Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“MENJADI GURU MATEMATIKA EFEKTIF DALAM MENINGKATKAN


KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI COOPERATIVE
LEARNING”

Dosen Pengampu :
Dr. Mohammad Asikin, M.Pd.

Disusun oleh :
Khosi’atun Khoiriyah (4101417019)
Rombel : A – Pendidikan Matematika 2017

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2019
MENJADI GURU MATEMATIKA EFEKTIF DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS
DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI COOPERATIVE LEARNING

Khosi’atun Khoiriyah (4101417019)


Universitas Negeri Semarang

ABSTRAK
Matematika adalah ilmu dasar yang memiliki peran penting dalam dunia pendidikan dan kehidupan. Karena itu
matematika dipelajari dalam semua tingkat pendidikan. Namun sayangnya, banyak siswa yang kurang minat
terhadap pelajaran matematika, dikarenakan matematika sering dianggap sebagai pelajaran yang sulit,
membosankan, bahkan menakutkan. Hal ini dapat berimbas pada kemampuan siswa dalam pemahaman
matematika, sehingga menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar yang ditunjukkan dengan rendahnya
hasil belajar berupa prestasi yang diperoleh siswa. Selain faktor dalam diri siswa, banyak faktor yang
mempengaruhi tingkat keberhasilan siswa dalam belajar, salah satunya yaitu peran tenaga pendidik (guru).
Untuk itu perlu dibentuk guru matematika yang efektif, tujuannya yaitu meningkatkan prestasi siswa (hasil
belajar) dalam matematika dengan meningkatkan kualitas pengajaran matematika. Guru harus memperhatikan,
memikirkan, sekaligus merencanakan proses belajar mengajar yang menarik dan menyenangkan bagi siswa agar
siswa antusias dalam menerima pelajaran dan terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar, sehingga dapat
meningkatkan daya kreativitas dan berpikir siswa, serta pembelajaran menjadi efektif dan tujuan pembelajaran
tercapai. Sehubungan dengan hal tersebut perlu adanya suatu model pembelajaran matematika yang tepat untuk
dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa, yakni salah satu alternatifnya melalui model cooperative
learning.

Kata kunci: guru matematika efektif, kreativitas, hasil belajar, cooperative learning

PENDAHULUAN

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat sangat berpengaruh
dalam dunia pendidikan khususnya matematika. Matematika memegang peranan penting,
karena matematika merupakan alat yang efisien dan sangat diperlukan oleh semua ilmu
pengetahuan, tanpa bantuan matematika semuanya tidak akan mendapat kemajuan yang
berarti. Melalui pelajaran matematika diharapkan siswa dapat terbiasa menyelesaikan
masalah secara sistematis, menjadi manusia yang lebih (teliti, cermat, dan tidak ceroboh)
dalam bertindak, menjadi orang yang sabar dalam menghadapi semua hal dalam hidup, serta
dapat menerapkan matematika dalam kehidupan nyata. Namun sampai sekarang banyak
siswa yang kurang minat terhadap pelajaran matematika, dikarenakan matematika sering
dianggap sebagai pelajaran yang sulit, membosankan, bahkan menakutkan. Hal ini dapat
berimbas pada kemampuan siswa dalam pemahaman matematika. Oleh karena itu, perlu
diketahui bagaimana mengajar matematika yang efektif.

Pendidikan adalah aspek paling penting yang harus dimiliki oleh setiap manusia.
Karena pendidikan, manusia akan memiliki kemampuan dan kepribadian yang berkembang.
Pendidikan berkaitan dengan pembelajaran. Pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu
upaya mengkondisikan siswa untuk dapat belajar secara efektif. Kegiatan belajar efektif
terlihat bahwa ada kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode untuk
mencapai hasil yang diinginkan dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dan
guru.

Guru dalam pelaksanaan pembelajaran mempunyai tanggung jawab profesional untuk


mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertangggung jawab (UU No. 20 Tahun 2003 : 6). Guru harus menyajikan pembelajaran
yang menarik dan menyenangkan bagi siswa agar tercapainya suatu kompetensi dan
profesionalisme guru dalam pembelajaran.

