Anda di halaman 1dari 44

PANCASILA

Pancasila adalah dasar negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari Sanskerta:
pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan
pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang
adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan
tercantum pada alinea ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-Undang Dasar 1945.
Meskipun terjadi perubahan kandungan dan urutan lima sila Pancasila yang berlangsung
dalam beberapa tahap selama masa perumusan Pancasila pada tahun 1945, tanggal 1 Juni
diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila.

Sejarah perumusan dan lahirnya Pancasila


Pada tanggal 1 Maret 1945 dibentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia yang diketuai oleh Dr. Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.) Radjiman
Wedyodiningrat. Dalam pidato pembukaannya, dr. Radjiman antara lain mengajukan
pertanyaan kepada anggota-anggota Sidang, "Apa dasar Negara Indonesia yang akan kita
bentuk ini?"[1]
Dalam upaya merumuskan Pancasila sebagai dasar negara yang resmi, terdapat usulan-
usulan pribadi yang dikemukakan dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia yaitu:
Lima Dasar oleh Muhammad Yamin, yang berpidato pada tanggal 29 Mei 1945. Yamin
merumuskan lima dasar sebagai berikut: Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri
Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan Kesejahteraan Rakyat. Dia menyatakan bahwa kelima sila
yang dirumuskan itu berakar pada sejarah, peradaban, agama, dan hidup ketatanegaraan
yang telah lama berkembang di Indonesia. Mohammad Hatta dalam memoarnya meragukan
pidato Yamin tersebut.[2]
Panca Sila oleh Soekarno yang dikemukakan pada tanggal 1 Juni 1945 dalam pidato
spontannya yang kemudian dikenal dengan judul "Lahirnya Pancasila".[3]. Soekarno
mengemukakan dasar-dasar sebagai berikut: Kebangsaan Indonesia atau nasionalisme,
Kemanusiaan atau internasionalisme, Mufakat atau Demokrasi, Kesejahteraan Sosial,
Ketuhanan yang berkebudayaan. Nama Pancasila itu diucapkan oleh Soekarno dalam
pidatonya pada tanggal 1 Juni itu, katanya:
Sekarang banyaknya prinsip: kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan, dan
ketuhanan, lima bilangannya. Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya namakan ini
dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa - namanya ialah Pancasila. Sila artinya asas
atau dasar, dan di atas kelima dasar itulah kita mendirikan negara Indonesia, kekal dan
abadi
Sebelum sidang pertama itu berakhir, dibentuk suatu Panitia Kecil untuk:
Merumuskan kembali Pancasila sebagai dasar Negara berdasarkan pidato yang diucapkan
Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945.
Menjadikan dokumen itu sebagai teks untuk memproklamasikan Indonesia Merdeka.
Dari Panitia Kecil itu dipilih 9 orang yang dikenal dengan Panitia Sembilan, untuk
menyelenggarakan tugas itu. Rencana mereka itu disetujui pada tanggal 22 Juni 1945 yang
kemudian diberi nama Piagam Jakarta.
Setelah Rumusan Pancasila diterima sebagai dasar negara secara resmi beberapa
dokumen penetapannya ialah:
Rumusan Pertama: Piagam Jakarta (Jakarta Charter) - tanggal 22 Juni 1945
Rumusan Kedua: Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 - tanggal 18 Agustus 1945
Rumusan Ketiga: Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat - tanggal 27
Desember 1949
Rumusan Keempat: Mukaddimah Undang-undang Dasar Sementara - tanggal 15 Agustus
1950
Rumusan Kelima: Rumusan Pertama menjiwai Rumusan Kedua dan merupakan suatu
rangkaian kesatuan dengan Konstitusi (merujuk Dekret Presiden 5 Juli 1959)
Presiden Joko Widodo pada tanggal 1 Juni 2016 telah menandatangani Keputusan
Presiden (Keppres) Nomor 24 Tahun 2016 tentang Hari Lahir Pancasila sekaligus
menetapkannya sebagai hari libur nasional yang berlaku mulai tahun 2017.[4].
Hari Kesaktian Pancasila
Pada tanggal 30 September 1965, terjadi insiden yang dinamakan Gerakan 30 September
(G30S). Insiden ini sendiri masih menjadi perdebatan di tengah lingkungan akademisi
mengenai siapa penggiatnya dan apa motif di belakangnya. Akan tetapi, otoritas militer dan
kelompok keagamaan terbesar saat itu menyebarkan kabar bahwa insiden tersebut
merupakan usaha PKI mengubah unsur Pancasila menjadi ideologi komunis, untuk
membubarkan Partai Komunis Indonesia, dan membenarkan peristiwa Pembantaian di
Indonesia 1965–1966.
Pada hari itu, enam jenderal dan satu kapten serta berberapa orang lainnya dibunuh oleh
oknum-oknum yang digambarkan pemerintah sebagai upaya kudeta. Gejolak yang timbul
akibat G30S sendiri pada akhirnya berhasil diredam oleh otoritas militer Indonesia.
Pemerintah Orde Baru kemudian menetapkan 30 September sebagai Hari Peringatan
Gerakan 30 September G30S dan tanggal 1 Oktober ditetapkan sebagai Hari Kesaktian
Pancasila.

Fungsi dan Kedudukan Pancasila berikut ini adalah beberapa fungsi dan kedudukan
Pancasila bagi negara kesatuan Republik Indonesia[5] :
Pancasila sebagai Jiwa Bangsa Indonesia. Sebagai nilai nilai kehidupan dalam masyarakat
bangsa Indonesia melalui penjabaran instrumental sebagai acuan hidup yang merupakan
cita-cita yang ingin dicapai serta sesuai dengan nafas jiwa bangsa Indonesia dan karena
Pancasila lahir bersama dengan lahirnya bangsa Indonesia
Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia. Merupakan bentuk peran dalam
menunjukan adanya kepribadian bangsa Indonesia yang dapat di bedakan dengan bangsa
lain, yaitu sikap mental, tingkah laku, dan amal perbuatan bangsa Indonesia
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia. Merupakan kristalisasi pengalaman
hidup dalam sejarah bangsa Indonesia yang telah membentuk sikap, watak, perilaku, tata
nilai norma, dan etika yang telah melahirkan pandangan hidup
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Untuk mengatur tatanan kehidupan bangsa
Indonesia dan negara Indonesia, yang mengatur semua pelaksanaan sistem
ketatanegaraan Indonesia sesuai Pancasila
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum bagi negara Republik Indonesia[6].
Sebagai segala sumber hukum di negara Indonesia karena segala kehidupan negara
Indonesia berdasarkan pancasila, juga harus berlandaskan hukum. Semua Tindakan
kekuasaan dalam masyarakat harus berlandaskan hukum
Pancasila sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia pada waktu mendirikan negara.
Karena pada waktu mendirikan negara Pancasila adalah perjanjian luhur yang disepakati
oleh para pendiri negara untuk dilaksanakan, pelihara, dan dilestarikan
Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa indonesia. Dalam Pancasila mengandung
cita-cita dan tujuan negara Indonesia yang menjadikan Pancasila sebagai patokan atau
landasan pemersatu bangsa
Rangkaian isi, arti makna yang terkandung dalam masing-masing alinea dalam
pembukaan UUD 1945, rnelukiskan adanya rangkaian peristiwa dan keadaan yang
berkaitan dengan berdirinya Negara Indonesia melalui pernyataan Kemerdekaan
Kebangsaan Indonesia. Adapun rangkaian makna yang terkandung dalam Pembukaan
UUD 1945 adalah sebagai berikut:

            (1)        Rangkaian peristiwa dan keadaan yang mendahului   terbentuknya negara,


yang merupakan rumusan dasar-dasar      pemikiran yang menjadi latar belakang pendorong
bagi          Kemerdekaan kebangsaan Indonesia dalam wujud   terbentuknya negara
Indonesia (alinea I, II dan III      Pembukaan).

            (2)        Yang merupakan ekspresi dari peristiwa dan keadaan setelah            negara


Indonesia terwujud (alinea IV Pembukaan).

Perbedaan pengertian serta pemisahan antara kedua macam peristiwa tersebut ditandai
oleh pengertian yang terkandung dalam anak kalimat, "Kemudian daripada itu" pada bagian
keempat Pembukaan UUD 1945, sehingga dapatlah ditentukan sifat hubungan antara
masing-masing bagian Pembukaan dengan Batang Tubuh UUD 1945, adalah sebagai berikut:

(1)        Bagian pertama, kedua dan ketiga Pembukaan UUD 1945 merupakan segolongan


pernyataan yang tidak mempunyai hubungan'kausal organis' dengan Batang Tubuh UUD
1945.

(2)        Bagian keempat, Pembukaan UUD 1945 mempunyai hubungan yang bersifat 'kausal


organis' dengan Batang Tubuh UUD 1945, yang mencakup beberapa segi sebagai berikut:
            (a)        Undang-Undang Dasar ditentukan akan ada.
            (b)        Yang diatur dalam UUD, adalah tentang pembentukan          pemerintahan
negara yang memenuhi pelbagai persyaratan    dan meliputi segala aspek penyelenggaraan
negara.
            (c)        Negara Indonesia ialah berbentuk Republik yang       berkedaulatan rakyat.
            (d)        Ditetapkannya dasar kerokhanian negara (dasar filsafat         negara Pancasila).
Atas dasar sifat-sifat tersebut maka dalam hubungannya dengan Batang Tubuh UUD 1945,
menempatkan pembukaan UUD 1945 alinea IV pada kedudukan yang amat penting. Bahkan
boleh dikatakan bahwa sebenamya hanya alinea IV Pembukaan UUD 1945 inilah yang
menjadi inti sari Pembukaan dalam arti yang sebenarnya. Hal ini sebagaimana termuat
dalam penje-lasan resmi Pembukaan dalam Berita Republik Indonesia tahun II, No. 7, yang
hampir keseluruhannya mengenai bagian keempat Pembukaan UUD 1945. (Pidato Prof. Mr.
Dr. Soepomo tanggal 15 Juni 1945 di depan rapat Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
kemerdekaan Indonesia).'

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
Hormat menghormati dan bekerja sama antar pemeluk agama dan penganut-penganut
kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya.
Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
Mengakui persamaan derajat persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama
manusia.
Saling mencintai sesama manusia.
Mengembangkan sikap tenggang rasa.
Tidak semena-mena terhadap orang lain.
Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
Berani membela kebenaran dan keadilan.
Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu
dikembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.
3. Persatuan Indonesia
Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara di
atas kepentingan pribadi atau golongan.
Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
Cinta tanah air dan bangsa.
Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia.
Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan
perwakilan
Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi semangat kekeluargaan.
Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
musyawarah.
Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran
dan keadilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan gotong-royong.
Bersikap adil.
Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
Menghormati hak-hak orang lain.
Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
Tidak bersifat boros.
Tidak bergaya hidup mewah.
Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
Suka bekerja keras.
Menghargai hasil karya orang lain.
Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

Berdasarkan ketetapan MPR no. I/MPR/2003

Sila pertama
Bintang
Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama
dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut
hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing.
Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada
orang lain.

