Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISUSUN OLEH :
Indah Febriana
Irfan Setiadi
Rainaldo
DOSEN PENGAMPU :
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BINA INSAN LUBUKLINGGAU
T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesehatan, kesempatan serta pengetahuan
sehingga makalah Pendidikan Agama islam ini tentang “Membangun Keluarga
yang Islami” ini bisa selesai sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................2
A. LATAR BELAKANG............................................................................................2
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................3
C. TUJUAN................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................5
A. Keluarga.................................................................................................................5
3. Pelaksanaan Pernikahan...................................................................................11
A. KESIMPULAN....................................................................................................16
B. SARAN................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keluarga merupakan awal dari sebuah kehidupan. Dalam agama islam pun
mengajarkan untuk membentuk keluarga. Islam mengajak manusia untuk hidup
dalam naungan keluarga, karena keluarga seperti gambaran kecil dalam kehidupan
stabil yang menjadi pemenuhan keinginan manusia tanpa menghilangkan
kebutuhannya.
Untuk mencapai suatu keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warahmah seperti
diharapkan Nabi dan Rasul mungkin tidaklah mudah tetapi jika ada kemauan
untuk memperbaikinya bisa dimulai dari sekarang. karena bagi Allah Swt tidak
ada kata terlambat untuk berubah ke arah yang benar. Suatu keluarga yang baik
dimulai dari perkawinan atau pernikahan yang baik pula. Pentingnya
keharmonisan keluarga yang paling berpengaruh untuk pribadi dan masyarakat
adalah pembentukan keluarga dan komitmen pada kebenaran. Allah Swt dengan
hikmah-Nya telah mempersiapkan tempat yang mulia bagi manusia untuk
menetap dan tinggal dengan tentram di dalamnya. Sebagaimana dengan firman-
Nya : “dan diantara tanda-tanda kekuasaan-nya adalah dia menciptakan
untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tentram kepadanya, dan djadikan-Nya diantaramu rasa kasih sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berfikir.” (QS Ar-Rum:21).
Maka suami istri akan mendapatkan ketenangan pada pasangannya di kala datang
kegelisahan dan mendapati kelapangan di saat dihampiri kesempitan.
Sesungguhnya pilar hubungan suami istri adalah kekerabatan dan persahabatan
yang terpancang diatas cinta dan kasih sayang. Hubungan yang mendalam dan
lekat ini mirip dengan hubungan seseorang dengan dirinya. Al-Qur’an
1
menjelaskan : “Mereka itu pakaian bagimu dan kamupun pakaian baginya”(QS
Al Baqarah:187)
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah tujuan berkeluarga menurut islam?
2. Bagaimana tahapan pelaksanaan pernikahan menurut islam?
3. Bagaimana cara membina keluarga dalam islam?
4. Apa kewajiban-kewajiban dalam berkeluarga?
C. TUJUAN
Mengetahui tujuan berkeluarga menurut islam, bagaimana tahapan pelaksanaan
pernikahan menurut islam, cara membina keluarga dalam islam, dan kewajiban-
kewajiban dalam berkeluarga.
2
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Keluarga
4
dirumuskan dengan: Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria
dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk kelurga
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan yang Maha
Esa. (Pasal 1) Dimana ada beberapa hal dari rumusan di atas yang perlu
diperhatikan:
5
semata mubah. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa melangsungkan akad
perkawinan disuruh oleh agama dan dengan telah berlangsungnya akad
perkawinan itu, maka pergaulan laki-laki dengan perempuan menjadi mubah.
Perkawinan adalah suatu perbuatan yang disuruh oleh Allah swt. dan juga
disuruh oleh Nabi. Banyak suruhan-suruhan Allah dalam Alquran untuk
melaksanakan perkawinan di antara firmannya dalam surat An-Nur ayat 32
disebutkan: “Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu dan
orang-orang yang layak (untuk kawin) di antara hamba-hamba sahayamu yang
laki-laki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin
Allah memberikan kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya.
6
Berdasarkan beberapa pengertian yang telah dijabarkan di atas dapat di
simpulkan bahwa perkawinan atau pernikahan itu adalah suatu ikatan yang
mengikat dua insan manusia yang berlainan jenis untuk memenuhi hasrat
kebutuhan jasmani dan rohaninya dengan tujuan membentuk keluarga yang Islami
sesuai dengan sunnah Allah swt. dan Rasul.
Asal hukum melakukan pernikahan adalah ibadah atau kebolehan atau halal.
Namun berdasarkan perubahan ‘illahnya, maka dari ibadah atau kebolehan hukum
pernikahan dapat beralih menjadi sunnah, wajib, makruh, dan haram.
Seseorang apabila dipandang dari segi pertumbuhan jasmaninya telah wajar dan
cenderung untuk nikah serta biaya hidup telah ada, maka baginya menjadi
sunnahlah untuk melakukan pernikahan. Jika dia nikah dia mendapat pahala dan
jika tidak atau belum, dia tidak mendapat dosa dan tidak mendapat pahala.
Seseorang apabila dipandang dari segi biaya kehidupan telah mencukupi dan
dipandang dari sudut pertumbuhan jasmaninya sudah sangat mendesak untuk
nikah, sehingga jika tidak nikah dia akan terjerumus kepada penyelewengan,
maka menjadi wajiblah baginya untuk menikah. Jika dia tidak nikah akan
mendapat dosa dan jika dia menikah mendapat pahala.
