540401
540401
Sifat kimia dari tanah jenis ini sedang sampai baik, reaksi tanahnya masam sampai
netral, kandungan bahan organiknya rendah, kandungan unsur haranya relatif kaya dan
banyak tergantung pada bahan induknya, kesuburan tanahnya sedang sampai tinggi.
Penyebarannya di daerah dataran aluvial sungai (hasil dari lumpur yang mengendap),
dataran aluvial pantai, dan daerah cekungan (depresi).
b. Gleisol
Tanah yang selalu jenuh air sehingga berwarna kelabu atau menunjukkan sifat-sifat
hidromorfik lain.
c. Organosol Gley Humus atau Tanah Gambut atau Tanah Organik
Jenis tanah ini berasal dari bahan induk organik seperti dari hutan rawa atau rerumput
rawa, dengan ciri dan sifat: tidak terjadi deferensiasi horizon secara jelas, ketebalan lebih
dari 0.5 meter, warna coklat hingga kehitaman, tekstur debu lempung, tidak berstruktur,
konsistensi tidak lekat-agak lekat, kandungan organik lebih dari 30% untuk tanah tekstur
lempung dan lebih dari 20% untuk tanah tekstur pasir, umumnya bersifat sangat asam
(pH 4.0), kandungan unsur hara rendah. Berdasarkan penyebaran topografinya, tanah
gambut dibedakan menjadi tiga yaitu:
gambut ombrogen: terletak di dataran pantai berawa, mempunyai ketebalan 0.5-16 m,
terbentuk dari sisa tumbuhan hutan dan rumput rawa, hampir selalu tergenang air,
bersifat sangat asam;
gambut pegunungan: terbentuk di daerah topografi pegunungan, berasal dari sisa
tumbuhan yang hidupnya di daerah sedang (vegetasi spagnum).
gambut topogen: terbentuk di daerah cekungan (depresi) antara rawa-rawa di daerah
dataran rendah dengan di pegunungan, berasal dari sisa tumbuhan rawa, mempunyai
ketebalan 0.5-6 m, bersifat agak asam, kandungan unsur hara relatif lebih tinggi; dan
Berdasarkan susunan kimianya tanah gambut dibedakan menjadi:
gambut oligotrop, bersifat sangat asam, miskin O2, miskin unsur hara, biasanya
selalu tergenang air;
gambut eutrop, bersifat agak asam, kandungan O2 serta unsur haranya lebih tinggi;
mesotrop, peralihan antara eutrop dan oligotrop.
d. Regosol
Tanah bertekstur kasar dengan kadar pasir lebih dari 60 %, hanya mempunyai horison
penciri ochrik, histik atau sulfurik.
e. Podsolik
Jenis tanah podsolik pada umumnya terdapat pada berbagai jenis bahan induk seperti
tufa masam, batuan pasir (sandstones) atau endapan kuarsa. Tanah ini memiliki solum
tanah yang paling tebal yaitu 90 – 180 cm, warna merah hingga kuning, tekstur tanahnya
lempung hingga berpasir, struktur gumpal, konsistensinya gembur di bagian atas dan
teguh di lapisan bawah (aerasinya buruk), kandungan bahan organiknya kurang dari 5 %,
kandungan unsur hara (fosfor, nitrogen, kalium, kalsium, magnesium, belerang, seng)
rendah, reaksi tanah (pH) sangat masam sampai agak masam yaitu 4 – 5,5. Tanah ini
berasal dari batuan pasir kuarsa, tuf vulkanik, bersifat asam. Tersebar di daerah beriklim
basah tanpa bulan kering, curah hujan lebih dari 2.500 mm/tahun. Tanah mineral telah
berkembang, kejenuhan basa rendah.
Secara keseluruhan tanah ini memiliki sifat kimia kurang baik; dapat terjadi keracunan
alumunium dan mangan untuk lahan kering dan keracunan besi pada persawasahan.