Belajar mengandung dua pokok pengertian yaitu proses dan hasil belajar. Proses
belajar disini dimaknai sebagai suatu kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah
laku, sedang perubahan tingkah laku tersebut merupakan hasil belajar. Keberhasilan proses
belajar salah satunya dapat dilihat pada hasil maupun prestasi yang baik, karena dalam
pembelajaran matematika prestasi merupakan salah satu tolak ukur proses belajar mengajar.
Sebagai seorang pendidik, guru harus mampu memotivasi dan membuat siswa senang belajar
matematika yang pada akhirnya hasil belajar matematika akan meningkat.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan khususnya dalam
mata pelajaran matematika, yaitu mulai dari pembaharuan kurikulum, materi pelajaran
sampai pada peningkatan mutu pendidik sebagai tenaga profesional. Akan tetapi pada
kenyataannya dalam pembelajaran matematika masih banyak siswa yang mengalami
kesulitan belajar yang ditunjukkan dengan rendahnya prestasi yang diperoleh siswa. Hal ini
didasarkan pada hasil tes terbaru yang dilakukan oleh Trend in International Mathematics
and Science Study (TIMSS) yang menunjukkan bahwa tahun 2011, menyebutkan bahwa nilai
rata-rata matematika siswa Indonesia menempati urutan ke-38 dengan skor 386 dari 42
negara (Napitulu, 2012: 1).

Rendahnya hasil pembelajaran matematika disebabkan oleh banyak faktor. Ruseffendi


(2006: 7) mengemukakan bahwa, “Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
keberhasilan siswa dalam belajar diantaranya yaitu kecerdasan anak, kesiapan anak, bakat
anak, dan kemauan anak”. Selain faktor yang terdapat dalam diri siswa tentunya banyak
faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan siswa dalam belajar. Peran tenaga pendidik
juga ikut memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas siswa dalam belajar
matematika. Guru harus benar-benar memperhatikan, memikirkan, sekaligus merencanakan
proses belajar mengajar yang menarik dan menyenangkan bagi siswa agar siswa antusias
dalam menerima pelajaran dan terlibat dalam proses belajar mengajar, sehingga pembelajaran
tersebut menjadi efektif. Untuk dapat belajar dengan efektif maka seorang guru harus
menguasai metode-metode pembelajaran, dan memahami teori-teori pelajaran yang akan
disampaikan, sehingga siswa dapat memahami materi.

Menurut Ruseffendi (dalam Delyana, 2014) salah satu penyebab hasil belajar
matematika siswa yang rendah terletak pada proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas,
yakni guru menyajikan materi pelajaran dalam bentuk informasi dan tugas-tugas rutin.
Akibatnya, pembelajaran menjadi kurang bermakna, tidak menarik minat dan tidak
membangkitkan motivasi, serta tidak mengembangkan pola pikir siswa dalam belajar.

Selama ini terdapat beberapa masalah yang timbul dalam pembelajaran, seperti siswa
pasif dalam mengikuti kegiatan belajar dan guru kurang melibatkan siswa untuk belajar
secara kelompok sehingga pembelajaran terkesan berpusat pada guru bukan siswa, belum
maksimalnya penggunaan model pembelajaran yang membuat suasana belajar menjadi
kurang menarik dan cenderung monoton, serta adanya anggapan dari sebagian siswa bahwa
pelajaran matematika merupakan pelajaran yang sangat sulit dimengerti dan membosankan
sehingga menjadikan matematika sebagai pelajaran yang terpaksa dipelajari. Hal ini menjadi
salah satu faktor yang menyebabkan belum maksimalnya hasil belajar siswa.
Selain itu juga sering terdengar anggapan mengenai matematika, salah satunya yaitu
bahwa matematika adalah pelajaran yang terdiri dari rumus-rumus. Siswa belajar mulai dari
menghafal rumus dan menggunakan rumus untuk dapat menyelesaikan soal yang ada. Jika
rumus lupa siswa tidak mampu untuk melakukan sesuatu, ini menjadi salah satu faktor yang
membuat siswa takut terhadap mata pelajaran matematika, sehingga hasil belajarnya kurang
memuaskan. Hal ini disebabkan sejak awal sudah merasa takut sehingga siswa malas untuk
mempelajari matematika. Ketidaksenangan dan ketakutan siswa terhadap pelajaran
matematika kemungkinan disebabkan siswa sukar memahami pelajaran matematika.

Guru perlu memilih dan merancang model pembelajaran yang bermakna bagi siswa
yaitu guru harus kreatif dalam mendesain model pembelajaran yang memungkinkan siswa
terlibat secara aktif dalam proses belajar matematika sehingga dapat meningkatkan daya
kreativitas dan berpikir siswa. Dengan belajar aktif ini, peserta didik diajak untuk turut serta
dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik. Hal
ini memungkinkan siswa untuk memahami materi yang diberikan oleh guru dan mencapai
tujuan pembelajaran.

