Anda di halaman 1dari 11

TUGAS UTAMA ASPEK HUKUM DALAM

INDUSTRI KONSTRUKSI

DOSEN :
Ir. Sulchan Arfin, M.Eng

OLEH :

RIFQAH (10111710000055)

DIV Teknik Infrastruktur Sipil


Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
1. Apa yang dimaksud dengan ETIKA PROFESI dan mengapa hal ini dianggap
penting?
jawab :
Etika profesi adalah sikap etis sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam
menjalankan kehidupan sebagai pengemban profesi. Etika profesi juga merupakan
cabang filsafat yang mempelajari penerapan prinsip-prinsip moral dasar atau norma-
norma etis umum pada bidang khusus.
Etika profesi dianggap penting karena sebagai sarana control sosial bagi masyarakat
atas profesi yang bersangkutan, dan mencegah tangan pihak di luar organisasi profesi
tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi.
2. Untuk bidang rekayasa teknik infrastruktur sipil, apa yang anda ketahui tentang
etika profesi tersebut? (Sejak kapan etika profesi dicetuskan, siapa pencetus
pertamanya, bagaimana bunyi etika profesi tersebut?
Jawab :
Organisasi engineer di Indonesia bernama Persatuan Insinyur Indonesia (PII). PII
berdiri pada tanggal 23 mei 1952 di Bandung. PII didirikan oleh Ir. Djuanda
Kartawidjaja dan Dr. Rooseno Soeryohadikoesomo. PII memiliki jumlah anggota
sekitar dua puluh ribu insinyur. Sebagai Organisasi engineer di Indonesia, PII
memiliki kode etik yang bernama Kode Etik Insinyur Indonesia “Catur Karsa Sapta
Dharma Insinyur Indonesia” (Wardiman) yang berisi
Visi :
 Mengutamakan keluhuran budi.
 Menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk kepentingan
kesejahteraan umat manusia.
 Bekerja secara sungguh – sungguh untuk kepentingan masyarakat, sesuai
dengan tugas dan tanggung jawabnya.
 Meningkatakan kompetensi dan martabat berdasarkan keahlian professional
keinsinyuran.
Misi :
 Insinyur Indonesia senantiasa mengutamakan keselamatan, kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat.
 Insinyur Indonesia sesantiasa bekerja dengan kompetensinya.
 Insinyur Indonesia hanya menyatakan pendapat yang dapat dipertanggung
jawabakan.
 Insinyur Indonesia senantiasa membangun reputasi profesi berdasarkan
kemampuan masing – masing.
 Insinyur Indonesia senantiasa memegang teguh kehormatan, integritas dan
martabat profesi
 Insinyur Indonesia senantiasa mengembangkan kemampuan profesionalnya.

3. Apakah beda antara etika dan norma


Jawab :
Kode etik yaitu norma atau azas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu
sebagai landasan tingkah laku sehari hari di masyarakat maupun di tempat
kerja
Perbedaan antara etika dan norma
Etika:
1. Sistem nilai yang telah ada
2. Dipakai untuk hal hal umum konseptual prinsipal
3. Bersifat kecakapan teoritis atau teknis
Norma :
1. Aturan yang berisi petunjuk tingkah laku harus atau tidak boleh dilakukan
manusia
2. Bersifat mengikat
3. Pedoman perilaku manusia yang berlaku di masyarakat

4. Etika profesi untuk bidang Teknik infrastruktur sipil selanjutnya dalam sistem
hukum di Indonesia telah dikuatkan dalam bentuk sebuah UU. Sebutkan UU tersebut
dan mulai kapan UU tersebut efektif berlaku? Apa dampak dari berlakunya UU ini
bagi seorang calon Sarjana seperti anda? Mengapa hal ini anda anggap penting?
Jawab:

Undang Undang Republik Indonesia nomor 11 tahun 2014


Tentang keinsinyuran
Karena dalam undang undang no 11 tahun 2004 disebutkan beberapa penjelasan tentang
kompetensi keprofesian, keuntungan bagi kita sebagai calon sarjana adalah kita dapat
meyakini bahwa gelar yang kita dapatkan nanti sebagai seorang sarjana diakui dan berperan
penting dalam pembangunan nasional.