Kekahatan merupakan kendala utama kesuburan pada tanah Podsolik Merak Kuning
(PMK). Sifat fisika jenis tanah ini tidak mantap karena sifat agregratnya kurang baik,
sehingga peka erosi terhadap erosi (kelas IV; skor 60). Kesuburannya adalah rendah
sampai sedang.
f. Kombisol
Tanah dengan horisin kambik, atau epipedon umbrik atau molik. Tidak ada gejala-gejala
hidromorfik (pengaruh air).
C. Klimatologi
Di Kabupaten Kubu Raya dan umumnya di Indonesia, hanya dikenal dua musim yaitu
musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Juni
sampai dengan bulan September. Sedangkan musim penghujan bisa terjadi pada bulan
Desember sampai dengan bulan Maret. Keadaan ini berganti setiap setengah tahun setelah
melewati masa peralihan pada bulan April – Mei dan Oktober –November.
Curah hujan dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah iklim, keadaan geografi
dan perputaran / pertemuan arus udara. Pada tahun 2011 di Kabupaten Kubu Raya rata-rata
curah hujan berkisar 260,8 mm. Curah hujan terendah tercatat pada bulan Juli yaitu 144,1 mm
dan tertinggi tercatat pada bulan Oktober yaitu sebesar 533,2 mm.
Sedangkan rata-rata hari hujan pada tahun 2011 adalah 16 hari. Jumlah hari hujan
terbanyak terjadi pada bulan Oktober yaitu 27 hari, sedangkan terendah terjadi pada bulan
Juli yaitu 10 hari.
D. Topografi
Secara keseluruhan wilayah Kabupaten Kubu Raya terdiri dari dataran rendah, umumnya
datar, sebagian bergelombang dan sebagian kecil berbukit dengan kemiringan 0% - 60%.
Meskipun hampir seluruh wilayah Kubu Raya berupa dataran rendah dan rawa-rawa dengan
ketinggian 10 m dan kemiringan < 2%.
E. Sistem Lahan
Kabupaten Kubu Raya berdasarkan peta sistem Lahan diklasifikasikan dengan kondisi
lahan seperti berikut:
Sistem Lahan
No Keterangan
(Nama dan Simbol dalam Peta)
Karakter tanah resapan baik
7 Pakalunai (PLN) Berada pada ketinggian rata-rata 50-800 m dpl
Mempunyai kemiringan rata-rata 41-60% (terjal)
Tipe batuan granit, schist, andesit, basalt, grandiorit
Penggunaan lahan kebanyakan hutan dataran
lembah, sebagian diolah
8 Puting (PTG) Pantai-pantai dan lembah-lembah diantaranya
Lereng <2 %
Berada pada ketinggian 2-10 m
9 Telawi (TWI) Ketinggian rata-rata 50-1800 m dpl
Kemiringan rata0rata 40-60%
Vegetasi hutan basah dataran rendah
Iklim hujan tahunan 2100-4000 mm
Sumber : Land Sistem West Kalimantan (RePPProT)
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa Kabupaten Kubu Raya mempunyai sistem
lahan yang bermacam-macam diantaranya adalah gambut, honja, kahayan, kajapah,
mendawai, maput, pakalunai, puting, dan telawi.
2.1.3 Administratif
Kabupaten Kubu Raya merupakan kabupaten yang ada di Kalimantan Barat dengan luas
wilayah Kabupaten Kubu Raya 6.985,24 km² atau sekitar 4,75% dari luas wilayah Provinsi
Kalimantan Barat. Wilayah Kabupaten Kubu Raya terdiri dari 9 kecamatan, kecamatan yang
memiliki wilayah terluas aadalah Kecamatan Batu Ampar (2.002,70 km 2 atau 28,67% dari luas
Kabupaten Kubu Raya) dan Kecamatan dengan wilayah terkecil adalah Kecamatan Rasau
Jaya yaitu 111,07 km2 atau 1,59% dari luas Kabupaten Kubu Raya.