Sehubungan dengan hal tersebut perlu adanya suatu model pembelajaran matematika
yang dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa yaitu salah satu alternatifnya
menggunakan model cooperative learning. Dengan model tersebut setiap siswa akan merasa
dibutuhkan dalam kelompoknya untuk menyelesaikan masalah, disamping itu siswa juga
dilatih untuk memiliki rasa tanggung jawab. Selain pengetahuan dan keterampilan yang dapat
dikembangkan, siswa juga diajarkan untuk dapat bekerja sama, saling menghargai pendapat
orang lain. Secara tidak langsung siswa akan belajar mengembangkan sikap sosialnya dan
saat pembelajaran berlangsung siswa juga diajarkan untuk memecahkan masalah yang
diberikan guru secara kelompok.

Dari uraian diatas mengenai berbagai permasalahan yang terkait dengan kreativitas
dan hasil belajar siswa, maka melalui tulisan ini akan diberikan uraian bagaimana menjadi
guru matematika yang efektif dalam upaya untuk meningkatkan kreativitas dan hasil belajar
matematika siswa melalui model cooperative learning.
ISI

Istilah guru efektif merupakan inovasi terbaru di era sekarang karena lebih terukur
dibandingkan dengan istilah guru yang baik. Pengertian guru yang baik lebih bersifat sebagai
kemampuan personal seorang guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dan pengajaran.
Sementara itu, pengertian guru efektif lebih bersifat sebagai kemampuan profesional.

Tujuan dari artikel ini adalah untuk menjelaskan bagaimana menjadi seorang guru
matematika yang efektif dalam meningkatkan kreativitas dan hasil belajar matematika siswa
melalui model cooperative learning. Berkaitan dengan karakteristik matematika, maka
seorang guru harus mampu meningkatkan perannya dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran matematika. Guru yang mempunyai kompeten akan lebih mampu menciptakan
lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil
belajar siswa ada pada tingkat optimal.

Guru Matematika Efektif

Menurut UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1: “Guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi siswa pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, dasar, dan menengah”.

Definisi dari kata efektif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki empat arti
yaitu, ada efeknya (memiliki pengaruh, akibatnya), manjur atau mujarab (obat), dapat
membawa hasil (tindakan), mulai berlaku (peraturan). Berdasarkan arti kata tersebut dapat
disimpulkan pengertian efektif adalah pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan
yang tepat dari sejumlah alternatif, membuat keputusan yang tepat dan berhasil dalam
mengimplementasikannya. Jadi dari definisi guru dan efektif, dapat disimpulkan bahwa guru
yang efektif adalah guru yang memiliki kemampuan memotivasi siswanya untuk belajar dan
meningkatkan semangat belajar yang tumbuh dari kesadaran siswa itu sendiri, serta memiliki
kemampuan melaksanakan proses pembelajaran dengan baik sehingga berhasil membawa
siswanya mencapai tujuan pembelajaran.

Guru efektif merupakan istilah lain dari guru profesional yang mempunyai
seperangkat karakteristik atau ciri-ciri tertentu. Adapun ciri-ciri guru efektif menurut Chris
Coombes (konsultan, Pendidikan Matematika K-12 di Pemerintah Victoria) yaitu, (1)
mengetahui pedagogi yang menentukan bagaimana siswanya berhasil belajar yaitu
memahami konsep-konsep yang disajikan, fasih dengan keterampilan yang diajarkan, dan
berpengetahuan luas dalam teori belajar mata pelajarannya, (2) tahu apa yang perlu diketahui
siswa yaitu memiliki pemahaman yang mendalam tentang konsep dan menggunakan berbagai
cara untuk menjelaskannya, (3) mengenal siswanya sebagai pembelajar yaitu menggunakan
pengetahuan siswa yang terus berkembang sebagai pelajar untuk menginformasikan
pengajaran sehingga guru dapat memenuhi kebutuhan siswa dengan lebih baik, (4)
menciptakan tantangan melalui tugas terbuka, mengajukan pertanyaan eksploratif dan
generative, dan strategi bertanya yang melibatkan semua siswa, (5) mendorong pengambilan
resiko yaitu guru perlu membantu siswa melihat bahwa kesalahan adalah bagian alami dari
proses pembelajaran, (6) menciptakan pengalaman belajar yang disengaja bagi siswa melalui
pemecahan masalah dalam konteks yang relevan dan bermakna.

