Anda di halaman 1dari 6

Jelaskan tanda-tanda klinis penderita marasmus, kwasiorkor, dan Marasmic-kwasiorkor

1. Kwashiorkor
a. Tubuh : Edema diseluruh tubuh, terutama punggung kaki (Dorsum pedis). Otot
mengecil (hipotrofi), lebih nyata apabila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk,
Ada pembesaran hati.
b. Wajah : Membulat dan sembab (moon face)
c. Mata : Pandangan sayu
d. Rambut : Tipis, kemerahan seperti rambut jagung, mudah dicabut tanpa terasa sakit
e. Mental : Apatis dan rewel
f. Kulit : Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna
menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis)
g. Penyakit infeksi : Umumnya bersifat akut, Anemia dan diare
2. Marasmus
a. Tubuh : Tampak sangat kurus, tampak tulang terbungkus kulit. Perut cekung, iga
gambang/tulang rusuk menonjol.
b. Wajah : Seperti orang tua (monkey face)
c. Mata : Tidak bercahaya
d. Rambut : Kusam
e. Mental : Cengeng dan rewel
f. Kulit : Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada
g. Penyakit infeksi : Umumnya bersifat kronis. Diare kronik atau konstipasi/susah buang
air besar
3. Marasmic – Kwashiorkor : Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala
klinik kwashiorkor dan marasmus, disertai edema yang tidak mencolok
Sepuluh langka utama yang diterapkan oleh WHO
1. Diet pada pengobatan atau pencegahan hipoglikemia (kadar gula dalam darah rendah)
a. Pemberian makanan harus diperhatikan sehingga memenuhi persyaratan diet sebagai
berikut:
 Porsi kecil, sering, rendah serat dan rendah laktosa
 Energy 100 kkal/kg bb/hari, protein 1-1.5 gr/kg bb/hari, cairan 130 ml/kg bb/hari
(jika ada edema berat 100 ml/kg bb/hari)
 Bila anak mendapat ASI, teruskan pemberiannya
b. Bila anak dalam keadaan sadar dan dapat menerima makanan maka berikan makanan
saring/cair 2-3 jam sekali untuk meningkatkan kadar gula darah. Makanan yang dapat
diberikan adalah F- 75 atau larutan modifikasi atau modisco 1/2 . dibawah ini
diberikan contoh cara membuat makanan formula WHO 75. Untuk lebih lengkapnya
dapat merujuk kepada buku pedoman tatalaksana gizi buruk Depkes RI tahun 2000.
c. Jadwal pemberian harus disesuaikan dengan perkembangan kondisi anak. Pada fase
stabilisasi hari 1-2 frekuensi pemberian makanan 12 x, hari 3-4 frekuensi 8x dan hari
5-7 frekuensi 6x pemberian.
d. Bila anak tidak dapat makan tetapi masih dapat minum, berikan air gula dengan
sendok
e. Bila anak mengalami gangguan kesadaran, berikan infuse cairan glukosa dan rujuk ke
RSU Kabupaten.
2. Diet pada pengobatan dan pencegahan hipotermia
1) Anak balita gizi buruk yang menderita hipotermia mempunyai suhu tubuh rendah.
Oleh sebab itu minuman atau makanan diberikan dalam keadaan hangat (± 40OC)
2) Untuk mengetahui suhu makanan atau minuman yang diberikan, sebelum diberikan
cek dahulu dengan cara meneteskan pada punggung telapak tangan. Apabila terasa
hangat, baru diberikan kepada anak.
3) Tahap ini masih dalam fase stabilisasi sehingga makanan yang diberikan tetap
formula 75 atau modifikasi atau modisco ½
4) Frekuensi pemberian 6-8 kali disesuaikan dengan kondisi anak ( hari 3-7).
3. Diet untuk mencegah kekurangan cairan
1) Cairan yang diberikan kepada anak harus dalam jumlah cukup dan sering
2) Teruskan ASI bila anak masih menyusui dan berikan setiap 30 menit sekali
3) Berikan ReSoMal (cairan rehidrasi oral khusus) setiap 30 menit sejumlah 3 sendok
makan (50 ml)
4) Apabila tidak ada ReSoMal, gunakan larutan pengganti resomal sesuai dengan table
dibawah ini.
5) Larutan pengganti ReSoMal tidak mengandung mineral Mg, Zn dan Cu. Oleh sebab
itu makanan yang diberikan merupakan sumber Mg, Zn dan Cu antara lain: beras,
kacang-kacangan, kedelai, bayam, daging sapi, hati, ikan laut, telur ayam, pisang,
apel, alpukat, dll.
