Anda di halaman 1dari 9

Investasi

Investasi merupakan salah satu sarana dalam meningkatkan kemampuan untuk


mengumpulkan dan menjaga kekayaan. Investasi dapat diartikan sebagai komitmen
untuk menanamkan sejumlah dana pada saat ini dengan tujuan memperoleh sejumlah
keuntungan di masa datang. Pihak – pihak yang melakukan investasi disebut sebagai
investor (Salim, 2010:223).

Fungsi Investasi yaitu suatu pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang


modal dan sebuah peralatan produksi yang  bertujuan untuk mengganti dan
menambah suatu barang-barang modal dalam suatu perekonomian yang akan
digunakan untuk memproduksi barang dan jasa di masa depan.(sudono,2000).
Salah satu pilihan berinvestasi dapat dilakukan melalui pasar modal. Tandelilin
(2010:26) menjelaskan bahwa pasar modal merupakan tempat bertemunya pihak yang
memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana untuk
memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun,
seperti saham. Ekspektasi investor dalam berinvestasi saham selain menjadi pemilik
suatu perusahaan dengan proporsional kepemilikian tertentu, saham yang ditanamkan
tersebut diharapkan mampu memberikan tingkat pengembalian atau return tertentu
(Kristiana dan Sriwidodo, 2012).
Saham
Menurut Jogiyanto (2010:205), Return Saham adalah nilai yang diperoleh
sebagai hasil dari aktivitas investasi. Return yang diharapkan berupa deviden untuk
investasi saham dan pendapatan bunga untuk investasi di surat utang. Return
merupakan tujuan utama investor untuk mendapatkan hasil dari investasi yang
dilakukan oleh investor. Dengan adanya return saham yang cukup tinggi akan lebih
menarik para investor untuk membeli saham tersebut. Oleh karena itu untuk dapat
mengetahui seberapa besar tingkat pengembalian yang akan diperoleh investor maka
investor perlu memprediksikan agar dapat mengetahui seberapa besar pengembalian
yang akan diperolehnya. Suatu saham dihargai dengan benar jika return yang
diharapkan sebanding dengan return yang disyaratkan. Jika expected return suatu
saham lebih besar dari required return saham tersebut, maka saham tersebut
mengalami undervalued, dan apabila expected return lebih kecil dari required return-
nya, maka saham tersebut overvalued (Bodie et al., 2008).
1. Jenis Investasi berdasarkan Asetnya

Jenis investasi yang berdasarkan asetnya yaitu penggolongan investasi dari segi aspek modal
atau kekayaan. Investasi berdasarkan asetnya terbagi lagi menjadi dua jenis, yaitu sebagai
berikut :

 Real Asset yaitu investasi yang berwujud seperti gedung-gedung, kendaraan dan lain-


lain.
 Financial Asset yaitu dokumen (surat-surat) klaim tidak langsung dari pemegangnya
terhadap sebuah aktivitas riil pihak yang menerbitkan sekuritas tersebut.

2. Jenis Investasi berdasarkan Pengaruhnya

Jenis investasi menurut pengaruhnya yaitu investasi yang didasarkan pada suatu faktor-faktor
yang memengaruhi atau tidak berpengaruh dari suatu kegiatan investasi. Jenis investasi yang
berdasarkan pengaruhnya bisa dibagi lagi menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut :

 Investasi Autonomus yaitu investasi yang tidak dipengaruhi pada tingkat


pendapatan, yang sifatnya spekulatif. Contohnya seperti pembelian surat-surat
berharga.
 Investasi Induced yaitu investasi yang dipengaruhi oleh kenaikan permintaan akan
barang dan jasa dan dalam tingkat pendapatan. Contoh investasi ini
yaitu penghasilan transitori, yakni suatu penghasilan yang diperoleh selain dari
bekerja, seperti bunga dan sebagainya.

3. Jenis Investasi berdasarkan Sumber Pembiayaannya

Jenis investasi berdasarkan sumber pembiayaannya ini merupakan investasi yang didasarkan
pada sebuah asal-usul investasi yang diperoleh. Jenis investasi ini bisa dibagi lagi menjadi
dua macam, yakni investasi yang bersumber dari modal asing dan investasi yang bersumber
dari modal dalam negeri.

