Alfisah Nurhayati
Abstract
On the view of potency and opportunity, Madurese tourism seems an interesting matter. It posesses
a characteristic and exotic natural resources, some has been exploited and some others have not been
touched yet. Religious and high work-ethic human resources also characterize the potency and it
becomes a promising modality of tourism development. Sampang represents for Madura, since it has
been a part of the island that has specific social character. Yet the data show that tourism has not
become strategical and inter-sectoral issue. Nevertheles, inter-sectoral ego is being SKPD interest of
policy measurement. Sampang stakeholders---kyai (Islamic scholar) and public are not invited by the
government to discuss the tourism discussion. The formation that combines religious (Islamic)
tourism and Madura natural potency would be the social capital in formulating the tourism
development in Sampang. Tourism is not about commercial income but also a matter of social,
culture, and religion society.
Kata-kata kunci
komunitas, budaya, wisata
terdiri atas sumber daya buatan dan sehingga bisa menjadi ukuran minimal
sumber daya alam. Sumber daya alam dalam meneropong Madura.
adalah modal pembangunan, dimana
aktivitas pembangunan tidak bisa Profil Pariwisata dan
dilepaskan dari kebutuhan akan sumber Budaya Kabupaten Sampang1
daya alam. Dinas Kebudayaan, Pariwisata,
Dalam konteks pariwisata tentu Pemuda Dan Olah Raga Kabupaten
setiap pemerintah daerah sebagai satu Sampang membagi pariwisata menjadi 3
kesatuan pemerintahan dengan kategori besar yakni wisata alam, wisata
pemerintah pusat untuk juga budaya dan wisata purbakala, dimana
mengembangkan dan melestarikan setiap kategori terdapat potensi yang
pembagunan pariswisata dengan baik. cukup banyak
Tidak bisa dipungkiri bahwa issu tentang
pariwisata menjadi sangat menarik jika Wisata Alam
masyarakatdan pemerintah daerah 1. Pantai Wisata Camplong
sebagai pemilik potensi wisata dapat 2. Wisata Kolam Renang Sumber Oto’
menikmati hasil dari program pariwisata 3. Wisata Waduk Klampis
seperti di Bali, Yogjakarta, Toraja dst, 4. Wisata Air Terjun Toroan
maka akan beda jika hanya salah satu 5. Wisata Hutan Kera Nepa
pihak yang beranggapan pentingnya 6. Wisata Waduk Nipah
potensi pariwisata di daerahnya. Tentu 7. Wisata Goa Lebar
masih banyak hal-hal yang menarik 8. Wisata Goa Macan
untuk mengulas bagaimana kebijakan 9. Wisata Goa Kelelawar
pariwisata di Madura khusunya
Kabupaten Sampang. Apa saja faktor Wisata Budaya
pendukung dan faktor penghambat 1. Atraksi Kerapan Sapi
pengembangan dan pembangunan 2. Atraksi Sapi Sonok
pariwisata di Madura,sehingga bisa 3. Atraksi Budaya Rokat Tase’
ditemukan formulasi kebijakan yang 4. Tarian dan Kesenian Tradisional
tepat dalam rangka percepatan
pembangunan di Madura. Wisata Purbakala
Membicang persoalan pariwisata 1. Situs Pababaran Trunojoyo
dan Madura tentu sangat menarik, karena 2. Situs Makan Ratu Ebu (Madegan)
jika ditinjau dari sisi potensi, secara 3. Sumur Daksan
umum Madura banyak potensi wisata 4. Situs Makam Pangeran Santo Merto
yang sangat prospek. Tetapi jika diteliti 5. Situs Makam Bangsacara dan
lebih lanjut bidang pariwisata tidak Ragapadmi
menjadi andalan dalam pembangunan 6. Situs Makam Sayyid Ustman Bin Ali
atau bisa menyumbang PAD pemerintah Bin Abdullah Al-Habsyi
daerah. Pertanyaan selanjutnya ada apa
dengan Madura?
