Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN MINGGUAN PRAKTIKUM

KIMIA ORGANIK
ACARA V
IDENTIFIKASI LEMAK

DISUSUN OLEH:
NAMA : LIANISPIANI
NIM : J1A018066
KELOMPOK : 3

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MATARAM
2019
ACARA V
IDENTIFIKASI LEMAK
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
Uji lemak meliputi kelarutan serta reaksi penyabunan.
2. Waktu Praktikum
Kamis, 2 Mei 2019.
3. Tempat Praktikum
Lantai III, Laboratorium Kimia Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Mataram.

B. LANDASAN TEORI

Salah satu kelompok senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan,hewan


atau manusia dan yang sangat berguna bagi kehidupan manusia ialah lipid. Para ahli
biokimia bersepakat bahwa lemak dan senyawa organik yang mempunyai sifat fisika
seperti lemak, dimasukkan dalam satu kelompok yang disebut lipid. Adapun sifat
fisikanya ialah (1) tidak larut dalam air, tetapi larut dalam satu atau lebih dari satu
pelarut organik misalnya eter, aseton, kloroform, benzena yang sering juga disebut
“pelarut lemak”; (2) ada hubungan dengan asam-asam lemak atau esternya; (3)
mempunyai kemungkinan digunakan oleh makhluk hidup ( Poedjiadi, 2012).

Lemak adalah sekelompok ikatan organik yang terdiri atas unsur-unsur karbon
(C),hidrogen (H),oksigen (O),yang mempunyai sifat dapat larut pada zat-zat terlarut
tertentu. Lemak didalam makanan memegang peranan penting adalah lemak netral,
atau trigliserida yang molekulnya terdiri dari satu molekul gliserol (gliserin) dan tiga
molekul asam lemak,yang diikatkan pada gliserol tersebut dengan ikatan ester. Asam
lemak jenuh dengan jumlah karbon sampai 6 buah, disebut asam lemak rantai
pendek. Makin pendek rantai karbonnya, semakin mudah larut dalam air dan
semakin susah larut dalam pelarut zat-zat lainnya. Asam lemak tak jenuh yang
mempunyai dua atau lebih ikatan kembar disebut asam lemak tak jenuh ganda
(Ambarwati, 2015).

Minyak dan lemak mudah dikenali. Minyak pada suhu kamar berbentuk cair,
sedangkan lemak berbentuk padat. Molekul minyak adalah polimer (molekul-
molekul besar yang tersusun dari rangkaian molekul-molekul tunggal). Asam lemak
adalah monomer (molekul-molekul kecil jika bergabung akan membentuk polimer)
dan mengikat gliserol untuk membentuk molekul minyak. Asam lemak tersusun atas
karbon, hidrogen, dan oksigen. Atom-atom karbon dalam asam lemak saling terikat.
Antara atom-atom karbon dihubungkan oleh satu atau dua ikatan. Molekul minyak
dengan ikatan tunggal antaratom karbon disebut jenuh. Molekul minyak dengan dua
atau lebih ikatan rangkap disebut tidak jenuh. Semakin banyak ikatan rangkap dalam
suatu molekul, maka semakin tidak jenuh. Dalam suatu molekul tidak jenuh, setiap
atom karbon berhubungan dengan kurang dari 4 atom (VanCleave, 2003).

Sabun merupakan senyawa natrium atau kalium dengan asam lemak dari
minyak nabati atau lemak hewani berbentuk padat, lunak atau cair, dan berbusa.
Sabun dihasilkan oleh proses saponifikasi, yaitu hidrolisis lemak menjadi asam
lemak dan gliserol dalam kondisi basa. Asam lemak bebas adalah asam lemak yang
berada dalam sampel sabun, tetapi tidak terikat sebagai senyawa natrium ataupun
sebagai senyawa trigliserida atau lemak netral. Asam lemak bebas merupakan
komponen yang tidak diinginkan dalam proses pembersihan. Adanya asam lemak
bebas pada sabun disebabkan karena reaksi penyabunan yang tidak sempurna. Sabun
yang mengandung kadar asam lemak bebas cenderung berbau tengik dan
menghambat proses pembersihan permukaan kulit oleh sabun. Bahan baku yang
berlebih juga akan menyebabkan adanya asam lemak bebas pada sabun dikarenakan
NaOH tidak sanggup mengikat seluruh bahan baku (minyak) (Jalaluddin dkk, 2018).