Guru profesional merupakan guru yang berkualitas, berkompetensi, dan guru yang
dikehendaki untuk mendatangkan prestasi belajar serta mampu mempengaruhi proses belajar
mengajar siswa yang nantinya akan menghasilkan prestasi belajar siswa yang baik.
Sebagaimana diuraikan dalam jurnal Educational Leadership 1993, dijelaskan bahwa untuk
menjadi profesional seorang guru dituntut untuk memiliki lima hal: (1) guru mempunyai
komitmen pada siswa dan proses belajarnya, (2) guru menguasai secara mendalam
bahan/mata pelajaran yang diajarkannya serta cara mengajarnya kepada siswa, (3) guru
bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai cara evaluasi, (4) guru
mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalamannya,
(5) guru seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya.

Berdasarkan (Depdiknas, 2006) tujuan mata pelajaran matematika untuk semua


jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah agar siswa mampu: (1) Memahami konsep
matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep, dan mengaplikasikan konsep atau
algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. (2)
Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam
membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan
matematika. (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
(4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah. dan (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan
matematika dalam kehidupan, yaitu rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Guru matematika yang efektif harus dapat memfasilitasi pembelajaran dengan


memperhatikan keterlibatan siswa selama pembelajaran. Guru tersebut mampu memberikan
kesempatan bagi siswanya untuk berperan aktif dalam pembelajaran sehingga dapat
meningkatkan daya kreativitas dan berpikir siswa. Guru mengaitkan kurikulum yang berlaku
di dalam kelas sehingga materi tersampaikan dengan baik dengan menggunakan kurikulum
yang telah disepakati. Guru mampu mengkondisikan kelas yang memungkinkan siswa untuk
berpikir sendiri dan mengajukan berbagai pertanyaan serta membentuk pola pikir kritis
dalam menyelesaikan masalah matematika. Guru mampu menghidupkan suasana
kenyamanan dalam suatu kelas dan membuat semua siswa terlibat dalam proses pembelajaran
secara aktif. Guru tersebut harus memastikan bahwa semua siswa diberikan kesempatan yang
sama untuk berpartisipasi aktif di kelas. Guru membimbing siswa dikelas secara merata, tidak
membanding-bandingkan satu dengan yang lain. Guru memberikan pengajaran yang baik
pada semua siswa di kelas dengan tujuan meningkatkan mutu proses pembelajaran. Guru
memberikan materi di kelas dengan cara yang baik agar siswa memahami materi secara
keseluruhan. Guru memberikan penilaian kepada siswa sesuai pedoman yang telah dibuat,
yakni melakukan penilaian proses dengan pengamatan terhadap siswa dan penilaian hasil
melalui tugas-tugas. Guru memberikan alat teknologi seperti penggunaan kalkulator atau
komputer dalam pembelajaran matematika di kelas. Hal ini sesuai dengan prinsip-prinsip
matematika sekolah.

Menurut prinsip-prinsip dan standar matematika sekolah, prinsip-prinsip ini harus


