Anda di halaman 1dari 7

3.

8 Menganalisis peristiwa pembentukan pemerintahan pertamdan maknanya bagi


3.8 Menganalisis peristiwa pembentukan pemerintahan pertama Republik Indonesia pada
kehkebangsa
awal kemerdekaan dan maknanya bagi kehidupan kebangsaan masa kini

Negara RI yang dilahirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 pada kenyataannya belum
sempurna sebagai suatu negara. Oleh karena itu, langkah yang diambil oleh para pemimpin negara
melalui PPKI adalah menyusun konstitusi negara dan membentuk alat kelengkapan negara. Untuk itu
PPKI mengadakan sidang sebanyak tiga kali yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945, 19 Agustus 1945,
dan 22 Agustus 1945.

Sidang PPKI

1. Sidang 18 Agustus 1945

- Mengesahkan dan menetapkan UUD 1945 sebagai konstitusi negara

- Memilih Presiden dan Wapres (Ir.Soekarno dan Drs. Moh. Hatta)

- Presiden dibantu oleh sebuah Komite Nasional

2. Sidang 19 Agustus 1945

- Menetapkan 12 Kementrian yg bertugas membantu presiden (pemerintah)

- Membagi wilayah RI atas 8 provinsi dan menunjuk gubernurnya

3. Sidang 22 Agustus 1945

- Membentuk Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang berkedudukan di Jakarta

- Penetapan Partai Nasional Indonesia (PNI) sebagai partai tunggal

- Pembentukan Badan Keamanan Rakyat

Berdasarkan Maklumat no X tahun 1945 tanggal 16 Oktober 1945 menetapkan bahwa KNIP sebelum
terbentuk MPR dan DPR diserahi tugas legislatif dan ikut menetapkan GBHN.

Dukungan spontan thd Proklamasi Kemerdekaan Indonesia:


 Rapat Raksasa di Lapangan Ikada (19 september 1945)
Komite Van Aksi sebagai wadah para pemuda dan mahasiswa berperan dalam
merencanakan rapat raksasa di lapangan Ikada, memobilisasi massa dan mendesak
pemerintah untuk hadir dalam rapat raksasa di lapangan Ikada pada tanggal 19 September
1945.
Tujuan rapat raksasa ini adalah:
a) Untuk mendekatkan emosional Pemerintah Republik Indonesia dengan rakyat
Indonesia bahwa Indonesia telah merdeka.
b) Untuk menunjukkan kepada tentara sekutu bahwa rakyat Indonesia siap
menghadapi apa saja yang hendak mengganggu kemerdekaan Indonesia.

 Pernyataan sikap Sri Sultan HB IX, antara lain berisi:


a. bahwa negeri Yogyakarta adalah Daerah Istimewa dari Negara Republik Indonesia
b. bahwa sebagai kepala daerah, memegang segala kekuasaan dalam negeri Yogyakarta
c. bahwa hubungan antara Yogyakarta dengan RI bersifat langsung dan bertanggung
jawab langsung kepada presiden RI
Pernyataan ini merupakan kebesaran jiwa dan pengorban Sultan Hamengkubuwono IX
dalam mendukung berdirinya Negara Republik Indonesia.
Kemudian Presiden Republik Indonesia, Soekarno secara khusus mengirim utusan ke
Yogyakarta untuk menyampaikan piagam pernyataan Pemerintah Republik Indonesia.
Pernyataan Sultan dan Piagam Pemerintah RI inilah menjadi dokumen historis yang
menjadi dasar keistimewaan Propinsi Yogyakarta.
 Tindakan heroik di berbagai kota/tempat:
1. Pertempuran di Surabaya dan sekitarnya
Selama bulan September 1945, rakyat dan BKR merebut senjata di gudang mesiu Don
Bosco. Merebut kompleks penyimpanan senjata dan pemancar radio di Embong,
Malang. Dan pada tanggal 1 Oktober 1945, rakyat merebut Markas Kompetai (polisi
rahasia) yang dianggap lambing kekejaman Jepang.