5.Jelaskan dengan singkat sejarang dan pokok pikiran/isi dasar hukumnya yang selama
ini digunakan dalam industri konstruksi di Indonesia sejak masa penjajahan hingga
saat ini? Pasal berapa dan bagaimana bunyinya?
Jawab:
Perkembangan industri jasa konstruksi di Indonesia dibagi dalam 5 (lima) periode :

Periode 1945 – 1950

Pada periode ini praktis industri jasa konstruksi belum bangkit, karena negeri kita masih
disibukkan dengan usaha Belanda yang ingin menjajah kita kembali sehingga terjadilah
Agresi Militer Belanda I (1947) dan Agresi Militer Belanda II (1948). Tahun 1950, Indonesia
kembali menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan membubarkan Republik
Indonesia Serikat (RIS), karena nya dalam periode ini belum tumbuh pembangunan atau
industri jasa konstruksi. Perusahaan jasa konstruksi yang ada dalam periode ini kebanyakan
adalah perusahaan Belanda seperti NV de Hollandshe Beton Maatschappij (PT. Hutama
Karya), NV Volker Associate (PT. Adhi Karya), NV Nederlandshe Aanneming Maatschappij
(PT. Nindya Karya), NV Volker Aanneming Maatschappij (PT. Waskita Karya).

Periode 1951 – 1959

Sejak tahun 1951 sampai dengan 1959, Pemerintah Republik Indonesia yang menggunakan
sistem Kabinet Parlementer tidak pernah stabil. Kabinet silih berganti, karena itu dalam
periode ini industri jasa konstruksi tetap masih belum bangkit. Perencanaan pembangunan
yang definitive belum ada. Bentuk kontrak mengacu kepada satu – satunya ketentuan warisan
Belanda, yaitu AV41.

Periode 1960 – 1966

Pada periode ini, pembangunan baru dimulai dan dipimpin langsung oleh Bung Karno
dengan nama proyek “Proyek – Proyek Mandataris”, seperti MONAS, Monumen Irian Barat,
Hotel Indonesia, Samudra Beach, Bali Beach, Wisma Nusantara, Jembatan Semanggi, Gelora
Senayan dan lainnya. Hingga tahun 1966 bentuk kontrak pada umumnya adalah cost plus fee.
Pekerjaan langsung ditunjuk langsung oleh Pemerintah (tanpa tender) dan sektor swasta
belum ikut serta. Setelah tahun 1966, Pemerintah melarang bentuk kontrak cost plus fee.
Kontrak ini dinilai tidak begitu baik karena mudah terjadi manipulasi dan tidak efisien
sehingga biaya proyek menjadi tidak terukur.

Periode 1967 – 1996

Pada awal tahun 1969, Pemerintah menetapkan suatu program pembangunan yang terencana.
Program ini dikenal dengan nama Pembangunan Jangka Panjang Tahap I (PJP I) Tahun 1969
– 1994 yang terdiri dari 5 (lima) Rencana Pembanguna Lima Tahun (REPELITA) dan
Pembangunan Jangka Panjang Tahap II (PJP II) Tahun 1994 – 2019, yang dimulai dengan
REPELITA VI Tahun 1994 – 1999. Kontrak konstruksi sebagian besar menggunakan standar
atau versi Pemerintah kecuali sektor swasta dan proyek yang menggunakan dana pinjaman
luar negeri (loan) yang biasanya mengacu pada standar kontrak seperti FIDIC / JCT / AIA /
JCT.

Periode 1997 – 2002

Pada pertengahan tahun 1997 terjadi krisis moneter. Industri jasa konstruksi mengalami
goncangan yang sangat hebat. Proyek – proyek mendadak berhenti dikarenakan Pengguna
Jasa tidak mampu membayar Penyedia Jasa. Pada tahu 1999, Pemerintah membuat peraturan
perundang – undangan baku mengenai industri jasa konstruksi, yaitu Undang – Undang No.
18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi diikuti dengan 3 (tiga) Peraturan Pemerintah sebagai
peraturan pelaksanaannya, yaitu PP No. 28, 29 dan 30 Tahun 2000

6. -Kontrak konstruksi secara yuridis saat ini masuk dalam ranah hokum perdata
sehingga tidak mungkin akan ada sanksi pidananya. Akan tetapi, pada kenyataannya
saat ini banyak sekali pelaku profesi di dunia industri konstruksi yang dijebloskan ke
dalam penjara.-
Mengapa hal ini bisa terjadi? Sejak kapan kecenderungan untuk memberikan sanksi
pidana bagi pelaku bidang industri konstruksi menjadi penting? Jelaskan jawaban
anda dengan menyebutkan dasar hukum pasal dan UU di Indonesia yang mendasari!
Setujukah anda dengan pernyataan diantara tanda bintang diatas?
Jawab:
Hal ini dapat terjadi karena kontrak konstruksi yang merugikan orang lai. Sejak maraknya
kasus konstruksi hancur menyebabkan sanksi pidana bagi pelaku menjadi pertimbangan,
akhirnya DPR RI membenahi iklim usaha jasa konstruksi dengan menyetujui UUD No 2 thn
2017 yang menggantikan UU jasa konstruksi no 18 tahun 1999.

