K
erajaan Banjar atau Kerajaan Islam Banjar adalah sebuah
kerajaan yang berada di daerah Kalimantan Selatan. Cikal bakal
kerajaan Islam Banjar ini menurut Hikajat Bandjar (diterbitkan
oleh Ras, 1968 dalam Alfani Daud, 1997: 26--27) bermula dari
kedatangan rombongan imigran dari Keling, India (menurut versi lain
Keling adalah kerajaan Kalingga di Jawa Timur), yang mencari tanah
air baru di kawasan ini. Empu Jatmika, pimpinan rombongan imigran
ini, dirajakan di negeri Negaradipa, yang terletak di sekitar Candi
Agung di Amuntai (Kabupaten Hulu Sungai Utara sekarang). Ketika
maharaja akan meninggal, ia berwasiat kepada anak-anaknya agar tidak
mengaku sebagai raja, melainkan berusaha untuk mendapatkan raja
dengan balampah (bertapa). Salah seorang anaknya, yaitu Lambung 163
Manuskripta, Vol. 2, No. 1, 2012
Dede Hidayatullah
antara kerjaan baru ini dengan kerajaan Negaradaha yang saat itu
dikuasai oleh Pangeran Tumenggung, raja terakhir Kerajaan Negara
165
Daha (tahta kerajaan Negara Daha dikuasai Pangeran Temanggung
setelah membunuh Pangeran Mangkubumi yang menjabat sebagai
Raja Kerajaan Negaradaha. Pangeran Samudera, atas saran dari Patih
Masih, meminta bantuan kepada kerajaan Islam Demak yang pada
waktu itu rajanya adalah Sultan Trenggono. Demak setuju memberi
bantuan dengan syarat Pangeran Samudera bersedia memeluk ajaran
Islam dan kerajaannya menjadi kerajaan Islam. Syarat tersebut
disetujui oleh pangeran Samudera, dikirimlah 1000 pasukan Islam dari
Demak beserta seorang penghulu bernama Chatib Dayan. Pangeran
Tumenggung akhirnya menyerahkan kerajaan kepada keponakannya
Pangeran Samudera, Raja dari Banjarmasin (Zaidan, 2008: 108—111).
Dengan berakhirnya peperangan antara Pangeran Samudera dengan
pamannya Pangeran Temanggung. sejak itulah titik awal berdirinya
kerajaan Banjar dengan raja yang pertama Pangeran Samudera dengan
gelar Sultan Suriansyah. Pemerintahan kerajaan Banjar ini berpusat di
Kuin. Dan rumah Patih Masih menjadi tempat pemerintahan resmi
atau keraton.
sesuai dengan wasiat dan amanat yang diberikan oleh Sultan Adam.
Peristiwa ini menjadi muara pecahnya perang Banjar yang dipimpin
169
oleh Pangeran Hidayatullah dan Pangeran Antasari melawan Belanda.
(Said, 2011:22. Lihat Abu Daudi, 2003: 32)
Tanggal 11 Juni 1860, Pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan
mengumumkan maklumat dihapuskannya kerajaan Banjar dengan
keputusan Gubernur Jenderal tanggal 17 Desember 1859. Hal ini
menyebabkan Kerajaan Banjar resmi menjadi Gubernment Belanda.
(Said, 2011:28)
Pada tanggal 28 Februari 1862 Pangeran Hidayatullah tertangkap
dengan tipu muslihat yang dilakukan oleh Belanda, dan kemudian
diasingkan ke Cianjur bersama keluarganya.
Upaya Rekontruksi Kerajaan Banjar pernah dilakukan oleh Ir. Gusti
Muhammad Noor yang diberi gelar pangeran dari para pagustian
untuk meneruskan marwah kerajaan Banjar. (Said, 2011:30). Namun,
setelah Ir. Gusti Muhammad Noor meninggal keinginan untuk
rekonstruksi kerajaan Banjar ikut memudar, karena tidak adanya sosok
yang inspiratif dan tepat dari kalangan pagustian yang bisa dijadikan
pangeran.
Akhirnya, melalui Musyawarah Tinggi Adat yang berlangsung
di Hotel Arum Banjarmasin tanggal 24 Juli 2010 dilantik Pengurus
Lembaga Adat dan Kekerabatan Kesultanan Banjar (LAKKB) serta
menganugerahi H. Gusti Khairul Saleh sebagai Pangeran sekaligus Raja
Muda Kesultanan Banjar. sejak itulah Raja Muda H. Khairul Saleh
yang juga bupati Kabupaten Banjar melaksanakan amanah pelestarian
budaya leluhur secara teguh.
a. Kitab Ushuluddin
Menurut Abu Daudi (2003: 78), risalah ini ditulis al-Banjari pada 173
tahun 1188 H. (1774 M.), dua tahun sesudah tiba di Martapura. Risalah
ini disusun untuk kepentingan dakwah, yaitu untuk memberikan
pengetahuan dasar tentang pengenalan dasar terhadap Allah kepada
masyarakat, semacam sifat dua puluh. (Abu Daudi, 2003: 24) Risalah
yang tertulis dalam bahasa Melayu huruf Arab ini belum pernah
diterbitkan dan naskahnya tidak ditemukan. Kemungkinan isinya
sudah dimasukan dalam kitab Parukunan Jamaluddin.