Dalam tulisan ini saya memilih
Kabupaten Sampang sebagai perwakilan
Madura untuk melihat kembali kebijakan
1Profil Kabupaten Sampang , BAPPEDA Kab.Sampang
dan stategi pengembangan pariwisata 2009
183
KARSA, Vol. XVIII No. 2 Oktober 2010
184
Wisata Berbasis Komunitas
Ainurrahman
185
KARSA, Vol. XVIII No. 2 Oktober 2010
186
Wisata Berbasis Komunitas
Ainurrahman
sapi dimulai, yaitu dengan mengarak sapi “Tanto” yaitu sebuah masjid yang belum
kerap memasuki lapangan dengan diketahui asal usulnya, juga sebagai
mengenakan pakaian / hiasan sapi-sapi tempat untuk melaksanakan “Sumpah
yang akan berlomba. Pocong”.
Sapi-sapi tersebut diberi pakaian
berwarna-warni dan gantungan genta di Sumur Daksan
leher sapi berbunyi berdencing-dencing Obyek wisata purbakala ini
dan diiringi musik Saronen, sedangkan berlokasi di Kelurahan Dalpenang + 200
sapi berjalan berlenggak lenggok M dari pusat ibu kota Sampang
mengikuti suara alat musik khas Madura merupakan situs yang bersejarah yaitu
tersebut. tempat bersemedinya salah satu
pembesar Kerajaan Majapahit yang saat
Wisata Purbakala: itu mengalami keruntuhan dan
Situs Pababaran Trunojoyo perpecahan, terbukti dengan ditemukan-
Obyek wisata ini terletak di nya wisata purbakala Sumur Daksan.
Kelurahan Rongtengah, Kec. Sampang,
ditempuh ± 200 m dari pusat kota. Obyek Situs Makam Pangeran Santo Merto
wisata ini berupa petilasan tempat Lokasi situs Pemakaman Pangeran
lahirnya Pahlawan Trunojoyo yang Santo Merto bera di Kelurahan
didalamnya terdapat tempat untuk Karangdalam Kecamatan sampang,
menanamkan ari-ari Pahlawan beliau adalah Pemangku Pemerintahan
Trunojoyo. Wisata ini terkenal dengan di Pulau Madura yang berkedudukan di
sebutan “Pababaran Trunojoyo”. Sampang pada masa Pemerintahan Raja
Fasilitas obyek wisata Pababaran Cakraningrat I (Raden Praseno).
Trunojoyo ini belum memadai, tempat
parkir yang belum tersedia, jalan masuk Situs makam Bangsacara dan Ragap
menuju situs ini hanya dapat dilalui Obyek wisata ini berada di
kendaraan roda 2. Terdapat papan kepulauan tepatnya di Pulau Mandangin,
informasi sebagai kawasan lindung cagar untuk sampai di tempat wisata tersebut
budaya dari Pemerintah Propinsi Jawa harus melalui Pelabuhan Tanglok dengan
Timur. menggunakan perahu motor dan
memerlukan waktu untuk perjalanan +
Situs Ratu Ebu 45 menit.
Obyek wisata purbakala ini terletak Dari cerita bahwa makam ini
di Kelurahan Polagan, Kec. Sampang dan merupakan makam dari Bangsacara
ditempuh ± 2 km dari pusat kota ke arah (Hulubalang) kerajaan dari raja Bidarba
selatan. Merupakan obyek wisata berupa yang dibunuh karena istrinya
makam para Priyayi Penguasa Kerajaan (Ragapatmi) ingin diperistri, namun
pada jaman dahulu diantaranya adalah melihat kenyataan tersebut Ragapatmi
makam Ibu Raja Sampang “R. Praseno” bunuh diri di tempat yang sama
yang mangkat pada tahun 1624 M. termasuk anjing peliharaannya.
