Anda di halaman 1dari 9

LAHIRNYA AGAMA HINDU

Penduduk asli mendiami India adalah bangsa Dravida. Mereka bermukim di


dataran tinggi Dekkan dan mendiami daerah sepanjang Sungai Sindhu yang subur.
Sekitar 1500 SM, bangsa Arya tiba di India melewati Selat Kaiber. Bangsa Arya
berasal dari daerah sekitar Asia Tenah yang menyebar memasuki daerah-daerah
Iran (Persia), Mesopotamia dan juga masuk ke daerah Eropa.
Kedatangan mereka disambut dengan peperangan oleh bangsa Dravida.
Karena bangsa Arya lebih maju dan lebih kuat, bangsa Dravida dapat dikalahkan.
Tahap kedua, bangsa Arya masuk ke India melalui dua aliran sungai, yaitu lembah
Sungai Gangga dan lembah Sungai Yamuna yang dikenal dengan nama daerah
Doab. Kedatangan mereka tidak disambut dengan peperangan, bahkan terjadi
percampuran melalui perkawinan. Bangsa-bangsa inilah yang menjadi nenek
moyang bangsa India sekarang.
Di kedua daerah tersebut, Bangsa Arya mengembangkan peradabannya.
Dikatakan bahwa orang-orang aryalah yang menerima wahyu Weda. Wahyu-wahyu
dalam Weda ini tidak turun sekaligus, tetapi dalam jangka waktu yang agak lama
dan juga tidak diwahyukan di satu tempat saja. Penerima wahyu disebut Maha Resi.
Wahyu-wahyu itu diterima melalui pendengaran, oleh sebab itu wahyu Weda disebut
Srutti (Sru-pendengaran). Kurun waktu turunnya wahyu-wahyu Weda itulah yang
disebut zaman Weda. Ajaran Weda itu kemudian tersebar ke berbagai penjuru
dunia. Ajarnnya kemudian dikenal dengan agama Hindu.