dimasukkan secara serius ke dalam program matematika sekolah. Prinsip-prinsip tersebut
menjelaskan bahwa terdapat keunggulan dalam pendidikan matematika yang melibatkan
lebih banyak hal di samping tujuan-tujuan materinya. Enam prinsip dasar NCTM terdiri atas:
a. Prinsip Kesamaan
Excellence in mathematics education requires equity high expectations and strong support
for all students. Ini berarti semua siswa harus mempunyai kesempatan dan dukungan
untuk belajar matematika tanpa memandang karakteristikpersonal, latar belakang, ataupun
hambatan fisik.
b. Prinsip Kurikulum
A curriculum is more than a collection of activities: it must be coherent, focused on
important mathematics, and well articulated across the grades7. Pada hal tersebut
dijelaskan bahwa kurikulum di dalam pengajaran di kelas, koheren berkaitan dengan
pentingnya membangun atau mengembangkan pengajaran. Siswa harus dibantu untuk
melihat bahwa matematika merupakan sesuatu yang utuh dan terjalin, bukan kumpulan
dari bagian-bagian yang saling lepas. Sehingga siswa tidak mudah melupakan ide-ide
matematika yang telah dipelajari sebelumnya. Matematika yang akan mempersiapkan
siswa untuk melanjutkan sekolahnya dan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari.
c. Prinsip Pengajaran
Mengajar matematika yang efektif memerlukan pemahaman tentang apa yang siswa
ketahui dan perlukan untuk belajar dan kemudian memberi tantangan serta mendukung
mereka untuk mempelajarinya dengan baik. To be effective, teachers must know and
understand deeply the mathematics they are teaching and be able to draw on that
knowledge with flexibility in their teaching tasks. Untuk mencapai keberhasilan
pendidikan matematika yang berkualitas, guru harus memahami matematika yang mereka
ajarkan, memahami bagaimana siswa belajar matematika, termasuk di dalamnya
mengetahui perkembangan matematika siswa secara individual, dan memilih tugas-tugas
serta strategi yang akan meningkatkan mutu proses pengajaran.
d. Prinsip Pembelajaran
Students must learn mathematics with understanding, actively building new knowledge
from experience and prior knowledge. Ini berarti prinsip tersebut didasarkan pada dua ide
dasar. Pertama, belajar matematika dengan pemahaman adalah penting. Belajar
matematika tidak hanya memerlukan keterampilan berhitung tetapi juga memerlukan
kecakapan untuk berpikir dan beralasan secara matematis. Kedua, prinsip-prinsip ini
menyatakan bahwa siswa dapat belajar matematika dengan pemahaman materi.
e. Prinsip Penilaian
Assesment should support the learning of important mathematics and furnish useful
information to both teachers and students. Prinsip ini menyatakan bahwa penilaian
hendaknya tidak hanya untuk menilai siswa, melainkan juga harus di manfaatkan bagi
siswa untuk mengarahkan dan meningkatkan kemampuan belajarnya. Agar penilaian
efektif, guru harus menggunakan berbagai macam strategi agar matematika yang diajarkan
mudah dipahami dalam pemikiran siswa.
f. Prinsip Teknologi
Technology is essential in teaching and learning mathematics; it influences the
mathematics that is taught and enhances students’ learning. Hal ini dapat dijelaskan dalam
matematika, teknologi dilihat sebagai alat yang penting dalam pembelajaran di kelas
karena ada materi-materi tertentu yang dalam pengerjaannya melibatkan alat tersebut.
Teknologi meningkatkan proses belajar matematika karena memungkinkan untuk
memperbaiki penyajian ide-ide matematika.
Dengan adanya keenam prinsip tersebut akan mempermudah dalam memberi petunjuk dan
arahan bagi guru dan pihak-pihak lain yang terkait dengan pendidikan matematika. Keenam
prinsip tersebut sangat membantu para guru dalam meningkatkan kualitas kegiatan belajar
mengajar di sekolah.

Kreativitas

Kreativitas merupakan kemampuan individu yang dapat berupa cipta, karsa, dan karya
seseorang untuk dapat menciptakan sesuatu yang baru ataupun mengembangkan pemikiran
alternatif. Hal ini dimaksudkan agar individu mampu melihat sesuatu dari berbagai sudut
pandang sebagai hasil dari interaksi individu dengan lingkungannya sehingga diperoleh cara-
cara baru untuk mencapai tujuan yang lebih bermakna. Kreativitas merupakan buah
pemikiran seseorang ketika memikirkan sesuatu yang bermakna. Dengan kata lain, kreativitas
merupakan produk kemampuan berpikir kreatif. Hal ini sejalan dengan Tatag (2007:5) bahwa
kreativitas merupakan suatu produk berpikir (dalam hal ini berpikir kreatif) untuk
menghasilkan suatu cara atau sesuatu yang baru dalam memandang suatu masalah atau
situasi.

Menurut Depdiknas (2008: 10-11) terdapat karakteristik berpikir kreatif yang


menghasilkan kreativitas, antara lain: (1) melihat suatu persoalan sebagai tantangan untuk
menunjukkan kemampuan diri, (2) memikirkan alternatif solusi/ tindakan yang tidak
dilakukan oleh orang umumnya atau bukan sesuatu yang sudah biasa dilakukan, (3) tidak
takut mencoba hal-hal baru, (4) mau belajar mempergunakan cara, teknik, dan peralatan baru,
(5) tidak takut dicemooh oleh orang lain karena berbeda dari kebiasaan, (6) tidak malu
bertanya untuk mengetahui berbagai informasi tentang sesuatu yang dianggap menarik, (7)
tidak cepat puas terhadap hasil yang diperoleh, (8) toleran terhadap kegagalan, (9)
memikirkan kemungkinan yang dapat dilakukan atau dikerjakan dari suatu kondisi,
keadaan, atau benda, (10) melakukan berbagai cara yang mungkin dilakukan dengan tetap
berdasar pada integritas, kejujuran, menjujung sistem nilai, dan bertujuan positif, (11)
tindakan yang dilakukan efektif, efisien, dan produktif.