Tabel 2.1 Daerah Aliran Sungai (DAS) Kabupaten Kubu Raya
Nama DAS Luas (Ha)
Bongkok
Dabung
Kapuas
P.M. Kapuas
P.M. Pulau
P.M. Sekh
Sekh
Serawat
Sumber : BWS Kapuas
Tabel 2.3 Nama, Luas Wilayah Per Kecamatan dan Jumlah Desa Tahun 2012
Luas Wilayah
Nama Kecamatan Jumlah Desa Administrasi Terbangun
(Ha) (%) thd total (Ha) (%) thd total
Batu Ampar 14 2.002,70 28,67
Terentang 9 786,40 11,26
Kubu 20 1.211,60 17,35
Teluk Pakedai 14 291,90 4,18
Sungai Kakap 12 453,17 6,49
Rasau Jaya 6 111,07 1,59
Sungai Raya 16 929,30 13,30
Sungai Ambawang 13 726,10 10,39
Kuala Mandor B 5 473,00 6,77
JUMLAH 109 6.985,24 100,00
Sumber : BPS Tahun 2012
2.2 Demografi
Metode yang digunakan untuk mengetahui jumlah penduduk sampai tahun rencana
adalah metode peramalan (forecasting). Pada dasarnya metode analisis ini mencoba mencari
pola kecenderungan pertumbuhan masa lalu sebagai masukan untuk meramalkan kondisi
masa depan. Analisis dengan menggunakan metode ini dipermudah dengan adanya
perangkat lunak komputer, yang dikenal dengan Statgraphics (statistical graphics system).
Beberapa hal penting yang berkaitan dengan analisis (serta prosedur perhitungannya) adalah:
1. Harus tersedia minimal delapan rentang waktu data (time series) penduduk yang akan diper-
kirakan jumlahnya di masa depan. Semakin banyak data proses penghalusan (smoothing)
menjadi semakin akurat, karena kesalahan juga kecil.
2. Untuk meminimalkan kesalahan, dilakukan perhitungan secara berulang (iterasi) dengan
berbagai macam parameter hingga ditemukan kesalahan yang paling kecil (mendekati nol).
Metode yang digunakan untuk proyeksi jumlah penduduk ada 3, yaitu sebagai berikut :
1. Metode Matematik, ada 2 cara, yaitu:
• Linear Rate of Growth, ada 2 cara yaitu:
Arithmathic Rate of Growth(Pertumbuhan Penduduk Aritmatik rata-rata): pertumbuhan
penduduk dengan jumlah yang sama setiap tahun Pn= P0(1+rn).
Geometric Rate of Growth(Pertumbuhan Penduduk Geometrik rata-rata): pertumbuhan
penduduk menggunakan dasar bungan berbunga (bunga majemuk) Pn=P0 (1+r)n.
• Eksponential Rate of Growth(Pertumbuhan Penduduk Eksponensial rata-rata):
Pertumbuhan penduduk secara terus menerus setiap hari dengan angka pertumbuha
penduduk yang konstan Pn= P0 ern
Dimana P0 : jumlah penduduk pada tahun awal
Pn : jumlah penduduk pada tahun ke-n
r : tingkat pertumbuhan penduduk dari tahun awal ke tahun ke-n.
n : banyak perubahan tahun.
2. Metode Komponen
Metode ini sering digunakan dalam penghitunag proyeksi penduduk. Metode ini melakukan
tiap komponen penduduk secara terpisah dan untuk mendapat proyeksi jumlah penduduk total, hasil
proyeksi tiap komponen digabungkan. Metode ini membutuhkan data-data sebagai berikut:
Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin yang telah dilakukan perapihan
(smothing).
Pola mortalitas menurut umur.
Pola fertilitas menurut umur.
Rasio jenis kelamin saat lahir.