LAHIRNYA AGAMA BUDHA


Agama Buddha lahir sekitar abad e-5 SM. Agama ini lahir sebagai reaksi
terhadap agama Hindu terutama karena keberadaan kasta. Pembawa agama
Buddha adalah Sidharta Gautama (563-482 S.M), seorang putra dari Raja
Suddhodana dari Kerajaan Kosala di Kapilawastu. Sidharta berarti orang yang
mencapai tujuannya merupakan nama Gautama Sakyamuni(orang bijak dari Sakya).
Ia menikah dengan kemenakannya, Yasodhara kemudian mempunyai anak, Rahula.
Pada usia 29 tahun ia memutuskan untuk meninggalkan keduniawian. Ia bertapa di
bawah pohon (semacam pohon beringin) – Bodh Gaya dan akhirnya mendapatkan
bodhi (wahyu), yaitu semacam penerangan atau kesadaran yang sempurna. Sejak
saat itu, Sidharta Gautama dikenal sebagai Sang Buddha, artinya yang mendapat
pencerahan. Disebut juga Budha Gautama yang berarti orang yang menerima bodhi
(wahyu), orang yang telah mendapatkan penerangan. Ia juga disebut Jina, orang
yang telah mencapai kemenangan atau juga disebut dengan Sakyamuni, orang yang
bijaksana keturunan Sakya Gautama. Peristiwa ini terjadi pada tahun 531 SM. Usia
Sidharta waktu itu kurang lebih 35 tahun.
Setelah mendapat wahyu Sidharta tidak langsung menyebarluaskannya ke
masyarakat melainkan ia merasa ragu terhadap wahyu yang ia terima. Dengan
keyakinannya ia memberikan khutbah kepada lima orang pengikutnya di Benares
(sekarang dekat Sarnath). Penyampaian khutbah untuk pertama kalinya ini dengan
istilah memutar roda dharma. Isi khutbah itu adalah :
“Hidup ini pada dasarnya merupakan suatu sebab bahwa kesengsaraan itu
dapat dihilangkan dan bahwa ada cara-cara yang dapat menghilangkan
kesengsaraan itu yaitu dengan delapan jalan menuju kebenaran”
Ajaran agama Budha ini tersebar hingga di kawasan dataran Gangga. Pada
tahun 482 SM Sidharta wafat di Kusinagara. Ia tidak meninggalkan pesan siapa
yang menggantikan kepemimpinan agama namun para pengikutnya sudah
menemukan pemimpin mereka yaitu dharma (ajaran agama itu sendiri).
Agama Budha tidak mengenal sistem kasta karena setiap orang memiliki hak
dan kesempatan yang sama untuk mencapai kesempurnaan asalkan ia mampu
mengendalikan dirinya sehingga bebas dari samsara. Samsara(penderitaan) dapat
dihentikan dengan cara menindas tirisna (nafsu). Pemeluk agama Budha wajib
melakukan tiga ikrar (Tri Ratna).
Ajaran agama yang lain oleh aliran Sthaviravadi dalam versi bahasa Pali di
Srilangka berhasil dikumpulkan menjadi tiga keranjang (pitaka) atau yang dikenal
dengan Tripataka. Secara harfiah ajaran-ajaran tersebut dituliskan pada daun-daun
kayu yang disimpan dalam keranjang berjumlah tiga.
Pada masa pemerintahan Kanishka sekitar 1-2Masehi perpecahan dalam
agama Budha dengan munculnya aliran-aliran baru dalam Budha. Yaitu ajaran
agama Budha Mahayana dan Hinayana.
MASUKNYA HINDU BUDHA KE INDONESIA
Hinduisasi merupakan proses masuknya pengaruh Hindu-Budha ke Indonesia
Hipotesisi masuknya pengaruh Hindu-Budha ke nusantara
a. Hipotesis Waisya
Hipotesis waisya mengungkapkan bahwa masuknya agama dan kebudayaan Hindu
dibawa oleh golongan pedagang (waisya). Mereka mengikuti angin musim (setengah
tahun berganti arah) dan enam bulan menetap di Indonesia dan menyebarkan
agama dan kebudayaan Hindu.
Menurut para pendukung hipotesis waisya, kaum waisya yang
umumnya merupakan kelompok pedagang inilah yang
berperan besar dalam menyebarkan agama dan kebudayaan
Hindu ke Nusantara. Mereka yang menjadikan munculnya
budaya Hindu sehingga dapat diterima dikalangan
masyarakat. Pada saat itu, para pedagang banyak
berhubungan dengan para penguasa dan rakyat. Jalinan
hubungan itu yang membuka peluang terjadinya proses
penyebaran agama dan budaya Hindu. Salah satu tokoh pendukung hipotesis
