas mengalami peningkatan, keadaan pasar yang sedang trend di saat itu, serta sifat
optimisme tanpa batas. Korporasi di saat itu diharapkan melangsungkan tata kelola perusahaan
dengan baik. Hal ini dikarenakan di saat itu kondisi pasar ternak mengalami penurunan, yang
menandakan bahwa dunia usaha sangat spekulatif, dan penuh dengan konflik kepentingan.
Tampaknya didedikasikan untuk layanan para eksekutif atau pemilik yang mengendalikannya,
dan tidak kepada pemangku kepentingan lainnya, termasuk konsumen, karyawan, dan pemegang
saham minoritas atau jauh. Manipulasi dan inflasi laporan keuangan tersebar luas, sehingga
investor tidak mengetahui kondisi keuangan investasi mereka. Bank, yang seharusnya
melindungi uang deposan mereka, gagal karena mereka, juga, telah berinvestasi dalam investasi
spekulatif untuk mendapatkan uang dengan cepat.
Pemerintah-pemerintah dibungkam oleh meluasnya penghapusan kekayaan ketika pasar
jatuh, dan pengangguran melonjak. Orang tidak bisa membayar hipotek mereka kehilangan
rumah mereka. Mereka tidak memiliki cukup uang untuk membeli barang atau bahkan belanjaan.
ekonomi dunia tidak pulih sampai peningkatan produksi dan pekerjaan yang terjadi pada tahun
1939 untuk memasok pasukan dalam Perang Dunia II.
Selama Depresi Besar (Great Depression) dari 1929-1939, pemerintah AS mengakui
beberapa kelemahan etika dan tata kelola yang telah berkontribusi pada bencana, dan
menetapkan undang-undang yang dirancang untuk memperbaikinya, termasuk, antara lain:
1) Securities Act of 1933 atau dikenal sebagai Truth in Securities Act membuat Securities and
Exchange Commission (SEC) AS dan mengharuskan perusahaan mengumpulkan uang dari
publik atau masyarakat di Amerika Serikat untuk mendaftar ke SEC dan mengikuti
peraturannya yang mengatur masalah asli dari beberapa sekuritas korporasi, informasi

1
investor, sertifikasi audit oleh akuntan independen, dan tanggung jawab perdata untuk
penerbit dan penjamin emisi.
2) Securities Act of 1934 menciptakan kerangka regulasi untuk perdagangan sekunder pada
bursa efek dari sekuritas (saham dan obligasi) dari perusahaan yang terdaftar.
3) Glass-Steagall Act of 1933 atau dikenal sebagai The Banking Act of 1933 memindahkan
reformasi perbankan yang dirancang untuk memisahkan fungsi investasi dan perbankan
komersial untuk menjaga terhadap kegagalan bank komersial dari kesalahan investasi
spekulatif.
4) Penasihat investasi Act of 1940 menciptakan kerangka kerja untuk pendaftaran dan
pengaturan penasihat investasi.

3. Etika dan Tata Kelola: 1970-1990


Di era tahun 1950-an dan 1960-an, kesadaran bahwa lingkungan kita adalah sumber daya
yang terbatas menjadi lebih jelas, seperti halnya kesadaran bahwa perusahaan dapat membuat
perubahan untuk melindungi lingkungan. Sebuah kelompok aktivis yang dikenal sebagai aktivis
lingkungan mulai melakukan apa yang mereka bisa untuk meningkatkan kesadaran umum
masyarakat terhadap isu-isu lingkungan dan menyadarkan masyarakat pada praktik-praktik
buruk. Tujuan mereka adalah untuk menekan dewan direksi, eksekutif, dan manajer untuk
menyadari bahwa praktik lingkungan yang buruk tidak hanya akan membahayakan lingkungan
kita, tetapi pada gilirannya akan merusak reputasi individu dan perusahaan yang terlibat) dan
akhirnya profitabilitas mereka.
Paham peduli lingkungan bukan satu-satunya “paham” atau pembangunan yang muncul
pada 1970-an di bawah tekanan aktivis. Masalah lain membuat publik merasa tidak nyaman yang
mengakibatkan:
1) Konsumerisme, yaitu mobil yang tidak aman untuk publik dan memunculkan peluang bagi
Ralph Nader untuk meningkatkan kepekaan publik atas keselamatan mobil dan kebutuhan
untuk melindungi konsumen.
2) Investasi yang bertanggung jawab secara sosial.
3) Peraturan tentang perdagangan yang adil, pekerja anak, upah yang adil, dan produksi
sweatshop.

2
4) Undang-undang Praktik Korupsi Luar Negeri atau FCPA mengandung ketentuan anti-suap
sebagai reaksi terhadap eksekutif Lockheed yang menyuap pejabat Jepang untuk membeli
pesawat perusahaan.

4. Etika dan Pemerintahan: Era Modern-1990 sampai Saat Ini


Pada bulan November 1991, tepat sebelum diperkenalkannya Panduan Hukuman Federal
AS, seorang Hakim berkomentar bahwa jika suatu Perusahaan dapat membuktikan bahwa semua
upaya yang wajar telah dilakukan untuk menghindari kerusakan lingkungan dengan hukuman
yang diusulkan hingga $ 2 juta per hari dan waktu penjara untuk eksekutif yang bertanggung
jawab dapat dikurangi menjadi $ 50.000 per hari. Banyak perusahaan besar mulai
mengembangkan uji tuntas lingkungan dan program kepatuhan yang menghasilkan kesadaran
yang lebih besar terhadap masalah lingkungan dan keinginan perusahaan-perusahaan tersebut
untuk menghindari kerusakan lingkungan juga.
Pada dasarnya, perusahaan di bawah arahan direksi mereka, mengembangkan program tata
kelola yang membentuk perilaku mereka dan menguntungkan masyarakat. Hali ini menekan dari
pemangku kepentingan aktivis lainnya, perusahaan telah melembagakan program tata kelola
yang ditujukan untuk:
1) Mendorong dan melindungi whistle-blower.
2) Kesehatan dan keselamatan.
3) Pastikan transaksi yang adil.
4) Mengurangi konflik kepentingan.
5) Pastikan praktik ketenagakerjaan yang wajar.

5. Significant Ethics dan Skandal Tata Kelola serta Peristiwa


5.1 Enron-Kegagalan Dewan Direksi
Perusahaan Enron dibentuk oleh Ken Lay pada tahun 1985 sebagai hasil penggabungan
dua perusahaan pipa gas alam karena permintaan gas alam meningkatkan laju persediaan Enron
naik terus selama tahun 1990-an, perdagangan dalam kisaran $ 20 hingga $ 40. Pada awal tahun
2000, saham mulai naik, diperdagangkan dalam kisaran $ 60 hingga $ 90. Pada saat itu, Enron
adalah perusahaan publik terbesar ketujuh di Amerika Serikat. Namun, pada tahun 2001, stok
mulai saya jatuh dan pada tanggal 2 Desember 2001, perusahaan mengajukan perlindungan

3
kebangkrutan. Diawali pusat kantor yang berada di Houston dengan bisnis utama Enron adalah
menjual gas alam. Kemudian pindah ke bisnis penjualan berjangka energi. Kontrak berjangka
adalah perjanjian di mana satu pihak setuju untuk menjual energi kepada pihak lain pada tanggal
yang ditentukan di masa depan dengan harga yang disepakati hari ini. Dari sudut pandang
penjual, pendapatan biasanya dicatat ketika energi dikirimkan ke pelanggan.
Pada 19 November 2001, perusahaan mengumumkan bahwa mereka tidak dapat memenuhi
pembayaran utang berikutnya. Pada 2 Desember menyatakan kebangkrutan. Ketika laporan
keuangan akhirnya disajikan kembali, pendapatan Enron berkurang lebih dari $ 2,6 miliar untuk
periode empat tahun dari 1997 hingga 2000. Utang keseluruhan meningkat dengan jumlah yang
sama. Hampir separuh dari laba yang dilaporkan, yang telah menaikkan harga sahamnya secara
dramatis hingga akhir 1990-an, terbukti salah. Pada saat itu, ini adalah penipuan terbesar yang
pernah dilaporkan di Amerika Serikat.
Menurut baik penyelidikan internal (Powers Report) dan investigasi eksternal (Senate
Subcommittee-Report), mengumumkan adanya kegagalan Enron yang dikaitkan sebagian besar
terhadap kegagalan dewan direksi untuk memberikan pengawasan dan tata kelola. Anggota
dewan mengetahui dan mengizinkan eksekutif Enron untuk:
1) Terlibat dalam transaksi akuntansi berisiko tinggi seperti pelaporan rekaman awal hanya
menggunakan “pembayaran dimuka”
2) Terlibat dalam konflik kepentingan yang tidak wajar, seperti memungkinkan CEO Jeffrey
Enron, juga mengoperasikan dana ekuitas swasta yang berurusan dengan Enron
3) Tidak mencatat kewajiban off-the-book melalui penggunaan SPE, dan
4) Membayar kompensasi berlebihan bagi eksekutif senior, sering tanpa persetujuan yang tepat
hampir $ 1 miliar dalam opsi saham kepada dua belas eksekutif senior
5.2 Arthur Andersen - An Organizational Culture Gone Awry
Menjelang pergantian abad ke-21, ada lima kantor akuntan besar: Arthur Andersen
Deloitte Touche Tohmatsu, Ernst & Young, KPMG dan Pricewaterhouse Coopers yang masing-
masing mewakili jaringan perusahaan yang tersebar di seluruh dunia, dengan kantor di hampir
setiap kota besar. Disebut Big-5, perusahaan besar yang telah melakukan oligopoli ketika datang
untuk memberikan layanan audit kepada perusahaan-perusahaan besar yang diperdagangkan
secara publik. Arthur Andersen (selanjutnya hanya Andersen) didirikan pada tahun 1913 di
Chicago. Itu memiliki reputasi untuk integritas dan kompetensi teknis. Pada tahun 1954