4. Jenis Investasi berdasarkan bentuknya.

Jenis investasi yang berdasarkan bentuknya merupakan investasi yang didasarkan pada suatu
cara menanamkan investasinya. Jenis investasi ini bisa dibagi menjadi dua macam,
yaitu sebagai berikut :
 Investasi Portopolio yaitu dilakukan melalui pasar modal dengan instrumen surat
berharga, contohnya seperti pada saham dan obligasi.
 Investasi langsung yaitu bentuk investasi yang dilakukan dengan membangun,
membeli total, atau mengakuisi sebuah perusahaan.

Faktor yang Mempengaruhi Laju Investasi

Laju investasi yang ditanam disuatu negara atau daerah, dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu:

1. Pengaruh Nilai Tukar

Secara teoritis dampak perubahan tingkat / nilai tukar dengan investasi


bersifat uncertainty (tidak pasti). Shikawa (1994), mengatakan pengaruh tingkat kurs yang
berubah pada investasi dapat langsung lewat beberapa saluran, perubahan kurs tersebut akan
berpengaruh pada dua saluran, sisi permintaan dan sisi penawaran domestik.

Dalam jangka pendek, penurunan tingkat nilai tukar akan mengurangi investasi melalui
pengaruh negatifnya pada absorbsi domestik atau yang dikenal dengan expenditure reducing
effect.  Karena penurunan tingkat kurs ini akan menyebabkan nilai riil aset masyarakat yang
disebabkan kenaikan tingkat harga-harga secara umum dan selanjutnya akan menurunkan
permintaan domestik masyarakat. Gejala diatas pada tingkat perusahaan akan direspon
dengan penurunan pada pengeluaran / alokasi modal pada investasi.

Pada sisi penawaran, pengaruh aspek pengalihan pengeluaran (expenditure switching) akan


perubahan tingkat kurs pada investasi relatif tidak menentu. Penurunan nilai tukar mata uang
domestik akan menaikkan produk-produk impor yang diukur dengan mata uang domestik dan
dengan

demikian akan meningkatkan harga barang-barang yang diperdagangkan / barang-barang


ekspor (traded goods)  relatif terhadap barang-barang yang tidak diperdagangkan (non traded
goods), sehingga didapatkan kenyataan nilai tukar mata uang domestik akan mendorong
ekspansi investasi pada barang-barang perdagangan tersebut.

2. Pengaruh Tingkat Suku Bunga

Tingkat bunga mempunyai pengaruh yang signifikan pada dorongan untuk berinvestasi. Pada
kegiatan produksi, pengolahan barang-barang modal atau bahan baku produksi memerlukan
modal (input) lain untuk menghasilkan output / barang final.

3. Pengaruh Tingkat Inflasi

Tingkat inflasi berpengaruh negatif pada tingkat investasi hal ini disebabkan karena tingkat
inflasi yang tinggi akan meningkatkan resiko proyek-proyek investasi dan dalam jangka
panjang inflasi yang tinggi dapat mengurangi rata-rata masa jatuh pinjam modal serta
menimbulkan distrosi informasi tentang harga-harga relatif

Disamping itu menurut Greene dan Pillanueva (1991), tingkat inflasi yang tinggi sering
dinyatakan sebagai ukuran ketidakstabilan roda ekonomi makro dan suatu ketidakmampuan
pemerintah dalam mengendalikan kebijakan ekonomi makro.

Di Indonesia kenaikan tingkat inflasi yang cukup besar biasanya akan diikuti dengan
kenaikan tingkat suku bunga perbankan. Dapat dipahami, dalam upayanya menurunkan
tingkat  inflasi yang membumbung, pemerintah sering menggunakan kebijakan moneter uang
ketat (tigh money policy). Dengan demikian tingkat inflasi domestik juga berpengaruh pada
investasi secara tidak langsung melalui pengaruhnya pada tingkat bunga domestik.