Sila kedua
Rantai
Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa
membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial,
warna kulit dan sebagainya.
Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
Berani membela kebenaran dan keadilan.
Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.

Sila ketiga
Pohon Beringin
Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa
dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial.
Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
Sila keempat
Kepala Banteng
Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai
kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan
musyawarah.
Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan
keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan
pemusyawaratan.

Sila kelima
Padi dan Kapas
Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan kegotongroyongan.
Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
Menghormati hak orang lain.
Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang
lain.
Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup
mewah.
Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan
umum.
Suka bekerja keras.
Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan
bersama.
Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial.

20 Makna Sila Pancasila dalam Kehidupan Sehari-Hari


Pancasila adalah dasar negara kita Indonesia. Dalam perjalanan sejarah kemerdekaan,
perumusan terhadap Pancasila dilakukan tokoh-tokoh pendahulu kita dalam beberapa
tahapan. Tahapan yang dilewati merupakan tahapan yang cukup sulit karena terdapat
perbedaan pandangan diantara tokoh-tokoh yang ikut andil dalam merumuskan isi dari
Pancasila. Dari perumusan yang dilakukan, kemudian ditetapkanlah Pancasila sebagai dasar
negara Indonesia. Selama hampir 72 tahun Indonesia, Pancasila telah mengalami berbagai
gejolak terutama ketika terjadi pemberontakan G30S/PKI yang telah membuat Indonesia
mengalami sebuah tragedi berdarah yang menimpa beberapa wilayah di Indonesia.
Semenjak peristiwa itulah, Indonesia mengenal hari kesaktian Pancasila yang dipengati
setiap tanggal 1 Oktober.
Seperti yang kita ketahui, usaha pemerintah untuk menjaga Pancasila yang memiliki arti
penting dan fungsi sebagai pandangan hidup bangsa merupakan usaha yang tidak mudah.
Beberapa kali Indonesia mengalami peristiwa yang mengganggu Pancasila sebagai ideologi
negara. Peristiwa tersebut tidak hanya datang dari luar tetapi juga dari dalam negeri
Indonesia. Oleh karena itu, penanaman nilai-nilai luhur Pancasila harus dilakukan sejak dini
agar generasi muda tidak melupakan nilai dan makna yang terkandung dalam Pancasila itu
sendiri.
Berbicara mengenai makna yang terkandung dalam Pancasila, Pancasila memiliki makna
yang dapat kita resapi dan kita terapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Melalui
peresapan makna Pancasila yang dilakukan oleh masyarakat, kesatuan dan persatuan
bangsa dapat dipererat dan dapat menguatkan stabilitas nasional. Selain itu, makna yang
terkandung dalam sila Pancasila dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari agar
kehidupan bermasyarakat dan bernegara Indonesia dapat menjadi lebih bermakna. Melalui
artikel ini, dibahas lebih lanjut makna-makna yang terkandung dalam Pancasila khususnya
pada makna yang terkandung di setiap sila yang menjadi bagian dari Pancasila. Pembahasan
makna sila Pancasila dikelompokkan sebagai berikut:

Sila Pertama Pancasila


Sila pertama Pancasila berbunyi: “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Melalui sila pertama dalam
makna sila pancasila dapat dijabarkan beberapa makna yang terkandung di dalam sila
pertama ini. Makna dari sila pertama Pancasila tersebut diantaranya:

- Indonesia Menyatakan Kepercayaan dan Ketaqwaan Kepada Tuhan


Indonesia adalah negara yang meyakini dan mengakui kebersaran Tuhan Yang Maha
Esa di dalam segala tindakan yang tercermin dalam masyarakat. Karena adanya
pengakuan terhadap kepercayaan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
Indonesia mengakui beberapa agama di Indonesia sebagai salah satu alat masyarakat
untuk mendekatkan diri kepada Sang Khalik. Agama yang diakui oleh pemerintah
Indonesia hingga saat ini adalah Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha, dan Kong Hu
Cu. Masing-masing agama dijamin keberadaannya oleh negara dan tidak dapat
diganggu oleh siapapun dan apapun. Pernyataan kepercayaan dan ketaqwaan
negara kepada Tuhan Yang Maha Esa didasarkan pada nilai-nilai dasar Pancasila pada
sila pertama.
- Arti Penting dan Fungsi Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
Masyarakat Indonesia percaya dan bertawaqwa kepada Tuhan.
Karena Indonesia mengakui kebesaran Tuhan Yang Maha Esa, maka negara
Indonesia melalui pemerintah menjamin kebebasan setiap penduduk untuk
memeluk agama sesuai dengan kepercayaannya masing-masing. Bagi pemerintah
Indonesia, pemelukan agama yang dilakukan oleh masyarakat adalah sebuah anjuran
untuk meningkatkan kehidupan secara spiritualitas dan dalam hubungannya dengan
Tuhan. Oleh karena itu, negara menjamin kebebasan kepada setiap masyarakat
melalui undang-undang yang berlaku seperti pada pasal 29 UUD 1945. Diharapkan,
melalui pemelukan agama yang dilakukan oleh masyarakat dapat menjadi sarana
untuk lebih mendekatkan diri kepada Yang Kuasa. Penjaminan melalui undang-
undang yang dilakukan oleh pemerintah juga merupakan salah satu upaya yang
dilakukan pemerintah dalam menjaga dan merawat kemajemukan yang ada di dalam
masyarakat. (baca juga: Cara Merawat Kemajemukan Bangsa Indonesia)
- Terbentuknya Sikap Saling Menghormati Antar Pemeluk Agama.
Sila pertama dalam Pancasila juga mempunyai makna yang mengajak antar pemeluk
agama untuk saling menghormati. Perbedaan yang terdapat dalam masyarakat
Indonesia karena perbedaan agama bukan dijadikan sebagai salah satu penyebab
untuk menciptakan suasana yang tidak menyenangkan bagi kelangsungan hidup
bermasyarakat. Perbedaan dalam agama merupakan salah satu anugerah Tuhan
Yang Maha Kuasa yang telah diberikan kepada bangsa Indonesia. Sikap saling
menghormati amat sangat diperlukan dalam menjaga kerukunan umat beragama
untuk menghindari hal-hal yang tidak kita inginkan apalagi yang dapat mendorong
terjadinya konflik sosial di dalam masyakat. (baca juga: Contoh Konflik Sosial dalam
Masyarakat)
- Tidak diperkenankan Terjadinya Pemaksaan Suatu Agama atau Kepercayaan.
Menganut sebuah agama atau kepercayaan adalah salah satu hak asasi yang dimiliki
oleh manusia karena berkaitan dengan hubungan manusia dengan Tuhan. Seseorang
yang sudah memiliki agama atau kepercayaan tidak boleh diintimidasi agar
berpindah agama atau kepercayaan karena alasan apapun. Jika hall tersebut
dilakukan, maka hal tersebut sudah termasuk dalam salah satu contoh pelanggaran
terhadap hak asasi manusia. Oleh karena itu, perlu adanya upaya yang dilakukan
oleh masyarakat maupun pemerintah untuk menegakkan hak asasi manusia
terutama dalam kaitannya dengan pemelukan agama atau kepercayaan yang
dilakukan oleh seseorang.

Sila Kedua Pancasila


Sila kedua Pancasila berbunyi: “Kemanusiaan yang adil dan beradab”. Dari bunyi sila kedua
Pancasila ini, terdapat beberapa makna yang dapat kita pelajari untuk menjadi pedoman
dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa makna tersebut diantaranya:
- Pengakuan Sesama Manusia Sesuai Dengan Kodratnya.
Di mata bangsa Indonesia, setiap warga negara memiliki persamaan terhadap hak
maupun kewajiban yang dimilikinya. Sebagai makhluk sosial, manusia sudah
sewajibnya memperlakukan sesamanya sesuai dengan kodratnya karena semua
manusia itu sama di mata Yang Maha Kuasa. Seseorang yang mempunyai posisi atau
pangkat yang tinggi tidak diperkenankan untuk melakukan tindakan yang semena-
mena terhadap orang yang memiliki posisi atau pangkat yang lebih rendah dari
dirinya. Oleh karena itu, dalam menegakkan perilaku yang mencerminkan pengakuan
manusia sesuai dengan kodratnya, perlu adanya pendidikan karakter terutama di era
globalisasi yang membuat pengakuan terhadap orang lain semakin terkikis. (baca
juga: Membangun Karakter Bangsa)

- Pengakuan Terhadap Persamaan Kedudukan.


Indonesia memiliki landasan hukum persamaan kedudukan warga negara Indonesia
untuk diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat maupun bernegara. Melalui
landasan hukum yang dimiliki oleh pemerintah Indonesia, kedudukan warga negara
di Indonesia mendapatkan pengakuan. Artinya, setiap warga negara Indonesia
berhak unutk mendapatkan pengakuan dan perlakukan yang layak dari sesamanya
maupun dari negara. Persamaan kedudukan warga negara di Indonesia membuat
warga negara mempunyai rasa senasib dan seperjuangan sehingga tumbuh rasa
kemanusiaan kepada orang lain untuk tidak saling meremehkan satu sama lain
walaupun orang lain tersebut kurang beruntung nasibnya. (baca juga: Makna
Persamaan Kedudukan Warga Negara)
- Menumbuhkan Sikap Saling Menghargai.
Sikap saling menghargai di antara sesame manusia perlu ditumbuhkan dalam hati
setiap masyarakat. Sikap saling menghargai inilah yang nantinya menumbuhkan rasa
simpat dan empati terhadap orang lain. Rasa simpati dan empati yang tumbuh
karena adanya sikap menghargai akan membawa keharmonisan dalam kehidupan
bermasyarakat sehingga terjadi rasa “tepa slira” diantara anggota masyarakat. Sikap
saling menghargai tidak hanya dilakukan kepada orang yang kita kenal, tetapi juga
kepada orang yang tidak kita kenal termasuk kepada lingkungan baru yang kita
kunjungi. Ada pepatah yang mengatakan “dimana bumi dipijak, disitu langit
dijunjung” yang berlaku di dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang digunakn
sebagai pedoman dalam menumbuhkan sikap saling menghargai. Harapannya,
dengan adanya sikap saling menghargai diantara anggota masyarakat, hal-hal yang
menjadi faktor penyebab konflik sosial dapat diminimalisir.
- Menjunjung Tinggi Nilai-Nilai Humanisme.
Nilai-nilai humanisme erat kaitannya dengan nilai-nilai kemanusiaan. Dalam
kehidupan sehari-hari, nilai-nilai humanisme perlu dimaknai secara mendalam di
dalam diri masing-masing individu. Humanisme erat kaitannya dengan perasaan
senasib seperjuangan yang membuat seseorang menjadi mudah tersentuh dan ingin
melakukan tindakan pertolongan ketika menemui orang-orang yang mengalami
suatu kesulitan. Nilai humanisme atau kemanusiaan sangat diperlukan oleh
masyarakat Indonesia teturama dalam mengatasi dan membentengi diri terhadap
globalisasi yang menyebabkan seseorang makin bersikap indivualistis dan cenderung
tidak mempedulikan apa yang sedang terjadi di sekitarnya. (baca juga: Bahaya
Globalisasi dan Modernisasi dan Pencegahannya)

