Kuhidoyfiu
Kuhidoyfiu
PENDAHULUAN
A. Definisi
Pada Stroke Hemiparesis yang berasal dari kata Kata “hemi” berarti
satu sisi dan “paresis” berarti kelemahan. Kondisi hemiparesis pada 80%
orang yang mengalami stroke memiliki tingkat kesulitan bergerak satu sisi
atau kelemahan pada satu sisi tubuh yang disebabkan oleh mor otak, multiple
sclerosis, dan penyakit lain dari otak atau sistem saraf. Orang yang mengalami
kondisi stroke hemiparesis banyak yang mengalami kesulitan berjalan dan
kehilngan keseimbangan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Hemiparesis sisi kanan melibatkan cedera pada otak sisi kiri, yang
mengontrol bahasa dan berbicara, orang dengan hemiparesis kanan memiliki
masalah dalam berbicara dan/atau memahami apa yang orang lain katakan.
Mereka juga mungkin mengalami kesulitan dalam membedakan kiri dan
kanan. Sedangkan Hemiparesis sisi kiri melibatkan cedera pada otak sisi
kanan, yang mengontrol proses belajar, komunikasi non-verbal dan perilaku
tertentu. Kerusakan pada otak bagian ini juga dapat menyebabkan orang untuk
berbicara secara berlebihan, memiliki masalah dengan memori dan pemusatan
perhatian.
B. Etiologi
Menurut Seto, Sarosa, & Setyawati, 2014 ada empat jenis kejadian
yang dapat menghentikan suplai darah ke otak yang dapat menyebabkan
kelumpuhan baik sebagian ataupun menyeluruh secara mendadak seperti
hilangnya sensasi berbicaraç berjalanç ataupun melihat yang dapat
menyebabkan kematian. Empat jenis kejadian tersebut berupa thrombosis atau
pembekuan darah didalam otak, iskemia atau penurunan aliran darah ke otak,
embolisme serebral atau pembekuan darah/meterial lain yang dibaüa ke otak
dari bagian tubuh, dan hemmorage serebral atau pecahnya pembuluh darah
serebral dengan perdarahan ke jaringan otak.
C. Faktor Resiko
2. Stroke hemoragik
E. Gambaran Klinis
1. Infark pada Sistem Saraf Pusat Tanda dan gejala infark arteri
tergantung dari area vaskular yang terkena. Ada beberapa jenis, anatar
lai:
a. Infark total sirkulasi anterior (karotis):
c. Infark lakunar:
Hemiparesis,
Hilangnya sensasi hemisensorik,
Disfasia,
Kebutaan monokular (amaurosis fugax) yang disebabkan oleh
iskemia retina.
b. Vertebrobasilar:
A. Identitas
Nama/ Inisial : Tn. HD
TTL : Karanganyar, 10 Agustus 1957
Usia : 62 Tahun
Jenis Kelamin : Laki – laki
Sisi Dominan : Kanan
Agama : Islam
Alamat : Kodan RT 07/05 Tohudan, Colomadu, Karanganyar
Diagnosis Medis : Stroke Hemipharese Dextra
Diagnosis Topis : Hemisfer Serebri Sinistra
Diagnosis Kausatif : Hemoragik (pembuluh darah pecah)
B. Data Subjektif
1. Data Hasil Observasi :
Berdasarkan Observasi yang telah kami lakukan pada tanggal 29
Februari 2020, Tn. HD berpenampilan bersih dan rapi. Tn. HD kesulitan
dalam berbicara terlihat ketika kami mengajak komunikasi beliau berusaha
menjawab namun tidak jelas dan kurang nyambung. Tn. HD mampu berjalan
dengan baik, namun terlihat mengalami kesulitan dalam menggunakan
esktremitas atas bagian kanannya. Terdapat luka pada telapak tangan kanan
akibat beliau terus menggenggam tangan kanannya sehingga lembab dan
gatal dan menimbulkan luka. Pada wajah beliau terlihat kurang simetris ketika
beliau tersenyum terlihat bagian kanan tubuh Tn. HD lemah. Tn. HD bersikap
kooperatif dan ramah.