Sabun berfungsi membersihkan kulit, tidak merusak kulit serta mampu


melindungi kulit dari efek radikal bebas. Lemak tidak tersabunkan merupakan lemak
yang tidak ikut bereaksi selama proses saponifikasi. Apabila nilai lemak tidak
tersabunkan tinggi, maka akan menimbulkan kurangnya busa yang dihasilkan oleh
sabun. Fraksi yang tidak tersabunkan berkaitan dengan zat-zat terdapat dalam
minyak atau lemak yang tak tersabunkan. Zat-zat tersebut biasanya berupa sterol dan
hidrokarbon (Agustini dan Winarni, 2017).

C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


1. Alat-alat Praktikum
a. Batang pengaduk
b. Gelas kimia 30 mL
c. Gelas kimia 50 mL
d. Gelas kimia 100 mL
e. Hot plate
f. Pipet tetes
g. Pipet volume 10 mL
h. Rak tabung reaksi
i. Tabung reaksi
j. Timbangan analitik
2. Bahan-bahan praktikum
a. Air (H₂O ₍ₗ₎)
b. Bensin
c. Eter (C₄H₁₀O ₍ₗ₎)
d. Larutan asam klorida (HCl) 1 M
e. Larutan etanol (C₂H₅OH) 96%
f. Larutan natrium hidroksida (NaOH ) 1 M
g. Mentega
h. Minyak goreng
D. SKEMA KERJA
1. Uji Kelarutan
a. Minyak goreng

Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3 Tabung 4 Tabung 5

+ minyak +minyak +minyak +minyak +minyak


Goreng goreng goreng goreng goreng
+ 1 mL air +1 mL bensin + 1 mL + 1mL eter + 1 mL NaOH 1M
etanol

Hasil
b. Mentega

Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3 Tabung 4 Tabung 5


+ mentega +mentega +mentega +mentega +mentega
1 mL 1 mL 1 mL 1 mL 1 mL
+ 1 mL air +1 mL bensin + 1 mL + 1mL eter + 1 mL NaOH 1M
etanol

Hasil
2. Penyabunan Lemak
5 gram minyak goreng
 Dimasukkan ke dalam gelas kimia
 + 42 mL NaOH 1 M ( sedikit demi
sedikit )
 ∆ 70◦C
Hasil
( sampai terbentuk sabun )
 + HCL 1 N
 + Etanol 96 %
Hasil

E. HASIL PENGAMATAN
1. Uji Kelarutan
No Tabung Pereaksi Hasil Keterangan
1.  Minyak goreng
 Tabung I  1 mL air  Tidak  Minyak diatas,
larut air dibawah.
 Tabung II  1 mL  Larut  Larutan
bensin bercampur,
warna kuning
bening.
 Tabung III  1 mL  Sebagian  Terbentuk dua
etanol bercampur fase ( minyak
96% dibawah, etanol
diatas).
 Tabung IV  1 mL  Larut  Larutan
eter bercampur dan
berwarna
kuning bening.
 Tabung V  1 mL  Tidak  Ada 3 lapisan
NaOH 1 larut (atas keruh,
M tengah
bergelembung
minyak, dan
bawah bening.
2.  Mentega
 Tabung I  1 mL air  Tidak  Air diatas,
larut mentega
dibawah.
 Tabung II  1 mL  Larut  Keduanya
bensin bercampur dan
warnanya
orange bening.
 Tabung III  1 mL  Tidak  Menggumpal
etanol larut
96%
 Tabung IV  1 mL  Larut  Bercampur dan
eter berwarna
kuning bening.
 Tabung V  1 mL  Tidak  Menjadi
NaOH larut padatan, NaOH
1M dibawah, dan
mentega diatas.

2. Penyabunan Lemak
Tabung Minyak NaOH 1 M HCl 0,1 M Etanol 96% Hasil
reaksi goreng
I 5 gram 42 mL 5 mL 2 mL Sabun
(basa).