7. Kita amati saat ini banyak sekali pelku profesi di bidang rekayasa industri jasa
konstruksi dituntut sebagai terdakwa dan harus masuk penjara. Sebutkan dan jelaskan
persoalan apa yang bisa menyebabkan yang bersangkutan harus berurusan dengan
hukum dan asas hukum yang dilanggar sehingga yang bersangkutan diproses dengan
hukum pidana?
Jawab :
Pada proses pengadaan barang jasa atau tender akan muncul unsur penipuan, suap,
paksaan kepihak lain sehingga menjadi ranah hukum pidana.

Hutang Tidak membayar


A B
Maka dapat terkena hukum perdata
Apabila hukum perdata dengan pidana maka akan dibawa ke dalam jalur hukum.

Diangkat ke TKP

Melihat hasil kerja dapat


diterima

TTD bahwa barang dapat


diterima

Dipantau RSM

8. Apa yang dimaksud dengan keontrak kerja konstruksi seuai PP no. 29/2000?
Sebutkan dan jelaskan secara singkat pengertian kontrak konstruksi dan carilah
contoh dari bentuk-bentuk kontak kerja konsatruksi tersebut!
Jawab :
1. Kontrak kerja konstruksi merupakan pengaturan hubungan kerja antara pengguna jasa
dan penyedia jasa harus dituangkan dalam kontrak kerja konstruksi. Bentuk kontak
kerja konstruksi dapat mengikuti perkembangan kebutuhan dan dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang – undangan.
Kontrak kerja konstruksi ditinjau dari tahapannya :
1. Kontrak untuk pekerjaan perencanaan, (contohnya Design & Build, Turn Key
Contract)
2. Kontrak untuk pekerjaan pelaksanaan, (contohnya Engineering Procurement &
Construction)
3. Kontrak untuk pekerjaan pengawasan.
Bentuk – bentuk kontrak kerja konstruksi :
1. Bentuk imbalan pekerjaan
 Lump sum kontrak / lum sum price
 Harga satuan / unit price
 Biaya tambah imbalan jasa
o Biaya tanpa jasa
o Biaya ditambah jasa (cost plus percentage fee, cost plus fixed
price)
 Gabungan lump sum dan harga satuan
 Aliansi
2. Bentuk imbalan berdasarkan jangka waktu pelaksanaan
 Kontrak tahun tunggal (satu tahun anggaran)
 Kontrak tahun jamak (lebih dari satu tahun anggaran)
3. Bentuk imbalan berdasarkan tahapan pembayaran hasil pekerjaan
 Secara berkala (monthly payment)
 Sesuai kemajuan pekerjaan (stage payment)
Apabila selesai 20% maka dibayar 15%
Pekerjaan yang selesai 20% maka dibayar 15%
Pekerjaan yang selesai 50% maka dibayar 45%
Pekerjaan yang selesai 90% maka dibayar 75%
Pekerjaan yang selesai 100% maka dibayar 95%
Dan rentangnya untuk jaminan pemeliharaan.

9. Sebutkan hal-hal penting apa saja yang harus tertuang dalam kontrak konstruksi
tersebut! Kemudia periksalah contoh bentuk kontrak kerja konstruksi yang telah and
berikan pada soal no. 8 apakah sudah sesuai dengan jawaban yang anda berika di no.
ini!
Jawab :
2. Pada sebuah kontrak yang dijelaskan pada UU No. 2 tahun 2017, kontrak kerja
konstruksi harus mencakup uraian menganai :
a. Para pihak (memuat identitas para pihak seperti penyedia jasa dan pengguna
jasanya)
b. Rumusan pekerjaan atau lingkup pekerjaan
c. Masa pertanggungan, yang memuat tentang jangka waktu pelaksanaan dan
pemeliharaan
d. Hak dan kewajiban para pihak
e. Tenaga ahli
f. Cara pembayaran
g. Wanprestasi
h. Penyelesaian perselisihan
i. Perubahan pekerjaan
j. Cidera
k. Pelimpahan pekerjaan
l. Penyedia jasa lain
m. Pengawas, pelaksanaan pekerjaan
n. Pemutusan kontrak kerja konstruksi
Dan bentuk kontrak kerja konstruksi yang telah saya jabarkan pada no. 8 sudah
sesuai dengan syarat isi dalam kontrak.
B. Buatlah rangkuman dari PP no. 29 th. 2000 dengan bahan dapat diambil dari
sumber yang relevan!
Jawab:
PP RI NO 28 TAHUN 2000 TENTANG USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA
KONSTRUKSI
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1 : Pengertian dari lembaga, klasifikasi, kualifikasi, sertifikasi, sertifikat, akreditasi,
badan usaha, dan menteri
Pasal 2 : Lingkup pengaturan usaha dan peran masyarakat jasa konstruksi