Sila Ketiga Pancasila

Sila ketiga Pancasila berbunyi: “Persatuan Indonesia”. Bunyi dari sila ketiga ini tentunya
mempunyai makna sila pancasila tersendiri bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Beberapa
makna yang terkandung dari sila ketiga Pancasila tersebut diantaranya:
- Persatuan Bangsa Adalah Prioritas Utama.
Dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bertanah air, persatuan bangsa adalah
hal yang diutamakan. Selama Indonesia mengalami masa perebutan kemerdekaan
dari bangsa lain, para pahlawan yang telah gugur mendahului kita telah bersusah
payah menyatukan Indonesia melalui perjuangan yang tidak mudah. Berbagai cara
yang ditempuh oleh para pahlawan tidak sedikit memerlukan pengorbanan demi
tercapainya persatuan Indonesia. Oleh karena itu, dalam menentukan suatu
kebijakan baik itu yang dilakukan oleh pemerintah maupun kelompok-kelompok
dalam masyarakat hendaknya menjadikan kepentingan umum dan persatuan bangsa
sebagai prioritas yang utama agar perjuangan para pahlawan untuk mempersatukan
Indonesia tidak menjadi sia-sia. Selain itu, diperlukan juga peran generasi muda
dalam mengisi kemerdekaan sebagai bentuk usaha untuk menegakkan persatuan
dan kesatuan bangsa.
- Pengorbanan Diri Untuk Kersatuan dan Kesatuan Bangsa.
Untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa, diperlukan pengorbanan diri
yang tidak main-main. Pengorbanan diri di era sekarang ini bukan lagi berkorban
secara nyawa seperti pada masa perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia,
melainkan lebih kepada pengorbanan secara fisik, pemikiran, dan materiil. Dalam
mencapai persatuan dan kesatuan bangsa, seseorang rela untuk melakukan tindakan
yang bisa saja di luar pemikiran orang awam dan bisa saja dipandang sebagai usaha
yang sia-sia terlebih jika masyarakat memandang bahwa persatuan dan kesatuan
bangsa itu sulit untuk dilakukan. Oleh karena itu, kita sebagai warga negara
Indonesia yang menjunjung nilai-nilai pancasila sebagai kepribadian bangsa
setidaknya melakukan pengorbanan walaupun secara sedikit demi untuk
mewujudkan persatuan dan kesatuan terutama dalam kehidupan sehari-hari.

- Pemeliharaan Terhadap Ketertiban Umum.


Sebagai bentuk perwujudan persatuan dan kesatuan bangsa, sudah sewajibnya kita
ikut melakukan pemeliharaan terhadap ketertiban umum. Pemeliharaan terhadap
ketertiban umum dapat kita lakukan melaui kehidupan sehari-hari kita seperti sikap
saling menghargai terhadap sesama. Ketertiban umum terganggu karena adanya
rasa tidak menghargai dan menghormati yang terjadi di antara anggota masyarakat.
Oleh karena itu, pemeliharaan terhadap ketertiban umum dapat dilakukan dari diri
kita masing-masing melalui tutur kata dan perbuatan kita yang dicerminkan dalam
kehidupan sehari-hari. Melalui tutur kata dan perbuatan yang kia jaga dalam
kehidupan sehari-hari, ketertiban umum dapat terjaga sehingga kemungkinan
terjadinya konflik di masyarakat dapat berkurang.
- Menumbuhkan Rasa Cinta Tanah Air.
Makna dari sila ketiga Pancasila salah satunya adalah menumbuhkan rasa cinta
terhadap tanah air melalui persatuan dan kesatuan yang dibentuk di dalam
kehidupan bermasyarakat. Adanya dampak globaliasi serta pada bidang lainnya
dapat mengurangi rasa cinta tanah air yang dimiliki oleh warga negara Indonesia.
Oleh karena itu, perlu adanya penekanan terhadap rasa cinta tanah air agar dapat
mendukung kelangsungan hidup berbangsa dan bertanah air Indonesia melalui hal-
hal kecil seperti mencitai produk dalam negeri dan sebagainya.

Sila Keempat Pancasila


Sila keempat yang terdapat pada Pancasila berbunyi: “Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan, dalam permusyawaratan/perwakilan”. Makna yang terkandung di
dalam sila keempat ini berkaitan dengan hak dan kewajiban yang dimiliki oleh segenap
warga negara Indonesia. Adapun beberpaa makna yang terkandung dari sila keempat
Pancasila antara lain:
- Persamaan Hak dan Kewajiban Warga Negara.
Adanya pengakuan persamaan hak dan kewajiban warga negara yang dilakukan oleh
pemerintah adalah salah satu bentuk pemaknaan sila keempat Pancasila. Oleh
karena itu, terdapat hak dan kewajiban warga negara yang diatur dalam undang-
undang sebagai bentuk perwujudan persamaan hak dan kewajiban yang dimiliki oleh
setiap warga negara di Indonesia.

- Musyawarah Adalah Jalan Untuk Mengambil Keputusan.


Sebagai negara yang menganut prinsip-prinsip demokrasi pancasila, segala
keputusan atau kebijakan yang ditentukan harus melalui proses musyawarah. Proses
musyawarah dilakukan oleh masyarakat atau pemerintah guna mendapatkan suatu
kesepatakan dalam menentukan suatu keputusan. Keputusan yang dihasilkan
melalui proses musyarawah nantinya akan diberlakukan secara menyeluruh dan
wajib dihormati oleh setiap anggota yang terlibat dalam proses masyarakat tersebut.
- Menghormati Keputusan Yang ditetapkan.
Dalam menjalankan suatu proses musyawarah, terjadi proses pengungkapan
pendapat di dalam forum tersebut untuk menghasilkan suatu keputusan. Ketika
keputusan itu ditetapkan melalui proses musyawarah, setiap anggota forum wajib
sebaiknya menghormati keputusan yang telah ditetapkan sekalipun keputusan
tersebut bukan merupakan pendapatnya. Sikap menghormati keputusan yang
ditetapkan merupakan bentuk penerapan sila ketiga dan keempat Pancasila
sekaligus.
- Pengutamaan Kepentingan Umum.
Pengutamaan kepentingan umum adalah suatu keharusan yang dilakukan dalam
menentukan suatu kebijakan atau keputusan. Dengan adanya pengutamaan
terhadap kepentingan umum, kebutuhan dan kepentingan masyarakat akan dapat
dipenuhi melalui kebijakan-kebijakan yang dihasilkan melalui proses perundingan
atau musyarawah. Tentunya proses musyawarah yang dilakukan berdasarkan asas-
asas demokrasi Pancasila sehingga kepentingan rakyat menjadi hal yang utama
dalam penentuan suatu kebijakan atau keputusan.