Minyak goreng + air Minyak goreng + bensin Minyak goreng + etanol


Minyak goreng + eter Minyak goreng + NaOH

Mentega + air Mentega + bensin Mentega + etanol

Mentega + eter Mentega + NaOH Reaksi penyabunan


F. ANALISIS DATA
1. Uji Kelarutan
a. Minyak Goreng
 Minyak Goreng + H2O Tidak larut
 Minyak Goreng + Bensin Larut
 Minyak Goreng + Etanol 96 % Larut sebagian
 Minyak Goreng + Eter Larut
 Minyak Goreng + NaOH 1 M Tidak larut
b. Mentega
 Mentega + H2O Tidak larut
 Mentega + Bensin Larut
 Mentega + Etanol 96 % Tidak Larut
 Mentega + Eter Larut
 Mentega + NaOH 1 M Tidak larut

2. Penyabunan Lemak
O O

H2C O C R1 NaO C R1
O H2C OH O

HC O C R2 3 NaOH HC OH NaO C R2
O O
H2C OH
H2C O C R3 NaO C R3
( Minyak / Trigliserida ) ( Basa ) ( Gliserol ) ( Sabun )

O O

NaO C R1 HO C R1
O O

NaO C R2 3 HCl HO C R2 3 NaCl


O O

NaO C R3 HO C R3

( Sabun ) ( Asam ) ( Asam lemak ) ( Garam )


O

HO C R1
O

HO C R2 3 NaCl C2H5OH Larut


O

HO C R3
( Asam lemak ) ( Garam ) ( etanol )

G. PEMBAHASAN

Lipid adalah senyawa organik yang terdapat dalam makhluk hidup yang larut
didalam pelarut non polar tetapi tidak larut didalam air. Lipid terdiri dari lemak,
steroida, karotenoida, dan vitamin yang larut dalam lemak. Lemak larut dalam dalam
pelarut non polar seperti eter, heksana, bensin, kloroform, tetapi tidak larut dalam
pelarut polar seperti air. Lemak dalam larutan Natrium Hidroksida (NaOH) atau
Kalium Hidroksida (KOH) maka akan terjadi reaksi penyabunan. Pada praktikum ini
dilakukan identifikasi lemak yang bertujuan untuk menguji lemak meliputi kelarutan
serta reaksi penyabunan. Adapun sampel yang digunakan pada praktikum ini ialah
minyak goreng dan mentega.

Pada percobaan pertama yakni uji kelarutan, minyak goreng dan mentega
digunakan sebagai bahan terlarut. Sedangkan bahan pelarutnya ialah air, bensin,
ethanol, eter, dan NaOH. Minyak adalah lemak yang berwujud cair didalam suhu
ruang, sedangkan mentega adalah lemak yang berwujud padat dalam suhu ruang.
Lemak bersifat non polar baik dalam bentuk padat (mentega) maupun dalam bentuk
cair (minyak goreng). Adapun hasil yang diperoleh ialah minyak goreng tidak larut
dalam air dan NaOH. Larut sebagian pada ethanol, dan larut sempurna pada bensin
dan eter. Karena minyak goreng dengan air ataupun dengan NaOH tidak larut, maka
dapat diketahui bahwa minyak goreng bersifat non polar, dimana larutan non polar
tidak akan bisa menyatu atau larut dengan pelarut polar seperti air dan NaOH. Pada
ethanol, minyak goreng larut sebagian yang akhirnya membentuk dua fase yakni
minyak goreng dibagian atas, dan ethanol dibagian bawah. Hal tersebut disebabkan
karena ethanol yang bersifat semi polar yang artinya ethanol dapat bereaksi dengan
larutan polar maupun non polar walaupun tidak bisa larut sempurna (kelarutannya
lebih kecil dibandingkan dalam pelarut polar). Pada bensin dan eter, minyak goreng
menyatu atau larut sempurna. Hal tersebut disebabkan karena minyak goreng, eter,
dan bensin mempunyai sifat yang sama yakni non polar. Ketika larutan non polar
direaksikan dengan pelarut non polar maka keduanya akan bereaksi dengan baik.
Sama halnya dengan minyak goreng, mentega juga hanya dapat larut pada eter dan
bensin serta tidak larut pada air dan NaOH. Hal tersebut disebabkan karena mentega
mempunyai kandungan lipid yang bersifat non polar. Sehingga mentega juga hanya
akan bisa larut pada pelarut non polar seperti eter dan bensin. Sedangkan pada
ethanol, hasil campurannya dengan mentega ialah menggumpal (tidak larut).