4
berkembang dari menyediakan layanan akuntansi dan audit untuk memberikan layanan
konsultasi kepada para manajer perusahaan yang juga menyediakan jasa audit. Pada 1984,
pendapatan jasa konsultasi lebih besar daripada pendapatan jasa audit. Pada tahun 1989,
kelompok konsultan itu dipisahkan menjadi organisasi terpisah, yang akhirnya mengubah
namanya menjadi Accenture. Ketika tahun 1980an budaya di Andersen berubah menjadi sebagai
berikut.
1) Menghasilkan pendapatan menjadi kunci promosi.
2) Fokusnya adalah pada penyediaan layanan non-audit kepada manajemen, termasuk
memberikan saran tentang bagaimana menyusun transaksi sehingga mereka akan
mengungkapkan dengan cara yang disukai manajemen.
3) Tekanan untuk mengurangi biaya audit meningkat, dan mitra audit diizinkan untuk
mengesampingkan keputusan mitra kontrol kualitas.

5.3 WorldCom - Power in the Hands of One Man


Dahulu sebelum adanya telepon seluler, panggilan telepon dikirim melalui kabel telepon
optik. Karena mahal bagi setiap perusahaan untuk membangun dan mengoperasikan jaringan
teleponnya sendiri, perusahaan telepon akan berbagi sambungan telepon yang ada. Perusahaan
yang memiliki telepon rumah akan membebankan biaya kepada perusahaan telepon yang
menggunakan biaya layanan itu. Perusahaan telepon kemudian akan meneruskan biaya kepada
pengguna telepon. Dari perspektif pelaporan, perusahaan telepon akan mencatat biaya untuk
biaya penggunaan pihak ketiga, dan mencatat pendapatan untuk jumlah yang dibebankan kepada
pemanggil telepon jarak jauh.
WorldCom, berkantor pusat di Clinton, Mississippi, dimulai pada tahun 1983 oleh Bernard
Ebbers sebagai layanan diskon jarak jauh. Perusahaan ini mengalami pertumbuhan spektakuler di
tahun 1990-an melalui serangkaian pengambilalihan. Akhirnya WorldCom menjadi perusahaan
telekomunikasi terbesar kedua setelah AT & T, dan Ebbers dikenal sebagai Telecom Cowboy.
Pada tahun 1999 WorldCom merencanakan pengambilalihan $ 115 miliar dari Sprint
Corporation. Namun, pengambilalihan itu diveto oleh regulator AS dan Eropa. Hal ini
menempatkan tekanan pada saham WorldCom, yang telah disangga dengan menggunakan
pengambilalihan, daripada pertumbuhan operasi normal, untuk meningkatkan penghasilan.

5
WorldCom telah mengembangkan lingkungan perusahaan yang tidak sehat dan tidak
berbudaya. Eksekutif senior terlalu mengimbangi dan mereka memiliki terlalu banyak pilihan
saham. Ada pengawasan yang tidak cukup, dan kekuasaan terkonsentrasi di tangan satu orang.
Situasi serupa terjadi di Australia. HIH Insurance otokratis diperintah oleh satu individu, yang
miskin keputusan manajemen yang tidak tepat menyebabkan perusahaan bangkrut pada tahun
2001. Ini telah mengembangkan budaya, mirip dengan WorldCom, di mana keputusan eksekutif
yang tidak ditantang atau dipertanyakan. Tanpa keseimbangan yang memadai kekuasaan antara
dewan dan manajemen, maka kemungkinan terjadi peningkatan kegagalan bisnis.

5.4 Krisis Keyakinan


Sebelum runtuhnya WorldCom pada bulan Juli 2002, “kematian” Andersen bulan
sebelumnya, dan kebangkrutan Enron pada bulan Desember 2001, investor dan regulator telah
menjadi sangat prihatin tentang kurangnya integritas pemimpin bisnis, dan pasar saham jatuh,
seperti keyakinan dalam laporan keuangan menurun. Selain itu, ada kelemahan yang jelas dalam
struktur pemerintahan yang dirancang untuk memastikan bahwa manajemen tidak beroperasi
bisnis untuk lebih mementingkan kepentingan mereka sendiri. Terdapat sejumlah kegagalan tata
kelola perusahaan yang spektakuler.

5.5 Sarbanes – UU Oxley – Closing the Barn Door


SOX memberikan arah dalam tiga bidang utama: tanggung jawab manajemen, konflik
kepentingan, dan tanggung jawab auditor dan komite audit. Sebuah tanggung jawab utama
manajemen adalah untuk menerapkan sistem pengendalian internal yang tepat untuk memastikan
bahwa laporan keuangan perusahaan adalah akurat, lengkap, dimengerti, dan transparan. Selain
itu, laporan keuangan triwulan dan tahunan harus menyertakan sertifikasi manajemen, yang
ditandatangani oleh CEO dan CFO, membuktikan ruang lingkup, kecukupan, dan efektivitas
pengendalian internal perusahaan mengenai pelaporan keuangan. Beberapa bagian dari SOX
dirancang untuk mengurangi konflik kepentingan. Ini termasuk yang memerlukan:
- Pengungkapan perdagangan saham manajemen dan setiap transaksi dimana manajemen
berhubungan dengan investor utama, dan
- Bahwa semua perusahaan publik memiliki kode etik perusahaan.

6
Banyak bagian dari SOX menjelaskan tanggung jawab auditor dan komite audit. Beberapa di
antaranya mengharuskan bahwa:
- Para direktur yang duduk di komite audit tidak bergantung pada manajemen,
- Komite audit memiliki setidaknya satu anggota yang merupakan ahli keuangan, dan yang
lainnya harus melek secara finansial,
- Komite audit memiliki anggaran waktu dan uang yang cukup untuk menyelesaikan
pekerjaannya,
- Laporan auditor kepada komite audit tanpa kehadiran manajemen, dan
- Auditor tidak memberikan layanan manajemen apapun, selain pajak dan teknologi informasi,
kepada klien auditnya.

5.6 Tax Shelter – Not in the Public Interest


Praktisi pajak dipekerjakan untuk memberikan saran kepada klien tentang bagaimana
untuk membayar jumlah minimum pajak. Kadang-kadang, akuntan menjadi terlalu agresif dalam
merancang strategi pajak. Hal ini terjadi untuk Ernst & Young (E&Y) dan KPMG. Mereka
merekomendasikan agar klien mereka berinvestasi di tempat penampungan pajak (tax shelter)
yang kemudian dinilai ilegal. Kemudian, keduanya didenda dan Internal Revenue Service (IRS)
mengimplementasikan Edaran 230 (Circular 230).
Pada bulan Mei 2009, empat, rekanan pajak E & Y dinyatakan bersalah atas peran mereka
atas pemasaran penampungan pajak ilegal terhadap klien kaya mereka. Dari tahun 1998 sampai
2006, empat telah menjual pajak penampungan yang mengakibatkan kerugian pajak fiktif sekitar
$ 2 miliar. E & Y tidak dikenakan denda, namun reputasi perusahaan rusak.
Atas kasus pajak E & Y dan KPMG menjadi perdebatan, IRS mengeluarkan Surat Edaran
230 tanggal 26 September 2007. Surat ini memberikan aturan dan praktik terbaik yang
disarankan bagi para profesional pajak. Aturan dasar ini mudah dipahami oleh klien Anda,
melayani kebutuhan klien, menjelaskan dan mengungkapkan sepenuhnya, dan mengusulkan
strategi untuk berhasil. Surat Edaran 230 meminta profesional pajak untuk melakukan hal
berikut:
 Praktisi perlu memahami fakta-fakta situasi serta tujuan, kebutuhan, dan harapan klien.
 Setiap saran atau strategi perencanaan pajak harus konsisten dengan tujuan klien dan
peraturan dan ketentuan pajak yang berlaku saat ini.
7
 Setiap pendapat tertulis termasuk email, dinamai “pendapat tertutup,” harus jelas
menjelaskan semua fakta dan asumsi, strategi yang diusulkan, dan konsekuensi yang
mungkin dari strategi tersebut.
 Setiap strategi pajak yang diusulkan harus memiliki kesempatan yang lebih baik dari 50
persen sukses jika ada kemungkinan bahwa hal itu akan dipertanyakan oleh IRS.
 Jika tidak ada musywarah dicapai, maka praktisi pajak harus menjelaskan mengapa
kesimpulan tidak bisa ditarik.
 Pendapat juga harus mengungkapkan metode kompensasi.
Secara keseluruhan, professional pajak perlu untuk tahu klien mereka dan membuat saran
perencanaan pajak yang masuk akal dan konsisten dengan hukum dan persyaratan klien.
Para kritikus berpendapat bahwa peraturan yang mengharuskan pendapat baru akan
menghalangi praktisi pajak yang paling dari menyediakan saran pajak berarti bagi klien mereka.
Pendapat akan mencakup disclaimer bahwa klien tidak harus bergantung pada saran untuk
dilindungi terhadap penuntutan, denda, dan/atau denda. Jika mereka ingin tingkat yang lebih
tinggi jaminan, klien harus membayar lebih untuk “pendapat tertutup”. Bertentangan dengan
keinginan para kritikus, tandingan yang menang. praktisi pajak telah menunjukkan pengabaian
tersebut untuk standar hukum dan profesional bahwa pemerintah harus memberlakukan standar
baru dari perilaku profesional pada preparers pajak dan konsultan pajak.