Sila Kelima Pancasila


Sila kelima Pancasila berbunyi: “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”. Melalui sila
kelima ini, dapat ditarik beberapa makna yang terkandung di dalamnya. Beberapa makna
dalam sila kelima Pancasila ini antara lain:
- Menjunjung Tinggi Keadilan Dalam Kehidupan Bermasyarakat.
Nilai-nilai keadilan di dalam kehidupan bermasyarakat wajib dijunjung tinggi untuk
mewujudkan persatuan dan kesatuan di Indonesia. Keadilan yang dijunjung tinggi di
dalam kehidupan bermasyarakat tidak hanya pada keadilan dalam aspek sosial saja
tetapi juga dalam aspek hukum dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Jika
keadilan tidak dijunjung tinggi, maka akan menimbulkan dampak tertentu dalam
keberlangsungan persatuan dan kesatuan bangsa. (baca juga: Bahaya Akibat Jika
Tidak ada Keadilan dalam Masyarakat)
- Menjaga Keseimbangan diantara Hak dan Kewajiban.
Menjaga keadilan juga menjaga keseimbangan antar hak dan kewajiban yang dimiliki
oleh manusia. Seseorang tidak dapat menuntut hak secara terus-menerus jika
seorang tersebut tidak melakukan kewajiban sesuai dengan porsi yang diberikan
kepadanya. Oleh karena itu, proses penjagaan terhadap keseimbangan antara hak
dan kewajiban yang dimiliki oleh seseorang perlu dilakukan agar tidak menimbulkan
ketimpangan sosial di dalam masyarakat yang dapat menimbulkan dampak tertentu.
- Tidak Mengganggu Hak dan Kewajiban Orang Lain.
Sebagai seseorang yang memiliki persamaan yang hak dan kewajiban di mata negara,
sudah seharusnya seseorang tersebut tidak mengganggu hak dan kewajiban yang
dimiliki sebagai bentuk dari penerapan keadilan sosial di dalam lingkungan
masyarakat. Hak dan kewajiban yang dimiliki oleh seseorang tidak dapat diintervensi
oleh orang lain demi kepentingan tertentu karena sikap intervensi ini dapat dianggap
sebagai sebuah tindakan yang tidak mencerminkan keadilan bagi sesorang tersebut.
- Pemberian Penghargaan Terhadap Karya Orang Lain.
Pemberian penghargaan terhadap karya orang lain merupakan salah satu makna
yang terkadung dalam sila kelima Pancasila. Pemberian penghargaan terhadap karya
orang lain harus dilakukan seadil-adilnya dan sejujur-jujurnya. Jika karya tersebut
adalah karya yang baik, jangan sungkan-sungkan untuk memberikan apresiasi yang
sesuai dengan karyanya. Namun jika karya tersebut kurang memuaskan, kita dapat
memberikan penilaian yang dapat membangun bukan malah memberikan kritik yang
semakin menjatuhkan.
contoh penerapan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari ini ya:
1. Penerapan Pancasila: Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Penerapan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari haruslah menjadi sesuatu yang harus kita
lakukan. Hal ini dikarenakan Pancasila merupakan falsafah hidup bangsa yang harus
menjiwai setiap aktivitas kita dalam kehidupan sehari-hari. Terlebih mengenai perkara
ketuhanan, ia menjadi sila pertama dalam Pancasila karena ketuhanan merupakan dasar
dari kehidupan spiritual dari manusia. Sila ini menjamin kebebasan beragama. Makna
kemerdekaan beragama bagi bangsa Indonesia sangatlah besar. Berikut ini merupakan
uraian lebih lanjut mengenai apa saja hal-hal yang termasuk kategori penerapan Pancasila
khususnya sila ketuhanan yang Maha Esa dalam kehidupan sehari-hari:
Memiliki satu agama dan menjalankan peribadatan dari agama tersebut. Kepemilikan
terhadap agama tersebut harus diikuti dengan ketakwaan pada Tuhan.
Menjalankan agama dengan tetap memperhatikan kondisi di sekitar dan tidak mengganggu
ketertiban dan keamanan di tengah masyarakat
Menjaga toleransi atau saling hormat menghormati di antara umat beragama agar tercapai
kedamaian dan kenyamanan bersama.
Saling bekerja sama antar umat beragama dalam hal yang bersifat untuk memajukan
kepentingan umum, misalnya untuk kerja bakti di desa
Tidak memaksa seseorang untuk masuk ke dalam agama tertentu. Karena sesuai dengan
UUD 1945, setiap orang berhak untuk memilih dan memeluk agama sesuai dengan apa yang
dikehendakinya.
Sila pertama sangat mengutamakan aspek ketuhanan dalam setiap segi kehidupan kita. Oleh
karena itu, menjadi seseorang yang tidak menganut agama merupakan salah satu bentuk
penyimpangan terhadap Pancasila. Karena hal inilah, ideologi komunis, marxisme, dan
leninisme tidaklah mungkin untuk diterapkan di Indonesia yang teramat kental dengan
berbagai corak keagamaannya.
2. Penerapan Pancasila: Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Sila kemanusiaan yang adil dan beradab teramat mewakili keinginan bangsa Indonesia
untuk berada di posisi yang setara dengan bangsa-bangsa lain di dunia ini. Ketika negara
Indonesia dijajah oleh bangsa lain, seketika itu pula posisi Indonesia dianggap lebih rendah
dari posisi negara lain. Selama lebih dari 350 tahun bangsa Indonesia dihinakan. Sila kedua
dalam Pancasila ini juga menjunjung tinggi kesetaraan hak dan kewajiban di antara
penghuni negeri ini. Di bawah ini merupakan contoh penerapan Pancasila sila kemanusiaan
yang adil dan beradab:
Menghargai perbedaan di tengah masyarakat yang terdiri dari banyak suku, agama, ras, dan
adat istiadat (SARA)
Senantiasa menjaga adab atau kesopanan, kehalusan dan kebaikan budi pekerti kita di
dalam berbagai kondisi.
Tidak melakukan diskriminasi pada siapapun. Diskriminasi yang dimaksud adalah
pembedaan perlakuan terhadap sesama warga negara, entah perbedaan karena tingkat
pendidikan, kondisi ekonomi, dan lain sebagainya.
Berani untuk menyampaikan kebenaran dan menegur kesalahan dari seseorang sesuai
dengan adab yang berlaku di tengah masyarakat.
Menjaga keseimbangan dalam hal pelaksanaan hak dan kewajiban. Jangan sampai hak dan
kewajiban kita mencederai hak dan kewajiban orang lain.
3. Penerapan Pancasila: Sila Persatuan Indonesia
Persatuan di antara segenap rakyat Indonesia merupakan suatu kekuatan dasar dalam
mempertahankan keamanan dan pertahanan Indonesia dari ancaman baik yang berasal dari
dalam negeri maupun dari luar negeri. Maka dari itu, menjadi penting bagi rakyat Indonesia
untuk senantiasa menjaga persatuan dan kesatuan di tengah masyarakat. Berdasarkan
sejarah, kita mengetahui bahwa dulu perjuangan melawan penjajahan amat bersifat
kedaerahan. Dengan adanya Pancasila, seluruh wilayah di Indonesia disatukan di bawah
bendera merah putih. Di bawah ini merupakan contoh penerapan Pancasila sila persatuan
Indonesia:
Cinta pada tanah air untuk menjaga persatuan dan kesatuan di tengah masyarakat karena
menyadari bahwa kita bertanah air yang satu, Indonesia.
mencintai dan mengonsumsi produk dalam negeri agar perekonomian di dalam negara
menjadi lebih maju
Mengutamakan segala kepentingan negara yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan
pembangunan nasional Indonesia.
Berusaha untuk menghasilkan prestasi yang dapat membanggakan bangsa Indonesia baik di
tingkat nasional maupun internasional.
Meningkatkan kreativitas dan inovasi dari diri sendiri untuk memajukan bangsa Indonesia.
Memperluas pergaulan dengan orang-orang baru dari berbagai daerah
4. Penerapan Pancasila: Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat/Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan dan Perwakilan
Sila keempat dari Pancasila ini mewakili semangat demokrasi yang menjadi bentuk
pemerintahan di negara Indonesia. Sistem demokrasi yang dijalankan di Indonesia pun
berbeda dengan yang ada di luar sana. Indonesia menggunakan sistem demokrasi Pancasila
dalam pelaksanaan kedaulatan rakyatnya. Sila ini menginginkan segala kegiatan
pemerintahan diperuntukkan bagi sebesar-besar kepentingan rakyat sehingga dijadikanlah
perwakilan dari rakyat untuk mengawasi jalannya pemerintahan. Berikut ini merupakan
contoh penerapan sila keempat dari Pancasila:

Mengutamakan pengambilan keputusan dengan musyawarah mufakat untuk menyelesaikan


setiap permasalahan dalam kehidupan kita, apabila hal tersebut berkenaan dengan
kepentingan dua orang atau lebih.
Ikut serta dalam pemilihan umum dengan kita menggunakan hak pilih atau mengajak orang
lain untuk menggunakan hak pilihnya
Mencalonkan diri atau mengajukan seseorang untuk menjabat suatu jabatan tertentu
sebagai salah satu perwujudan demokrasi.
Tidak melakukan paksaan pada orang lain agar orang menyetujui apa yang kita katakan
ataupun lakukan. Begitupun sebaliknya, tidak ada yang dapat memaksakan kehendaknya
pada kita
Menghormati hasil musyawarah sekalipun bertentangan dengan pendapat kita dan
melaksanakannya dengan sepenuh hati.
Mengawasi dan memberikan saran terhadap jalannya penyelenggaraan kedaulatan rakyat
yang dilakukan oleh pemerintah.
5. Penerapan Pancasila: Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Adanya keadilan tentunya menjadi sesuatu yang dicita-citakan oleh semua orang. Terlebih
oleh segenap bangsa Indonesia. dari sejarah kemerdekaan Indonesia kita mengetahui
bahwa pengalaman dijajah selama ratusan tahun membuat keadilan menjadi sesuatu yang
terus diperjuangkan oleh bangsa kita. Maka dari itu, para pendiri bangsa menjadikan
rumusan dari sila terakhir Pancasila seperti yang tertera sebelumnya. Adanya sila ini
diharapkan dapat mewujudkan kondisi yang berkeadilan bagi rakyat maupun di tengah
masyarakat. Di bawah ini merupakan contoh penerapan Pancasila sila keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia:
Senantiasa berusaha sebaik mungkin untuk membantu orang-orang yang sedang dilanda
kesulitan.
Meningkatkan kepekaan sosial dengan mengadakan kegiatan yang dapat membantu sesama
seperti bakti sosial, donor darah, konser amal, dan lain sebagainya.
Berusaha untuk adil dalam aktivitas apapun yang kita lakukan dan seperti apapun orang
yang kita hadapi, jangan sampai kita memberikan perlakuan yang tidak adil pada siapapun.
Tidak mengganggu orang lain dengan apapun yang kita lakukan dan menegur siapapun yang
mengganggu ketertiban dan keamanan di tengah masyarakat.
Menghargai karya atau hasil karsa cipta yang dimiliki orang lain. Hargai pula karya yang kita
hasilkan sendiri.
Berani memperjuangkan keadilan baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain dan
membantu orang lain untuk memperjuangkan keadilan.

Nilai-nilai dasar Pancasila telah diterima dan diterapakan dalam berbagai sendi kehidupan
masyarakat yang majemuk. Oleh karenanya nila-nilai tersebut perlu dikembangkan serta
disampaikan melalui pendidikan serta diterapkan secara langsung dalam kehidupan.
Berikut penjelasannya mengenai Penerapan Pancasila dalam Kehidupan :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Didalam sila pertama Pancasila ini memiliki sebuah makna bahwa setiap warga negara
memiliki keyakinan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa serta negara berdasar pada
ketuhanan. Dengan begitu negara menjamin setiap hak dan kewajiban warga negara dalam
melaksanakan keyakinannya dalam memeluk agama sesuai dengan yang diyakini.
Mendorong adanya sikap toleransi umat beragama sehingga dapat timbul kehidupan yang
harmonis serta terhindar dari segala konflik sosial.
Pengakuan tentang adanya hakikat ketuhanan tersebut dapat diterapakan melalui sikap-
sikap berikut:
Percaya dan takwa terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa sesuai kepercayaan dan juga
keyakinan yang timbul dari dalam hati.
Saling menghormati antar sesama umat beragama dalam melaksanakan keyakinan masing-
masing demi terciptanya kerukunan antar umat beragama dalam upaya menjaga keutuhan
NKRI.
Saling tolong-menolong dalam kehidupan beragama agar tercipta kehidupan yang rukun
dan damai.
Peran akhlak dalam pembentukan karakter bangsa karena didorong adanya sebuah
keyakinan dalam beragama yang dilindungi oleh negara
2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
Didalam sila kedua Pancasila ini bermakna mengenai adanya sebuah prinsip persamaan
antara kedudukan warga negara dalam negara serta martabat manusia yang memiliki
potensi kultural. Setiap warga negara Indonesa merupakan bagian dari warga dunia yang
mengakui bahwa manusia memiliki kedudukan yang sama. Misalnya adanya pengakuan
dalam hal kebebasan berpendapat maupun berorganisasi dengan tak meninggalkan adab
sebagai bangsa yang memiliki budaya yang luhur sejak dahulu kala.