Tabel 2.3
Jumlah dan Kepadatan Penduduk Tahun 2009 – 2011
Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011
No Kecamatan Luas (km2)
Jmlh Pddk Kepadatan Jmlh Pddk Kepadatan Jmlh Pddk Kepadatan
1 Batu Ampar 2.002,70 32.533 16 33.113 17 33.660 17
2 Terentang 786,40 10.011 11 10.177 13 10.375 13
3 Kubu 1.211,60 36.140 27 36.469 30 36.829 30
4 Teluk Pakedai 291,90 18.467 56 18.767 64 19.064 65
5 Sungai Kakap 453,17 99.084 211 101.200 223 103.966 229
6 Rasau Jaya 111,07 22.960 194 23.499 212 24.084 217
7 Sungai Raya 929,30 184.233 223 188.014 202 191.929 207
8 Sungai Ambawang 726,10 63.404 82 65879*) 91 67207*) 93
9 Kuala Mandor B 473,00 23.576 46 23.852 50 24.121 51
Jumlah 6.985,24 490.408 71 500.970 72 511.235 73
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kubu Raya Tahun 2012
*) Belum Termasuk warga Perum IV yang pengakuannya masuk Kota Pontianak
Tabel 2.4
Jumlah dan Kepadatan Penduduk 2011 dan Proyeksi Penduduk 2012 - 2016
Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016
Laju
No Kecamatan Luas (km2) Kepad Kepa Kepa Kepa Kepa Kepa
Pertumbuhan Jmlh Pddk Jmlh Pddk Jmlh Pddk Jmlh Pddk Jmlh Pddk Jmlh Pddk
atan datan datan datan datan datan
1 Batu Ampar 2.002,70 1,65 33.660 17 34.215 17 34.780 17 35.354 18 35.937 18 36.530 18
2 Terentang 786,40 1,95 10.375 13 10.577 13 10.784 14 10.994 14 11.208 14 11.427 15
3 Kubu 1.211,60 0,99 36.829 30 37.194 31 37.562 31 37.934 31 38.309 32 38.688 32
4 Teluk Pakedai 291,90 1,58 19.064 65 19.365 66 19.671 67 19.982 68 20.298 70 20.618 71
5 Sungai Kakap 453,17 2,73 103.966 229 106.804 236 109.720 242 112.715 249 115.793 256 118.954 262
6 Rasau Jaya 111,07 2,49 24.084 217 24.684 222 25.298 228 25.928 233 26.574 239 27.236 245
7 Sungai Raya 929,30 2,08 191.929 207 195.921 211 199.996 215 204.156 220 208.403 224 212.737 229
8 Sungai Ambawang*) 726,10 2,02 67.207 93 68.565 94 69.950 96 71.363 98 72.804 100 74.275 102
9 Kuala Mandor B 473,00 1,13 24.121 51 24.394 52 24.669 52 24.948 53 25.230 53 25.515 54
Jumlah 6.985,24 2,05 511.235 73 521.715 75 532.410 76 543.325 78 554.463 79 565.830 81
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kubu Raya Tahun 2012
*) Belum Termasuk warga Perum IV yang pengakuannya masuk Kota Pontianak
Tabel 2.5 Rekapitulasi Realisasi APBD Kabupaten Kubu Raya Tahun 2009-2013
Tahun Rata-rata
No Realisasi Anggaran
2009 2010 2011 2012 2013 pertumbuhan
A Pendapatan (a.1 + a.2 + a.3) 473.445.024.343,29 606.571.533.938,93 741.570.719.543,01 793.415.089.047,86
a.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) 10.317.044.920,55 13.679.129.524,53 55.577.649.588,28 44.201.933.899,50
a.1.1 Pajak daerah 3.990.452.906,00 3.608.300.884,00 41.811.687.276,62 33.789.440.147,91
a.1.2 Retribusi daerah 2.466.723.477,00 4.417.408.473,00 5.570.968.831,50 7.047.974.827,00