Kreativitas pada matematika yaitu difokuskan dalam kemampuan memecahkan


masalah-masalah matematika. Untuk memecahkan masalah matematika terdapat banyak cara,
oleh karena itu dibutuhkan kreativitas, baik untuk membuat pemecahan baru maupun untuk
melihat hubungan dengan pemecahan-pemecahan yang telah ada sebelumnya. Kreativitas
siswa dapat terlihat saat mereka berusaha menemukan alternatif jawaban untuk
menyelesaikan suatu soal. Sehingga keberhasilan siswa dalam mempelajari matematika dapat
dilihat dari prestasi belajar dan kreativitas yang dilakukannya. Dengan demikian, kreativitas
yang dimiliki siswa sangat berperan penting dalam mempelajari matematika.

Hasil Belajar

Belajar merupakan suatu aktivitas dilakukan secara disengaja dalam upaya


memperoleh perubahan dan perbaikan. Hal ini sesuai pendapat Supardi (2011: 194) “belajar
adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya”.

Kegiatan belajar yang dilakukan menghasilkan suatu hasil dalam bentuk perubahan ke
arah yang lebih baik yang disebut hasil belajar. Menurut Supardi (2011: 194) bahwa “hasil
belajar adalah pola-pola perubahan tingkah laku seseorang yang meliputi aspek kognitif,
afektif, dan/atau psikomotor setelah menempuh kegiatan belajar tertentu yang tingkat kualitas
perubahannya sangat ditentukan oleh faktor-faktor yang ada dalam diri siswa dan lingkungan
sosial yang mempengaruhinya”. Perubahan tingkah laku merupakan wujud hasil belajar
seseorang setelah mempelajari sesuatu objek. Jika objeknya matematika, maka perubahan
tingkah laku tersebut yaitu perubahan pengetahuan, sikap, minat, kecenderungan atau
tindakan yang terkait dengan Matematika.

Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Dalam teori belajar konstruktivisme terdapat dua pandangan yang berbeda, yakni
pandangan yang bersifat cognitive constructivism dan social constructivism. Piaget dalam
Powell & Kalina (2009: 242) menjelaskan bahwa fokus utama dari cognitive constructivism
adalah pengetahuan dipelajari dari individu siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri
dari pengalaman yang dimilikinya. Sebagai salah satu contoh adalah model pembelajarannya
adalah discovery learning. Hal ini berlawanan dengan social constructivism dari Lev
Vygotsky dalam Powell & Kalina (2009:243) yang menjelaskan bahwa fokus utama dari
social constructivism adalah pengetahuan dibangun dan diperoleh dari proses interaksi sosial.
Sebagai contoh adalah model cooperative learning.

Kedua pandangan tersebut dapat dijadikan dasar di dalam pembelajaran matematika.


Kesulitan dalam mengerjakan soal-soal matematika, terutama soal yang diberikan bervariasi,
menuntut aktivitas individu dan sosial yang tinggi. Suatu saat siswa dihadapkan pada sebuah
masalah yang menuntut berpikir kreatif dalam menyelesaikan soal, tetapi siswa tersebut tidak
mampu menyelesaikannya karena hanya berkutat pada satu jalan keluar. Hal ini menunjukkan
bahwa kreativitas dalam menyelesaikan soal sangat penting untuk mencari alternatif jawaban
dari permasalahan yang muncul. Guru selain memberikan pengetahuan dan pengalaman
dengan konsep yang betul, tetapi juga harus dapat memperhatikan sisi kemampuan berpikir
kreatif siswa.

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dengan kelompok-kelompok


kecil (4-6 siswa) yang memungkinkan siswa berdiskusi, berinteraksi, memecahkan masalah,
dan melaksanakan kewajibannya dalam kelompok sesuai tugasnya masing-masing untuk
mencapai tujuan bersama. Hal ini sejalan dengan Slavin dalam Ozkan (2010:504) bahwa
“cooperative learning covers learning methods in which students work in small groups
(generally 4-6 students)”. Untuk efektif dalam pelaksanaannya, maka perlu diperhatikan dua
hal, yakni (1) kelompok diberi penghargaan, sehingga anggota kelompok dapat memahami
bahwa membantu orang lain demi kepentingan diri mereka sendiri, dan (2) individu siswa
dimintai pertanggungjawaban supaya mereka mempunyai semangat membantu teman yang
lain walau mereka yang dibantu tidak banyak member kontribusi. Pembelajaran ini akan
meningkatkan kreativitas siswa dalam pemecahan masalah (Rifa’i, 2016).