Penerapan makna kemanusiaan yang adil dan beradab dapat diterapkan melalui beberapa
sikap berikut:
Mengakui persamaan derajat serta hak dan kewajiban warga negara
Saling mengasihi antar sesama warga negara demi menciptakan kehidupan yang harmonis
Memiliki sikap saling tenggang rasa diantara sesama manusia
Tidak bertindak maupun berperilaku sewenang-wenang dan menghindari terjadinya
pelanggaran hak warga negara
Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan
Saling menghargai dan mampu bekerja sama meski memiliki perbedaan
3. Persatuan Indonesia
Makna dalam sila Persatuan Indonesia ialah persatuan bangsa dari berbagai sendi
kehidupan yakni politik, sosial, budaya, ekonomi serta pertahanan juga keamanan. Tujuan
dalam persatuan ialah menumbuhkan rasa persatuan diantara warga negara yang memiliki
kemajemukan adat dan budaya.
Sehingga tercipta sebuah rasa solidaritas, kebanggaan, kebersamaan serta rasa nasionalisme
yang tertanam didalam jiwa setiap warga negaranya. Misalnya, menghormati kemajemukan
suku bangsa dan adat budaya yang merupakan pondasi kehidupan bangsa yang memang
tercipta dari keberagaman dan kemajemukan.
Dalam memaknai adanya persatuan Indonesia dalam kehidupan sehari-hari dapat
diterapkan dengan sikap-sikap berikut:
Menempatkan persatuan dan kesatuan serta kepentingan bangsa diatas kepentingan
golongan dan tidak bertindak egois
Rela berkorban untuk bangsa dan negara
Menjaga kemajemukan bangsa dengan tidak memicu keributan maupun konflik yang tidak
bermanfaat
Menjunjung tinggi semboyan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari dengan
tidak mengkotak-kotakan golongan suku maupun agama
Mencintai bangsa dan negara dengan meminimalkan penyebab lunturnya Bhinneka Tunggal
Ika seperti menjaga kerukunan antar suku dan budaya bangsa
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
Perwakilan
Makna yang terkandung di dalam sila keempat Pancasila ini ialah bahwa bangsa Indonesia
memiliki prinsip-prinsip demokrasi yang tentunya bersumber dari nilai nilai pendidikan
karakter bangsa serta tata cara kehidupan bangsa. Perwujudan dari paham demokrasi ialah
kekuasaan negara berada ditangan rakyatnya, dengan kata lain disebut juga kedaulatan
rakyat. Misalnya setiap keputusan yang memiliki pengaruh terhadap rakyat banyak selalu
diambil dalam proses musyawarah untuk mencapai suatu kemufakatan.
Beberapa hal yang dapat diterapkan sejalan dengan makna kedaulatan rakyat, sebagaimana
berikut:
Adanya sistem mayoritas
Tidak memakskan kehendak pribadi
Setiap keputusan yang menyangkut kehidupan masyarakat luas selalu diambil melalui
musyawarah bersamam
Melaksanakan setiap keputusan yang diambil dari hasil musyawaah bersama
Mempertanggungjawabkan setiap keputusan yang diambil dalam musyawarah secara moral
kepada Tuhan Yng Maha esa
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Keadilan adalah hak asasi setiap warga negara dan negara menjamin hal tersebut, dan
mencakup segala aspek kehidupan. Baik secara material dan juga spiritual untuk setiap
warga negara Indonesia tanpa terkecuali. Keadilan secara sosial sangat berpengaruh
terhadap kehidupan bermasyarakat yang tentunya akan membantu kesetaraan dalam
kehidupan sosial. Misalnya, seseorang harus berlaku adil tanpa memandang status sosial di
masyarakat dan memiliki keperibadian yang arif.
Penerapan keadila sosial bagiseluruh rakyat Indonesia pada hakikatnya dapat dilakukan
sebagaimana berikut:
Menerapakan rasa kekeluargaan serta gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat
Menjaga keseimbangan antara hak maupun kewajiban dalam kehidupan sosial dengan
melaksanakan kewaiban sebagai bagian masyarakat dalam menjaga keamanan lingkungan
Bersikap adil dengan tidak memaksakan pendapat dan tidak menang sendiri atau egois
Bersikap adil dengan memantu orang lain yang sedang mengalami kesusahan
Menjauhi sikap merampas hak orang lain yang dapat menjadi salah satu faktor penyebab
konflik sosial.
Belajar berbagi agar tercipta keadilan mulai dari dalam diri sendiri
Pancasila sesungguhnya merupakan ideologi yang memiliki hubungan dasar negara dengan
konstitusi. Pancasila sebagai ideologi nasional bangsa Indonesia merupakan sebuah
pedoman serta tuntunan dalam menjalankan roda pemerintahan, sebagai bagian dari usaha
membangun bangsa dan negara agar dapat tercipta keingginan meraih cita-cita bangsa.
Didalam sebuah pedoman, nilai nilai dasar Pancasila memiliki banyak nilai nilai kehidupan
yang tercermindari setiap makna didalamnya.
Berikut nilai nilai dasar yang terkandung di dalam sebuah Pancasila yakni nilai Ketuhanan,
nilai Kemanusia, Nilai Persatuan, Nilai Kerakyatan serta Nilai Keadilan. Yang harus
direfleksikan di dalam sebuah kehidupan agar tak menjadi semboyan belaka dan dapat
mendukung kehidupan bangsa dan negara dalam menunjukan ciri ciri negara demokrasi
secara umum.
Pancasila
Pancasila apabila dilihat secara kausalitas memiliki nilai-nilai yang bersifat objektif dan
subjektif. Hal tersebut memiliki sebuah pengertian baahwa esensi dari nilai-nilai Pancasila
sebagai ideologi terbuka memiliki sifat yang universal yakni Ketuhanan, Kemanusiaan,
Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan. Nilai-nilai dasar pancasila yang memiliki sifat objektif
sebagaimana berikut penjelasannya:

Terlihat dari rumusan sila-sila Pancasila itu sendiri memperlihatkan adanya sifat-sifat umum
yang menyeluruh dan tak berwujud (abstrak) namun merupakan sebuah nilai.
Pokok-pokok dari nilai-nilai Pancasila akan selalu ada di dalam kehidupan masyarakat baik di
dalam adat istiadat, kebudayaan, kehiduan berbangsa dan bernegara maupun kehidupan
keagamaan.
Pancasila seperti yang diterangkan didalam pembukaan UUD 1945, apabila dilihat dari segi
ilmu hukum telah memenuhi syarat menjadi dasar negara dan juga sumber hukum.
Sedangkan nilai-nilai Pancasila yang bersifat subyektif memiliki sebuah arti bahwa nilai-nilai
yang terkandung di dalam pancasila merupakan sesuatu yang telah ada dan melekat pada
kehidupan bangsa Indonesia. Berikut penjelasannya:

Nilai-nilai yang timbul dari dalam diri bangsa Indonesia sehingga bangsa Indonesia
merupakan kausa materialis. Nilai-nilai tersebut timbul atas dasar pemikiran dan juga
kebudayaan bangsa yang telah terkristalisasi menjadi nilai-nilai yang luhur. (baca juga:Fungsi
Kebudayaan bagi Masyarakat dan Contohnya)
Nilai-nilai Pancasila sebagai sebuah pandangan hidup bangsa merupakan jati diri bangsa,
yang diyakini sebagai sebuah sumber nilai yang memiliki nilai kebenaran, kebaikan, keadilan
serta kebijaksanaan dalam kehidupan berbangsa maupun bernegara.
Nila-nilai Pancasila mengandung beberapa nilai menurut Darmodiharjo dalam Pryo Sularso
(2008) yakni keruhanian yang merupakan sebuah nilai kebenaran, keadilan, kebaikian,
kebijaksanaan, etis, estetis dan nilai religious yang dimanifestasikan sesuai dengan budi
pekerti maupun hati nurani bangsa Indonesia yang bersumber pada Pancasila sebagai
kepribadian bangsa Indonesia.
Dapat dijabarkan bahwa nilai-nilai Pancasila merupakan das solen atau cita-cita dan gagasan
tentang kebaikan yang semestinya harus diwujudkan menjadi das sein atau kenyataan.

Sebagai dasar Negara


Fungsi pokok Pancasila pada hakikatnya merupakan sumber dari segala sumber hukum yang
ada di dalam negara Indonesia. Yang secara objektif merupakan sebuah pandangan atau
gagasan, kesadaran, cita-cita hukum, serta cita-cita luhur bangsa yang meliputi keadaan jiwa
serta watak bangsa Indonesia. Sebagaimana telah dituangkan didalam Ketetapan No.
XX/MPRS/1966. Sila-sila Pancasila sebagai sebuah sistem nilai, pada hakikatnya merupakan
satu kesatuan yang sistematis dan fundamental. Yang saling memiliki keterkaitan yang tidak
dapat digantikan dengan hal lainnya. Berikut penjelasannya:
1. Nilai Ketuhanan
Sila Ketuhanan yang Maha Esa menjiwai keempat sila lainnya. Yang didalamnya terkandung
sebuah nilai ketuhanan yang merupakan sebuah keyakinan bangsa terhadap adanya Tuhan
yang menjadi pencipta alam semesta. Dengan adanya nilai ketuhanan semakin
mempertegas bahwa bangsa indonesia bukan merupakan sebuah bangsa yang ateis.
Nilai ketuhanan pun memiliki makna persamaan kedudukan warga negara di dalam negaa
yang memiliki kebebasan untuk memeluk serta beribadat sesuai agama yang diyakini,
menghormati kebebasan dalam beragama, tidak saling paksaan maupun bertindak
diskriminatif antar sesama umat beragama.
2. Nilai Kemanusiaan
Di dalam sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab mengandung nilai bahwa negara
menjunjung tinggi harkat dan matrabat manusia yang merupakan makhluk yang beradab.
Sebuah nilai kesadaran moral serta perilaku yang berdasarkan pada budi pekerti maupun
nurani individu, yang berhubungan dengan nilai dan norma kebudayaan yang memiliki adab.
(baca juga: 5 Proses Terbentuknya Masyarakat Berdasarkan Pendekatan Interaksi Sosial)
3. Nilai Persatuan
Sila Persatuan Indonesia mengandung sebuah nilai yakni negara merupakan sebuahn
persekutuan hidup bersama yang memiliki faktor-faktor dalam membentuk sebuah negara
seperti suku, ras, budaya, maupun agama. Perbedaan yang dimiliki sesungguhnya
merupakan kodrat manusia yang merupakan ciri khas dari masing-masing elemen tersebut.
Sebagai cerminan kemajemukan bangsa maka terciptalah sebuah semboyan Bhineka
Tunggal Ika yang menjadi dasar untuk saling menerima perbedaan menjai sebuah pemesatu
bangsa. (baca juga: 4 Upaya Menjaga Keutuhan NKRI)