a.1.3 Hasil pengolahan kekayaan daerah yang dipisahkan - - - -
a.1.4 Lain-lain pendapatan daerah yang sah 3.859.868.537,55 5.653.420.167,53 8.194.993.480,16 3.364.518.924,59
a.2 Dana Perimbangan (Transfer) 423.065.107.971,00 502.356.229.028,00 568.776.736.372,00 656.353.283.172,00
a.2.1 Dana bagi hasil pajak 23.062.320.855,00 35.817.143.642,00 41.684.074.372,00 32.931.677.909,00
Dana bagi hasil bukan pajak 5.996.257.116,00 3.541.218.386,00 - 7.101.169.263,00
a.2.2 Dana alokasi umum 375.538.530.000,00 414.760.167.000,00 460.516.762.000,00 535.464.386.000,00
a.2.3 Dana alokasi khusus 18.468.000.000,00 48.237.700.000,00 66.575.900.000,00 80.856.050.000,00
a.3 Lain-lain Pendapatan yang Sah 40.062.871.451,74 90.536.175.386,40 117.216.333.582,73 92.859.871.976,36
a.3.1 Hibah 1.250.000.000,00 2.841.000.000,00 2.500.000.000,00 -
a.3.2 Dana darurat - - - -
a.3.3 Dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kab./kota 13.118.641.215,30 10.354.578.254,40 23.275.728.222,73 32.346.190.167,36
a.3.4 Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus 2.957.611.000,00 38.385.959.132,00 16.409.545.000,00 -
Bantuan keuangan dari provinsi/pemerintah daerah
a.3.5 22.736.619.236,44 11.118.000.000,00 7.866.500.000,00 9.780.500.000,00
lainnya
B Belanja (b1 + b.2) 440.461.371.347,50 610.507.869.827,81 759.092.576.241,83 805.466.698.382,97
b.1 Belanja Tidak Langsung 253.923.329.667,50 321.628.234.2107,81 359.447.901.273,33 396.491.970.775,97
b.1.1 Belanja pegawai 229.031.332.337,50 291.788.499.207,81 322.796.435.773,33 361.510.315.374,00
b.1.2 Bunga - - - 363.930.103,42
b.1.3 Subsidi - - - -
b.1.4 Hibah 5.764.227.330,00 1.794.000.000,00 6.132.170.500,00 8.679.000.000,00
b.1.5 Bantuan sosial 2.696.000.000,00 9.665.000.000,00 11.288.150.000,00 4.261.841.471,96
Tahun Rata-rata
No Realisasi Anggaran pertumbuhan
2009 2010 2011 2012 2013
b.1.6 Belanja bagi hasil
b.1.7 Bantuan keuangan 16.431.770.000,00 18.380.735.000,00 19.231.145.000,00 21.544.281.000,00
b.1.8 Belanja tidak terduga - - - 132.602.826,59
b.2 Belanja Langsung 186.538.041.680,00 288.879.635.620,00 399.644.674.968,50 408.974.727.607,00
b.2.1 Belanja pegawai 13.850.052.350,00 16.519.736.780,00 22.183.349.588,00 30.423.455.150,00
b.2.2 Belanja barang dan jasa 58.451.738.844,00 99.308.940.985,00 168.527.825.922,00 151.256.585.745,00
b.2.3 Belanja modal 114.236.250.486,00 173.050.957.855,00 208.933.499.458,00 227.294.686.712,00
C Pembiayaan 6.412.328.068,67 39.395.981.064,46 35.459.645.175,58 46.460.648.361,76
Surplus/Defisit Anggaran 32.983.652.995,79 (3.936.335.888,88) (17.521.856.698,82) (12.051.609.335,11)
Sumber :DPPKAD Kabupaten Kubu Raya, 2013
Tabel 2.6 Rekapitulasi Realisasi Belanja Sanitasi SKPD Kabupaten Kubu Raya Tahun 20… - 20….
