Anda di halaman 1dari 6

WORKSHEETS (LEMBAR KERJA)

Mata Kuliah : Kebidanan Komunitas Lanjut


Materi : Merancang Rencana Kerja Praktik Kebidanan
Komunitas
Nama/NIM : 1. Sunarti/1910104182
2. Cantika Siti Qodariah/1910104183
3. Febby Fuziyawati/1910104184
4. Irma Irawati/1910104185

No Keterangan Pembahasan
1 Masalah Stunting : 1. Pengertian Stunting
Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita
memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika
dibandingkan dengan umur. Kondisi ini diukur
dengan panjang atau tinggi badan yang lebih dari
minus dua standar deviasi median standar
pertumbuhan anak dari WHO. Kondisi stunting baru
nampak setelah bayi berusia 2 tahun. Balita stunting
termasuk masalah gizi kronik yang disebabkan oleh
banyak faktor seperti kondisi sosial ekonomi, gizi
ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya
asupan gizi pada bayi. Balita stunting di masa yang
akan datang akan mengalami kesulitan dalam
mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang
optimal.
Stunting terjadi mulai dari pra-konsepsi ketika
seorang remaja menjadi ibu yang kurang gizi dan
anemia. Menjadi parah ketika hamil dengan asupan
gizi yang tidak mencukupi kebutuhan, ditambah lagi
ketika ibu hidup di lingkungan dengan sanitasi
kurang memadai. Remaja putri di Indonesia usia 15-
19 tahun paling berisiko kurang energi kronik
(KEK).
2. Faktor Penyebab Stunting
Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi
dan tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk
yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita.
Beberapa faktor yang menjadi penyebab stunting:
a. Praktek pengasuhan yang kurang baik,
termasuk kurangnya pengetahuan ibu mengenai
kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa
kehamilan, serta setelah ibu melahirkan.
b. Masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk
layanan ANC-Ante Natal Care (pelayanan
kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan),
Post Natal Care dan pembelajaran dini yang
berkualitas.
c. Masih kurangnya akses rumah tangga /
keluarga ke makanan bergizi.
No Keterangan Pembahasan
d. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi.
3. Dampak Stunting
Dampak yang ditimbulkan stunting dapat
dibagi menjadi dampak jangka pendek dan jangka
panjang.
a. Dampak Jangka Pendek.
a) Peningkatan kejadian kesakitan dan kematian;
b) Perkembangan kognitif, motorik, dan verbal
pada anak tidak optimal; dan
c) Peningkatan biaya kesehatan.
b. Dampak Jangka Panjang.
a) Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa
(lebih pendek dibandingkan pada umumnya);
b) Meningkatnya risiko obesitas dan penyakit
lainnya;
c) Menurunnya kesehatan reproduksi;
d) Kapasitas belajar dan performa yang kurang
optimal saat masa sekolah; dan
e) Produktivitas dan kapasitas kerja yang tidak
optimal.
4. Upaya Pencegahan Stunting
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 39 Tahun 2016 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga, upaya yang dilakukan untuk
menurunkan prevalensi stunting di antaranya sebagai
berikut:
a. Ibu Hamil dan Bersalin
a) Intervensi pada 1.000 hari pertama kehidupan;
b) Mengupayakan jaminan mutu ante natal care
(ANC) terpadu;
c) Meningkatkan persalinan di fasilitas
kesehatan;
d) Menyelenggarakan program pemberian
makanan tinggi kalori, protein, dan
mikronutrien (TKPM);
e) Deteksi dini penyakit (menular dan tidak
menular);
f) Pemberantasan kecacingan;
g) Meningkatkan transformasi Kartu Menuju
Sehat (KMS) ke dalam Buku KIA;
h) Menyelenggarakan konseling Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) dan ASI eksklusif; dan
i) Penyuluhan dan pelayanan KB.
b. Balita
a) Pemantauan pertumbuhan balita;
b) Menyelenggarakan kegiatan Pemberian
Makanan Tambahan (PMT) untuk balita;
c) Menyelenggarakan stimulasi dini
No Keterangan Pembahasan
perkembangan anak; dan
d) Memberikan pelayanan kesehatan yang
optimal.
c. Anak Usia Sekolah
a) Melakukan revitalisasi Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS);
b) Menguatkan kelembagaan Tim Pembina
UKS;
c) Menyelenggarakan Program Gizi Anak
Sekolah (PROGAS); dan
d) Memberlakukan sekolah sebagai kawasan
bebas rokok dan narkoba
d. Remaja
a) Meningkatkan penyuluhan untuk perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS), pola gizi
seimbang, tidak merokok, dan mengonsumsi
narkoba; dan
b) Pendidikan kesehatan reproduksi.
e. Dewasa Muda
a) Penyuluhan dan pelayanan keluarga
berencana (KB);