2. Pertempuran di Yogyakarta
Pada tanggal 26 September 1945, para pegawai pemerintah dan perusahaan yang
dikuasai Jepang mengadakan aksi mogok. Mereka memaksa pihak Jepang untuk
menyerahkan semua kantor kepada pihak Indonesia. Tindakan itu diperkuat oleh
Komite Nasional Indonesia daerah Yogyakarta yang mengumumkan berdirinya
pemerintah RI di Yogyakarta. Pada tanggal 7 Oktober 1945, rakyat dan BKR merebut
tangsi Otsukai Butai.

3. Pertempuran Lima Hari di Semarang


Pertempuran Lima Hari di Semarang merupakan pertempuran besar yang
terjadi setelah Jepang menyerah kepada Sekutu. Pertempuran ini terjadi pada tanggal
15 – 20 Oktober 1945. Pertempuran Lima Hari di Semarang diawali dari peristiwa
kaburnya para tawanan bekas tentara Jepang yang akan dijadikan buruh pabrik di
daerah Cepiring. Kaburnya tentara-tentara Jepang ke wilayah Semarang ini
menimbulkan ketakutan pada diri rakyat Semarang. Apalagi kemudian Jepang
menguasai pusat persediaan air yang ada di daerah Candi. Keadaan semakin
meresahkan rakyat saat tersiar desas-desus bahwa Jepang telah meracuni persediaan
air minum di daerah Candi. Untuk membuktikan desas-desus itu, Dr. Karyadi
memberanikan diri untuk memeriksa air minum tersebut. Ketika sedang melakukan
pemeriksaan, ia ditembak Jepang dan kemudia gugur. Peristiwa ini menimbulkan
amarah rakyat sehingga berkobarlah pertempuran Lima Hari di Semarang. Dalam
pertempuran tersebut, sebanyak 2. 000 rakyat Semarang menjadi korban dan 100
orang Jepang tewas.
Pertempuran ini berhasil diakhiri setelah pimpinan TKR berunding dengan
pasukan Jepang. Usaha perdamaian tersebut akhirnya lebih dipercepat setalah
pasukan Sekutu (Inggris) mendarat di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945. Untuk
selanjutnya, pasukan Sekutu menawan dan melucuti senjata Jepang.

4. Pertempuran di Kalimantan
Di Kalimantan dukungan Proklamasi Kemerdekaan dilakukan dengan
berdemokrasi, pengibaran Bendera Merah-Putih dan mengadakan rapat-rapat. Pada
14 November 1945 dengan beraninya sekitar 8000 orang berkumpul di komplek NICA
dengan mengarak Bendera Merah-Putih.

5. Pertempuran di Makasar
Para pemuda mendukung Gubernur Sulawesi, Dr. Sam Ratulangi dengan
merebut gedung-gedung Vital dari tangan polisi. Di Gorontalo para pemuda berhasil
merebut senjata dari markas-markas Jepang pada 13 Sepember 1945. Di Sumbawa
pada bulan Desember 1945, rakyat berusaha merebut markas-markas Jepang. Pada 13
Desember 1945 secara serentak para pemuda melakukan penyerangan terhadap
Jepang.

6. Pertempuran di Aceh
Di Aceh pada 6 Oktober 1945 para pemuda dan tokoh masyarakat
membentuk Angkatan Pemuda Indonesia (API). 6 hari kemudian Jepang melarang
berdirinya organisasi tersebut. Pimpinan pemuda menolak dan timbulah
pertempuran. Para pemuda mengambil alih kantor-kantor pemerintah Jepang,
melucuti senjatanya dan mengibarkan Bendera Merah-Putih.

7. Pertempuran di Palembang
Di Palembang pada 8 Oktober 1945 Dr. A. K. Gani memimpin rakyat
mengadakan upacara pengibaran Bendera Merah-Putih. Perekutan kekuasaan di
Palembang dilakukan tanpa Insiden. Pihak Jepang berusaha menghindari
pertempuran.

8. Pertempuran di Sumbawa
Pada bulan Desember 1945, para pemuda Indonesia di Sumbawa melakukan
aksi. Mereka melakukan perebutan terhadap pos-pos militer Jepang, yaitu terjadi di
Gempe, Sape, dan Raba.