BAB II USAHA DAN JASA KONSTRUKSI


Bagian Pertama Jenis, Bentuk dan Bidang Usaha
Pasal 3 : Cakupan usaha jasa konstruksi
Pasal 4 : Jenis usaha jasa konsruksi meliputi jasa perencanaan, jasa pelaksanaan, dan jasa
pengawasan konstruksi
Pasal 5 : Lingkup layanan usaha jasa konstruksi
Pasal 6 : Bentuk usaha jasa konstruksi
Pasal 7 : Bidang usaha jasa konstruksi
Bagain Kedua Klasifikasi dan Kualifikasi Usaha
Pasal 8 : Klasifikasi dan kualifikasi usaha jasa kostruksi
Pasal 9 : Klasifikasi dan kualifikasi pekerjaan perencana, pelaksana, dan pengawasan
konstruksi
Pasal 10 : Kriteria resiko, teknologi, dan biaya pekerjaan konstruksi
Pasal 11 : Klasifikasi dan kualifiksi tenaga kerja konstruksi
Bagian Ketiga Registrasi Badan Usaha Jasa Konstruksi
Pasal 12 : Persyaratan registrasi badan usaha jasa konstruksi
Bgian Keempat Akreditasi Asosiasi Perusahaan Jasa Konstruksi
Pasal 13 : Persyaratan akreditasi asosiasi perusahaan jasa konstruksi
Bagian Kelima Perizinan Usaha Jasa Konstruksi
Pasal 14 : Persyaratan perizinan usaha jasa konstruksi

BAB III TENAGA KERJA KONSTRUKSI


Bagian Pertama Sertifikasi Keterampilan Kerja dan Sertifikasi Keahlian Kerja
Pasal 15 : Sertifikasi keterampilan kerja dan sertifikasi keahlian kerja untuk tenaga kerja
Bagian Kedua Klasifikasi, Kualifikasi, dan Registrasi Tenaga Kerja Konstruksi
Pasal 16 : Klasifikasi dan kualifikasi tenaga kerja
Pasal 17 : Registrasi tenaga kerja konstruksi
Pasal 18 : Ketentuan llebih lanjut tentang sertifikasi, klasifikasi, kualifikasi,
dan registrasi tenaga kerja
Bagian Ketiga Akreditasi Asosiasi Profesi dan Institusi Pendidikan dan
Pelatihan
Pasal 19 : Akreditasi asosiasi profesi dan institusi pendidikan dan pelatihan

BAB IV PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI


Bagian Pertama Forum Jasa Konstruksi
Pasal 20 : Pengertian forum jasa konstruksi
Pasal 21 : Unsur dan fungsi forum jasa konstruksi
Pasal 22 : Fasilitas penyelenggaraan forum jasa konstruksi
Pasal 23 : Pendanaan kegiatan forum jasa konstruksi
Bagian Kedua Lembaga Jasa Konstruksi
Pasal 24 : Wakil lembaga jasa konstruksi
Pasal 25 : Pembentukan lembaga jasa konstruksi
Pasal 26 : Lembaga tingkat nasional dan lembaga tingkat daerah
Pasal 27 : Sumber biaya lembaga jasa konstruksi
Pasal 28 : Tugas dan hak lembaga jasa konstruksi
Pasal 29 : Kewenangan dan tanggung jawab lembaga jasa konstruksi

BAB V SANKSI ADMINISTRATIF


Pasal 30 : Sanksi administratif pelanggaran peraturan pemerintah
Pasal 31 : Sanksi administratif pelanggaran oleh badan usaha jasa konstruksi
Pasal 32 : Sanksi administratif pelanggaran oleh penanggung jawab teknik
Pasal 33 : Sanksi administratif pelanggaran oleh asosiasi perusahaan
Pasal 34 : Sanksi administratif pelanggaran oleh badan usaha nasional maupun asing
Pasal 35 : Sanksi administratif pelanggaran oleh badan usaha

BAB VI KETENTUAN LAIN-LAIN


Pasal 36 : Sanksi administrasi sesuai dengan pelanggaran
Pasal 37 : Ketentuan lembaga masyarakat jasa konstruksi
BAB VII KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 38 : Ketentuan berlakunya peraturan perundang-undangan sepanjang
tidak bertentangan dengan peraturan pemerintah

BAB VIII KETENTUAN PENUTUP


Pasal 40 : Undang-undang berlaku sejak diundangkan

Anda mungkin juga menyukai