Tahun Rata2
No SKPD pertumbuhan
n-4 n-3 n-2 n-1 N
1 PU-CK
1.a Investasi
1.b operasional/pemeliharaan (OM)
2 KLH
2.a Investasi
2.b operasional/pemeliharaan (OM)
3 Kimtaru
3.a Investasi
3.b operasional/pemeliharaan (OM)
4 Dinkes
4.a Investasi
4.b operasional/pemeliharaan (OM)
5 Bappeda
5.a Investasi
5.b operasional/pemeliharaan (OM)
6 Bapermas
6.a Investasi
6.b operasional/pemeliharaan (OM)
n SKPD lainnya (sebutkan)
n.a Investasi
n.b operasional/pemeliharaan (OM)
8 Belanja Sanitasi (1+2+3+…n)
9 Pendanaan investasi sanitasi Total (1a+2a+3a+…na)
10 Pendanaan OM (1b+2b+3b+…nb)
11 Belanja Langsung
12 Proporsi Belanja Sanitasi – Belanja Langsung(8/11)
13 Proporsi Investasi Sanitasi – Total Belanja Sanitasi (9/8)
14 Proporsi OM Sanitasi – Total Belanja Sanitasi (10/8)
Sumber : Realisasi APBD tahun … - …., diolah
Keterangan : investasi termasuk di dalamnya pembangunan sarana prasarana, pengadaan lahan, pelatihan, koordinasi,
advokasi, kampanye dan studi-studi yang terkait dengan sanitasi
Tabel 2.7 Belanja Sanitasi Perkapita Kabupaten Kubu Raya Tahun 2009 - 2013
Tahun
No Deskripsi Rata-rata
2009 2010 2011 2012 2013
1 Total Belanja Sanitasi Kabupaten/Kota
2 Jumlah Penduduk 490.048 500.970 511.235 521.715 532.410
Belanja Sanitasi Perkapita (1 / 2)
Sumber : APBD dan BPS, diolah
Tabel 2.8 Tabel Peta Perekonomian Kabupaten Kubu Raya Tahun 2012 - 2013
Tahun
No Deskripsi
2009 2010 2011 2012 2013
1 PDRB harga konstan (struktur perekonomian) (Rp.) 4.647.308,00 4.936.652,99 5.258.029,09
2 Pendapatan Perkapita Kabupaten/Kota (Rp.) 15.318.175,90 17.566.983,11 19.518.618,97
3 Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,87 % 6,23 % 6,51 %
Sumber : PDRB Kabupaten Kubu Raya Tahun 2012
g. mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum terlayani atau relatif jauh
dari pusat pertumbuhan yang telah ada dalam rangka mempercepat upaya pemerataan
pelayanan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui peningkatan pelayanan
kesehatan dan pendidikan baik formal maupun informal;
h. mendorong perkembangan kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan lainnya untuk
peningkatan keefektifan dan efisiensi pelayanan terhadap wilayah di sekitarnya yang lebih
lanjut dapat mendorong perkembangan wilayah perdesaan.
Strategi untuk peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana wilayah meliputi:
a. menetapkan pola pengembangan sistem prasarana jaringan transportasi
b. menetapkan pola pengembangan sistem prasarana jaringan listrik
c. menetapkan pola pengembangan sistem prasarana telekomunikasi
d. serta menetapkan pola pengembangan sistem prasarana pelayanan air bersih sesuai dengan
pola pengembangan sistem pusat-pusat permukiman dan memberikan kerangka jaringan
yang efisien dan efektif dalam menunjang pengembangan kawasan budidaya dan
pengembangan kawasan strategis.
e. meningkatkan jangkauan dan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan
pelayanan transportasi darat, laut, dan udara hingga memberikan pelayanan yang optimal
terhadap daerah-daerah terpencil atau terisolir dengan diiringi peningkatan kualitas dan
kuantitas sarana perhubungan.
f. meningkatkan dan menjaga kelancaran transportasi yang menghubungkan daerah pesisir dan
daerah pedalaman dalam rangka mendukung upaya peningkatan kegiatan produksi dan
memperlancar kegiatan pemasaran hasil produksi serta mempersiapkan secara dini jalur
utama evakuasi bencana;
g. meningkatkan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan keterpaduan sistem jaringan
sumber daya air;
h. meningkatkan pelayanan air bersih dengan mempercepat pembangunan instalasi
pendistribusian terutama pada daerah yang telah memiliki sumber air baku berkualitas baik
yang dapat didistribusikan secara gravitasi.
i. meningkatkan jangkauan dan kualitas jaringan kelistrikan serta mewujudkan keterpaduan
sistem penyediaan tenaga listrik secara interkoneksi yang mengubungkan Kab. Kubu Raya
dengan kabupaten lainnya yang berbatasan
j. pengembangan jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbarukan dan tak terbarukan
secara optimal dengan mendorong perkembangan industri yang mengasilkan bioenergi;
Strategi untuk pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup meliputi:
a. menetapkan kawasan-kawasan berfungsi lindung, yang meliputi kawasan yang memberikan
perlindungan kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, kawasan pelestarian
alam dan suaka alam, kawasan cagar budaya, serta kawasan lindung lainnya guna
menjamin terciptanya pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan;
b. mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat
pengembangan kegiatan budi daya, dalam rangka mewujudkan dan memelihara
keseimbangan ekosistem wilayah; dan
c. mewujudkan kawasan hutan dengan luas paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luasnya
sesuai dengan kondisi ekosistemnya.
