Negara RI yang dilahirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 pada kenyataannya belum
sempurna sebagai suatu negara. Oleh karena itu, langkah yang diambil oleh para pemimpin negara
melalui PPKI adalah menyusun konstitusi negara dan membentuk alat kelengkapan negara. Untuk itu
PPKI mengadakan sidang sebanyak tiga kali yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945, 19 Agustus 1945,
dan 22 Agustus 1945.
Sidang PPKI
Berdasarkan Maklumat no X tahun 1945 tanggal 16 Oktober 1945 menetapkan bahwa KNIP sebelum
terbentuk MPR dan DPR diserahi tugas legislatif dan ikut menetapkan GBHN.
2. Pertempuran di Yogyakarta
Pada tanggal 26 September 1945, para pegawai pemerintah dan perusahaan yang
dikuasai Jepang mengadakan aksi mogok. Mereka memaksa pihak Jepang untuk
menyerahkan semua kantor kepada pihak Indonesia. Tindakan itu diperkuat oleh
Komite Nasional Indonesia daerah Yogyakarta yang mengumumkan berdirinya
pemerintah RI di Yogyakarta. Pada tanggal 7 Oktober 1945, rakyat dan BKR merebut
tangsi Otsukai Butai.
4. Pertempuran di Kalimantan
Di Kalimantan dukungan Proklamasi Kemerdekaan dilakukan dengan
berdemokrasi, pengibaran Bendera Merah-Putih dan mengadakan rapat-rapat. Pada
14 November 1945 dengan beraninya sekitar 8000 orang berkumpul di komplek NICA
dengan mengarak Bendera Merah-Putih.
5. Pertempuran di Makasar
Para pemuda mendukung Gubernur Sulawesi, Dr. Sam Ratulangi dengan
merebut gedung-gedung Vital dari tangan polisi. Di Gorontalo para pemuda berhasil
merebut senjata dari markas-markas Jepang pada 13 Sepember 1945. Di Sumbawa
pada bulan Desember 1945, rakyat berusaha merebut markas-markas Jepang. Pada 13
Desember 1945 secara serentak para pemuda melakukan penyerangan terhadap
Jepang.
6. Pertempuran di Aceh
Di Aceh pada 6 Oktober 1945 para pemuda dan tokoh masyarakat
membentuk Angkatan Pemuda Indonesia (API). 6 hari kemudian Jepang melarang
berdirinya organisasi tersebut. Pimpinan pemuda menolak dan timbulah
pertempuran. Para pemuda mengambil alih kantor-kantor pemerintah Jepang,
melucuti senjatanya dan mengibarkan Bendera Merah-Putih.
7. Pertempuran di Palembang
Di Palembang pada 8 Oktober 1945 Dr. A. K. Gani memimpin rakyat
mengadakan upacara pengibaran Bendera Merah-Putih. Perekutan kekuasaan di
Palembang dilakukan tanpa Insiden. Pihak Jepang berusaha menghindari
pertempuran.
8. Pertempuran di Sumbawa
Pada bulan Desember 1945, para pemuda Indonesia di Sumbawa melakukan
aksi. Mereka melakukan perebutan terhadap pos-pos militer Jepang, yaitu terjadi di
Gempe, Sape, dan Raba.
Pada 2 September 1945 Presiden Soekarno berhasil menyusun kabinet pertama RI yang terdiri dari
12 departemen yaitu:
Pada sidang PPKI III, tanggal 22 Agustus 1945 dibentuklah Badan Keamanan Rakyat (BKR).
Badan itu ditetapkan sebagai bagian dari Badan Penolong Keluarga Korban Perang dengan tugas
memelihara keselamatan masyarakat. Tampak bahwa PPKI tidak memutuskan pembentukan tentara
kebangsaan. Tindakan itu dilakukan untuk menghindari permusuhan dengan kekuatan militer asing,
baik Jepang yang masih ada di Indonesia maupun Sekutu yang akan datang nanti. Meskipun
demikian, BKR diperkuat oleh unsur-unsur militer dari PETA, Heiho, Seinendan, dan Keibodan.
Pembentukan BKR ini membuat sebagian pemuda merasa tidak puas. Mereka menuntut
dibentuknya tentara nasional. Setelah mengalami tindakan provokasi pasukan Sekutu dan Belanda
yang mengancam keamanan negara, aksinya pemerintah menyadari perlu dibentuknya tentara
kebangsaan. Untuk itu, pemerintah menugaskan KNIL Mayor Oerip Soemohardjo untuk menyusun
tentara kebangsaan. Pada tanggal 5 Oktober 1945, pemerintah mengeluarkan maklumat yang
meresmikan berdirinya Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
Berdasarkan maklumat pemerintah itu Oerip Soemohardjo mendirikan Markas Tertinggi TKR
di Yogyakarta, Ia menjabat sebagai Kepala Staf Umum TKR. Sebagai Panglima TKR, pemerintah
menunjuk Supriyadi, tokoh pemberontakan PETA di Blitar. Karena Supriyadi ternyata tidak pernah
menduduki jabatannya, Markas Tertinggi TKR mengadakan pemilihan pemimpin tertinggi pada bulan
November 1945. Orang yang terpilih adalah Kolonel Soedirman, Komandan Divisi V / Banyumas.
Sebulan kemudian Soedirman dilantik sebagai Panglima Besar TKR dengan pangkat Jenderal,
Sedangkan Oerip Soemohardjo tetap menjadi Kepala Staf Umum TKR dengan pangkat Letnan
Jenderal.
Akhirnya pada bulan Oktober 1945, kelompok Oposisi-Sosialis ini berhasil menyusun
kekuatan dan mendorong dibentuknya Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia (BP-KNIP) untuk
menggodok sistem pemerintahan yang ideal menurut mereka yaitu Parlementer. Sebagai langkah
awal pembentukan pemerintahan parlementer adalah mengubah fungsi KNIP dari hanya sekadar
badan penasihat menjadi badan legislatif untuk selamanya. Untuk tujuan itu, mereka
mengumpulkan dukungan sebanyak 50 buah tanda tangan dari 150 anggotanya.
a. Pemerintah menyukai timbulnya partai-partai politik karena dapat membuka jalan bagi segala
aliran yang ada di masyarakat.
b. Pemerintah berharap agar parpol tersusun sebelum dilaksanakan pemilihan Badan Perwakilan
Rakyat bulan Januari 1946.
Dengan dikeluarkannya maklumat ini, pemerintah menginginkan timbulnya partai-partai politik akan
dapat dipimpin kerja sama yang teratur dengan segala aliran yang ada dalam masyarakat.
Pemerintah berharap supaya partai-partai politik telah dapat tersusun sebelum dilangsungkannya
pemilihan anggota badan-badan perwakilan rakyat pada bulan Januari 1946.