waisya adalah N.J. Krom
Kelebihan
 Pedagang tentu membutuhkan area perdagangan yang luas agar lebih
untung.
 Agama Hindu bisa didapat hanya karena keturunan, maka para pedaganglah
yang berketurunan dengan orang Indonesia agar agama Hindu tersebar.
Kelemahan
 Tidak mengusai bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa (biasanya para
pedagang tidak mempunyai pengalaman / pengetahuan tentang agama)
 Peta persebaran kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia yang lebih
banyak berada di pedalaman. Namun apabila pengaruh tersebut dibawa oleh
para pedagang India, tentunya pusat kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha akan
lebih banyak berada di daerah pesisir pantai.
 hubungan pedagang dengan para raja sangat jauh.
b. Hipotesis Kesatria
Hipotesis kesatria mengungkapkan bahwa pembawa agama dan kebudayaan
Hindu masuk ke Nusantara adalah kaum kesatria. Menurut hipotesis ini, pada masa
lampau di India terjadi peperangan antarkerajaan. Para prajurit yang kalah perang,
kemudian mengadakan migrasi ke daerah lain. Tampaknya, di antara mereka ada
yang sampai ke Indonesia dan mendirikan koloni-koloni melalui penaklukan. Mereka
menyebarkan agama dan kebudayaan Hindu di Indonesia. Salah seorang
pendukung hipotesis kesatria adalah C.C. Berg.
C.C. Berg mengemukakan bahwa golongan yang turut menyebarkan
kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia adalah para petualang yang sebagian besar
berasal dari golongan Ksatria. Para Ksatria ini ada yang terlibat konflik dalam
masalah perebutan kekuasaan di Indonesia. Bantuan yang diberikan oleh para
Ksatria ini sedikit banyak membantu kemenangan bagi salah satu kelompok atau
suku yang bertikai. Sebagai hadiah atas kemenangan itu, ada di antara mereka yang
dinikahkan dengan salah seorang putri dari kepala suku yang dibantunya. Dari
perkawinannya ini memudahkan bagi para Kesatrian untuk menyebarkan tradisi
Hindu Buddha kepada keluarga yang dinikahinya tadi. Berkembanglah tradisi Hindu-
Buddha dalam masyarakat Indonesia.
Kelebihan
 Semangat berpetualang dan menaklukan daerah lain, pada saat itu umumnya
dimiliki oleh para Ksatria (keluarga kerajaan)
Kelemahan
 Tidak mengusai bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa
 Tidak adanya prasasti yang menunjukkan toeri tersebut
 Apabila daerah Indonesia pernah menjadi daerah taklukkan kerajaan-
kerajaan India, tentunya ada bukti prasasti (jaya prasasti/jayastamba/tugu
kemenangan) yang menggambarkan penaklukkan tersebut. Akan tetapi, baik
di India maupun Indonesia tidak ditemukan prasasti semacam itu. Adapun
prasasti Tanjoreyang menceritakan tentang penaklukkan kerajaan Sriwijaya
oleh salahsatu kerajaan Cola di India, tidak dapat dipakai sebagai bukti yang
memperkuat hipotesis ini. Hal ini disebabkan penaklukkan tersebut terjadi
pada abad ke-11 sedangkan bukti-bukti yang diperlukan harus menunjukkan
pada kurun waktu yang lebih awal.
c. Hipotesis Brahmana
Hipotesis brahmana mengungkapkan bahwa pembawa agama dan kebudayaan
Hindu ke Indonesia ialah golongan brahmana. Para brahmana datang ke Nusantara
diundang oleh penguasa Nusantara untuk menobatkan
menjadi raja dengan upacara Hindu (abhiseka =
penobatan).
Selain itu, kaum brahmana juga memimpin upacara-
upacara keagamaan dan mengajarkan ilmu pengetahuan.
Pendukung hipotesis ini adalah J.C. van Leur.
Kelebihan
 Mengusai bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa
 Hanya para Brahmana yang bisa melakukan upacara khusus yang
menjadikan seseorang menjadi pemeluk hindu (Vratyastoma)
Kelemahan
 Dalam tradisi agama Hindu terdapat pantangan bagi kaum Brahmana untuk
menyeberangi lautan
 Brahmana tidak berkewajiban menyebarkan agama