Penyusunan Kelengkapan Pemerintahan dan Negara

Pada 2 September 1945 Presiden Soekarno berhasil menyusun kabinet pertama RI yang terdiri dari
12 departemen yaitu:

1. Departemen Dalam Negeri: RAA. Wiranata Kusumah

2. Departemen Luar Negeri: Mr. Ahmad Subardjo

3. Departemen Keuangan: Mr. AA. Maramis

4. Departemen Kehakiman: Prof. Mr. Dr. Supomo

5. Departemen Kemakmuran: Ir. Surahman T

6. Departemen Keamanan Rakyat: Supriyadi


7. Departemen Kesehatan: dr. Buntaran Martoatmodjo

8. Departemen Pengajaran: Ki Hajar Dewantara

9. Departemen Penerangan: Mr. Amir Syarifuddin

10. Departemen Sosial: Mr. Iwa Kusumasumantri

11. Departemen Pekerjaan Umum: Abikusno Cokrosujoso

12. Departemen Perhubungan: Abikusno Cokrosujoso

Pembentukan Alat Kelengkapan Keamanan Negara

Pada sidang PPKI III, tanggal 22 Agustus 1945 dibentuklah Badan Keamanan Rakyat (BKR).
Badan itu ditetapkan sebagai bagian dari Badan Penolong Keluarga Korban Perang dengan tugas
memelihara keselamatan masyarakat. Tampak bahwa PPKI tidak memutuskan pembentukan tentara
kebangsaan. Tindakan itu dilakukan untuk menghindari permusuhan dengan kekuatan militer asing,
baik Jepang yang masih ada di Indonesia maupun Sekutu yang akan datang nanti. Meskipun
demikian, BKR diperkuat oleh unsur-unsur militer dari PETA, Heiho, Seinendan, dan Keibodan.
Pembentukan BKR ini membuat sebagian pemuda merasa tidak puas. Mereka menuntut
dibentuknya tentara nasional. Setelah mengalami tindakan provokasi pasukan Sekutu dan Belanda
yang mengancam keamanan negara, aksinya pemerintah menyadari perlu dibentuknya tentara
kebangsaan. Untuk itu, pemerintah menugaskan KNIL Mayor Oerip Soemohardjo untuk menyusun
tentara kebangsaan. Pada tanggal 5 Oktober 1945, pemerintah mengeluarkan maklumat yang
meresmikan berdirinya Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
Berdasarkan maklumat pemerintah itu Oerip Soemohardjo mendirikan Markas Tertinggi TKR
di Yogyakarta, Ia menjabat sebagai Kepala Staf Umum TKR. Sebagai Panglima TKR, pemerintah
menunjuk Supriyadi, tokoh pemberontakan PETA di Blitar. Karena Supriyadi ternyata tidak pernah
menduduki jabatannya, Markas Tertinggi TKR mengadakan pemilihan pemimpin tertinggi pada bulan
November 1945. Orang yang terpilih adalah Kolonel Soedirman, Komandan Divisi V / Banyumas.
Sebulan kemudian Soedirman dilantik sebagai Panglima Besar TKR dengan pangkat Jenderal,
Sedangkan Oerip Soemohardjo tetap menjadi Kepala Staf Umum TKR dengan pangkat Letnan
Jenderal.

Perkembangan Tentara Kebangsaan

 7 Januari 1946 : TKR berganti nama menjadi Tentara keselamatan rakyat.


 24 Januari 1946 : TKR berganti nama menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI). Pergantian
nama itu dilatarbelakangi oleh upaya mendirikan tentara kebangsaan yang percaya pada
kekuatan sendiri.
 3 Juni 1947 : TRI berganti nama menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Pergantian nama
itu dilatar belakangi oleh upaya mereorganisasi tentara kebangsaan yang benar-benar
profesional. Mulai tanggal 3 Juni 1947, secara resmi telah diakui berdirinya TNI sebagai
penyempurnaan dari TRI. Segenap anggota angkatan perang yang tergabung dalam TRI dan
anggota kelaskaran dimasukkan ke dalam TNI. Dalam organisasi ini telah dimiliki TNI
Angkatan Darat (TNI AD), TNI Angkatan Laut (TNI AL), dan TNI Angkatan Udara (TNI AU).
Semua itu terkenal dengan sebutan ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia). Saat ini
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia kembali bernama Tentara Nasional Indonesia.