a. Perilaku Masyarakat
Keluarga memberikan dukungan dan motivasi untuk kesembuhan
Tn. HD. Perilaku sosial masyarakat yang ada disekitar lingkungan pasien
juga cukup baik. Masyarakat bersikap terbuka kepada Tn. HD dan tidak
ada sikap diskriminasi maupun mengucilkan Tn. HD karena penyakit
yang dideritanya. Tetangga senantiasa memberikan bantuan dan
dukungan saat Tn. HD membutuhkan bantuan
b. Kondisi Lingkungan Fisik yang Menghambat Individu
Kondisi lingkungan fisik disekitar rumah Tn. HD memiliki akses
yang sempit dengan banyak furniture berukuran besar. Pintu masuk
rumah dan kamar mandi juga sempit dan kurang pencahayaan.
c. Kondisi Lingkungan Fisik yang Menunjang Individu
Kondisi lingkungan fisik disekitar rumah Tn. HD yaitu lantai
rumah tidak licin, terdapat selang pada kran kamar mandi sehingga
memudahkan Tn. HD dalam mengambil air. Jarak antar ruangan dalam
rumah pun cukup dekat, sehingga memudahkan Tn. HD untuk berpindah
dari satu ruangan ke ruangan dan keluarga dapat dengan mudah
memberikan pertolongan pada Tn. HD ketika dibutuhkan.
2. Data Screening
Berdasarkan interview yang telah kami lakukan pada tanggal 29
Februari 2020, Tn. HD merupakan ayah dari 4 anak. Pendidikan terakhirnya
adalah SD. Dahulu beliau bekerja ditempat percetakan buku. Beliau memiliki
hobi beternak hewan seperti ayam dan bebek. Saat ini, Tn. HD masih aktif
mengikuti pengajian namun tidak aktif dalam pertemuan bapak – bapak RT.
Tn. HD mengalami stroke pada bulan November 2018, menurut istri Tn. HD
tiba-tiba terjatuh dan tidak sadarkan diri, 6 jam kemudian ketika Tn. HD
sadar, beliau mengalami kesulitan berkomunikasi dan sisi tubuh bagian kanan
Tn. HD mengalami kelemahan. Kemudian Tn. HD dibawa ke Rumah Sakit
untuk mendapatkan penanganan dan menurut Dokter Tn. HD terkena Stroke
yang menyebabkan kelemahan pada sisi tubuh bagian kanan. Tn. HD
memiliki riwayat Hipertensi dan Diabetes Mellitus. Tn. HD merupakan
perokok Aktif ketika masih muda, namun saat ini sudah tidak merokok. Pada
hampir semua aktivitas kehidupannya sehari-hari, Tn. HD melakukan
kompensasi dengan menggunakan tangan kirinya atau dibantu keluarganya.
Tn. HD mengalami kesulitan ketika mandiri, yaitu menggosok punggungnya.
3. Initial Assesment
Berdasarkan hasil Screening test dan Screening task yang telah kami
lakukan kepada Tn. HD untuk mengetahui kemampuan menggenggamnya
didapatkan hasil bahwa pada pemeriksaan pola prehension kasar, Tn. HD
mampu memulai, mempertahankan serta menggunakan tanpa kesulitan Tes
prehension kasar dilakukan dengan menggunakan benda berbentuk silindris,
bola, dan berbentuk kait. Pada prehension halus bagian pad to pad, lateral, tip
to tip, tripod, dan opposition Tn. HD mampu memulai, memeprtahankan
namun tidak dapat menggunakan. Untuk koordinasi Tn. HD cukup baik pada
bagian meraih, menggenggam, melepas dan koordinasi lengan mata tangan
namun pada Disdiadochkokinesia Tn. HD kesulitan. Tn. HD juga tidak
mengalami neglect. Kemampuan Tn.HD ketika kami instruksikan untuk
simulasi makan dengan tangan kanan beliau kesuliatan dalam mengarahkan
sendok ke mulut memerlukan waktu yang cukup lama ketimbang
menggunakan tangan kiri beliau bisa lebih cepat makan. Kemampuan beliau
untuk ADL mandi beliau masih kesulitan untuk mengosok punggung karena
rasa sakit yang dirasakan oleh pasien ketika berusaha menggosok
punggungnya.