b) Deteksi dini penyakit (menular dan tidak
menular); dan
c) Meningkatkan penyuluhan untuk PHBS, pola
gizi seimbang, tidak merokok/mengonsumsi
narkoba.
Rencana Kegiatan : 1. Pemeriksaan Berat Badan dan Panjang Badan
Balita
2. Pemeriksaan Kehamilan
3. Konseling Gizi Terpadu
Media yang dibuat : 1. Lembar balik
2. Leaflet
3. Poster
Dokumenn yang : 1. SOP ( Standar Operasional Prosedur )
diperlukan 2. Data pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan kesehatan anak dan balita
3. Data pemantauan perkembangan kesehatan ibu
hamil dan menyusui
4. Lembar monitoring, evaluasi, pelacakan dan
konfirmasi status gizi.
2 Masalah Kesehatan :
Reproduksi
Rencana Kegiatan :
Media yang dibuat :
Dokumenn yang :
diperlukan
No Keterangan Pembahasan
3 Masalah TB :
Rencana Kegiatan :
Media yang dibuat :
Dokumenn yang :
diperlukan
4 Masalah HIV : A. Pengertian HIV :
Suistainable Development Goals (SDGs)
merupakan program pembangunan dunia untuk
kepentingan manusia dan planet bumi, yang
disepakati oleh 191 negara anggota Perserikatan
Bangsa Bangsa (PBB) salah satunya Negara
Indonesia. Dalam tujuan SDGs urutan yang ketiga,
kesehatan memiliki tempat sentral yaitu mengenai
memastikan hidup sehat dan meningkatkan
kesejateraan untuk semua usia. Hal tersebut
dapat dicapai, salah satunya dengan memerangi
kasus HIV dengan cara mengantisipasi peningkatan
kasus HIV.
Human Immunodeficiency Virus (HIV) dapat
meruntuhkan kemampuan tubuh untuk menangkis
beberapa infeksi dan penyakit lainnya, atau
mengakibatkan kekebalan tubuh manusia
menurun dengan cara menyerang/menginfeksi sel
darah putih.Jumlah kasus HIV yang dinyatakan
positif di Indonesia sejak tahun 2005 hingga tahun
2017 cenderung mengalami peningkatan yang tajam
tiap tahunnya. Tahun 2017 Indonesia
dilaporkan berada di posisi ketiga setelah Negara
India dan China dengan kasus HIV terbanyak di
Asia-Pasifik. Pemerintah Indonesia sebenarnya
sudah melakukan berbagai strategi untuk
mengurangi jumlah kasus HIV, yaitu dengan
disediakannya pengobatan terapi Antiretroviral
(ARV) yang dapat menurunkan jumlah virus HIV
agar mampu mencegah penularan terhadap orang
lain. Kemudian dengan pemberian informasi
mengenai HIV secara umum melalui kegiatan
sekolah atau luar sekolah, pelayanan kesehatan dan
strategi penggunaan kondom sebagai bentuk
pencegahan. Tetapi strategi yang dilakukan
pemerintah Indonesia masih belum mampu menekan
permasalahan kasus HIV di Indonesia tiap tahunnya.
Pengetahuan mengenai penyebab HIV sangat
diperlukan bagi masyarakat Indonesia sebagai
strategi untuk mencegah penularannya sekaligus
menekan persentase kasus positif HIV di setiap
No Keterangan Pembahasan
provinsi di Indonesia, melihat bagaimana
peningkatan jumlah kasus ini di Negara Indonesia
tiap tahunnya, serta mewujudkan keberhasilan
tujuan SDGs urutan ketiga. Penularan kasus HIV
erat kaitannya dengan perilaku berisiko, sehingga
perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi
kasus HIV.
HIV (Human Immunodeficiency Virus)
merupakan pathogen yang menyerang sistem imun
manusia, terutama semua sel yang memiliki penenda
CD 4+ dipermukaannya seperti makrofag dan
limfosit T. AIDS (acquired Immunodeficiency
Syndrome) merupakan suatu kondisi
immunosupresif yang berkaitan erat dengan
berbagai infeksi oportunistik, neoplasma sekunder,
serta manifestasi neurologic tertentu akibat infeksi
HIV (Kapita Selekta, 2014). HIV (Human
Immunodeficiency Virus) adalah suatu retrovirus
yang berarti terdiri atas untai tunggal RNA virus
yang masuk ke dalam inti sel pejamu dan
ditranskripkan kedalam DNA pejamu ketika
menginfeksi pejamu. AIDS (Acquired
Immunodeficiency Syndrome) adalah suatu penyakit
virus yang menyebabkan kolapsnya sistem imun
disebabkan oleh infeksi immunodefisiensi manusia
(HIV), dan bagi kebanyakan penderita kematian
dalam 10 tahun setelah diagnosis (Corwin, 2009).
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) atau
kumpulan berbagai gejala penyakit akibat turunnya
kekebalan tubuh individu akibat HIV
B. Faktor Resiko
1. Pengguna napza suntik: menggunakan jarum
secara bergantian
2. Pekerja seks dan pelanggan mereka:
keterbatasan pendidikan dan peluang untuk
kehidupan yang layak memaksa mereka menjadi
pekerja seks
3. Lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki
4. Riwayat menerima transfusi darah secara
berulang tanpa persiapan
5. Riwayat perlukaan kulit seperti tato, tindik atau
sirkumsisi dengan alat yang tidak steril
6. mempunyai riwayat infeksi menular seksual