Menurut Kasturiarachi (2004: 55) terdapat tiga aspek inti pembelajaran kooperatif,
yakni: (1) formatted interactive lecture leaves (mengadopsi pembelajaran aktif untuk
lingkungan belajar yang interaktif), (2) student projects (membuat proyek-proyek tugas pada
masing-masing kelompok siswa), (3) Program for Excellent in Mathematics (yang didasarkan
pada pembelajaran kolaboratif untuk memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik).
Cooperative learning merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama
di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran ini memiliki
karakteristik atau cirri-ciri menurut Trianto (2007 :10) yakni: (1) Pembelajaran secara tim.
Semua anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk
itulah, kriteria keberhasilan pembelajaran yang ditentukan oleh keberhasilan tim. Setiap
kelompok bersifat heterogen : artinya, kelompok terdiri atas anggota yang memiliki
kemampuan akademik, jenis kelamin, dan latar belakang sosial yang berbeda. Hal ini
dimaksudkan agar setiap anggota kelompok dapat saling memberikan pengalaman, saling
memberi dan menerima, sehingga diharapkan setiap anggota dapat memberikan kontribusi
terhadap keberhasilan kelompok. (2) Didasarkan pada manajemen kooperatif. (3) Kemauan
untuk bekerja sama . Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan
secara kelompok. Oleh sebab itu, prinsip bekerja sama perlu ditekankan dalam proses
pembelajaran kooperatif. Setiap anggota kelompok bukan saja harus diatur tugas dan
tanggung jawab masing-masing, akan tetapi juga ditanamkan perlunya saling membantu, ini
misalnya yang pintar perlu membantu yang kurang mampu. (4) Keterampilan bekerja sama.
Kemauan untuk bekerja sama itu kemudian dipraktikkan melalui aktivitas dan kegiatan yang
tergambarkan dalam keterampilan bekerja sama. Dengan demikian, siswa perlu didorong
untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkornunikasi dengan anggota lain. Siswa perlu
dibantu mengatasi berbagai hambatan dalam berinteraksi dan berkomunikasi, sehingga setiap
siswa dapat menyampaikan ide, mengemukakan pendapat, dan memberikan kontribusi
kepada keberhasilan kelompok.

Pada pembelajaran, khususnya matematika ditekankan untuk dimasukkan aspek


kreativitas. Sehubungan dengan hal tersebut perlu adanya suatu model pembelajaran
matematika yang dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa dalam menyelesaikan suatu
permasalahan matematika. Penggunaan model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu
alternatif untuk dapat meningkatkan pemahaman dan kreativitas siswa. Dengan pembelajaran
kooperatif siswa dilatih dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kerjasama
tim. Selain itu, siswa dibiasakan untuk mencoba menemukan sendiri pengetahuan sehingga
menjadi bermakna dan tidak mudah terlupakan. Hal ini dapat meningkatkan kreativitas dan
hasil belajar siswa. Dengan kreativitas yang lebih tinggi akan memberikan hasil belajar yang
lebih baik dari pada kreativitas yang lebih rendah.
PENUTUP

Simpulan

Guru efektif adalah guru yang memiliki kemampuan memotivasi siswanya untuk
belajar dan meningkatkan semangat belajar yang tumbuh dari kesadaran siswa itu sendiri,
serta memiliki kemampuan melaksanakan proses pembelajaran dengan baik sehingga berhasil
membawa siswanya mencapai tujuan pembelajaran. Guru matematika yang efektif harus
memperhatikan, memikirkan, sekaligus merencanakan proses belajar mengajar yang menarik
dan menyenangkan bagi siswa agar siswa antusias dalam menerima pelajaran dan terlibat
secara aktif dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan daya kreativitas dan berpikir
siswa. Guru mampu mengkondisikan kelas yang memungkinkan siswa untuk berpikir sendiri
dan mengajukan berbagai pertanyaan serta membentuk pola pikir kritis dalam menyelesaikan
masalah matematika. Untuk meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa, guru dapat
menggunakan alternatif model cooperative learning, yakni siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang. Dengan
model tersebut setiap siswa akan merasa dibutuhkan dalam kelompoknya untuk
menyelesaikan masalah. Siswa dilatih untuk memiliki rasa tanggung jawab dan diajarkan
untuk dapat bekerja sama. Selain itu, siswa dibiasakan untuk mencoba menemukan sendiri
pengetahuan sehingga menjadi bermakna dan tidak mudah terlupakan. Hal ini dapat
meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa.