6) Selain itu dapat pula diberikan MgS04 50% secara intramuscular 1x dengan dosis 0,3
ml/KgBB dengan maksimum 2 ml.
7) Konsultasikan ke dokter apabila anak tidak dapat minum, agar dapat diberikan infus.
4. Diet pada gangguan keseimbangan elektrolit
1) Karena terjadi ketidakseimbangan elektrolit yang menyebabkan edema, maka berikan
makanan tanpa garam/rendah garam
2) Bila anak masih dapat makan, berikan makanan dalam bentuk lumat yang
mengandung banyak mineral dengan menggunakan bahan makanan seperti tempe,
tahu, daging sapi, hati, ikan, beras, kacang-kacangan, bayam, wortel, labu kuning,
labu siam, tomat, pisang, papaya, dan lain-lain.
5. Diet pada anak balita gizi buruk yang menderita infeksi
1) Apabila ada infeksi seperti demam dan diare pada penderita gizi buruk, selain
diberikan obat antibiotic oleh dokter, pengaturan dietnya pun harus disesuaikan.
2) Berikan diet dalam bentuk lunak atau lumat, tidak merangsang, rendah lemak dan
hindari goreng-gorengan
3) Contoh makanan yang diberikan seperti nasi tim yang terdiri dari beras, ikan, wortel
dan daun bayam.
6. Pemberian makanan sesuai kondisi balita
1) Pemberian diet untuk anak balita gizi buruk yang dirawat disesuaikan dengan kondisi
balita yang dibagi dalam 3 fase, yaitu fase stabilisasi, fase transisi dan fase
rehabilitasi.
2) Pada fase stabilisasi penderita diberikan makanan formula khusus yang dapat
berlangsung 1-2 hari tergantung kondisi pasien (catatan: mungkin juga dapat hanya 2-
3 jam saja)
3) Berikan makanan yaitu formula WHO 75 atau larutan modifikasi atau modisco ½ dan
susunlah jadwal pemberian makanan
4) Prinsip pemberian diet pada fase ini adalah:
a. Porsi kecil, sering, rendah serat dan rendak laktosa
b. Energi dan protein cukup memenuhi metabolisme basal, yaitu energy 100
kkal/kg/hari, protein 1-1.5 gr/kg bb/hari, cairan 130 ml/kg bb/hari atau 100 ml/kg
bb/hari jika ada edema.
c. Bila anak mendapat ASI teruskan, dianjurkan memberi formula WHO
75/pengganti/modisco ½ dengan menggunakan cangkir atau gelas. (bila anak
terlalu lemah, berikan dengan sendok atau pipet) sampai habis.
5) Bia selera makan anak baik, tahapan pemberian formula dapat lebih cepat dalam
waktu 2-3 hari (setiap 2 jam)
6) Jangan beri makanan lebih dari 100 kkal/kg bb/hari pada fase ini
7) Pada hari 3 s/d 4 frekuensi pemberian formula diturunkan menjadi setiap jam dan
pada hari ke 5 s/d 7 diturunkan lagi menjadi setiap 4 jam
8) Lanjutkan pemberian makanan sampai hari ke 7 (akhir minggu pertama)
9) Catat jumlah yang diberikan dan sisanya, banyaknya muntah, frekuensi buang air
besar, konsistensi tinja, dan berat badan harian.
10) Selama fase ini diare secara perlahan berkurang. Pada penderita dengan edema, mula-
mula berat badanya akan berkurang kemudian berat badan akan naik.
7. Diet pada masa tumbuh kejar balita (“catch-up growth”)
1) Penatalaksanaan diet pada masa tumbuh kejar balita dibagi menjadi 2 fase yaitu fase
transisi dan fase rehabilitasi.
2) Diet pada fase transisi (minggu ke 2), pemberian makanan diberikan secara perlahan-
lahan untuk menghindari risiko gagal jantung, yang dapat terjadi bila anak
mengonsumsi makanan dalam jumlah banyak secara mendadak
3) Ganti formula khusus awal (energi 75 kkal dan protein 0,9- 1,0 gr per 100 ml) dengan
formula khusus lanjutan (energi 100 kkal dan protein 2,9 gram per 100 ml) dalam
jangka waktu 48 jam. Modifikasi makanan keluarga dapat diberikan asalkan
kandungan energy dan protein yang sama.