4. Pengaruh Infrastruktur

Seperti dilakukan banyak negara di dunia, pemerintah mengundang investor guna


berpartisipasi menanamkan modalnya di sektor-sektor infrastruktur, seperti jalan tol, sumber
energi listrik, sumber daya air, pelabuhan, dan lain-lain.
.
Return
Tandelilin (2010:47) mengemukakan bahwa return merupakan salah satu faktor
yang memotivasi investor berinteraksi dan juga merupakan imbalan atas keberanian
investor dalam menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Singkatnya
return adalah keuntungan yang diperoleh investor dari dana yang ditanamkan pada
suatu investasi. Oleh karena itu, return sangat penting sebagai salah satu daya tarik
bagi investor untuk menanamkan dana investasinya di pasar modal.
Tingkat return yang diperoleh investor dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor
mikroekonomi merupakan faktor yang berada di dalam perusahaan sedangkan faktor
makroekonomi merupakan faktor yang berada di luar perusahaan. Faktor
makroekonomi yang mempunyai pengaruh terhadap kenaikan atau penurunan kinerja
perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Ketika terjadi perubahan
pada faktor makroekonomi, investor akan mengkalkulasi dampaknya, baik yang
positif maupun negatif terhadap kinerja perusahaan beberapa tahun ke depan,
kemudian mengambil keputusan membeli atau menjual saham (Mahmud, 2016).

Meningkatnya tingkat bunga akan menurunkan nilai sekarang dari pendapatan dividen
di masa datang, sehingga kondisi ini akan menurunkan harga saham di pasar modal.
Investor lebih suka menanamkan uangnya dalam bentuk investasi yang lain, misalnya
dengan menyimpan uangnya di bank daripada menginvestasikannya dalam bentuk
saham (Karini, 2009). Tingkat bunga yang terlalu tinggi akan mempengaruhi nilai
sekarang (present value) aliran kas perusahaan, sehingga kesempatan-kesempatan
investasi yang ada tidak akan menarik lagi. Tingkat bunga yang tinggi juga akan
meningkatkan biaya modal yang akan ditanggung perusahaan dan juga akan
menyebabkan return yang diisyaratkan investor dari suatu investasi akan meningkat
(Wismantara, 2017).
Komponen dalam Return

Komponen pengembalian investasi terdiri dari dua, yakni Yield dan Capital Gain.


Yield bisa dikatakan sebagai presentase kas yang diterima investor secara periodik terhadap
suatu investasi. Beberapa contoh dari Yield antara lain bunga deposito, bunga obligasi,
dividen, dan lain sebagainya. Sementara, Capital Gain adalah keuntungan yang akan
diperoleh dari selisih nilai investasi sekarang dengan nilai investasi yang ditanamkan pada
harga periode lalu. Namun, dalam kondisi turunnya nilai investasi yang membuat investor
mengalami kerugian, istilah yang lebih tepat digunakan adalah Capital Loss.

Jenis-Jenis Pengembalian

Adapun jenis pengembalian yang umum diketahui orang banyak ada dua. Dua jenis itu ialah
return realisasi dan return ekspektasi. Berikut penjelasan terkait kedua hal tersebut.

1. Return realisasi

Return realisasi (realized return)  bisa diartikan sebagai pengembalian yang telah


terjadi. Return realisasi ini dapat menjadi dasar penentu return ekspektasi dan risiko yang
akan dialami di masa yang akan datang.

Jenis pengembalian investasi ini dihitung berdasarkan data pengembalian


historis. Return  realisasi ini penting karena akan digunakan untuk mengukur kinerja
perusahaan dan menjadi tolok ukur untuk mengukur return ekspektasi di masa mendatang.

2. Return ekspektasi

Sementara itu, return ekspektasi merupakan pengembalian yang diharapkan akan didapatkan


oleh investor di masa yang akan datang. Berbeda dengan realisasi, jenis ini adalah
pengembalian yang belum terjadi.

Suad Husnan (2005) menjelaskan bahwa tingkat pengembalian yang diharapkan merupakan
keuntungan yang akan diterima oleh investor atas investasinya di perusahaan emiten di masa
yang akan datang. Tingkat pengembalian ini sangat dipengaruhi oleh prospek perusahaan
tersebut di masa yang akan datang.

Tentu saja, seorang investor akan mengharapkan return dalam jumlah tertentu di masa depan,
namun ketika investasi tersebut sudah selesai dan keuntungan yang didapatkannya telah
benar-benar ia dapatkan, maka keuntungan tersebut menjadi return realisasi.
Nilai tukar

Pengertian kurs secara sederhana adalah harga atau nilai satu mata uang dalam mata uang
lain. Kurs biasanya ditetapkan oleh bank sentral suatu negara. Kurs disebut sebagai
perbandingan nilai. Artinya ketika kita menukarkan mata uang satu dengan mata uang
lainnya. Maka akan menghasilkan perbandingan nilai atau harga dari kedua mata uang
tersebut.