5.7 Subprime Mortgage Meltdown – Greed Without Due Diligence


Krisis pinjaman subprime sudah terjadi pada tahun berjalan, tetapi untuk proporsi krisis
pada tahun 2008 dengan kebangkrutan Lehman Brothers, dan perusahaan investasi tua dan
terhormat berkantor pusat di New York dengan operasi di seluruh dunia. Sebelum krisis bisa
diatasi, pemerintah di Amerika Serikat dan Eropa harus menyelamatkan atau menyediakan dana
untuk bank-bank dan perusahaan-perusahaan besar untuk mencegah kebangkrutan mereka, dan
juga harus meningkatkan likuiditas dalam perekonomian mereka sendiri untuk memberikan
stimulasi ekonomi. Krisis menyebar ke seluruh dunia karena investor membeli dan menjual
sekuritas pada basis global, dan banyak diadakan sekuritas yang dirusak oleh kegagalan hipotek
dari pasar perumahan AS.
Sebagian besar bencana subprime mortgage dapat diringkas dalam satu kata: keserakahan.
Pemilik mulai rakus melihat tempat tinggal mereka sebagai investasi bukan sebagai rumah.
8
Peraturan pajak yang memungkinkan dari bunga kredit, tetapi orang tidak sewa, lebih didorong
untuk mengambil hipotek besar. Perusahaan hipotek menjual sebanyak hipotek yang mereka
bisa, terlepas dari risiko, sehingga mereka bisa mengumpulkan komisi hipotek dan kemudian
menjual hipotek untuk investor lain, sehingga menghindari risiko default. Emiten dari CDO
melihat keuntungan yang tinggi dalam menjual sekuritas berbasis mortgage, selama pasar terus
meningkat. Pengelolaan risiko melalui pembelian CDS benar-benar menjadi strategi yang sangat
spekulatif, bertaruh pada arah mana pasar akan pergi. Penasehat kredit dikumpulkan biaya tanpa
benar menganalisis risiko yang terkait dengan CDO. Untuk menyelamatkan ada kemungkinan,
asalkan tidak ada yang bertanya apa yang akan terjadi itu apabila gelembung pasar pecah. Ketika
itu meledak, bahkan mereka yang berada di sela-sela yang terpengaruh dalam kemerosotan
ekonomi yang dihasilkan.

5.8 Dodd-Frank Wall Street Reform And Consumer Protection Act


Pada bulan Juli 2010 sebagai akibat dari krisis subprime mortgage, Kongres AS
meloloskan Reformasi Dodd-Frank Wall Street dan Undang-Undang Perlindungan Konsumen.
Tujuan keseluruhannya adalah untuk menyediakan stabilitas keuangan dan meningkatkan
perlindungan konsumen dengan memberlakukan lebih banyak peraturan di pasar investasi,
termasuk yang berikut:
- Agen federal baru dibuat yang akan mengidentifikasi risiko yang terkait dengan instrumen
dan paket keuangan yang kompleks. Lembaga-lembaga ini adalah untuk memberikan
perlindungan konsumen dari praktik layanan keuangan yang menipu terkait dengan hipotek,
kartu kredit, dan produk keuangan lainnya.
- Peraturan baru tentang produk keuangan berisiko, seperti derivatif keuangan.
- Aturan yang lebih ketat atas kegiatan perantara keuangan, seperti broker hipotek, hedge fund,
dan lembaga pemeringkat kredit.
- Pemerintah AS tidak lagi diizinkan menyelamatkan organisasi yang mengalami kesulitan
keuangan.
- Pemegang saham sekarang memiliki suara lebih besar pada tingkat kompensasi eksekutif.
Secara keseluruhan, aturan-aturan dan peraturan baru dimaksudkan untuk memberikan
perlindungan konsumen dengan memberlakukan pembatasan lebih pada kegiatan organisasi yang

9
beroperasi di pasar jasa keuangan. Hanya waktu yang akan memberitahu apakah ini akan
membantu untuk mencegah krisis ekonomi serupa di masa mendatang.

5.9 Bernard Madoff - If It’s Too Good To be True


Carlo Ponzi (1882-1949) menemukan sebuah skema cerdas dalam menipu investor dengan
menyandang namanya. Pada tahun 1920 Ponzi mendirikan sebuah perusahaan di Boston untuk
membeli kupon luar ongkos kirim dan mengubahnya menjadi uang tunai. Bisnis seperti ini sah
saja. Namun tidak dalam cara dia mengoperasikan bisnis ini. Dia berjanji mengembalikan kepada
investor: 50 persen dalam enam minggu.
Skema ponzi bekerja karena banyak orang mencari sesuatu tanpa hasil, dan penipu tidak
memberi mereka apapun untuk sesuatu. Bahkan investor yang seharusnya tahu lebih baik pun
tertipu juga.Mereka seharusnya tahu bahwa hal yang sedang ditawarkan untuk dijual, sebenarnya
hanya tipuan (tidak ada). Pepatah lama mengatakan bahwa – jika itu terlalu bagus untuk menjadi
kenyataan maka itu hanya akan menjadi kemungkinan saja- hal tersebut semestinya harus
diperhatikan dengan baik oleh semua investor. Jika tidak, maka mereka akan menemukan bahwa
mereka juga akan berjalan telanjang disamping “raja” yang mengenakan pakaian barunya.

6. Public Disillusionment: The Occupy Movement


Pada tanggal 17 September 2011 di kota New York terjadi gerakan yang berusaha
menguasai seluruh kota, gerakan menyatakan diri sebagai penduduk Wall Street. Gerakan
tersebut lalu dinamakan Occupy Movement yang bertujuan dalam rangka menentang kesenjangan
ekonomi dan kurangnya akuntabilitas perusahaan. Occupy Movement ini dalam waktu 3 minggu
telah menyebar ke seluruh dunia, yakni ke lebih dari 1.500 kota dan lebih dari 80 negara yang
memiliki komunitas.
Survei mengungkapkan bahwa puluhan juta orang mendukung gerakan tersebut, mereka
berpendapat bahwa kebanyakan orang tidak dapat disalahkan atas krisis subprime mortgage serta
kemiskinan dan kebangkrutan keuangan yang terjadi di pemerintahan seluruh dunia. Pada
gerakan ini berusaha menyadarkan para pemimpin bisnis atas kelalaiannya dalam mengemban
tanggungjawab etis mereka. Kelalaian tanggungjawab etis ini tercermin dari perilaku para
pemimpin bisnis yang hanya berfokus pada keuntungan pribadi dengan mengorbankan
kepentingan perusahaan dan masyarakat.