4. Nilai Kerakyatan
Secara mutlak sila Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan mengandung sebuah nilai demokrasi. Nilai-nilai demokrasi
kerakyatan yang terkandung di dalam sila keempat menjadi dasar sistem demokrasi di
Indonesia. Sebagaimana berikut penjelasannya:
Sebuah perbedaan haruslah disertai dengan tanggungjawab baik terhadap masyarakat
maupun Tuhan Yang Maha Esa,
Menjunjung tinggi harkat dan martabat diri serta menjamin dan memperkokoh persatuan
dan kesatuaan hidup dalam bermasyarakat, berbangsa maupun bernegara
Mengakui perbedaan dan juga mengakui persamaan hak yang melekat pada setiap individu
maupun kelompok,
Menjunjung tinggi azas musyawarah dan diwujudkan serta menjadikan asas tersebut
sebagai dasar suatu keadilan dalam kehidupan sosial agar tercapainya sebuah tujuan
bersama
5. Nilai Keadilan
Nilai Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia memiliki sebuah makna sebagai sebuah
dasar yang sekaligus menjadi tujuan. Yakni tercapainya sebuah tujuan masyarakat Indonesia
yang adil dan makmur secara lahir maupun batin. Nilai-nilai dasar tersebut bersifat abstrak
dan normatif. Sehingga dalam mewujudkan adanya sebuah keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia haruslah tercapai sebuah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dan permusyawaratan perwakilan. (baca juga: 8 Fungsi Toleransi dalam
Kehidupan Sehari-hari)
Menurut Rambe, delapan ketetapan yang dinyatakan tetap berlaku sampai terbentuknya
pemerintahan hasil pemilu 2004 adalah:

- Tap MPR No. IV/1999 tentang GBHN Tahun 1999-2004;


- Tap MPR No. IV/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan dalam Penyelenggaraan
Otonomi Daerah;
- Tap MPR No. VIII/2000 tentang Laporan Tahunan Lembaga-lembaga Tinggi Negara
pada Sidang Tahunan MPR RI tahun 2000;
- Tap MPR No. III/2001 tentang Penetapan Wakil Presiden RI Megawati Soekarnoputri
sebagai Presiden RI;
- Tap MPR No. IV/2001 tentang Pengangkatan Wakil Presiden RI;
- Tap MPR No. X/2001 tentang Laporan Pelaksanaan Putusan MPR RI oleh Lembaga
Tinggi Negara pada Sidang Tahunan MPR RI tahun 2001;
- Tap MPR No. II/2002 tentang Rekomendasi Kebijakan untuk Mempercepat
Pemulihan Ekonomi Nasional; dan
- Tap MPR No. VI/2002 tentang Rekomendasi Atas Laporan Pelaksanaan Putusan MPR
RI oleh Presiden, DPA, DPR, BPK, MA pada Sidang Tahunan MPR RI tahun 2002.

Adapun 11 (sebelas) tap yang dimasukkan dalam Pasal 4 atau dinyatakan tetap berlaku
sampai terbentuknya undang-undang adalah:

- Tap MPRS No. XXIX/1966 tentang Pengangkatan Pahlawan Ampera tetap berlaku
dengan menghargai Pahlawan Ampera yang telah ditetapkan dan sampai
terbentuknya undang-undang tentang pemberian gelar, tanda jasa dan lain-lain
tanda kehormatan;
- Tap MPR No. XI/1998 tentang Penyelenggaran Otonomi Daerah, Pengaturan,
Pembagian, dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang Berkeadilan, serta
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan RI
sampai dengan terbentuknya UU tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana
dimanatkan oleh Pasal 18.18A dan 18B UUD 45.
- Tap MPR No. XI/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas KKN
sampai terlaksananya seluruh ketentuan dalam tap tersebut;
- Tap MPR No. III/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan
Perundang-undangan;
- Tap MPR No. V/2000 tentang Pemantapan Persatuan dan Kesatuan Nasional;
- Tap MPR No. VI/2000 tentang Pemisahan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian
Negara RI sampai terbentuknya UU yang terkait;
- Tap MPR No. VII/2000 tentang Peran Tentara Nasional Indonesia dan Peran
Kepolisian Negara RI sampai terbentuknya UU yang terkait dengan penyempurnaan
Pasal 5 (4) dan Pasal 10 (2) dari Tap tersebut yang disesuaikan UUD 1945;
- Tap MPR No. VI/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa;
- Tap MPR No. VI/2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan;
- Tap MPR No. VIII/2001 tentang Rekomendasi Arah Kebijakan Pemberantasan dan
Pencegahan KKN sampai terlaksananya seluruh ketentuan dalam ketetapan tersebut;
- Tap MPR No. IX/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya
Alam sampai terlaksananya seluruh ketentuan dalam tap tersebut.

10 Makna Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Dari Alinea 1-4

Kemerdekaan adalah sesuatu yang sangat berharga dalam kehidupan, kemerdekaan


Indonesia diproklamasikan bukan sekedar untuk merdeka, akan tetapi dalam sejarah
kemerdekaan Indonesia diproklamasikan untuk menciptakan keadaan yang memberi
kemungkinan bagi bangsa Indonesia dalam mencapai cita-cita hidupnya berdasarkan
prinsip-prinsip yang hidup di dalam kalbu. Dari hal diatas jelas dapat kita ketahui
bahwa di dalam makna kemerdekaan Indonesia yang tertuang sebagai Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 kita akan dapat menemukan falsafah, pedoman, dasar-
dasar kebangsaan dan kenegaraan, serta kepribadian bangsa Indonesia. Dengan
demikian seluruh arah dan tujuan, serta tatanan kehidupan berbangsa dan
bernegara harus merupakan turunan (derivasi) serta penjabaran dari Pembukaan
UUD 1945.
Pembukaan UUD mengandung nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh bangsa-bangsa
yang beradab diseluruh muka bumi. Ini jelas menunjukkan bahwa eksistensi
keberadaan pernyataan yang ada di Pembukaan UUD dasar memiliki peranan
penting karena memiliki makna tersendiri yang telah lama dicita-citakan oleh tokoh
perumusan pancasila bangsa kita (Founding Fathers). Dari alinea 1-4 dalam
Pembukaan UUD 1945 semuanya berdiri terpisah karena makna yang terkandung
dalam semua alinea tersebut sama penting.
Maka berdasarkan hal tersebut, penulis ingin sekali menjabarkan setiap makna yang
terkandung dalam alinea 1-4 dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai berikut :
1.Pembukaan UUD 1945 Alinea pertama berbunyi, “Bahwa kemerdekaan itu ialah
hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus
dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan perikeadilan”.
Hal ini memiliki makna yang berarti sebagai berikut :
Pertama, keteguhan Bangsa Indonesia dalam membela kemerdekaan melawan
penjajah dalam segala bentuk.
Kedua, pernyataan subjektif bangsa Indonesia untuk menentang dan manghapus
penjajahan di atas dunia.
Ketiga, pernyataan objektif bangsa Indonesia bahwa penjajahan tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan peri keadilan.
Keempat, Pemerintah Indonesia mendukung kemerdekaan bagi setiap bangsa
Indonesia untuk berdiri sendiri
2. Pembukaan UUD 1945 Alinea kedua berbunyi, “Dan pergerakan kemerdekaan
Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa,
mengantarkan seluruh rakyat Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan negara
Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur”.
Hal ini memiliki makna bahwa hal tersebut membuktikan adanya penghargaan atas
perjuangan bangsa Indonesia selama ini dan menimbulkan kesadaran bahwa
keadaan sekarang tidak dapat dipisahkan dengan keadaan kemarin dan langkah
sekarang akan menentukan keadaan yang akan datang. Nilai-nilai yang tercermin
dalam kalimat di atas adalah negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat adil
dan makmur hal ini perlu diwujudkan.
3. Pembukaan UUD 1945 Alinea ketiga berbunyi, “Atas berkat rahmat Allah Yang
Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan
kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia dengan ini menyatakan
kemerdekaannya”.
Hal ini memiliki makna bahwa perjuangan meraih kemerdekaan ini bukan hanya
semata menengaskan lagi apa yang menjadi motivasi riil dan materil bangsa
Indonesia untuk menyatakan kemerdekaannya, tetapi juga menjadi keyakinan
menjadi spritualnya, bahwa maksud dan tujuannya menyatakan kemerdekaannya
atas berkah Allah Yang Maha Esa. Dengan demikian bangsa Indonesia mendambakan
kehidupan yang berkesinambungan kehidupan materiil dan spritual, keseimbangan
dunia dan akhirat.
4. Pembukaan UUD 1945 Alinea ketiga berbunyi, “Kemudian daripada itu untuk
membentuk suatu pemerintah negara Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdasakan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia, yang terbentuk dalam
suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasarkan kepada :Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan”.
Sebagai bentuk rumusan terpanjang dan terpadat pada alinea keempat ini, maka
makna yang terkandung juga cukup banyak, yaitu :
Negara Indonesia mempunyai fungsi sekaligus tujuan, yaitu melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial;
Keharusan adanya Undang-Undang Dasar;
Adanya asas politik negara, yaitu Republik yang berkedaulatan rakyat;
Adanya asas kerohanian negara, yaitu Pancasila sebagai ideologi nasional, Ketuhanan
Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia,
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

