Anda di halaman 1dari 46

Konsep Desain

Struktur Tahan Gempa


Dr. Ruddy Kurniawan

Teknik Sipil
Universitas Andalas
Sumber Slide Presentasi:

Prof. Ir. Iswandi Imran, MASc, PhD


Teknik Sipil - Institut Teknologi Bandung

Prof. Ir. Bambang Budiono, ME, PhD


Teknik Sipil - Institut Teknologi Bandung

Prof. Ir. Masyhur Irsyam, MSCE, PhD


Teknik Sipil - Institut Teknologi Bandung

Ir, Steffie Tumilar, M.Eng, MBA


Teknik Sipil – Universitas Indonesia

SNI 1726 - 2012


Permasalahan dan Solusi
Permasalahan
Bagaimana cara mendesain bangunan harus KUAT terhadap semua
beban namun juga harus EKONOMIS, sementara sampai saat ini,
gempa belum dapat diprediksi berapa besar dan kapan terjadinya.

Solusi
Peraturan (code) didunia untuk bangunan tahan gempa menganut
filosofi berikut:
– Gempa ringan  tidak ada kerusakan sama sekali
– Gempa sedang  elemen struktural tidak boleh rusak dan elemen
non struktural boleh rusak, namun masih dapat diperbaiki.
– Gempa kuat  elemen struktural dan non struktural boleh rusak
(terjadi sendi plastis pada struktur) tetapi struktur tidak runtuh,
(mekanisme / proses terjadinya keruntuhan didesain dengan baik)
sehingga tidak terjadi korban jiwa.
Oleh karena tidak diketahui besar dan kapan terjadinya gempa, maka
para ahli gempa pada SNI gempa 2013 membuat konsensus:
untuk bangunan gedung (SNI 1726-2012), digunakan suatu beban
gempa dengan kemungkinan terlewatinya beban tersebut sebesar
2% selama umur bangunan gedung (50 tahun), atau beban gempa
dengan periode ulang 2500 tahun (= 50 tahun / 2%). Beban
gempa ini disebut dengan MCE = Maximum Considered
Earthquake = Gempa Maksimum yang Dipertimbangkan

Untuk jembatan (SNI 2833-2016) menggunakan beban gempa


dengan kemungkinan terlewati 7% selama umur jembatan (75
tahun) atau gempa dengan periode ulang 1000 th (=75 / 7%)

Beban gempa direpresentasikan dalam bentuk peta percepatan


gempa.disetiap daerah
Proses Pembuatan Peta Gempa
Episenter Batuan Dasar Permukaan Bangunan

6. Penentuan a (max)
dan Response Spectra

5. Analisis perambatan gelombang


1. Identifikasi Sumber Gempa ke permukaan tanah

4. Pembuatan
3. Analisis Probabilitas Ground Motion
menentukan a(max) dan
response spectra di bedrock

2 Analisis Perambatan Gelombang Gempa di Batuan)

Sumber: Prof. Ir. Masyhur Irsyam, MSCE, PhD


Proses Pembuatan Peta Gempa
Proses Penentuan Beban Gempa

Dari peta gempa, dapat diketahui getaran Gaya dinamik/


tanah akibat gempa yang menimbulkan getaran gempa
getaran pada bangunan bertingkat. Beban
gempa tsb dapat disederhanakan sebagai
gaya geser V yang bekerja pada dasar
bangunan.
Fi

Selanjutnya gaya geser V tersebut akan


didistribusikan ke tiap-tiap tingkat sebesar Fi
(gaya horisontal tingkat)
Gaya geser dasar V
Dalam prosedur perencanaan berdasarkan SNI gempa, bangunan tahan
gempa boleh direncanakan terhadap beban gempa yang direduksi dengan
suatu faktor modifikasi respons struktur (R).
Gaya Geser Dasar Seismik
Gaya Geser Dasar Seismik
Resume Formulasi Geser Dasar untuk Analisis Statik
Ekivalen (Equivalent Lateral Forces = ELF)
Faktor R merupakan representasi dari tingkat daktilitas
yang dimiliki struktur
KONSEKWENSI
Bagaimana Cara Mengontrol Respons Inelastik ?

Pada saat gempa terjadi, elemen-elemen struktur bangunan tertentu yang


dipilih, seperti balok dimuka kolom, diperbolehkan mengalami plastisifikasi
atau kerusakan (sendi plastis), sebagai sarana pendisipasian energi
gempa yang diterima struktur. Elemen-elemen yang dipilih tsb harus
daktail (tidak mudah runtuh).

Elemen-elemen struktur lain yang tidak diharapkan mengalami


plastisifikasi harus tetap berperilaku elastis selama terjadi gempa.

Untuk mencapai kondisi ini, struktur harus didisain dengan menggunakan


disain kapasitas.

Pada disain kapasitas, tidak semua elemen dibuat sama kuat terhadap
gaya dalam yang direncanakan,tetapi ada elemen atau titik pada struktur
yang dibuat lebih lemah dibandingkan yang lain.
Mekanisme Keruntuhan

Mekanisme Beam sway Mekanisme Soft storey


Bagaimana membuat mekanisme keruntuhan sesuai dengan
yang diinginkan ?

Mekanisme keruntuhan yang diinginkan adalah keruntuhan


yang daktail untuk menyelamatkan jiwa manusia

• Untuk mendapatkan keruntuhan yg daktail, hirarki atau urutan


plastisifikasi yang terjadi harus sesuai dengan yang
direncanakan  disain kapasitas  ada bagian elemen
struktur yang lebih lemah dibanding bagian yang lain.

• Urutan atau hirarki keruntuhan tersebut meliputi:


Untuk dapat menjamin terjadinya hirarki keruntuhan yang diinginkan,
elemen struktur harus didetailing dengan baik.

Penentuan detailing dibedakan berdasarkan:


• Tingkat resiko kegempaan suatu daerah.
Semakin tinggi terjadinya resiko gempa kuat, semakin ketat aturan
detailingnya.
• Keutamaan bangunan
Semakin penting bangunan tsb, semakin ketat aturan detailingnya.
Keduanya direpresentasikan dalam bentuk Kategori Desain Seismik (KDS)
Hubungan KDS dengan Sistem Struktur Tahan Gempa yang boleh
digunakan

SRPMB = Struktur Rangka Pemikul Momen Biasa


SRPMM = Struktur Rangka Pemikul Momen Menengah
SRPMK = Struktur Rangka Pemikul Momen Khusus
SDSB = Sistem Dinding Struktur Biasa
SDSK = Sistem Dinding Struktur Khusus
SNI beton (2847-2013) memberikan ketentuan struktur
beton tahan gempa pada bab 21
ACI 318M - 2011 memberikan ketentuan struktur beton
tahan gempa pada bab 21
ACI 318M - 2014 memberikan ketentuan struktur beton
tahan gempa pada bab 18
Contoh Hubungan KDS dengan Batasan Ketidak Beraturan Struktur
Ketidakberaturan Struktur Horizontal : Ketidakberaturan
Torsional 1a) dan 1b)

δmax < 1,2 δavg  Tanpa Ketidakberaturan torsi


1,2 δavg ≤δmax ≤ 1,4 δavg  Ketidakberaturan torsi 1a)
δmax > 1,4 δavg  Ketidakberaturan torsi 1b)

Ketidakberaturan torsi 1b tidak diijinkan pada KDS E atau F


Contoh Hubungan KDS dengan Batasan Ketidak Beraturan
Struktur

Aturan ketidakberaturan vertikal 1a dan 1b ini dimaksudkan


untuk menghindari keruntuhan soft storey

Anda mungkin juga menyukai