C. Kerangka Acuan
Kerangka acuan yang digunakan dalam memberikan intervensi pada
Tn. HD adalah kerangka acuan Rehabilitatif yang merupakan pendekatan
kompensatori untuk pasien yang akan diperlukan untuk kehidupannya dengan
disabilitas temporer atau permanent. Metode yang diberikan adalah pemberian
alat bantu berupa showerpuff modifikasi. Kerangka acuan ini dipilih dengan
memertimbangkan aset dan limitasi yang dimiliki oleh Tn. HD. Dalam
pemberian terapi, digunakan juga pendekatan Task Oriented Approach yang
merupakan pendekatan terapeutik yang baru. Pendekatan ini didasarkan pada
model sistem kontrol motorik, dan perkembangan motorik dan literatur
pembelajaran motorik terkini (Mathiowetz & Bass-Haugen,1994). Pendekatan
Task Oriented Approach (TOA) bertujuan untuk meningkatkan kinerja pasien
dalam pekerjaannya dengan mengoptimalkan perilaku motorik (Bass-Haugen,
Mathiowetz, & Flinn, 2002; Flinn, 1995). Dalam intervensi pada Tn. HD ini
penggunaaan TOA bertujuann untuk meningkatkan kinerja pasien dalam
menggunakan alat bantu showerpuff modifikasi.
D. Data Objektif
Berdasakan hasil dari pemeriksaan pada tanggal 05 Maret 2020
menggunakan Functional Independent Measure (FIM) dan pemeriksaan skala
Ashwort adalah sebagai berikut:
1. Blangko Functional Independent Measure (FIM)
Berdasarkan hasil dari pemeriksaan FIM mendapatkan skor 87, yang
berarti membutuhkan bantuan minimal dalam melakukan aktivitasnya. Pada
item self-care pada sub item makan dan memakai celana bernilai 6 sedangkan
pada sub item merias diri, memakai baju, dan mandi nilainya 5. Untuk item
kontrol spincter dengan sub item menajemen kontrol buang air kecil dan
manajemen kontrol buang air besar nilainya 7. Pada item mobilitas yaitu pada
sub item tidur, pakai kursi, buang air sendiri, dan mandi dibak air nilainya 7.
Pada item locomotion pada sub item berjalan dengan nilai 7 dan naik tangga
dengan nilai 6. Pada item kognitif yaitu sub item pemahaman dengan nilai 2
dan ekspresi dengan nilai 5. Pada item kognitif sosial yaitu sub interaksi sosial
dengan nilai 2 karena pasien tidak mampu berbicara sendiri, pemecahan
masalah dengan nilai 4 dan ingatan dengan nilai 3.
2. Blangko Skala Ashworth
Nilai skala asworth yang dimiliki pasien bernilai 1+ yang berarti sedikit
peningkatan tonus otot ditandai dengan adanya “catch” diikuti dengan tahanan
minimal sepanjang LGS ( kurang dari setengah).
E. Identifikasi Masalah
1. Aset:
Aset yang dimiliki oleh Tn. HD adalah Tn. HD mendapatkan
dukungan oleh keluarga, kooperatif dalam mengikuti sesi terapi, memiliki
motivasi yang tinggi untuk sembuh, tidak mengalami neglect, mampu
melakukan mobilitasi baik dari bed ke kursi, berdiri dan berjalan, mampu
melakukan ADL secara mandiri mesikpun dengan menggunakan tangan kiri
sebagai kompensasi.
2. Limitasi :
Limitasi yang dimiliki oleh Tn. HD ialah tidak mampu melakukan
aktivitas menggunakan tangan kanan, mengalami gangguan pada kognitif,
tidak mampu melakukan komunikasi dikarenakan sulit untuk berbicara,
terdapat luka ditelapak tangan kanannya, kesulitan dalam melakukan ADL
terutama mandi pada saat membersihkan punggungnya, dan mengalami
kelemahan pada eskremitas atas kanan.