4 Janji Janji Jepang Kepada Indonesia Saat Kemerdekaan


Jepang menduduki indonesia dimulai pada tahun 1942. Pengalaman dan penguasaan
Jepang pada saat menduduki Indonesia sangat bervariasi, banyak warga yang
mengalami siksaan, perbudakan seks komersial, penahanan tanpa alasan yang jelas,
hukuman mati dan kejahatan lainnya. Khususnya orang-orang Belanda ataupun
orang campuran Indonesia – Belanda merupakan sasaran empuk para tentara
Jepang. Selama masa pendudukan Jepang di Indonesia, Jepang juga membentuk
badan persiapan kemerdekaan bagi Indonesia, yaitu BPUPKI (Badan Penyelidik
Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Badan ini bertugas untuk
mempersiapkan pra kemerdekaan dan membuat dasar Negara sebagai salah satu
upaya persiapan kemerdekaan Indonesia.
BPUPKI resmi dibentuk pada tanggal 01 Maret 1945, yang bertepatan langsung
dengan hari ulang tahun Kaisar Jepang, Kaisar Hirohito. Beranggotakan 69 orang ,
yang terdiri dari 62 orang anggota aktif tokoh-tokoh pergerakan pergerakan nasional
yang berasal dari semua daerah dan semua aliran, 7 orang anggota istimewah
berasal dari perwakilan Jepang namun mereka hanyalah sebagai pemberi suara
pasif, dimana mereka hanya bertindak sebagai pengamat saja. Berikut rangkuman
janji-janji Jepang kepada Indonesia :
- Deklarasi Kaiso
Janji kemerdekaan ini sering disebut dengan janji Kaiso. Perdana Menteri Kaiso pada
saat itu menginformasikan bahwasanya Negara-negara yang ada di bawah
kekuasaan Jepang diperkenankan merdeka di kemudian hari setelah Jepang
mencapai kemenangan akhir dalam perang Asia Timur Raya. Sejak diumumkannya
deklarasi tersebut, Jepang memberikan keleluasaan pada bansa Indonesia untuk bisa
mengibarkan bendera merah putih berdampingan dengan bendera resmi Jepang.
Begitupun halnya dengan lagu kebangsaan Indonesia Raya, boleh dinyanyikan
setelah lagu kebangsaan Jepang. Sikap tersebut menjadikan negara Jepang sebagai
salah satu negara yang mengakui kemerdekaan Indonesia.
- Indonesia membantu Jepang dalam Perang Asia Timur Raya
Perang Asia Timur Raya ini merupakan salah satu perang besar di dunia pada masa
tersebut yang melibatkan banyak Negara. Perang ini terjadi di wilayah Samudera
Hindia dan beberapa pulau di Asia. Puncaknya, pada saat itu Jepang menyerang
Amerika Serikat. Hal ini disebabkan sikap arogansi Jepang yang ingin menguasai
banyak wilayah. Tidak hanya itu, Jepang pun juga mencoba untuk menguasai
Negara-negara yang telah di kuasai oleh Inggris, yang membuat Inggris marah dan
menyerang kembali pada pasukan Jepang. Hal tersebutlah, yang melatarbelakangi
mengapa jepang ingin meminta bantuan dari Indonesia.
- Cita-cita bangsa Indonesia Jepang yang bersemangat Hakko – Ichiu
Hakko Ichiu yang berarti delapan penjuru dunia dibawah satu atap merupakan
slogan persaudaraan yang digunakan oleh Jepang. Slogan ini bermakna bahwasanya
seluruh negeri bagaikan sebuah rumah. Jepang menyebarkan slogan tersebut
dengan cara mendoktrin para intelektual yang diambil dari tiap-tiap daerah melalui
pelatihan-pelatihan khusus yang diberikan oleh Jepang. Janji jepang ini sangat
memberikan bantuan dalam makna proklamasi sebagai awal kemerdekaan.
- Janji Marsekal Terauchi
Paada tanggal 12 Agustus 1945, Marsekal Terauchi, yang merupakan anak dari
Perdana Menteri Jepang Terauchi Masatake, menjelaskan mengapa ia memanggil
Soekarno dan Hatta. Marsekal Terauchi mengakui bahwasanya Jepang pada saat itu
sedang berada di ujung tanduk. Leburnya kota Hiroshima dan Nagasaki, membuat
Jepang tidak akan lama lagi akan menyerah. Terauchi mengatakan bahwa Indonesia
harus segera bersiap-siap untuk merdeka. Tentu hal tersebut menjadi tugas
Soekarno dan kawan-kawan untuk mempersiapkannya.
Pembangunan nasional Indonesia adalah paradigma Pembangunan yang terbangun
atas pengamalan Pancasila yaitu pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan
pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya, dengan Pancasila sebagai dasar,
tujuan, dan pedomannya.[1] Dari amanat tersebut disadari bahwa pembangunan
ekonomi bukan semata-mata proses ekonomi, tetapi suatu penjelmaan pula dari
proses perubahan politik, sosial, dan budaya yang meliputi bangsa, di dalam
kebulatannya.[1] Pembangunan Nasional merupakan cerminan kehendak terus-
menerus meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia secara adil
dan merata, serta mengembangkan kehidupan masyarakat dan penyelenggaraan
negara yang maju dan demokratis berdasarkan Pancasila.[1]
Oleh karena itu, keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi tidak dapat dilihat
terlepas dari keberhasilan pembangunan di bidang politik Mekanisme dan
kelembagaan politik berdasarkan UUD 1945 telah berjalan.[1] Pelaksanan pemilu
secara teratur selama Orde Baru juga sudah menunjukkan kemajuan perkembangan
demokrasi.[1] Pembangunan di berbagai bidang selama ini memberikan kepercayaan
kepada bangsa Indonesia bahwa upaya pembangunan telah ditempuh, seperti yang
diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945, menunjukkan keberhasilan.[1] Ini yang
ingin dilanjutkan dan akan ditingkatkan dalam era baru pembangunan.[1]
Sejak tahun 1990-an terdapat suatu kecenderungan baru dalam perencanaan
pembangunan yang lebih berorientasi kepada pelaksanaannya. Apabila sebelumnya
perencanaan terlalu menekankan kepada berbagai prinsip dan teknik perumusan
dalam proses pembangunan maka hal yang harus diperhatikan juga adalah aspek-
aspek pelaksanaan pembangunan.[2] Misalnya apakah pembangunan ini telah sesuai
dengan aspek proses perencanaan pelaksanaannya.
Fungsi Perencanaan
Perspective bertujuan untuk memberikan latar belakang pada rencana-rencana
jangka pendek dan panjang, sehingga masalah-masalah yang harus dipecahkan
dalam jangka waktu yang lama dapat diperhitungkan dalam perencanaan jangka
pendek.[3]
Jangka Menengah yaitu dalam jangka mana sebahagian besar daripada investasi-
investasi dilakukan selama tahun-tahun pertama dari rencana pembangunan itu
sendiri.[3]
Tahunan, ini bertujuan untuk menetapkan cara pelaksanaan kebijaksanaan
pemerintah. Keinginan-keinginan dari pemerintah dituangkan dalam bentuk
pembangunan proyek-proyek nasional.[3]

Negara-negara berkembang bukan sosialis dilihat dari kebijaksanaan industrialisasi


yang mereka anut pada saat permulaan program pembangunan umumnya dapat
digolongkan dalam dua kelompok.[4] Kelompok yang pertama ialah kelompok
Negara-negara yang melaksanakan strategi industrialisasi subtitusi impor yang
berorientasi pada pemenuhan pasar dalam negeri, dan kelompok yang kedua adalah
kelompok Negara-negara yang melaksanakan strategi industrialisasi yang
berorientasi ekspor.[4] Dari kedua model tersebut maka sistem atau model
pembangunan nasional di Indonesia lebih berorientasi kepada kelompok yang
pertama hal ini didasari oleh besarnya pasaran dalam negeri, jika dibandingkan
dengan Negara-negara yang menganut model industrialisasi yang berorientasi
ekspor seperti Singapura, Korea Selatan dll.[4]

Model Pembangunan Memasuki PJP II


Berbagai indikator menunjukkan pula bahwa pada PJP I banyak kemajuan yang telah
dicapai oleh bangsa Indonesia.[1] yaitu menurunnya tingkat wanita buta aksara dari
50 persen menjadi 21 persen.[1] Meningkatnya partisipasi wanita dalam
pembangunan dari 32,7 persen menjadi 37,6 persen.[1] Menurunnya angka
kematian bayi dari tahun-ke tahun.[1] Pembangunan pendidikan yang cukup
meningkat tajam dinilai dari banyaknya karyawan-karyawan adalah mereka lulusan
dari universitas-universitas di Indonesia.[1]

Gambaran Masyarakat Indonesia pada Ahkir PJP II


GBHN mengamanatkan bahwa dalam PJP II bangsa Indonesia bukan hanya harus
makin maju dan sejahtera tetapi juga makin mandiri. Dalam PJP II ingin dikejar
ketertinggalan dari bangsa maju lainnya.[1] Pada akhir PJP II Indonesia sudah bukan
lagi hanya negara yang dapat menerima pinjaman lunak.[1] Perdagangan luar negeri
akan menjadi sumber perolehan devisa dan sekaligus sebagai pendukung utama bagi
kesehatan neraca pembayaran dan tidak lagi bantuan luar negeri.[1] Akan tetapi
yang harus diingat bahwa kemajuan ekonomi baru akan ada artinya bagi
kesejahteraan rakyat apabila rakyat dapat menikmati dan merasakannya sebagai
perbaikan hidup nyata.[1]

Dimensi Akhlak
Akhlak adalah nilai-nilai dasar yang membimbing seseorang dalam berperilaku.[1]
Seorang dikatakan berakhlak atau bermoral, apabila perilakunya mengikuti kaidah-
kaidah kehidupan yang dikehendaki atau dibenarkan oleh agama, masyarakat, dan
hati nuraninya.[1] Kaidah-kaidah kehidupan itu berisi tuntunan atau petunjuk
mengenai baik dan buruk.[1]

Akhlak dalam Pembangunan


Dalam kaitan akhlak dengan pembangunan nasional, pertanyaan yang segera muncul
adalah, pembangunan bagaimana yang berakhlak? pembangunan pada umumnya
adalah untuk memperbaiki keadaan, sehingga dapat dikatakan sebagai perbuatan
kebaikan. Namun sejarah tidak menunjukkan hal seperti itu.[1] Pembangunan dapat
merupakan perbuatan yang tidak baik, apabila hal-hal berikut terjadi:

Ditujukan untuk kepentingan pembangunan suatu kelompok dengan mengorbankan


dengan mengorbankan yang lain.[1]
Apabila pembangunan hanya menguntungkan sebagian orang, tetapi tidak
bermanfaat bagi yang lain.[1]
Apabila pembangunan dijalankan dengan menggunakan cara yang tidak benar, tidak
baik, atau tidak halal.[1]
Pembangunan yang hanya mengejarkan kebuthan lahiriah dan mengabaikan sisi
rohaniah manusia, sebagai makhluk yang utuh.
Pembangunan yang merusak alam dan lingkungan.[1]
Pembangunan dijalankan dengan tidak memperhatikan nilai kemanusiaan pada
umumnya.[1]
Transformasi Masyarakat Indonesia dalam Pembangunan Jangka Panjang Tahap
Kedua Indonesia
Dalam PJP II,bangsa Indonesia akan tumbuh dan berkembang dengan mengandalkan
ada kemampuan dan kekuatannya sendiri.[1] Dengan demikian, pada akhir PJP II,
bangsa Indonesia mampu mewujudkan kehidupan yang sejajar dengan bangsa lain
yang telah maju yaitu sebagai bangsa industri.[1]

Arahan GBHN 1993 mengenai PJP II


GBHN 1993 menetapkan bahwa PJP II bertujuan mewujudkan bangsa yang maju dan
mandiri serta sejahtera lahir batin sebagai landasan bagi tahap pembangunan
berikutnya terwujudnya tujuan nasional.[1] Sasaran umum PJP II adalah terciptanya
kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang maju dan mandiri dalam suasana
tentram dan sejahtera lahir batin dalam tata kehidupan masyarakat, bangsa, dan
negara yang berdasarkan Pancasila,dalam suasana kehidupan bangsa Indonesia yang
serba berkeseimbangan dan selaras dalam hubungan antarsesama manusia dengan
alam dan lingkungannya, manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.[1]

Gagalnya Pembangunan di Era Orde Baru


Kebijakan pemerintah yang bersifat reaktif dengan menitikberatkan pada masalah
perbankan selama masa kasak-kusuk mengatasi krisis pada tahun-tahun pertama
pemerintahan turut memperkuat opini publik bahwa sistem keuangan dan moneter
yang ada telah menjadi sebab utama membawa Indonesia masuk ke dalam jurang
krisis yang dalam.[5] Pada Oktober 1988 yang mendorong ekspansi besar-besaran
bisnis perbankan, namun tidak diimbangi oleh sistem pengawasasn yang memadai,
hampir semua bank nasional di Indonesia beroperasi dengan sistem yang rapuh.[5]
Ujung dari kelemahan ini adalah terjebaknya bank-bank tersebut ke dalam kesulitan
likuiditas menyusul menumpuknya kredit macet. Situasi perbankan yang menandai
krisis di Indonesia, pertama-tama berdampak terhadap dunia bisnis.[5] Kemadetan
arus dan mikro di perusahaan akibat goncangan di sektor perbankan mengakibatkan
pula pihak swasta kesulitan memenuhi kewajiban jangka pendek mereka untuk
membayar cicilan utang kepada lembaga-lembaga keuangan asing, yang sejak tahun
1994 menjadi salah satu sumber dana bagi para pengusaha dalam negeri.[5]
Makna Pembangunan Nasional
Pembangunan nasioanal adalah upaya untuk meningkatkan seluruh aspek kehidupan
masyarakat, bangsa, dan negara yang sekaligus merupakan proses pembangunan
keseluruhan sistem penyelenggaraan negara untuk mewujudkan tujuan nasional.
Dalam pengertian lain, pembangunan mewujudkan nasional dapat diartikan sebagai
rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan nasional dapat diartikan
sebagai rangkaian upaya pembangunan yang untuk melaksanakan tugas
mewujudkan tujuan nasional.

