PENDAHULUAN
Untuk membuat obat yang efektif dan efisien maka salah satu caranya
adalah dengan memperhatikan salah satu sifat fisikokimia nya yaitu kelarutan,
kelarutan adalah salah satu bagian terpenting karena untuk membuat obat tersebut
memiliki tingkat efektifitas yang tinggi maka obat tersebut harus sesuai tingkat
absorbsinya yang mana hal tersebut berkaitan dengan kelarutan obat. Obat-obat
yang sukar larut dalam air biasa nya memiliki tingkat absorbsi yang rendah
disebabkan oleh kecepatan disolusi nya yang berakibat kepada rate limiting step
pada proses abrosbsi obat melambat ( Leuner C dan Dressman, 2000).
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN
2.1.1. Kelarutan
Obat yang memiliki kelarutan rendah dalam air sering membutuhkan dosis
yang tinggi untuk mencapai konsentrasi terapeutik setelah pemberian oral.
Umumnya obat yang bersifat asam lemah atau basa lemah memiliki kelarutan
terhadap air yang buruk (Savjani et al., 2012). Kemampuan suatu zat tertentu, zat
terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent) disebut kelarutan.
Larutan hasil disebut larutan jenuh.
Kelarutan obat merupakan salah satu tahapan penting dalam absorpsi obat
di dalam saluran pencernaan. Berbagai teknik dapat digunakan untuk
meningkatkan kelarutan obat. Dapat digunakan satu metode atau kombinasi
metode (metode fisika , kimia ataupun teknik lain) agar mencapai tujuan
formulasi yang lebih baik, bioavaibilitas obat yang lebih, mampu untuk
mengurangi dosis bahkan mengurangi biaya produksi.
Kelarutan dalam dunia kefarmasian adalah salah satu faktor yang penting
karena jika ketika kita memakan obat dan ternyata obat nya menyebabkan
endapan, maka akan ada gangguan yang di sebabkan oleh hal tersebut contoh nya
rusaknya saluran pencernaan seperti ginjal oleh Trimetoprim.
2.1.2. Trimetoprim
2.1.3. Ko-kristalisasi
Kokristal dapat mengubah sifat fisikokimia dari suatu senyawa. Selain itu,
ko-kristal laju disolusi dan kelarutan obat baru antikanker, eksemestan, juga
meningkat dengan ko-kristalisasi menggunakan koformer asam maleat (Shiraki et
al., 2008). Kokristalisasi lamotrigin dapat meningkatkan kelarutannya sehingga
ketersediaan obat dalam tubuh, juga mengubah aspek farmakokinetiknya (Cheney
et al., 2010).
Banyak bahan obat yang memiliki kelarutan dalam air yang rendah atau
dinyatakan praktis tidak larut, umumnya mudah larut dalam cairan organik. Suatu
peningkatan konsentrasi jenuh (perbaikan kelarutan) dapat dilakukan melalui
pembentukan garam, pemasukan grup hidrofil atau dengan bahan pembentukan
misel. Metode tersebut dapat digunakan secara individual maupun secara
kombinasi .
2.2.1 Upaya Untuk Meningkatkan Kelarutan Obat Sukar Larut dalam Air
Memperkecil ukuran patikel, Teknologi nanosuspensi, Surfaktan,
Pembentukan garam, Pengukuran pH, Hidrotophi, Dispersi Padat (Sareen et al.,
2012), Ko-kristalisasi dari pelarut (solvent technique), Ko-kristalisasi dari leburan
(melted technique)(Kumar dan Singh ,2014).
METODE
3.1.1. Alat-alat
3.1.2. Bahan-bahan
3.3 Prosedur
Analisis pola difraksi sinar- X: Penetapan pola difraksi sinar X serbuk kokristal
dilakukan dengan menggunakan difraktometer. Kondisi pengukuran sebagai
berikut, sumber Cu Kα, voltase 45 kV, arus 25 mA dan kecepatan scanning 0,05 o
per detik.
Sampel diambil setelah 5, 10, 20, 30, 45, dan 60 menit. Setiap pemipetan diganti
dengan sebanyak medium yang diambil pada suhu yang sama sehingga volume
medium disolusi tetap. Masing masing larutan yang dipipet diukur serapannya
dengan menggunakan spektofotometer UV-Vis derivatif pertama pada panjang
gelombang zero crossing nikotinamida. Lalu hitung konsentrasi trimetoprim
terdisolusi dengan menggunakan kurva kalibrasi (Zaini et al., 2011).
DAFTAR PUSTAKA