Lahirnya Badan Legislatif Pertama

Pada awal kemerdekaan Pemerintah membentuk alat kelengkapan pemerintahan dengan


melantik Pengurus Komite Nasional Indonesia Pusat sebagai penasehat dan pembantu presiden
semata pada 29 Agustus 1945, Pemerintah mengumumkan Kabinet (Pemerintahan) Perdananya
pada 12 September 1945 dalam bentuk Sistem Pemerintahan Presidensiil dan juga berlakunya PNI
sebagai Partai tunggal pada 22 Agustus 1945. Kelompok Oposisi yang menganut paham Sosilalis yang
ada dalam tubuh KNIP pimpinan Sutan Sjahrir menentang habis-habisan Sistem pemerintahan
Presidensiil serta berlakunya sistem Partai tunggal karena beranggapan hal itu bisa mengarah pada
pemerintahan Diktator serta mereka juga menuntut perluasan kekuasaan KNIP sebagai parlemen
sebelum diadakanya Pemilu.

Akhirnya pada bulan Oktober 1945, kelompok Oposisi-Sosialis ini berhasil menyusun
kekuatan dan mendorong dibentuknya Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia (BP-KNIP) untuk
menggodok sistem pemerintahan yang ideal menurut mereka yaitu Parlementer. Sebagai langkah
awal pembentukan pemerintahan parlementer adalah mengubah fungsi KNIP dari hanya sekadar
badan penasihat menjadi badan legislatif untuk selamanya. Untuk tujuan itu, mereka
mengumpulkan dukungan sebanyak 50 buah tanda tangan dari 150 anggotanya.

Selanjutnya, pemerintah mengeluarkan Maklumat Pemerintah No. X 16 Oktober 1945.


Maklumat tersebut ditandatangani oleh Wakil Presiden Moh. Hatta dalam Kongres KNIP pada
tanggal 16 Oktober 1945. Isi maklumat tersebut terdiri dari dua materi pokok berikut ini.
a)    Sebelum terbentuknya MPR dan DPR, KNIP diserahi kekuasaan legislatif dan ikut
menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara.
b)    Berhubung dengan gentingnya keadaan, pekerjaan KNIP sehari-hari dijalankan oleh
suatu Badan Pekerja yang dipilih di antara mereka dan bertanggung jawab kepada
Komite Nasional Pusat.
Dengan dikeluarkannya Maklumat Pemerintah No. X tersebut, kekuasaam presiden, hanya
dalam bidang eksekutif. Dan dengan ini KNI-P berfungsi sebagai Lembaga Legislatif sebelum
diadakanya Pemilu yang definitif dan ini menjadi hari lahirnya Badan Legislatif pertama di Indonesia.

Pembentukan Partai Politik


Pemerintah Republik Indonesia pada bulan November 1945 mengeluarkan Maklumat 3 November
1945.
Pemerintah mengeluarkan maklumat politik tanggal 3 November 1945:

a. Pemerintah menyukai timbulnya partai-partai politik karena dapat membuka jalan bagi segala
aliran yang ada di masyarakat.

b. Pemerintah berharap agar parpol tersusun sebelum dilaksanakan pemilihan Badan Perwakilan
Rakyat bulan Januari 1946.

Dengan dikeluarkannya maklumat ini, pemerintah menginginkan timbulnya partai-partai politik akan
dapat dipimpin kerja sama yang teratur dengan segala aliran yang ada dalam masyarakat.
Pemerintah berharap supaya partai-partai politik telah dapat tersusun sebelum dilangsungkannya
pemilihan anggota badan-badan perwakilan rakyat pada bulan Januari 1946.

Anda mungkin juga menyukai