10
6.1 Shareholder Disillusioment: Shareholder Resolution
Pemegang saham yang tidak menyetujui manajemen, dewan dan kinerja perusahaan
memiliki dua opsi, yakni mereka dapat memilih untuk menjual sahamnya, atau mereka dapat
memperjuangkan perubahan dengan mengajukan resolusi pemegang saham yang akan dipilih
pada rapat umum tahunan. Resolusi pemegang saham merupakan upaya yang dapat dilakukan
pemegang saham yang menduga, manajemen berperilaku salah dalam proses operasional
perusahaan.
Pemegang saham melalui resolusi pemegang saham berusaha untuk mengungkapkan
berbagai masalah yang mereka temui dalam perusahaan. Hal yang diungkapkan oleh para
pemegang saham dapat diklasifikasikan ke dalam lima bidang dasar, sebagai berikut:
1) Masalah lingkungan yang terkait dengan pembahasan topik-topik seperti perubahan iklim,
energi terbarukan, polusi, dan limbah berbahaya.
2) Masalah sosial yang terkait dengan hak asasi manusia, keselamatan pekerja, kode etik
perilaku dan filantropi.
3) Masalah tata kelola yang mencakup peran dan fungsi dewan direksi, termasuk bagaimana
mereka dipilih dan dibayar.
4) Resolusi transparansi yang menuntut keterlibatan dan komunikasi pemangku kepentingan
yang lebih besar terkait dengan pengungkapan risiko.
5) Masalah kompensasi yang mengungkapkan pemberian komposisi dan jumlah pembayaran
kepada manajer senior.

6.2 Skandal Libor: Bagaimana Bank Memanipulasi Tingkat Bunga Acuan


Skandal tingkat LIBOR pada tahun 2012 merupakan kisah manipulasi sistematis suku
bunga acuan, yang didukung oleh budaya penipuan di bank terbesar di dunia, dalam lingkungan
di mana sedikit atau tidak ada peraturan berlaku. Setelah beberapa dekade, para pemegang
saham, eksekutif dan pedagang yang bertindak dengan mengorbankan orang lain, akhirnya
tindakan tersebut berada pada tahap penyelidikan dan tuntutan hukum, dan dendanya sangat
besar.
Pada saat skandal LIBOR, 18 bank terbesar di dunia memberikan perkiraan biaya yang
harus mereka bayarkan untuk berbagai pinjaman antar bank (pinjaman dari bank lain). Perkiraan
ini dikirim ke kantor berita reuters (yang bertindak untuk BBA) untuk perhitungan rata-rata dan

11
publikasinya. Besaran Libor ditentukan dari tingkat suku bunga yang diajukan oleh 18 bank.
Setiap hari data suku bunga dari 18 bank itu dikumpulkan lalu diolah oleh Thomson Reuters
dibawah pengawasan British Banking Assiciation (BBA). Biasanya empat tingkat suku bunga
terbesar dan empat yang terendah diabaikan. Lalu sisanya kemudian dirata-ratakan untuk
menjadi suku bunga Libor.
Begitu besar investasi yang terpengaruh sehingga manipulasi kecil dalam tingkat LIBOR
dapat memiliki dampak yang sangat signifikan terhadap laba bank dan traders yang terlibat
dalam manipulasi. Sebagai contoh, tahun 2012 total derivatif relatif terhadap tingkat harga
LIBOR telah diperkirakan dari S300-S600 triliun, sehingga manipulasi 0,1% dalam tingkat
LIBOR akan menghasilkan kesalahan dari $ 300-600 juta per tahun. Karena itu, tidak
mengherankan bahwa, setelah manipulasi terungkap, jumlah denda sangat besar.
6.3 Bagaimana Skandal LIBOR Terungkap
Orang dalam sistem perbankan tahu tentang manipulasi pengajuan tingkat suku bunga
LIBOR selama beberapa dekade, tetapi tidak ada perubahan apapun hingga public menjadi sadar
akan masalahnya, dan hingga the U.S Departement of Justice (DOJ) memaksa pemerintah
Inggris (UK) untuk bertindak.
Timothy Geithner, Presiden dari the New York Federal Reserve Bank (Fed) mengirim
email kepada Mervyn King, Gubernur Bank of England pada tanggal 1 Juni 2008 yang mana isi
dari email tersebut menyarankan cara-cara untuk “peningkatan” LIBOR. Meskipun email
berikutnya melaporkan persetujuan atas saran, dan munculnya sebuah Wall Street Journal dari
2008 hingga 2011, namun perubahan serius tidak diterapkan hingga bulan Oktober tahun 2012
ketika pemerintah Inggris menerima rekomendasi dari Wheatley Review of Libor.
Salah satu motivasi menciptakan Wheatley Review adalah melibatkan penuntutan mantan
UBS dan trader Citigroup Inc., Tom Hayes, untuk tuduhan kriminalitas kecurangan untuk
manipulasi tingkat suku bunga LIBOR. Tampaknya Amerika Serikat mungkin telah memaksa
Inggris untuk bertindak. Pada Desember 2012, DOJ, menuduh Hayes dan rekannya, tetapi sehari
sebelumnya, dia ditangkap di dekat London oleh the UK Serious Fraud Office, yang mana juga
menahan passportnya, kemudian membebaskannya dengan jaminan. Ini berarti bahwa DOJ
kemungkinan tidak dapat mengekstradisi Hayes ke Amerika Serikat untuk menghadapi dakwaan,
sehingga pejabat DOJ mengeluh kepada pers dan memperingatkan publik. Pada akhirnya 18 Juni
2013, The Wall Street Journal mengumumkan bahwa the UK Serious Fraud Office di London

12
mendakwa Hayes. Hayes dikenal orang sebagai “Rain Man” karena kemampuan dan
perilakunya, di mana diduga meminta persetujuan atasannya sebelum mencoba untuk
mempengaruhi tingkat suku bunga LIBOR.
27 Juli 2012, Douglas Keenan, seorang mantan trader untuk Morgan Stanley di London
menerbitkan sebuah artikel yang menceritakan upaya-upaya sebelumnya untuk membawa
manipulasi tingkat LIBOR menjadi perhatian pihak berwenang, tetapi tidak berhasil. Dalam
artikelnya, ia menunjukkan bagaimana ia belajar sebagai pedagang baru pada tahun 1991 bahwa
bank memanipulasi pengiriman suku bunga mereka untuk membuat keuntungan pada kontrak
tertentu, dan untuk menutupi masalah likuiditas seperti selama krisis pinjaman subprime pada
tahun 2008.
6.4 Contoh Kerugian Disebabkan oleh LIBOR Manipulasi
Manipulasi suku bunga KPR rumah: Banyak pemilik rumah meminjam pinjaman hipotek
mereka pada variabel atau tingkat dasar yang disesuaikan, bukan atas dasar suku bunga tetap.
Akibatnya, banyak peminjam ini menerima nilai kredit baru pada pertama setiap bulan
berdasarkan tingkat LIBOR. Sebuah studi yang disiapkan untuk gugatan class action
menunjukkan bahwa pada hari pertama setiap bulan 2007-2009, tingkat LIBOR naik lebih dari
7,5 basis poin rata-rata. Salah satu pengamat memperkirakan bahwa masing-masing bank
mengirimkan LIBOR bertanggung jawab atas sebanyak $2,3 miliar.
Pemerintahan kota kehilangan suku bunga: Kota mengumpulkan dana melalui penerbitan
obligasi, dan didorong untuk mengeluarkan tingkat bunga bervariasi, daripada suku bunga tetap,
obligasi diambail untuk keuntungan pembayaran bunga yang lebih rendah. Sebagai contoh,
penghematan bisa sebanyak $1 juta pada obligasi dari $100 juta. Setelah dikeluarkan ini,
kotamadya didorong membeli suku bunga dari bank investasi mereka untuk melindungi nilai
risiko volatilitas pada tingkat variabel dengan mengubah atau menukar ke tingkat bunga tetap.
Penjual ini setuju untuk membayar kepada kotamadya untuk setiap kebutuhan membayar bunga
lebih tinggi dari suku bunga tetap jika suku bunga naik, tetapi jika suku bunga turun penjual
membeli obligasi dengan tingkat bunga variabel yang lebih rendah.
Kerugian Freddie Mac, di mana pada 27 Maret 2013, Freddie Mac menggugat 15 bank atas
kerugian mereka hingga $ 3 miliar karena manipulasi suku bunga LIBOR. Selain itu, ada juga
“Klaim pertanggungjawaban / kasus anti monopoli (komoditas - klaim manipulasi)”, di mana
organisasi lain juga telah menggugat tingkat suku bunga LIBOR, tetapi mereka harus

13
menunjukkan kerusakan terkait agar berhasil. Meskipun demikian, penggugat kredibel termasuk
Bupati Universitas California yang telah mengajukan gugatan yang mengklaim penipuan dan
pengayaan yang tidak adil

7. Tanda-Tanda Runtuhnya Etika


Dalam bukunya The Seven Signs of Ethical Collapse: Bagaimana perusahaan Spot Moral
Meltdowns dalam Perusahaan, Marianne Jennings menguraikan tujuh penyebab masalah etika
dalam organisasi:
1) Tekanan untuk mencapai tujuan, terutama yang keuangan, atas biaya apapun
2) Budaya yang tidak mendorong percakapan dan diskusi terbuka dan jujur
3) Seorang CEO yang dikelilingi oleh orang-orang yang akan setuju dan menyanjung CEO,
sama dengan CEO yang reputasinya berada di luar kritik
4) Dewan direksi yang lemah yang tidak melaksanakan tanggung jawab fidusia mereka
dengan tekun.
5) Sebuah organisasi yang mempromosikan orang-orang atas dasar nepotisme dan pilih kasih.
6) Keangkuhan. Keyakinan yang arogan bahwa aturan berlaku untuk orang lain, tetapi tidak
untuk kita
7) Sikap boros / kesalahan biaya yang menunjukkan bahwa perilaku etika yang lemah di satu
bidang dapat diimbangi dengan perilaku etika yang baik di bidang lain.