Hingga saat ini situs Ratu Ebu
Situs Makam Sayyid Ustman Bin Ali Bin
banyak dikunjungi oleh peziarah- Abdillah Al-Habsyi
peziarah baik dari dalam maupun dari Obyek ini merupakan tempat
luar Madura. Di dalam situs ini terdapat pemakaman yang berada di Dusun
187
KARSA, Vol. XVIII No. 2 Oktober 2010
188
Wisata Berbasis Komunitas
Ainurrahman
bisa diakses secara bersama untuk alasan kenapa pemaknaan akan agama
masyarakat. berbeda pula.
Misalkan jika Dinas Pariwisata akan Untuk itu dalam rangka membuat
menjadikan potensi wisata alam menjadi kebijakan program pembangunan
komoditi pasar utama atau program pariwisata di Sampang atau Madura
prioritas pada tahun tertentu, maka tidak secara umum harus mempertimbangkan
hanya pembangunan fisiknya tetapi juga karakteristik dan budaya masyarakat
dibarengi penyadaran akan pentingnya Sampang yang religius homogen.
pengetahuan masyarakat akan pariwisata Sehingga SKPD yang bertanggungjawab
alam. Sehingga terjadi harmonisasi pada setidaknya mengembangkan dan
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi menggali pariwisata yang tidak
sebagai kontrol oleh masyarakatpun merugikan atau tingkat resistensi
bersinergi. masyarakatnya sangat kecil.
Unsur sejarah dan komersial tentu
Sosial Budaya antara tidak dilupakan begitu saja, dengan
Pendorong dan Penghambat karakteristik yang religius homogen ini
Mayoritas penduduk Kabupaten tentu harus menjadi stretegi jitu dalam
Sampang merupakan pemeluk agama mengembangkan pariwisata di kabu-
Islam, oleh karena itu tempat peribadatan paten Sampang. Stake holder’s
yang ada di Kabupaten Sampang kabupaten Sampang adalah Kyai dan
didominasi oleh tempat peribadatan tokoh masyarakat yang notabene
muslim (masjid, dan langgar/musholla). memilki pendidikan Islam, maka jika
Pada tahun 2009 jumlah masjid yang ada ingin memberikan kebijakan baru
di Kabupaten Sampang adalah sebanyak sebelumnya diberikan pemahaman
983 unit dan 1.782 unit langgar/musholla. kepada mereka. Karena dengan
Sedangkan tempat peribadatan untuk merekalah masyarakat percaya dan
pemeluk agama lainnya tidak ada di mematuhi kebijakan pembagunan,
Kabupaten Sampang5. meski tidak satau-satunya cara.
Penduduk Sampang mayoritas Konsep “bupak, babuh, guru, ratoh”6
memang memeluk agama Islam (855,104 (ibu dan bapak, sesepuh guru
orang), hanya sebagian kecil yang [pemimpin agama] dan ratu [pemimpin
memeluk agama lain, yakni 252 formal]) misalnya, menunjukan sistem
Kristen/Protestan, Katolik 106, dan 16 penghormatan dan penghargaan pada
orang Hindu. Homogenitas keagamaan orang tua biologis, orang tua spiritual
ini turut mendorong adanya identitas dan pemimpin formal. Ibu merupakan
keagamaan masyarakat Madura yang orang pertama yang harus dihormati
“religius dan Islami”. Dalam konteks ini dalam struktur masyarakat Madura. Hal
bukan berarti kehidupan masyarakatnya ini juga seiring dengan ajaran
seragam juga dalam kehidupan keislaman, bahwa ibu punya derajat
pemahamannya dan melaksanakan yang sangat tinggi. Bapak adalah sosok
keyakinan keislaman. Tradisi dan
budaya masyarakat tentu menjadi 6 Mien A. Rifa’i, Manusia Madura : Pembawaan, Perilaku,
Etos Kerja, Penampilan dan Pandangan Hidupnya Seperti
Dicitrakan Pribahasanya. Yogyakarta: Pilar Media:
5 Sampang Dalam Angka , BPS Kabupaten Sampang (2007)
2009
189
KARSA, Vol. XVIII No. 2 Oktober 2010
seorang pemimpin dalam keluarga inti Tentu masih banyak modal budaya
dan keluarga besar dalam sebuah masyarakat Sampang yang bisa
tatanan kekerabatan dalam tatanan ditunjukkan sebagai pendorong
tanian lanjeng (Sebuah tatanan keberhasilan pembagunan pariwisata
kekerabatan masyarakat yang khususnya. Kefanatikan terhadap
terkelompok dalam satu halaman besar). pemahaman pengetahuan agama dan
Selanjutnya, Babuh, adalah sesepuh atau budaya sering dijadikan alasan
orang yang dituakan (tokoh), mendapat penghambat pembangunan. Ketakutan
posisi ketiga dalam hirarki masyarakat dan phobia terhadap perubahan tentu
Madura. menjadi wajar dan melanda siapa pun
Guru, dalam konteks masyarakat yang masih berkarakter tradisional.