Menurut Arifin dan Hadi (2009 : 82) nilai tukar adalah suatu mata uang
terhadap mata uang lainnya atau nilai dari suatu mata uang terhadap nilai mata uang
lainnya. Case and Fair (2007 : 364), tingkat kurs adalah rasio perdagangan dua mata
uang. Harga suatu mata uang dibandingkan dengan mata uang lain. Stabilnya nilai
tukar rupiah terhadap nilai tukar mata uang asing akan menjaga kestabilan terhadap
harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Sejak tahun 2005 Bank
Indonesia menerapkan kebijakan moneter dengan sasaran utama yaitu inflasi sehingga
Indonesia menganut sistem nilai tukar yang mengambang (free floating). Peningkatan
nilai mata uang (apresiasi) menjadi faktor pendorong semakin menurunnya tekanan
inflasi, hal tersebut dikarenakan nilai mata uang rupiah menguat. Menurut
Setyaningrum, Muljono (2016) Nilai tukar suatu mata uang merupakan hasil interaksi
antara kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar valuta asing.
Penentuan kurs rupiah terhadap valuta asing merupakan hal yang penting bagi pelaku
pasar modal di Indonesia. Karena kurs valas sangat mempengaruhi jumlah biaya yang
harus dikeluarkan, dan besarnya biaya yang akan diperoleh dalam transaksi saham
dan surat berharga di bursa pasar modal. Fluktuasi kurs yang tidak stabil akan dapat
mengurangi tingkat kepercayaan investor asing terhadap perekonomian Indonesia. Ini
tentu akan menimbulkan dampak negatif terhadap perdagangan saham di pasar modal,
bagi investor asing akan cenderung melakukan penarikan modal sehingga terjadi
Capital of Flow dan hal ini akan berimbas pada menurunnya tingkat return yang akan
dibagikan.
Macam-Macam Kurs

Setelah mengetahui pengertian kurs, Anda juga harus mengenal jenis kurs. Umumnya kurs
terbagi menjadi 3, yaitu kurs beli, kurs jual dan kurs tengah, berikut adalah pengertian
lengkapnya.

Kurs Beli

Kurs beli adalah harga beli mata uang yang dipakai oleh bank dalam penukaran uang asing
(money changer), dan para pedagang valuta asing untuk membeli valuta asing. Sebagai
contoh, jika Anda menukarkan uang dolar yang Anda punya dengan rupiah, maka Anda
menggunakan kurs beli.

Kurs Jual

Kurs jual adalah harga jual mata uang yang dipakai oleh bank yang digunakan dalam
penukaran mata uang asing dan yang digunakan oleh para pedagang valuta asing untuk
menjual valuta asing. Contohnya ketika Anda menukarkan rupiah dengan dolar amerika,
maka kurs yang kita gunakan adalah kurs jual.

Kurs Tengah

kurs tengah adalah penggabungan antara kur jual dan kurs beli. Hal ini dilakukan dnegan cara
mencari rata-ratanya. Namum kurs ini jarang sekali digunakan.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kurs

Faktor pembayaran impor

Kegiatan impor barang akan mempengaruhi kurs maka uang di suatu negara. Karena
pembanyaran impor menggunakan kurs beli, sehingga semakin banyak nilai impor barang
maka semakin banyak juga permintaan terhadap valuta asing sehingga kurs mata uang lokal
menurun. Begitu juga sebaliknya, jika impor barang sedikit akan membuat kurs dalam negeri
menguat.

Faktor Aliran Modal Keluar (capital outflow)

Capital outflow ini artinya modal negara keluar untuk membayar hutang atau untuk keperluan
negara lainnya. Semakin banyak utang yang di bayar atau keperluan negara maka
megakibatkan permintaan terhadap valuta asing meningkat kurs mata uang dalam negeri
menurun. Begitu juga sebaliknya jika negara menanamkan modal keluar negeri maka kurs
akan menguat.

Kegiatan Spekulasi

Semakin banyak kegiatan spekulasi valuta asing maka yang dilakukan oleh spekulan maka
semakin besar permintaan terhadap valuta asing. Banyaknya permintaan terhadap valuta
asing akan memperlemah kurs mata uang lokal terhadap mata uang asing.

Anda mungkin juga menyukai