d. Hipotesis Arus Balik.


Hipotesis ini mengungkapkan bahwa pembawa pengaruh
hindu-budha dibawa oleh bangsa Indonesia sendiri dalam
proses penyebaran kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia.
Artinya, orang-orang di Kepulauan Indonesia terutama para
tokoh-tokohnya yang pergi ke india. Di India mereka belajar hal
ihwal agama dan kebudayaan Hindu-Buddha. Setelah
kembali ke Kepulauan Indonesia mereka mengajarkan dan
menyebarkan ajaran agama itu kepada masyarakatnya.
Pandangan ini dapat dikaitkan dengan pandangan F.D.K. Bosch yang menyatakan
bahwa proses Indianisasi di Kepulauan Indonesia dilakukan oleh kelompok tertentu,
mereka itu terdiri dari kaum terpelajar yang mempunyai semangat untuk
menyebarkan Buddha. Kedatangan mereka disambut baik oleh tokoh masyarakat.
Selanjutnya karena tertarik dengan ajaran Hindu-Buddha mereka pergi ke India
untuk memperdalam ajaran itu. Lebih lanjut Bosch mengemukakan bahwa proses
Indianisasi adalah suatu pengaruh yang kuat terhadap kebudayaan lokal.
Bukti-bukti dari pendapat di atas adalah adanya prasasti Nalanda yang
menyebutkan bahwa Balaputradewa (raja Sriwijaya) telah meminta kepada raja di
India untuk membangun wihara di Nalanda sebagai tempat untuk menimba ilmu
para tokoh dari Sriwijaya. Permintaan raja Sriwijaya itu ternyata dikabulkan. Dengan
demikian, setelah para tokoh atau pelajar itu menuntut ilmu di sana, mereka balik ke
Indonesia. Merekalah yang selanjutnya menyebarkan pengaruh Hindu-Buddha di
Indonesia.
Kelebihan
 Proses masuknya pengaruh Hindu-budha lebih cepat dan mudah
Kelemahan
 Kurangnya bukti yang membuktikan teori ini
 Pada teori arus balik ini, sepertinya tidak mungkin jika orang Indonesia pergi
ke India untuk belajar agama & budaya Hindu-Buddha karena pada saat itu
masyarakat Indonesia masih bersifat pasif, jadi tidak mungkin orang
Indonesia belajar ke India untuk menuntut ilmu agama & budaya Hindu-
Buddha kemudian mereka kembali ke Indonesia untuk menyebarkan ilmu
mereka.
Peta Persebaran Pengaruh Hindu-Budha
Rute Perjalanan Laut : India menuju Myanmar, Thailand, Semenanjung Malaya,
kemudian ke Nusantara. Sementara itu yang dari
semenanjung Malaya ada yang terus ke Kamboja, Vietnam,
Cina, Korea dan Jepang. Diantara mereka ada yang dari
India ke Nusantara.
Rute Perjalanan Darat: Melalui jalur Sudra dari India ke Tibet terus ke Utara sampai
dengan Cina, Korea dan Jepang. Ada juga yang melakukan
perjalanan dari India Utara menuju Bangladesh, Myanmar,
Thailand, Semenanjung Malayu, Indonesia.
Bukti Budha masuk pada abad 2 M adalah dengan ditemukannya archa Budha dari
perunggu di Sempaga (Sulawesi Selatan) yang diperkirakan berasal dari langgam
archa Amarawati ( barang dagangan), bukti Hindu masuk abad 5 M ditemukannya
prasasti-prasasti kerajaan Kutai.

Pengaruh Hindu-Budha terhadap Nusantara meliputi:


1.     Seni bangunan
Pengaruh seni bangunan india di insonesia
dapat dilihat pada  bangunan candi yang
memiliki ciri khas Indonesia asli yang tidak di
temukan di India. Missal andi Borobudur
memiliki prototype yang merupa kan candi
budha terbesar di Indonesia dan memiliki ciri
punden berundak undak merupakan ciri
tradisi dari Zaman megalithikum .
2. Seni sastra
Perkembangan sastra di Indonesia jug banyak mendapat pengaruh dari india. Ini
tampak dari penggunaan bahasa sanskerta dan jug hurup pellawa pada prasasti
prasasti yang diteukan di Indonesia . juga berkembangnya epos Ramayana dan
maha barata yang banyak di temukan di Indonesia

3.     Kepercayaan
Sebelum mengenal hindu budha , masyarakat Indonesia juga sudah mengenal
kepercayaan yaitu bercorak animisme dan dinamisme. Namun setelah kebudayaan
india masuk bangsa Indonesia banyak yang memiliki kepercayaan yang bersifat
politheisme

4.     Bidang pemerintahan


Pemerintahan awal di Indonesia yang berkembang adalah system pemerintahan
yang dipimpin oleh kepala suku yang dipilih menurut prinsip Primus Interpares.
Namun setelah hindu budha masuk berkembang kemudian system pemerintah
kerajaan yang bersifat turun temurun.

5.     Seni rupa dan seni lukis


Perkembangan seni rupa di Indonesia nempak pada relief candi, mislnya pada candi
Borobudur yang menunjukkan unsure india yaitu relief sang budha namun alamnya
menggambarkan suasana alam Indonesia separti rumah panggung dan perahu
bercadik
6.     kalender      
Akulturasi  dalam bidang kalender Nampak dari penggunaan thn saka. Dismping itu
juga penggunaan Candra Sangkala dalam penulisan tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Asriani, Gatot dkk, 2010, ATLAS SEJARAH INDONESIA DAN DUNIA, Jakarta: Balai
Pustaka
Listiani, Dwi A, 2013, SEJARAH, Jakarta: Departemen Pendidikan
M, Tarunasena, 2009, SEJARAH, Jakarta: Departemen Pendidikan
Notosusanto, Nugroho dkk, 2010, SEJARAH NASIONAL INDONESIA II, Jakarta:
Balai Pustaka

     

Anda mungkin juga menyukai