8. Tren Etika Dan Pemerintahan


Tema dan trend yang konstan merupakan bukti sejak tahun 1920-an. Penghakiman dan
karakter moral eksekutif, pemilik, dewan direksi, dan auditor tidak mencukupi, atas dirinya
sendiri, untuk mencegah perusahaan, skandal etika, dan tata kelola. Pemerintah dan regulator
telah diminta semakin memperketat pedoman dan peraturan pemerintahan untuk menjamin
perlindungan masyarakat. Daya tarik keserakahan telah terbukti terlalu kuat bagi banyak orang
untuk menolak, dan mereka telah menyerah pada konflik kepentingan bila dibiarkan terlalu
banyak pada mereka sendiri. Perusahaan yang dulunya mampu menggeser yurisdiksi untuk
menghindari peraturan baru sekarang menghadapi tindakan global yang dirancang untuk
mengekspos dan mengontrol etika buruk dan praktek tata kelola. Akuntan dan auditor juga
menghadapi standar perilaku internasional.

14
Perubahan ini telah terjadi karena tekanan diajukan oleh para aktivis pemangku
kepentingan. Tapi perubahan dalam undang-undang, peraturan, dan standar hanya bagian dari
apa yang para pemangku kepentingan telah berikan sebagai kontribusi. Di zaman modern,
harapan untuk perilaku etis yang baik dan tata kelola yang baik telah berubah. Kegagalan
mematuhi harapan ini sekarang berdampak pada reputasi, keuntungan, dan karir bahkan perilaku
tersebut berada pada batas-batas hukum.

15
CASES
Enron’s Questionable Transactions

1. Direksi Enron menyadari bahwa konflik kebijakan kepentingan Enron akan dilanggar oleh
usulan pengaturan manajemen SPE dan operasional Fastow dan mereka memerintahkan
CFO, Andrew Fastow, sebagai langkah pengawasan alternatif, mempertahankan bahwa ia
harus menjaga perusahaan agar tidak terkena masalah. Apa yang salah dengan alternatif
mereka?
Jawaban:
Terjadinya kesalahan yang mengakibatkan kerugian pada alternatif ini adalah pihak
manajemen Enron memberikan tugas yang rangkap pada Andrew Fastow tanpa memikirkan
masalah yang akan terjadi. Andrew Fastow adalah merupakan orang yang mengajukan
tentang pengaturan anak perusahaan (SPE). Andrew Fastow mengatur keadaan keuangan
anak perusahaan agar terlihat berjalan sesuai dengan rencana dan juga ditugaskan untuk
melakukan pengawasan padahal sebenarnya hal itu tidak boleh dilakukannya. Jadi
seharusnya pihak independen yang tidak memiliki hubungan dengan Andrew Fastow lah
yang ditunjuk sebagai pengawas agar fungsi pengawasan dapat berjalan baik dan agar tidak
terjadi masalah.

2. Ken Lay adalah Ketua Dewan dan CEO dalam waktu yang lama. Bagaimana mungkin dia
berkontribusi atas kurangnya tata kelola yang baik?
Jawaban:
Adanya rangkap jabatan atau jabatan ganda yang dimiliki Ken Lay membuat ia cenderung
tidak dapat mengelola tugasnya dengan baik secara bersamaan sehingga ia tidak dapat
mempertahankan profesionalitas yang dimilikinya. Sebagai ketua dewan ia juga mengawasi
hasil kerjanya sendiri sebagai CEO sehingga evaluasi yang seharusnya diberikan oleh ketua
dewan tidak terlaksana dengan baik. Selain itu dengan adanya rangkap jabatan seperti ini
apalagi dengan waktu yang cukup lama akan dapat menimbulkan terjadinya konflik
kepentingan.

3. Aspek manakah dari sistem tata kelola Enron yang gagal bekerja dengan baik? Jelaskan?

16
Jawaban:
Menurut pendapat dari kelompok kami, sistem tata kelola Enron yang gagal bekerja dengan
baik adalah sistem pengawasannya. Dewan Komisaris Enron membiarkan manajemen
melakukan tindakan tidak etis (kecurangan) dengan memanfaatkan celah pada aturan
akuntansi, seperti memberi kepercayaan jabatan kepada Fastow yang terbukti melakukan
kecurangan dan membiarkan Ken Lay memiliki rangkap jabatan sekaligus. Terdapat pula
aspek lain seperti adanya kecurangan pencatatan akuntansi yang dilakukan oleh akuntan
perusahaan serta auditor yang memberikan opini atas laporan keuangan Enron yang tidak
memiliki indepedensi dan malah terpengaruh dengan adanya hubungan kedekatan dengan
manajemen Enron.

4. Mengapa tidak banyak whistleblower yang berani bersuara, dan mengapa tidak ada yang
membuat perbedaan yang signifikan? Bagaimana cara mendorong whistleblower agar lebih
berani bersuara?
Jawaban:
Terjadinya sedikit whistleblower pada kasus Enron dikarenakan keterlibatan pihak internal
seperti eksekutif yang juga dijanjikan keuntungan besar dari transaksi tersebut sehingga
semakin kecil kemungkinan adanya whistleblower karena mereka terlibat dalam kecurangan
tersebut. Adapun cara untuk mendorong whistleblower lebih berani bersuara adalah dengan
memberikan perlindungan bagi whistleblower agar identitasnya dirahasiakan dari publik dan
pihak internal perusahaan. Sehingga mereka dapat lebih leluasa membuat laporan karena
tidak takut terkena sanksi atau kesulitan mencari tempat kerja. Adanya kompensasi bagi
pelapor juga dapat memberikan motivasi untuk melakukan whistleblowing.

5. Apa yang harus dilakukan oleh auditor internal untuk membantu direktur?
Jawaban:
Menurut kelompok kami, hal yang dapat dilakukan oleh auditor internal sebagai profesional
yang menjaga kepentingan pemegang saham dan dewan direksi adalah dengan melaporkan
temuan-temuan mereka sebagai peringatan awal bagi direktur. Selain itu juga auditor internal
seharusnya tetap menjaga independensi dalam proses audit operasional perusahaan dan
bertanggungjawab juga terhadap Direksi.

17
6. Situasi konflik kepentingan apa yang dapat diidentifikasi dalam kegiatan SPE dan kegiatan
eksekutif?
Jawaban:
Situasi konflik kepentingan dalam kegiatan SPE terjadi saat Enron ingin mendapatkan
investor independen sebesar 3% kepemilikan namun hal tersebut tidak tercapai. Sehingga
manajemen eksekutif membuat skenario dimana salah satu staff Enron mendaftar sebagai
sebuah perusahaan untuk menjadi investor independen dengan menggunakan dana pinjaman
bank. Sementara konflik kegiatan eksekutif terjadi ketika Board of Director ingin
memperkaya diri mereka sendiri sedangkan disisi lain memiliki kewajiban untuk
mempertahankan kinerja perusahaan dan melaporkannya secara transparan kepada publik.
Namun, para direksi akhirnya mengambil tindakan yang memperkaya diri mereka sendiri dan
mengorbankan kepentingan publik.

7. Mengapa Anda berpikir bahwa Arthur Andersen (AA), auditor Enron, tidak mengidentifikasi
penyalahgunaan SPE sebelumnya dan membuat dewan direksi menyadari dilema ini?
Jawaban:
KAP Arthur Andersen tidak mengidentifikasi penyalahgunaan SPE karena masih adanya
celah dalam standar akuntansi atau kelemahan yang dapat dimanfaatkan oleh Enron untuk
melakukan kecurangan. Selain itu, sebagian besar eksekutif keuangan Enron merupakan
mantan staff KAP Arthur Andersen, sehingga saat proses audit terjadi akan mempengaruhi
independensi dan sikap skeptisme yang dimiliki auditor KAP Arthur Andersen dikarenakan
adanya hubungan kedua belah pihak. Pemberian fee audit yang melebihi standar dari yang
seharusnya juga dijadikan salah satu factor tidak teridentifikasinya penyalahgunaan SPE.