3. Prioritas Masalah
Prioritas masalah yang ditentukan berdasarkan aset dan limitasi yang
dimiliki oleh Tn. HD adalah Tn. HD mengalami hambatan pada area ADL
dimana saat melakukan aktivitas mandi dan makan. Ketika melakukan
aktivitas mandi Tn HD mengalami kesulitan dalam menggosok tubuhnya
terutama dibagian punggung yang dikarenakan pada tangan kanannya tidak
mampu melakukan gerakan menggosok punggung, sedangkan ketika
menggunakan tangan kirinya tetap tidak dapat menjangkau seluruh area
punggung. Selain itu, ketika melakukan aktivitas makan Tn. HD tidak
mampu melakukan makan dengan menggunakan tangan kanan karena
tangan kananya yang lemah, biasanya Tn. HD melakukan makan dengan
menggunakan tangan kiri.
F. Diagnosis OT
Tn. HD kurang dapat melakukan aktivitas mandiri secara mandiri
karena kesulitan untuk membersihkan area punggung akibat Stroke
Hemipharese Dextra yang menyebabkan kelemahan pada ekstremitas kanan.
G. Prognosis
1. Prognosis Klinis
Dubia ad sanam, artinya pasien memiliki prognosis medis tidak tentu atau
ragu- ragu namun cenderung sembuh atau membaik. Hal tersebut tergantung
dari seberapa seringnya pasien diberikan latihan atau stimulasi dan pemberian
alat bantu untuk meminimalkan atau mengurangi nyeri.
2. Prognosis Fungsional
Berdasarkan hasil dari pengukuran kemampuan fungsional dasar yang
dilakukan menggunakan FIM didapatkan hasil bahwa pasien dapat melakukan
sebagian besar aktivitas kesehariannya secara mandiri namun dengan
menggunakan tangan kiri sebagai kompensasi. Dengan modifikasi lingkungan
dan alat, serta latihan yang dilakukan secara rutin maka kemampuan
fungsional tersebut akan meningkat atau cenderung sama. Namun akan butuh
waktu dan proses untuk mencapainya.
H. Clinical Reasoning
Pasien mengalami kesulitan atau hambatan dalam melakukan aktivitas
sehari-harinya karena keterbatasan gerak pada ekstremitas atas dextra akibat
stroke yang dialaminya. Keluarga pasien mengakui bahwa pasien masih
kesulitan untuk membersihkan punggungnya ketika mandi. Dengan
menggunakan alat bantu atau modifikasi lingkungan, harapannya pasien lebih
mudah dalam melakukan aktivitas mandi.
Penetapan tujuan terapi berupa Tn. HD mampu menggosok
punggungnya ketika mandi dengan menggunakan showerpuff modifikasi
dalam 8x sesi terapi berdasarkan pada client center, dimana terapis
mempertimbangkan apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan dari klien.
Penggunaan kerangka acuan rehabilitatif didasarkan atas pertimbangan
prognosis, usia, dan lingkungan klien. Pendekatan TOA digunakan karena
pendekatan ini berdasar pada model sistem kontrol motorik, dan
perkembangan motorik dan literatur pembelajaran motorik terkini
(Mathiowetz & Bass-Haugen,1994). Aktivitas nyata dapat meningkatkan
kinerja pasien dalam melakukan aktivitas tersebut, sehingga dapat
mengoptimalkan perilaku motorik.
I. Program Terapi
Tujuan Jangka Panjang 1
Tn. HD mampu mandi secara mandiri dengan menggunakan
showerpuff modifikasi dalam 8x sesi terapi
Tujuan Jangka Pendek 1.1
Tn. HD mampu memahami kegunaan dari showerpuff modifikasi
dalam 1x sesi terapi.
Tujuan Jangka Pendek 1.2
Tn. HD mampu menggenggam dan memertahankan genggaman pada
gagang showerpuff modifikasi dalam 2x.