Pelasanaan pembangunan mewujudkan aspek kehidupan bangsa, yaitu aspek politik,


ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan secara berencana, menyeluruh,
nasional dalam rangka mewujudkan kehidupan yang sejajar dan sederajat dengan
bangsa lain yang lebih maju. Oleh karena itu, sesungguhnya pembangunan nasional
merupakan pencerminan kehendak untuk terus menerus meningkatkan
kesejahteraan kehidupan masyarakat dan penyelenggaraan negara yang maju dan
demokrasi berdasarkan Pancasila.

Hakikat Pembangunan Nasional


Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya
dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Ini berarti dalam pelaksanaan
pembangunan nasional diperlukan hal-hal sebagai berikut:

Ada keselarasan, keserasian, kesimbangan, dan kebulatan yang utuh dalam seluruh
kegiatan pembangunan. Pembangunan adalah untuk manusia dan bukan sebaliknya
manusia untuk pembangunan. Dalam pembangunan dewasa ini, unsur manusia,
unsur sosial-budaya, dan unsur lainnya harus mendapatkan perhatian yang
seimbang.
Pembangunan harus merata untuk seluruh masyarakat dan di seluruh wilayah tanah
air.
Subjek dan objek pembangunan adalah manusia dan masyarakat Indonesia, sehingga
pembangunan harus berkepribadian Indonesia pula.
Pembangunan dilaksanakan bersama oleh masyarakat dan pemerintah. Masyarakat
adalah pelaku utama pembangunan dan pemerintah berkewajiban untuk
mengarahkan, membimbing, serta menciptakan suasana yang menunjang. Kegiatan
masyarakat dan kegiatan pemerintah mesti saling mendukung, saling mengisi, dan
saling melengkapi dalam satu kesatuan langkah menuju tercapainya tujuan
pembangunan nasional.

Tujuan Pembangunan Nasional


Pembangunan nasional dilaksanakan untuk mewujudkan tujuan nasional seperti
termaktub dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV, yaitu.....melindungi segenap
bangsa Indonesia dan sekuruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mecerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melasanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial serta
mewujudkan cita-cita bangsa sebagaimana termaktub dalam alinea II Pembukaan
UUD1945
Tugas dan Wewenang
Terkait dengan fungsi legislasi, DPR memiliki tugas dan wewenang:
Menyusun Program Legislasi Nasional (Prolegnas)
Menyusun dan membahas Rancangan Undang-Undang (RUU)
Menerima RUU yang diajukan oleh DPD (terkait otonomi daerah; hubungan pusat
dan daerah; pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah; pengelolaan SDA
dan SDE lainnya; serta perimbangan keuangan pusat dan daerah)
Membahas RUU yang diusulkan oleh Presiden ataupun DPD
Menetapkan UU bersama dengan Presiden
Menyetujui atau tidak menyetujui peraturan pemerintah pengganti UU (yang
diajukan Presiden) untuk ditetapkan menjadi UU
Terkait dengan fungsi anggaran, DPR memiliki tugas dan wewenang:
Memberikan persetujuan atas RUU tentang APBN (yang diajukan Presiden)
Memperhatikan pertimbangan DPD atas RUU tentang APBN dan RUU terkait pajak,
pendidikan dan agama
Menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara yang disampaikan oleh BPK
Memberikan persetujuan terhadap pemindahtanganan aset negara maupun
terhadap perjanjian yang berdampak luas bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan
beban keuangan negara
Terkait dengan fungsi pengawasan, DPR memiliki tugas dan wewenang:
Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN dan kebijakan pemerintah
Membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang disampaikan oleh DPD
(terkait pelaksanaan UU mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan
penggabungan daerah, pengelolaan SDA dan SDE lainnya, pelaksanaan APBN, pajak,
pendidikan dan agama)
Tugas dan wewenang DPR lainnya, antara lain:
Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi rakyat
Memberikan persetujuan kepada Presiden untuk: (1) menyatakan perang ataupun
membuat perdamaian dengan Negara lain; (2) mengangkat dan memberhentikan
anggota Komisi Yudisial.
Memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam hal: (1) pemberian amnesti dan
abolisi; (2) mengangkat duta besar dan menerima penempatan duta besar lain
Memilih Anggota BPK dengan memperhatikan pertimbangan DPD
Memberikan persetujuan kepada Komisi Yudisial terkait calon hakim agung yang
akan ditetapkan menjadi hakim agung oleh Presiden
Memilih 3 (tiga) orang hakim konstitusi untuk selanjutnya diajukan ke Presiden

Hak dan Kewajiban Anggota


Selain wajib menjalankan tugas dan fungsinya, setiap Anggota Dewan juga memiliki
hak dan kewajiban yang melekat pada masing-masing individu setiap wakil rakyat.
Hak Anggota DPR terdiri dari:
hak mengajukan usul rancangan undang-undang;
hak mengajukan pertanyaan;
hak menyampaikan usul dan pendapat;
hak memilih dan dipilih;
hak membela diri;
hak imunitas;
hak protokoler;
hak keuangan dan administratif;
hak pengawasan;
hak mengusulkan dan memperjuangkan program pembangunan dapil;
hak melakukan sosialisasi undang-undang.
Kewajiban Anggota DPR adalah:
memegang teguh dan mengamalkan Pancasila;
melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan
menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia;
mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan
golongan;
memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat;
menaati prinsip demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan negara;
menaati tata tertib dan kode etik;
menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga lain;
menyerap dan menghimpun aspirasi konstituen melalui kunjungan kerja secara
berkala;
menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat; dan
memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada konstituen di
daerah pemilihannya.

Pengertian Dewan Perwakikan Daerah (DPD)


DPD RI atau Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia yaitu suatu lembaga
negara yang diakui menurut konstitusional menjadi wakil aspirasi dan juga
kepentingan daerah terutama dalam pengambilan keputusan politik di tingkat
nasional.
Tujuan pembentukan DPD adalah sebagai penamung aspirasi daerah supaya
mempunyai wadah dalam menyuarakan kepentingannya dalam sistem
ketatanegaraan di Indonesia.
Atau lebih spesifiknya DPD yaitu salah satu lembaga tinggi negar yang dalam
cakupannya sistem kenegaraan Indonesia untuk menjadi wakil aspirasi masyarakat
dalam mengambil keputusan.

Fungsi DPD
Fungsi dari DPD atau Dewan Perwakilan Daerah adalah sebagai berikut:
Mengajukan usul pada pembahasan tentang bidang legislasi tertentu dan
memberikan pertimbangan pada bidang legislasi tertentu.
Melakukan pengawasan dan menjalankan Undang-Undang tertentu.
Pada Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen IV, ditekankan bahwa kedudukan
DPD RI adalah sebagai lembaga perwakilan bersama DPR RI yang mempunyai fungsi
legislasi, pengawasan dan penganggaran.

Tugas Pokok DPD


Tugas pokok dari Dewan Perwakilan Daerah adalah:
Melakukan pengajuan dan membahas rancangan Undang-Undang yang
berhubungan dengan otonomi daerah.
Memberikan pertimbangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam pemilihan
anggota Badan Pemeriksa Keuangan dan RAPBN (Rancangan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara dan juga Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang perpajakan,
agama dan pendidikan.
Melakukan pengawasan dan menjalankan Undang-Undang tentang otonomi daerah.
Wewenang DPD
Dalam pasal 224 Undang-Undang Nomor 27 tahun 2009 mengenai Majelis
Permusyawaratan Rakyat. Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Tugas dan Wewenang Dewan Perwakilan Daerah
adalah:
Melakukan pengajuan Rancangan Undang-Undang (RUU) yang berhubuhngan
dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran
dan juga penggabungan daerah, pengelolaah sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya. dan juga yang berhubungan dengan perimbangan keuangan dan
daerah.
Ikut membahas Rancangan Undang-Undang (RUU) yang berhubungan dengan
otonomi daerah, hubungan pusat dan derah, pengelolaan sumber daya alam dan
sumber daya ekonomi lainnya, dan juga perimbagan keuangan pusat dan daerah,
baik yang diajukan DPR ataupun pihak eksekutif.
Memberikan pertimbangan kepada DPR dalam pemilihan anggota Badan Pengawas
Keuangan (BPK).
Memberikan pertimbangan kepada DPR terhadap Rancangan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (RAPBN) dan Rancangan Undang-Undang (RUU) yang
berhubungan dengan pajak, pendidikan dan agama.
Melakukan pengawasan terhadap jalannya Undang-Undang tentang otonomi
daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan
daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi
lainnya.Pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan dan agama dan juga melaksanakan
penyampaian hasil pengawasannya kepada DPR sebagai bahan pertimbangan untuk
ditindaklanjuti.
Menyampaikan hasil pengawasan terhadap pelaksanaan Undang-Undang tentang
otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan
pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi
lainnya, pelaksanaan undang-undang APBN, pajak, pendidikan dan agama.
Menerikma hasil pemeriksaan keuangan negara dari BPK untuk dibuat suatu bahan
pertimbangan untuk DPR mengenai Rancangan Undang-Undang (RUU) yang
berhubungan dengan APBN.
Memberi pertimbangan terhadap DPR dalam pemilihan anggota BPK.
Turut serta dalam menyusun program legislasi nasional yang berhubungan dengan
otonomi daerah, hubungan pusat dan daearah, pembentukan dan pemekaran dan
juga penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya, dan juga yang berhubungan dengan perimbangan keuangan pusat
dan daerah.

Anda mungkin juga menyukai