8. Bagaimana Anda mengenali budaya perusahaan Enron? Bagaimana kontribusinya terhadap


bencana?
Jawaban:

18
Mengenali budaya dari perusahaan Enron dapat dikenali pada sikap yang selalu
mementingkan kepentingan agen (eksekutif Enron) daripada kepentingan prinsipal
perusahaan, sehingga hal tersebut menciptakan perilaku tidak etis dengan memanfaatkan
celah/kelemahan pada standar keuangan dengan cara memberikan fee audit yang melebihi
standar, serta ekskutif Enron dengan leluasa membuat keputusan pada perusahaan Enron.
Sikap yang selalu mementingkan kepentingan agen tersebutlah yang menyebabkan bencana
pada perusahaan Enron terjadi dan berakibat pada kehancuran perusahaan Enron sendiri.

Title : EFFECT OF ETHICAL LEADERSHIP ON CORPORATE GOVERNANCE,


PERFORMANCE AND SOCIAL RESPONSIBILITY: A STUDY OF SELECTED DEPOSIT
MONEY BANKS IN BENUE STATE, NIGERIA
Author : Kenneth Chukwujioke Agbim

19
Journal : Informing Science: International Journal of Community Development &
Management Studies, 2, 19-35. 2018. Business Administration Departement, University of
Agriculture, Makurdi, Nigeria.
1. LATAR BELAKANG
1.1 Isu dan Fenomena
Baru-baru ini, banyak perhatian telah ditempatkan pada kepemimpinan etis, tata kelola
perusahaan, kinerja perusahaan dan tanggung jawab sosial perusahaan oleh para peneliti dan
organisasi perusahaan. Di Nigeria, perilaku bisnis dibanjiri banyak praktik tidak etis di banyak
organisasi (Eluka & Chukwu, 2013). Secara khusus, subsektor ekonomi Nigeria yang paling
terpukul oleh korupsi perusahaan dan skandal adalah bank uang simpanan. Ini terbukti dalam
tindakan yang diambil sejauh ini terhadap mereka oleh Bank Sentral Nigeria (CBN). Faktor lain
adalah praktik tidak etis oleh karyawan, manajemen, dan pemangku kepentingan lainnya.
1.2 Research Gap
Etika bisnis, tata kelola perusahaan, dan tanggung jawab sosial perusahaan berkembang
sebagai gerakan untuk memeriksa praktik-praktik yang tidak etis dan korup dalam organisasi dan
dengan perluasan meningkatkan kinerja organisasi. Namun, penerapan langkah-langkah ini
belum membuahkan hasil yang diinginkan. Ini terbukti dalam sejumlah eksekutif puncak
perusahaan raksasa seperti Enron Amerika Serikat dan Satyam India yang terlibat dalam praktik-
praktik tidak etis. Di Nigeria, korupsi dan skandal perusahaan yang melibatkan manajemen
puncak bank uang simpanan telah memunculkan merger, akuisisi, dan kegagalan beberapa bank.
Penelitian ini berpendapat bahwa ada hubungan yang hilang dalam penerapan langkah-langkah
ini. Tautan yang hilang tersebut adalah kepemimpinan etis.
1.3 Pokok Masalah
Penelitian ini berfokus pada apakah kepemimpinan etis memiliki pengaruh pada tata kelola
perusahaan, kinerja perusahaan dan tanggung jawab sosial perusahaan di bank-bank deposito
uang Nigeria.

1.4 Keunggulan dan Kontribusi

20
Studi ini menetapkan bahwa organisasi yang kuat dapat dikembangkan dengan
mengarusutamakan tata kelola perusahaan, kinerja perusahaan dan tanggung jawab sosial
perusahaan dengan menggunakan pemimpin etis yang alami atau terpelihara.

2. KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS


2.1 Kepemimpinan Etis
Kepemimpinan etis adalah demonstrasi perilaku normatif yang sesuai melalui tindakan
pribadi dan hubungan interpersonal, dan promosi perilaku tersebut kepada pengikut melalui
komunikasi dua arah, penguatan dan pengambilan keputusan. Kepercayaan dan komitmen adalah
eksternalitas positif yang terkait dengan kepemimpinan etis. Tingkat kepemimpinan etis yang
tinggi telah dikaitkan dengan tingkat komitmen karyawan yang lebih tinggi dan dengan
perluasan kualitas produk yang lebih baik, pengurangan biaya, penurunan turnover karyawan dan
loyalitas pelanggan yang lebih tinggi Kepemimpinan etis terkait dengan tata kelola perusahaan
karena karakteristik dan prinsip-prinsip mereka.
2.2 Tata Kelola Perusahaan
Tata kelola perusahaan adalah sistem internal yang mencakup kebijakan, proses dan orang-
orang yang melayani kebutuhan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya dengan
mengarahkan dan mengendalikan kegiatan manajemen dengan pengetahuan, obyektivitas dan
integritas yang baik. Tata kelola perusahaan yang efektif memastikan bahwa perusahaan dikelola
dan diatur dalam kepentingan terbaik pemilik dan pemegang saham mereka melalui
desentralisasi kekuasaan, pemeriksaan / keseimbangan, keadilan, nilai-nilai etika / moral dan
transparansi.
2.3 Kinerja Perusahaan
Pada 1950-an, kinerja organisasi didefinisikan sebagai konteks di mana organisasi
memenuhi tujuan mereka (Geogopolus & Tannenbaum, 1957). Evaluasi kinerja selama ini
difokuskan pada pekerjaan, orang, dan struktur organisasi. Kemudian pada 1960-an dan 1970-an,
organisasi mulai mengeksplorasi cara-cara baru untuk mengevaluasi kinerja mereka, sehingga
kinerja didefinisikan sebagai kemampuan organisasi untuk mengeksploitasi lingkungannya untuk
mengakses dan menggunakan sumber daya yang terbatas (Yuchtman & Seashore, 1967). Tahun-
tahun 1980-an dan 1990-an ditandai oleh kesadaran bahwa identifikasi tujuan organisasi lebih
kompleks daripada yang awalnya dipertimbangkan. kinerja perusahaan dapat didefinisikan

21
sebagai hasil keuangan dan nonkeuangan dari input berwujud dan tidak berwujud untuk produksi
barang dan / atau jasa oleh organisasi perusahaan.
2.4 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR)
Tanggung jawab sosial adalah cara manajer dan karyawan perusahaan memandang tugas
atau kewajiban mereka untuk membuat keputusan yang melindungi, meningkatkan, dan
meningkatkan kesejahteraan para pemangku kepentingan dan masyarakat secara keseluruhan.
CSR banyak disebut sebagai masyarakat dan bisnis, kewarganegaraan perusahaan, keberlanjutan
perusahaan, rencana publik, manajemen pemangku kepentingan, dan akuntabilitas publik dan
sosial. CSR juga harus memiliki proses untuk mengintegrasikan masalah sosial, lingkungan,
etika dan hak asasi manusia ke dalam bisnis.
2.5 Hipotesis Penelitian
Hipotesis nol berikut diajukan dan diuji selama studi ini.
- H01: Kepemimpinan etis tidak memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap tata
kelola perusahaan.
- Ha1: Kepemimpinan etis berpengaruh positif signifikan terhadap tata kelola perusahaan
- H02: Kepemimpinan etis tidak memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja
perusahaan.
- Ha2: Kepemimpinan etis berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja perusahaan
- H03: Kepemimpinan etis tidak memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap tanggung
jawab sosial perusahaan.
- Ha3: Kepemimpinan etis berpengaruh positif signifikan terhadap tanggung jawab sosial
perusahaan
3. METODE RISET
3.1 Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bank uang deposit di Nigeria, yaitu di Unity, Keystone,
Sterling, Stanbic IBTC, Skye, Eco, FCMB, Diamond, Fidelity, Union, UBA, Access, dan Zenith.
Populasi penelitian terdiri dari 16 bank uang simpanan dengan 56 cabang dan 894 staf di Negara
Bagian Benue. Sedangkan untuk sampel penelitian ini adalah 15 bank, 49 cabang bank dan 276
staf.

3.2 Jenis dan Sumber Data


22
Penelitian ini menggunakan desain survei. Desain penelitian ini digunakan untuk
memastikan bahwa responden survei yang mengisi kuesioner adalah bagian dari populasi. Data
primer yang digunakan dalam penelitian ini dihasilkan dari karyawan bank dan pelanggan
menggunakan kuesioner, sedangkan data sekunder bersumber dari buku teks, jurnal dan makalah
seminar.
3.3 Teknik Pengolahan / Analisis Data
Teknik pengambilan sampel bertingkat digunakan untuk memilih responden yang mengisi
kuesioner, dan teknik ini digunakan karena kerangka pengambilan sampel dibagi menjadi
sejumlah bank uang simpanan, jumlah cabang bank, dan jumlah staf bank. Formula Yamane
digunakan karena populasinya terbatas, sedangkan formula Bowley digunakan untuk
mendistribusikan 276 staf ke 49 cabang bank. Konstruksi dan pernyataan item dalam kuesioner
divalidasi oleh dua dosen di Departemen Administrasi Bisnis, Universitas Pertanian Makurdi.
Keandalan dihitung menggunakan Cronbach alpha. Pernyataan item dalam kuesioner diukur
pada skala Likert 5 poin yang berkisar dari sangat tidak setuju (1) hingga sangat setuju (5). Data
yang dihasilkan dianalisis menggunakan regresi linier. Ini dilakukan dengan bantuan Paket
Statistik untuk Ilmu Sosial (SPSS Versi 21.0 untuk Windows).