Tujuan Jangka Pendek 1.3
Tn. HD mampu mengarahkan showerpuff menuju punggung dalam 2x
sesi terapi.
Tujuan Jangka Pendek 1.4
Tn. HD mampu menggerakan showerpuff ke seluruh bagian punggung
dalam 3x sesi terapi
M. Follow-Up
Perlu adanya tindakan untuk pada program ini, untuk dapat mencapai
tujuan jangka dengan menambah sesi terapi, latihan mandi dengan alat bantu
dan home programe . Home programe yang diberikan berupa melempar bola,
meremas bola dan melakukan stretching pada tangan. Dengan melakukan
terapi dan home programe yang telah diberikan dapat meningkatkan
kemandirian pasien, mencegah pengecilan otot, mengurangi spastik dan
mencegah perlengketan sendi agar kualitas hidup pasien dapat lebih baik.
REFERENSI
Coupland, A. P., Thapar, A., Qureshi, M. I., Jenkins, H., & Davies, A. H. (2017). The
Definition of Stroke. Journal Of The Royal Society Of Medicine, 110(1), 9-12.
Doi:10.1177/0141076816680121
Price, S.A., dan Wilson, L. M., 2005, Patofisiologi: Konsep Klinis Prosesproses Penyakit,
Edisi 6, Vol. 2, diterjemahkan oleh Pendit, B. U., Hartanto, H., Wulansari, p.,
Mahanani, D. A.,Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
PROPOSAL PENYULUHAN
A. LATAR BELAKANG
Masyarakat didaerah tersebut yang cenderung berada pada usia dewasa tengah
hingga lansia cenderung pasrah terhadap penyakit stroke dan kurang memiliki
kesadaran akan rehabilitasi pasca stroke. Keluarga dari pasien pasca stroke juga
cenderung memanjakan pasien pasca stroke sehingga pasien pasca stroke kurang
dapat mandiri dalam melakukan berbagai akivitasnya.
B. TUJUAN KEGIATAN
Tujuan dari kegiatan penyuluhan ini yaitu, masyarakat mampu memahami apa
itu penyakit stroke, bagaimana gejala dan penyebab stroke, apa saja makanan yang
boleh dan tidak boleh dikonsumsi pada pasien dengan penyakit stroke, serta
penanganan pada kondisi stroke.
C. INDIKATOR PENCAPAIAN
D. SASARAN
Keluarga Pasien dan tetangga di Kodan,Kecamatan Colomadu, Kabupaten
Karanganyar.
Waktu pelaksanaan kegiatan ini yaitu pada hari Minggu, 26 April 2020 pada
pukul 10.00-11.00 WIB. Tempat berlangsungnya kegiatan ini yaitu di rumah pasien
dengan stroke.
Metode yang digunakan yaitu ceramah dan diskusi oleh pihak pembicara dan
audiens. Media yang digunakan yaitu laptop, leaflet.
MATERI PENYULUHAN PENYAKIT STROKE
Definisi stroke menurut WHO 2014 adalah terputusnya aliran darah ke otak,
umumnya akibat pecahnya pembuluh darah ke otak atau karena tersumbatnya
pembuluh darah ke otak sehingga pasokan nutrisi dan oksigen ke otak berkurang.
Stroke menyebabkan gangguan fisik atau disabilitas.
Gejala stroke tergantung luas dan area otak yang mengalami gangguan stroke,
namun secara umum gejala Stroke yang nampak adalah sebagai berikut:
1. Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya satu sisi saja) yang timbul
mendadak.
2. Gangguan kepekaan (sensoris) pada satu atau lebih anggota badan
3. Perubahan mendadak status mental (bingung, mengigau, koma)
4. Afasia (bicara tidak lancar, ucapan kurang, atau sulit memahami ucapan)
5. Disartria (bicara pelo atau cadel)
6. Gangguan penglihatan atau diplopia (penglihatan dobel)
7. Ataksia (kesulitan gerakan)
8. Vertigo, mual, dan muntah, atau nyeri kepala.
9. Perubahan emosi dan kognitif