Saran

Dalam pembelajaran, guru hendaknya selalu kreatif dalam proses kegiatan belajar
mengajar sehingga dapat memotivasi siswa untuk lebih semangat dalam mengikuti
pembelajaran. Dalam perencanaan pembelajaran yang baik, guru hendaknya harus
mempersiapkan dengan matang skenario pembelajaran yang akan dilakukan di kelasnya
nanti, sehingga dengan prosedur persiapan yang terperinci akan membuat seorang guru betul-
betul siap mengajar. Selain itu guru harus mempelajari dan menambah wawasan tentang
model pembelajaran yang telah diketahui, karena dengan menguasai model pembelajaran
maka seorang guru akan merasakan adanya kemudahan di dalam pelaksanaan pembelajaran
di kelas sehingga tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran dapat
tercapai dan tuntas sesuai dengan yang diharapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, selain
hasil belajar perlu dimasukkan aspek kreativitas , karena dengan kreativitas, siswa dapat
menghadapi dan menyelesaikan permasalahan didunia nyata secara lebih baik. Model
cooperative learning dapat digunakan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang
efektif untuk meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa dalam matematika.

DAFTAR PUSTAKA
Chris Coombes. 2013. ”What is effective teaching of mathematics?”. Diakses dari
https://www.generationready.com/contact/ pada tanggal 24 Oktober 2019 pukul 10.00
WIB.
Delyana, Hafizah. 2014. “Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Disposisi
Matematis Siswa SMP Melalui Penerapan Strategi The Firing Line dalam
Pembelajaran Matematika”. Tesis. Universitas Pendidikan Indonesia.
Depdiknas. 2008. Kreativitas. Jakarta: Ditjen PMPTK Depdiknas.
Depdiknas. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta:
Badan Standar Nasional Pendidikan.
Kasturiarachi, A. B. (2004). “Counting on cooperative learning to uncover the richness in
undergraduates mathematics”. Primus: Problems, resources, and issues in
mathematics undergraduate studies. 14 (1). 55-78.
Munib, Akhmad dkk. 2016. Pengantar Ilmu Pendidikan (edisi revisi 2016). Semarang: Unnes
press.
Napitulu, E.L. (2012).”Prestasi Sains dan Matematika Indonesia Menurun”. Kompas (13
November 2013).
Ozkan, H. H. (2010). “Cooperative learning technique through internet based education: A
model proposal”. Academic Research Library, 130 (3). 499-508.
Powell, K. C & Kalina, C. J. 2009. “Cognitive and social constructivism: Developing tools
for an effective classroom”. Academic Research Library, 130 (2): 241-250.
Rifa’i, Achmad dan Catharina Tri Anni. 2016. Psikologi Pendidikan (edisi revisi
2016).Semarang: Unnes Press.
Ruseffendi, E.T. (2006). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan
Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA (edisi
revisi). Bandung : Tarsito.
Supardi dan Susilo. 2011. “Penerapan model pembelajaran team assisted individualization
berbantuan lembar kerja siswa dalam upaya meningkatkan kualitas proses dan hasil
belajar matematika siswa MTs”. Jurnal Formatif, 1 (3): 192-207.
Tatag. 2007. ”Pembelajaran matematika humanistik yang mengembangkan kreativitas siswa”.
Makalah. Disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika
“Pembelajaran Matematika yang Memanusiakan Manusia” di Program Studi
Pendidikan Matematika FKIP Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta, 29-30 Agustus
2007.
The National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). “Principles and Standards for
School Mathematics”. Diakses dari
https://www.nctm.org/uploadedFiles/Standards_and_Positions/PSSM_ExecutiveSum
mary.pdf pada tanggal 30 Oktober 2019 pukul 20.55 WIB.
Trianto, 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivitistik, Konsep,
Landasan Teoritis-Praktis dan Implernentasinya. Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher.

Anda mungkin juga menyukai