Strategi untuk pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan
lingkungan hidup meliputi:
a. menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup;
b. melindungi kemampuan lingkungan hidup dari tekanan perubahan dan/atau dampak negatif
yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia
dan makhluk hidup lainnya;
c. melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen
lain yang dibuang ke dalamnya;
d. mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak langsung menimbulkan
perubahan sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam
menunjang pembangunan yang berkelanjutan;
e. mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana untuk menjamin
kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan;
f. mengelola sumber daya alam tak terbarukan untuk menjamin pemanfaatannya secara
bijaksana dan sumber daya alam yang terbarukan untuk menjamin kesinambungan
ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta
keanekaragamannya; dan
g. mengembangkan kegiatan budidaya yang mempunyai daya adaptasi bencana di kawasan
rawan bencana.
Strategi untuk perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antarkegiatan budi daya
meliputi:
a. menetapkan kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis serta pemanfaatan sumber daya
alam secara sinergis untuk mewujudkan keseimbangan pemanfaatan ruang wilayah;
b. memberikan arahan pemanfaatan ruang untuk pengembangan kegiatan budi daya unggulan
khususnya perkebunan dan pertambangan serta kegiatan budi daya yang potensial
berkembang selaras dengan strategi pengembangan struktur ruang agar sinergis dan
berkelanjutan untuk mendorong perkembangan perekonomian kawasan dan wilayah
sekitarnya;
c. mengembangkan dan melestarikan kawasan budi daya pertanian pangan untuk
mewujudkan ketahanan pangan nasional disertai dengan upaya untuk peningkatan produksi
dan produktivitas pertanian serta pengembangan agroindustri dan agrobisnis di kawasan
perdesaan;
d. mengembangkan pulau-pulau kecil dengan pendekatan gugus pulau untuk meningkatkan
daya saing dan mewujudkan skala ekonomi;
Strategi untuk pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar tidak melampaui daya dukung
dan daya tampung lingkungan meliputi:
a. membatasi perkembangan budi daya di kawasan rawan bencana untuk meminimalkan potensi
kejadian bencana dan potensi kerugian akibat bencana;
b. mengembangkan ruang terbuka hijau dengan luas paling sedikit 30% dari luas kawasan
perkotaan; dan
c. mengendalikan kegiatan budidaya di pulau - pulau kecil agar eksistensi pulau – pulau tersebut
dapat dipertahankan.
Strategi untuk pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan yang berperan penting dalam
perkembangan perekonomian kabupaten meliputi:
a. mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber daya alam dan kegiatan budi
daya unggulan sebagai penggerak utama pengembangan wilayah;
b. memberikan arahan pengembangan bagi kawasan strategis yang memiliki pertumbuhan
cepat dengan harapan agar pertumbuhan pada kawasan tersebut mampu memicu
perkembangan wilayah belakangnya;
c. mengelola pemanfaatan sumber daya alam agar tidak melampaui daya dukung dan daya
tampung kawasan;
d. mengelola dampak negatif kegiatan budi daya agar tidak menurunkan kualitas lingkungan
hidup dan efisiensi kawasan;
e. meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi.
f. mengintensifkan promosi peluang investasi; dan
Strategi untuk pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi secara optimal meliputi:
a. mengembangkan kegiatan penunjang dan/atau kegiatan turunan dari pemanfaatan sumber
daya dan/atau teknologi tinggi;
b. meningkatkan keterkaitan kegiatan pemanfaatan sumber daya dan/atau teknologi tinggi
dengan kegiatan penunjang dan/atau turunannya; dan
c. mencegah dampak negatif pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi terhadap
fungsi lingkungan hidup, dan keselamatan masyarakat.