Pada percobaan kedua yakni reaksi penyabunan, dimana ketika minyak goreng
ditambahkan dengan NaOH sambil dipanaskan dengan suhu 70˚C, terjadi perubahan
warna larutan menjadi kuning keruh serta terjadinya reaksi saponifikasi. Prinsip
dalam proses saponifikasi yakni lemak (minyak goreng) akan terhidrolisis oleh basa
(NaOH), menghasilkan gliserol dan garam asam lemak atau sabun mentah. Adapun
tujuan dilakukannya pemanasan pada reaksi ini ialah untuk mempercepat reaksi.
Campuran larutan tetap dipanaskan sambil diaduk sehingga air tidak akan sampai
menguap. Selanjutnya campuran larutan ditambahkan dengan etanol 96% dengan
tetap dipanaskan pada suhu sedang. Dalam reaksinya etanol berfungsi sebagai
medium pereaksi untuk melarutkan minyak dengan NaOH, disebabkan struktur
dasarnya, yaitu asam lemak merupakan senyawa organik yang non polar sedangkan
NaOH adalah senyawa anorganik yang polar. Non polar dan polar tidak dapat saling
bercampur, oleh karena itu dibutuhkan etanol yang bersifat semi polar. NaOH
bersifat polar karena memiliki gugus (OH) dan lemak bersifat non polar karena
memilki atom karbon dan hidrogen (CH +). Dengan etanol, NaOH dapat larut dan
bercampur dengan lemak. Campuran diaduk searah agar etanol yang diberikan dapat
tersebar di permukaan larutan. Etanol sebagai mediumnya saat dipanaskan jika
suhunya terus naik akan mengakibatkan ikatan sabun yang terbentuk akan terlepas
kembali. Selain itu pemanasan ini juga bertujuan untuk menguapkan etanol. Suhu
pemanasan sebaiknya stabil 70˚C. Karena suhu 70˚C merupakan titik didih etanol.
Jika dipanaskan lebih dari 70˚C maka akan merusak asam lemak. Sebaliknya jika
suhunya rendah, etanol tidak akan menguap sempurna. Kemudian dilakukan
penambahan HCl. Fungsi penambahan HCl ini ialah untuk memisahkan gliserol dari
hasil saponifikasi minyak dengan NaOH yang sulit dipisahkan serta sebagai agen
pengendap, yakni dengan menurunkan nilai kelarutan sabun yang telah terbentuk
sehingga sabun mengendap dan melarutkan gliserol dari reaksi saponifikasi sehingga
didapat sabun mentah. Oleh karena itu, ketika larutan ditambahkan dengan HCl
dengan larutan yang tetap dipanaskan serta diaduk secara terus menerus, larutan
semakin lama semakin mengental dan menggumpal.

H. KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa


minyak goreng dan mentega hanya dapat larut dalam pelarut yang bersifat non polar
seperti bensin dan eter. Minyak goreng larut sebagian pada etanol yang bersifat semi
polar, sedangkan mentega tidak larut dalam etanol (menggumpal). Lalu minyak
goreng dan mentega sama-sama tidak larut dalam pelarut polar seperti air dan NaOH.
Hal tersebut disebabkan karena minyak goreng dan mentega juga bersifat non polar,
dimana larutan non polar hanya dapat larut pada pelarut non polar. Sabun dihasilkan
melalui proses saponifikasi, adapun proses saponifikasi ialah proses dimana lemak
(minyak goreng) akan terhidrolisis oleh basa (NaOH), menghasilkan gliserol dan
garam asam lemak atau sabun mentah.
DAFTAR PUSTAKA

Agustini, N. W. S., dan Winarni A. H. 2017. Karakteristik dan Aktivitas


Antioksidan Sabun Padat Transparan Yang Diperkaya Dengan Ekstrak
Kasar Karotenoid Chlorella Pyrenoidosa. JPB Kelautan dan Perikanan.
12(1):1-8.

Ambarwati, Fitri R. 2015. Ilmu Gizi Dan Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta:


Cakrawala Ilmu.

Jalaluddin, Aji A., dan Nuriani S. 2018. Pemanfaatan Minyak Sereh (Cymbopogon
nardus L) sebagai Antioksidan pada Sabun Mandi Padat. Jurnal
Teknologi Kimia Unimal.7(1):52-57.

Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press.

VanCleave, J. 2003. A+ Projects in Chemistry. Pakar Raya: Bandung.

Anda mungkin juga menyukai