Catatan Kaki
178 • Artikel ini pernah disampaikan dalam “Simposium Internasional Manassa XIV” 11-13
September 2012 di Yogyakarta
1. Naskah itu ditulis pada tahun 1668 dan pernah ditemukan oleh seorang orientalis
R.O. Winestedt di Jakarta.
2. Al-Banjari sudah dianggap sebagai bubuhan Raja-raja (kaum Bangsawan), beliau diberi
tanah lungguh seperti anak-anak bangsawan lainnya.
3. Zamzam, Op.cit., h. 12.
4. Wawancara pada tanggal 5 Juli 2012.
5. Menurut Abu Daudi, beliau dizinkah oleh Syeik Zaini Abdul Gani (Guru Sekumpul)
menyalin dan mentraskripsi karya-karya al-Banjari asalkan tidak meninggal tulisan
Arab Melayunya. Hal ini dilakukan agar para pembaca bisa membandingkan antara
teks aslinya dengan translitarsi dalam huruf latin, dan juga untuk menghindari
terjadinya kesalahan dalam proses translitrasi dan transkripsi.
Bibliogra
Banjari, Syekh Muhammad Arsyad al-. tt. Sabil al-Muhtadin li at-Tafaqquh Amr
ad-Din. Mesir: Dar al-Fikri.
Banjari, Syekh Muhammad Na s ibnu Idris al-. tt. Al Durr an Na s Bayan
Wahdat al-Af’al wa al-Asma’ wa as-Sifat wa al Zat, Zat al Taqdis. Jeddah: al-
haramain.
Barjie, Ahmad. 2011. “Religiusitas Kesultanan Banjar” dalam Re eksi Banua
Banjar. Martapura: Pustaka Agung Kesultanan Banjar.
Daud, Alfani.1997. Islam dan Masyarakat Banjar: Diskripsi dan Analisa
Kebudayaan Banjar. Jakarta: PT Raja Gra ndo Persada.
Daudi, Abu. 2003. Maulana Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari (Tua Haji Besar.
Yayasan Pendidikan Islam Dalam Pagar (Yapida): Martapura.
Humaidy. 2004. “Peran Syekh Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari dalam
Pembaharuan Pendidikan Islam di Kalimantan Selatan Penghujung Abad
XVIII”. Tesis. Yogyakarta: Perpustakaan IAIN Sunan Kalijaga.
Halidi, Yusuf. 1968.Ulama Besar Kalimantan Syekh Muhammad Arsyad Al-
Banjari. Surabaya : al-Ihsan.
___________. 1986. Ulama Besar Kalimantan Syekh Syekh Muhammad Arsyad
al-Banjari, Surabaya : PT. Bina Ilmu.
Jamaluddin, Ibnu al-fadil as-syeikh Muhammad Arsyad mufti Banjar. tt.
Parukunan. Singapura: al-Haramain littabah wa an-nasyri wa at-tauzi`.
Pijper. G.F. 1985. Beberapa Studi Tentang Sejarah Islam Indonesia 1900-1950,
Jakarta: UI-Press.
179
Rasyid, H. Abd. al-. 1979. Ini Kitab Perukunan Besar Melayu, Surabaya: Maktabah
Saad bin Nasir bin Nabhan wa Auladih.
Said, Ir. H. Muhammad. 2011. Raja Diraja Kerajaan Banjar Abad XV—XXI:
Catatan Riwayat Kerajaan Banjar; Perlawanan Hingga Upaya Rekonstruksi.
Martapura: Pustaka Agung Kesultanan Banjar.
Wikipedia. “Ahmad Syamsuddin al-Banjari.” http://id.wikipedia.org/wiki/
Ahmad_ Syamsuddin_al-Banjari” (diakses tanggal 12 Juli 2012).
Zaidan, Abdul Rozak. 2008. Hikayat Banjar: “Re eksi Sastra Nusantara” dalam
Dari Hitu ke Barus. Jakarta: Pusat Bahasa.
__________________________
Dede Hidayatullah Balai Bahasa Propinsi Kalimantan Selatan.