Seseorang yang dipandang dari sudut pertumbuhan jasmaninya telah wajar untuk
nikah walaupun belum sangat mendesak, tetapi belum ada biaya untuk hidup
sehingga jika dia nikah akan membawa kesengsaraan hidup bagi isteri dan anak-
anaknya, maka makruklah baginya untuk menikah. Jika dia menikah mendapat
dosa, jika dia tidak menikah mendapat pahala.
7
4. Hukumnya menjadi Haram
8
Mereka yang sesusuan itu telah menjadi saudara, dan disebut saudara sesusuan.
Namun saudara sesusuan itu tidak menjadikan hubungan persaudaraan sedarah
untuk terjadinya saling mewarisi.
9
f. Mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan lain yang
berlaku dilarang kawin.
3. Pelaksanaan Pernikahan
1. Ijab Kabul
Ijab adalah penegasan kehendak mengikatkan diri dalam bentuk perkawinan dan
dilakukan oleh pihak perempuan ditujukan kepada laki-laki calon suami. Kabul
adalah penegasan penerimaan mengikatkan diri sebagai suami isteri yang
dilakukan oleh pihak laki-laki. Pelaksanaan penegasan qabul ini harus diucapkan
pihak laki-laki langsung sesudah ucapan penegasan ijab pihak perempuan, tidak
boleh mempunyai antara waktu yang lama.
Wali adalah orang yang tanggung jawab menikahkan calon pasangan suami isteri.
Ada berbagai macam wali pihak perempuan, yaitu :
a. Wali Nasab
b. Wali Hakim
10
Wali hakim adalah penguasa atau wakil penguasa yang berwenang dalam
bidang perkawinan. Biasanya penghulu atau petugas lain dari Departemen Agama.
Jika ditemui kesulitan untuk hadirnya wali nasab atau ada halangan dari wali
nasab, maka seorang calon pengantin perempuan dapat mempergunakan bantuan
wali hakim baik melalui Pengadilan Agama atau tidak.
Kesaksian untuk suatu pernikahan hendaklah diberikan kepada dua orang laki-
laki dewasa dan adil yang dapat dipercaya. Syarat dua orang saksi ini adalah
syarat yang biasa dalam kejadian-kejadian penting sebagai penguat dalam suatu
kejadian yang menghendaki pembuktian. Syarat-syarat kedua saksi tersebut
adalah :
Mahar atau sadaq dalam hukum perkawinan dalam islam adalah kewajiban yang
harus dibayarkan oleh seorang pengantin laki-laki kepada pengantin perempuan.
Hukum pemberian mahar adalah wajib.
11
b. Pernikahan dilaksanakan dengan ijab qabul yang dipersiapkan di mana
diutamakan pembacaan khutbah nikah sebagai dituntutkan Nabi saw.
c. Dalam hidup berumah tangga seorang mukmin seharusnya penuh dengan
kebaktian dan selalu berusaha membersihkan diri dari segala yang haram
sampai dalam usaha mencari nafkah kehidupan.
C. Pembinaan keluarga dalam Islam
12
Jika masing-masing anggota keluarga saling memahami dan sadar akan tugas
dan kewajiban masing-masing dengan melaksanakannya maka insyaallah dengan
izin Allah akan tercapai keluarga yang sakinah, mawaddah dan warrahmah.
Dalam konteks ke islaman terdapat beberapa hak dan kewajiban masing-masing
suami istri secara umum, antara lain sebagai berikut:
Selain memerhatikan hak dan kewajiban sebagai suami istri islam juga telah
menetapkan kedudukan suami istri dalam kehidupan berumah tangga, dimana
kedudukannya sebagai berikut:
13
Oleh karena itu untuk mewujudkan terbentuknya keluarga yang harmonis dengan
prinsip-prinsip Islam adalah dengan melakukan pembinaan keluarga menurut
aturan-aturan yang telah di gariskan didalam islam dengan sedini mungkin.
Insyaallah akan di ridhai Allah Swt.
14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Keluarga adalah unit terkecil di masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu dan
anak. Untuk membina keluarga perlu menjalankan sebuah pernikahan terlebih
dahulu, pernikahan yang sah menurut agama dan negara. Sebelum melakukan
pernikahan, harus menjalankan persiapan-persiapan sebelum menikah yaitu
memilih calon pasangan yang seagama terutama, dan sudah dipastikan bukan
muhrimnya. Selain memilih calon pasangan, harus diadakan peminangan dari
seorang laki-laki pada seorang wanita untuk menyampaikan maksud ingin
menikahi.
B. SARAN
1. Seorang muslim yang telah mempunyai kemampuan secara lahir dan bathin
hendaknya secepatnya untuk menikah. Karena pada dasarnya pernikahan
merupakan salah satu cara seseorang untuk mengindari perbuatan zina dan
melindungi sebuah keturunan dari ketidakpastian masa depannya.
15
3. untuk mewujudkan terbentuknya keluarga yang harmonis dengan prinsip-
prinsip Islam adalah dengan melakukan pembinaan keluarga menurut aturan-
aturan yang telah di gariskan didalam islam dengan sedini mungkin. Insyaallah
akan di ridhai Allah swt.
16
DAFTAR PUSTAKA
Ramulyo, M.I.1996.Hukum Perkawinan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
17