C. Cara Penularan
Penyakit ini menular melalui berbagai cara, antara
lain melalui cairan tubuh seperti darah, cairan
genitalia, dan ASI. Virus juga terdapat dalam saliva,
air mata, dan urin (sangat rendah). HIV tidak
No Keterangan Pembahasan
dilaporkan terdapat didalam air mata dan keringat.
Pria yang sudah disunat memiliki risiko HIV yang
lebih kecil dibandingkan dengan pria yang tidak
disunat.
D. Pencegahan
Lima cara pokok untuk mencegah penularan HIV
(A, B, C, D, E) yaitu:
A: Abstinence – memilih untuk tidak melakukan
hubungan seks berisiko tinggi, terutama seks
pranikah
B: Be faithful – saling setia
C: Condom – menggunakan kondom secara
konsisten dan benar
D: Drugs – menolak penggunaan NAPZA
E: Equipment – jangan pakai jarum suntik bersama
Rencana Kegiatan : 1. Menyediakan fasilitas kesehatan yang sesuai
standar
2. melakukan pelayanan kesehatan yang bermutu
3. melakukan pencegahan dengan penyuluhan
mengenai HIV

Media yang dibuat : 1. Poster


2. video
3. Lembar balik
Media ini selain diberika secara langsung, dapat
juga diberikan kepada masyarakan melalui media
sosial, mengingat peran media sosual sangat ini
sangat besar dan ramah lingkungan, lalu tidak
memerlukan biaya yang besar.
Dokumen yang : 1. Standar operasional prosedur (SOP)
diperlukan 2. Data kasus HIV
3. Dokumen rencana kegiatan
4. Sumber terkait seperti junal, atau buku

Anda mungkin juga menyukai