4) Kemudian naikkan 100 ml setiap kali, sampai hanya sedikit formula tersisa, biasanya
pada saat tercapai jumlah 30 ml/kgbb/kali pemberian (200 ml/kgbb/hari)
5) Setelah fase transisi dilampaui, anak diberi:
a. Formula WHO 100/pengganti/modisco 1 dengan jumlah tidak terbatas dan sering
b. Jumlah energi 150-220 kkal/kgbb/hari dan protein 4-6 gr/kgbb/hari
c. Bila anak mendapat ASI, teruskan member ASI dan tetap diberi makanan formula
WHO 100 atau pengganti atau modisco 1 karena energi dan protein ASI tidak
akan mencukupi untuk tumbuh kejar
6) Anak harus ditimbang setiap pagi sebelum diberi makan.
8. Diet pada penanggulangan kekurangan zat gizi mikro
1) Semua pasien gizi buruk mengalami kurang vitamin dan mineral
2) Berikan multivitamin setiap hari, dan bila anak sudah mau makan serta berat
badannya mulai naik baru diberi preparatbesi (fe) sesuai dosis.
3) Berikanlah makanan yang mengandung tinggi vitamin dan mineral seperti kacang-
kacangan, sayuran hijau dan buah-buahan berwarna seperti papaya, pisang, jeruk dan
lain-lain
9. Pemberian diet dapat menstimulasi sensorik dan memberi dukungan emosional
1) Keterlibatan ibu dalam memberi makan pada anak dengan penuh kasih sayang dan
kesabaran
2) Ibu dapat menciptakan lingkungan yang menyenangkan dan bermain dengan anak
sehingga dapat menstimulasi sensorik serta merangsang emosi anak
3) Pada fase ini (fase rehabilitasi) anak diberi makanan formula 135 atau pegganti
4) Bila kondisi anak sudah membaik, maka dapat diberi makanan keluarga.
10. Tatalaksana diet pasca rawat puskesmas (di rumah tangga dan posyandu)
a. Di rumah tangga
1) Setelah anak kembali ke rumah dari perawatan di puskesmas, perlu diikuti dengan
pengamatan dan perhatian terus menerus sehingga anak tidak kembali kepada
kondisi gizi buruk
2) Pemberian makanan sedapat mungkin dibuat dari bahan makanan yang tersedia
setempat, harga murah dan cara pembuatannya mudah
3) Apabila anak pulang ke rumah sudah dalam kondisi baik, maka anak dapat
ddiberikan makanan keluarga di rumah
4) Anak umur <2 tahun. Teruskan pemberian ASI sampai umur 2 tahun
5) Apabila kondisi anak masih lemas, dank arena suatu keadaan anak tidak dapat
dirawat terlalu lama di puskesmas, maka pengaturan diet harus diatur sampai
kondisi tubuh anak membaik
6) Pemberian makan dianjurkan berdasarkan berat badan anak. Pedoman pemberian
makan dibagi menjadi 4 kategori yaitu anak dengan berat badan < 7 kg, 7-8 kg, 9-
10 kg dan 11-13 kg.
7) Makanan yang dianjurkan kepada balita gizi buruk pasca rawat inap di rumah
tangga disebut makanan formula
8) Jika pemberian makanan formula dapat dilaksanakan dengan baik sesuai dengan
pedoman pemberian makanan formula, diharpkan dapat meningkatkan berat
badan anak sesuai yang diharapkan.
b. Di posyandu/pusat pemulihan gizi
1) Anjurkan ibu untuk memberikan makanan beraneka ragam kepada anak sesuai
kebutuhan anak
2) Berikan makanan tambahan pemulihan (PMT-P) dengan komposisi minimal 1/3
dari kebutuhan sehari yaitu 350-400 kalori dan protein 10-15 gram.
3) Bentuk makanan PMT-P dapat berupa kudapan, makanan mentah berupa tepung
beras, atau tepung lainnya, tepung susu, gula, minyak, kacang-kacangan, sayuran,
telur dan lauk pauk lainnya.
4) Lama pemberian PMT-P 3 bulan (90 hari) dan diberikan setiap hari
5) Makanan kudapan diberikan setiap hari di pusat pemulihan gizi (PPG) atau oleh
kader seminggu sekali.
6) Dianjurkan ahli gizi menyusun menu makanan dengan menggunakan bahan
makanan yang dibawa pulang dan mengajarkannya kepada ibu dari anak yang
memperoleh PMT-P
7) Contoh kombinasi bahan makanan terdiri dari 3 paket
Paket I : 60 gr beras, 1 butir telur (25 gr), 15 gr gula, kacang-kacangan
Paket II : 70 gr beras, 30 gr ikan
Paket III : 150 gr ubi/singkong, 40 gr kacang-kacangan dan 20 gr gula
Paket IV : 40 gr tepung ubi, 40 gr kacang-kacangan dan 20 gr gula.

Anda mungkin juga menyukai