4. PEMBAHASAN
Pertama, hasil menunjukkan bahwa kepemimpinan etis memiliki pengaruh positif yang
signifikan terhadap tata kelola perusahaan. kepemimpinan etis banyak berkaitan dengan
manajemen (Mihelic et al., 2010) dan tata kelola perusahaan, maka organisasi perusahaan
memerlukan pemimpin etnis sebagai panutan. Karyawan mempelajari prinsip-prinsip tata kelola
perusahaan dari para pemimpin etis dengan memperhatikannya. Pembelajaran ini sebagaimana
dicatat oleh Mihelic et al. (2010) ditingkatkan melalui proses sosialisasi dan budaya organisasi.
Kedua, penelitian ini mengungkapkan bahwa kepemimpinan etis memiliki pengaruh positif
yang signifikan terhadap kinerja perusahaan. Kepemimpinan etis lebih cenderung menghasilkan
efektivitas pemimpin, kemauan karyawan untuk melakukan upaya ekstra, kepuasan kerja
karyawan, dan suasana bagi kepemimpinan etis untuk berkembang; yang pada akhirnya akan
menyebabkan peningkatan kinerja pekerjaan karyawan (Toor & Ofori, 2009). Ini selanjutnya
menjamin kinerja jangka panjang perusahaan (Bello, 2012).

23
Hasil menunjukkan bahwa kepemimpinan etis memiliki efek positif yang signifikan
terhadap CSR. Perilaku bertanggung jawab ini menunjukkan bahwa bisnis harus mengelola
dampak ekonomi, sosial dan lingkungan dari operasi mereka untuk meningkatkan nilai-nilai
perusahaan dan sosial (Freeman et al., 2004; Fontaine, 2013). Kegiatan CSR biasanya disalurkan
untuk mengesankan para pemangku kepentingan (Ihugba & Osuji, 2011). Alasan lain untuk
kepemimpinan etis dalam menyerahkan CSR didasarkan pada fakta bahwa nilai-nilai etika dari
pemimpin etis memiliki dampak besar pada CSR (Bello, 2012; Rasaq et al., 2013). Baru-baru ini,
organisasi mulai memberikan CSR menggunakan filantropi perusahaan dan dengan Menciptakan
Nilai Bersama (CSV). Filantropi perusahaan digunakan sebagai strategi etis dan pemasaran,
sementara CSV digunakan untuk fokus pada peluang keunggulan kompetitif dengan membangun
nilai sosial (Gan, 2006; Madrigal & Boush, 2008; Finavante, 2010; Fontaine, 2013).

5. SIMPULAN
Urgensi untuk mengarusutamakan kepemimpinan etis, tata kelola perusahaan, kinerja
perusahaan dan CSR didasarkan pada bentuk yang belum pernah terjadi sebelumnya yang
diasumsikan oleh korupsi. Selain itu, faktor-faktor lain yang berkontribusi terhadap upaya untuk
mengarusutamakan variabel-variabel yang disebutkan ini adalah meningkatnya tekanan dari
pemanasan global dan perubahan iklim, dan berbagai pengaruh globalisasi. Oleh karena itu,
transformasi yang diinginkan dalam organisasi perusahaan saat ini dapat lebih ditingkatkan
ketika kepemimpinan etis, tata kelola perusahaan, kinerja perusahaan dan CSR bersama-sama
menjadi bagian integral dari budaya organisasi.

6. POINT TO BE IMPROVE
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan dan saran, yaitu:
1) Penelitian ini mengadopsi karyawan dan pelanggan sebagai responden. Studi lebih lanjut
harus mengadopsi lebih banyak pemangku kepentingan sebagai responden.
2) Penelitian ini menggunakan ukuran subyektif untuk seluruh variabel, terutama untuk
kinerja perusahaan dan CSR. Untuk studi lebih lanjut, penggunaan langkah-langkah
obyektif atau tindakan subyektif yang lebih baik disarankan sebagai cara untuk
menggeneralisasi temuan ini.

24
3) Penelitian ini tidak mengendalikan gaya kepemimpinan lainnya seperti gaya
kepemimpinan transformasional yang terkait dengan kepemimpinan etis. Dengan
demikian, penelitian di masa depan harus mengendalikan atau menyelidiki pengaruh gaya
kepemimpinan lainnya.

Title : EFFECT OF ETHICAL LEADERSHIP ON CORPORATE GOVERNANCE,


PERFORMANCE AND SOCIAL RESPONSIBILITY: A STUDY OF SELECTED DEPOSIT
MONEY BANKS IN BENUE STATE, NIGERIA
Author : Kenneth Chukwujioke Agbim

25
Journal : Informing Science: International Journal of Community Development &
Management Studies, 2, 19-35. 2018. Business Administration Departement, University of
Agriculture, Makurdi, Nigeria.
7. LATAR BELAKANG
7.1 Isu dan Fenomena
Baru-baru ini, banyak perhatian telah ditempatkan pada kepemimpinan etis, tata kelola
perusahaan, kinerja perusahaan dan tanggung jawab sosial perusahaan oleh para peneliti dan
organisasi perusahaan. Di Nigeria, perilaku bisnis dibanjiri banyak praktik tidak etis di banyak
organisasi (Eluka & Chukwu, 2013). Secara khusus, subsektor ekonomi Nigeria yang paling
terpukul oleh korupsi perusahaan dan skandal adalah bank uang simpanan. Ini terbukti dalam
tindakan yang diambil sejauh ini terhadap mereka oleh Bank Sentral Nigeria (CBN). Faktor lain
adalah praktik tidak etis oleh karyawan, manajemen, dan pemangku kepentingan lainnya.
7.2 Research Gap
Etika bisnis, tata kelola perusahaan, dan tanggung jawab sosial perusahaan berkembang
sebagai gerakan untuk memeriksa praktik-praktik yang tidak etis dan korup dalam organisasi dan
dengan perluasan meningkatkan kinerja organisasi. Namun, penerapan langkah-langkah ini
belum membuahkan hasil yang diinginkan. Ini terbukti dalam sejumlah eksekutif puncak
perusahaan raksasa seperti Enron Amerika Serikat dan Satyam India yang terlibat dalam praktik-
praktik tidak etis. Di Nigeria, korupsi dan skandal perusahaan yang melibatkan manajemen
puncak bank uang simpanan telah memunculkan merger, akuisisi, dan kegagalan beberapa bank.
Penelitian ini berpendapat bahwa ada hubungan yang hilang dalam penerapan langkah-langkah
ini. Tautan yang hilang tersebut adalah kepemimpinan etis.
7.3 Pokok Masalah
Penelitian ini berfokus pada apakah kepemimpinan etis memiliki pengaruh pada tata kelola
perusahaan, kinerja perusahaan dan tanggung jawab sosial perusahaan di bank-bank deposito
uang Nigeria.

7.4 Keunggulan dan Kontribusi

26
Studi ini menetapkan bahwa organisasi yang kuat dapat dikembangkan dengan
mengarusutamakan tata kelola perusahaan, kinerja perusahaan dan tanggung jawab sosial
perusahaan dengan menggunakan pemimpin etis yang alami atau terpelihara.

8. KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS


8.1 Kepemimpinan Etis
Kepemimpinan etis adalah demonstrasi perilaku normatif yang sesuai melalui tindakan
pribadi dan hubungan interpersonal, dan promosi perilaku tersebut kepada pengikut melalui
komunikasi dua arah, penguatan dan pengambilan keputusan. Kepercayaan dan komitmen adalah
eksternalitas positif yang terkait dengan kepemimpinan etis. Tingkat kepemimpinan etis yang
tinggi telah dikaitkan dengan tingkat komitmen karyawan yang lebih tinggi dan dengan
perluasan kualitas produk yang lebih baik, pengurangan biaya, penurunan turnover karyawan dan
loyalitas pelanggan yang lebih tinggi Kepemimpinan etis terkait dengan tata kelola perusahaan
karena karakteristik dan prinsip-prinsip mereka.
8.2 Tata Kelola Perusahaan
Tata kelola perusahaan adalah sistem internal yang mencakup kebijakan, proses dan orang-
orang yang melayani kebutuhan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya dengan
mengarahkan dan mengendalikan kegiatan manajemen dengan pengetahuan, obyektivitas dan
integritas yang baik. Tata kelola perusahaan yang efektif memastikan bahwa perusahaan dikelola
dan diatur dalam kepentingan terbaik pemilik dan pemegang saham mereka melalui
desentralisasi kekuasaan, pemeriksaan / keseimbangan, keadilan, nilai-nilai etika / moral dan
transparansi.
8.3 Kinerja Perusahaan
Pada 1950-an, kinerja organisasi didefinisikan sebagai konteks di mana organisasi
memenuhi tujuan mereka (Geogopolus & Tannenbaum, 1957). Evaluasi kinerja selama ini
difokuskan pada pekerjaan, orang, dan struktur organisasi. Kemudian pada 1960-an dan 1970-an,
organisasi mulai mengeksplorasi cara-cara baru untuk mengevaluasi kinerja mereka, sehingga
kinerja didefinisikan sebagai kemampuan organisasi untuk mengeksploitasi lingkungannya untuk
mengakses dan menggunakan sumber daya yang terbatas (Yuchtman & Seashore, 1967). Tahun-
tahun 1980-an dan 1990-an ditandai oleh kesadaran bahwa identifikasi tujuan organisasi lebih
kompleks daripada yang awalnya dipertimbangkan. kinerja perusahaan dapat didefinisikan

27
sebagai hasil keuangan dan nonkeuangan dari input berwujud dan tidak berwujud untuk produksi
barang dan / atau jasa oleh organisasi perusahaan.
8.4 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR)
Tanggung jawab sosial adalah cara manajer dan karyawan perusahaan memandang tugas
atau kewajiban mereka untuk membuat keputusan yang melindungi, meningkatkan, dan
meningkatkan kesejahteraan para pemangku kepentingan dan masyarakat secara keseluruhan.
CSR banyak disebut sebagai masyarakat dan bisnis, kewarganegaraan perusahaan, keberlanjutan
perusahaan, rencana publik, manajemen pemangku kepentingan, dan akuntabilitas publik dan
sosial. CSR juga harus memiliki proses untuk mengintegrasikan masalah sosial, lingkungan,
etika dan hak asasi manusia ke dalam bisnis.
8.5 Hipotesis Penelitian
Hipotesis nol berikut diajukan dan diuji selama studi ini.
- H01: Kepemimpinan etis tidak memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap tata
kelola perusahaan.
- Ha1: Kepemimpinan etis berpengaruh positif signifikan terhadap tata kelola perusahaan
- H02: Kepemimpinan etis tidak memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja
perusahaan.
- Ha2: Kepemimpinan etis berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja perusahaan
- H03: Kepemimpinan etis tidak memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap tanggung
jawab sosial perusahaan.
- Ha3: Kepemimpinan etis berpengaruh positif signifikan terhadap tanggung jawab sosial
perusahaan
9. METODE RISET
9.1 Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bank uang deposit di Nigeria, yaitu di Unity, Keystone,
Sterling, Stanbic IBTC, Skye, Eco, FCMB, Diamond, Fidelity, Union, UBA, Access, dan Zenith.
Populasi penelitian terdiri dari 16 bank uang simpanan dengan 56 cabang dan 894 staf di Negara
Bagian Benue. Sedangkan untuk sampel penelitian ini adalah 15 bank, 49 cabang bank dan 276
staf.

9.2 Jenis dan Sumber Data


28
Penelitian ini menggunakan desain survei. Desain penelitian ini digunakan untuk
memastikan bahwa responden survei yang mengisi kuesioner adalah bagian dari populasi. Data
primer yang digunakan dalam penelitian ini dihasilkan dari karyawan bank dan pelanggan
menggunakan kuesioner, sedangkan data sekunder bersumber dari buku teks, jurnal dan makalah
seminar.
9.3 Teknik Pengolahan / Analisis Data
Teknik pengambilan sampel bertingkat digunakan untuk memilih responden yang mengisi
kuesioner, dan teknik ini digunakan karena kerangka pengambilan sampel dibagi menjadi
sejumlah bank uang simpanan, jumlah cabang bank, dan jumlah staf bank. Formula Yamane
digunakan karena populasinya terbatas, sedangkan formula Bowley digunakan untuk
mendistribusikan 276 staf ke 49 cabang bank. Konstruksi dan pernyataan item dalam kuesioner
divalidasi oleh dua dosen di Departemen Administrasi Bisnis, Universitas Pertanian Makurdi.
Keandalan dihitung menggunakan Cronbach alpha. Pernyataan item dalam kuesioner diukur
pada skala Likert 5 poin yang berkisar dari sangat tidak setuju (1) hingga sangat setuju (5). Data
yang dihasilkan dianalisis menggunakan regresi linier. Ini dilakukan dengan bantuan Paket
Statistik untuk Ilmu Sosial (SPSS Versi 21.0 untuk Windows).

10. PEMBAHASAN
Pertama, hasil menunjukkan bahwa kepemimpinan etis memiliki pengaruh positif yang
signifikan terhadap tata kelola perusahaan. kepemimpinan etis banyak berkaitan dengan
manajemen (Mihelic et al., 2010) dan tata kelola perusahaan, maka organisasi perusahaan
memerlukan pemimpin etnis sebagai panutan. Karyawan mempelajari prinsip-prinsip tata kelola
perusahaan dari para pemimpin etis dengan memperhatikannya. Pembelajaran ini sebagaimana
dicatat oleh Mihelic et al. (2010) ditingkatkan melalui proses sosialisasi dan budaya organisasi.
Kedua, penelitian ini mengungkapkan bahwa kepemimpinan etis memiliki pengaruh positif
yang signifikan terhadap kinerja perusahaan. Kepemimpinan etis lebih cenderung menghasilkan
efektivitas pemimpin, kemauan karyawan untuk melakukan upaya ekstra, kepuasan kerja
karyawan, dan suasana bagi kepemimpinan etis untuk berkembang; yang pada akhirnya akan
menyebabkan peningkatan kinerja pekerjaan karyawan (Toor & Ofori, 2009). Ini selanjutnya
menjamin kinerja jangka panjang perusahaan (Bello, 2012).

29
Hasil menunjukkan bahwa kepemimpinan etis memiliki efek positif yang signifikan
terhadap CSR. Perilaku bertanggung jawab ini menunjukkan bahwa bisnis harus mengelola
dampak ekonomi, sosial dan lingkungan dari operasi mereka untuk meningkatkan nilai-nilai
perusahaan dan sosial (Freeman et al., 2004; Fontaine, 2013). Kegiatan CSR biasanya disalurkan
untuk mengesankan para pemangku kepentingan (Ihugba & Osuji, 2011). Alasan lain untuk
kepemimpinan etis dalam menyerahkan CSR didasarkan pada fakta bahwa nilai-nilai etika dari
pemimpin etis memiliki dampak besar pada CSR (Bello, 2012; Rasaq et al., 2013). Baru-baru ini,
organisasi mulai memberikan CSR menggunakan filantropi perusahaan dan dengan Menciptakan
Nilai Bersama (CSV). Filantropi perusahaan digunakan sebagai strategi etis dan pemasaran,
sementara CSV digunakan untuk fokus pada peluang keunggulan kompetitif dengan membangun
nilai sosial (Gan, 2006; Madrigal & Boush, 2008; Finavante, 2010; Fontaine, 2013).

11. SIMPULAN
Urgensi untuk mengarusutamakan kepemimpinan etis, tata kelola perusahaan, kinerja
perusahaan dan CSR didasarkan pada bentuk yang belum pernah terjadi sebelumnya yang
diasumsikan oleh korupsi. Selain itu, faktor-faktor lain yang berkontribusi terhadap upaya untuk
mengarusutamakan variabel-variabel yang disebutkan ini adalah meningkatnya tekanan dari
pemanasan global dan perubahan iklim, dan berbagai pengaruh globalisasi. Oleh karena itu,
transformasi yang diinginkan dalam organisasi perusahaan saat ini dapat lebih ditingkatkan
ketika kepemimpinan etis, tata kelola perusahaan, kinerja perusahaan dan CSR bersama-sama
menjadi bagian integral dari budaya organisasi.

12. POINT TO BE IMPROVE


Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan dan saran, yaitu:
4) Penelitian ini mengadopsi karyawan dan pelanggan sebagai responden. Studi lebih lanjut
harus mengadopsi lebih banyak pemangku kepentingan sebagai responden.
5) Penelitian ini menggunakan ukuran subyektif untuk seluruh variabel, terutama untuk
kinerja perusahaan dan CSR. Untuk studi lebih lanjut, penggunaan langkah-langkah
obyektif atau tindakan subyektif yang lebih baik disarankan sebagai cara untuk
menggeneralisasi temuan ini.

30
6) Penelitian ini tidak mengendalikan gaya kepemimpinan lainnya seperti gaya
kepemimpinan transformasional yang terkait dengan kepemimpinan etis. Dengan
demikian, penelitian di masa depan harus mengendalikan atau menyelidiki pengaruh gaya
kepemimpinan lainnya.

31

Anda mungkin juga menyukai