Madura adalah guru agama maupun Modernisasi yang selalu disandingkan
guru sekolah umum. Dalam hal guru, lurus dengan westernisasi tentu juga
pada masyarakat Madura lebih utama menjadi kendala dalam pengembangan
guru agama, yaitu kyai sebagai orang program yang ada.
yang mengajarkan ilmu-ilmu agama Islamisasi selalu menjadi solusi
untuk bekal hidup dunia dan akhirat. dalam kebijakan pembangunan di
Hirarki selanjutnya adalah Rato, Madura khusunya Sampang, meski
dalam konteks masyarakat adalah sosok pada kenyataannya belum bisa di ukur
yang memerintah atau bertanggung- secara valid. Keinginan menjadi wajar
jawab akan peraturan dan pengaturan ketika mayoritas masyarakat beragama
tatanan pemerintahan. Satuan terkecil Islam dan ketidakinginan melanggar
dalam masyarakat adalah di tingkat nilai-nilai yang di junjung tinggi sampai
desa adalah Klebun atau kepala desa dan pada generasi selanjutnya. Jika tidak
Bupati di tingkat Kabupaten. hati-hati nilai regiluisitas hanya manjadi
Modal kultural lain yang bisa kedok dan berada dipermukaan, Islam
menjadi motor pengembangan dan hanya sebagai simbul bukan nilai-nilai
pembangunan pariwisata adalah etos yang esensi yang akhirnya menjadi
kerja yang sangat tinggi masyarakat spirit dan nafas pengembangan
Sampang salah satu standart ukuranya pariwisata di Madura. Belajar dari
adalah dengan tunnya angka sistem perekonomian lain seperti pada
kemiskinan yang sangat cepat yang tembakau7, Islam seolah-olah menjadi
dulunya Sampang selulu mendapat tameng untuk mempermudah para
peringkat paling banyak penduduk oknum untuk mengeruk keuntungan
miskinya di pulau Madura apalagi jika pribadi.
dibandingkan dengan kabupaten lain
yang ada di pulau Jawa. Berdasarkan Membangun Strategi Baru
data BPS, jumlah warga miskin di Jawa Setelah pembangunan Suramadu
Timur peringkat paling tinggi adalah seolah menjadi tanda Mudara sudah
Kabupaten Jember mencapai 237.700 harus siap mengahadapi persaingan
rumah tangga miskin (RTM). Disusul global dalam segala bidang. Pariwisata
kemudian Bondowoso sebanyak 167.366 sebuah keniscayaan untuk
RTM, Kabupaten Malang 155.745 RTM,
Kabupaten Sampang 150.386 RTM dan 7 Huub de Jonge, Perkembangan Ekonomi dan Islamisasi di
Madura dalam Agama, Kebudayaan dan Ekonomi (
Sumenep 145.788 RTM. Jakarta:Rajawali: 1989) hlm, 83
190
Wisata Berbasis Komunitas
Ainurrahman
191
KARSA, Vol. XVIII No. 2 Oktober 2010
192