(POLICY BRIEF) Pengarusutamaan SRHR Perempuan kedalam Kebijakan Perubahan Iklim
Apa hubungan antara Perubahan Iklim dan Hak
Kesehatan Reproduksi Seksual (HKRS)? Policy Brief ini juga mengurai secara singkat mengenai kebutuhan CSE (Comprehensive Sexual Kebijakan nasional Indonesia untuk menangani Education)/pendidikan seksual komprehensif dalam perubahan iklim sampai sekarang belum melibatkan SRHR kurikulum sekolah dan cara-cara lain untuk mengurangi (Sexual and Reproductive Health and Rights) perempuan kehamilan yang tidak diinginkan dan kekerasan, terutama atau dalam istilah bahasa Indonesia adalah HKRS (Hak selama darurat bencana karena perubahan iklim. Kesehatan Reproduksi dan Seksual). Meskipun demikian, ada beberapa inisiatif kebijakan untuk mengintegrasikan Apa itu Perubahan Iklim? gender dalam kebijakan perubahan iklim, antara lain 1) Perubahan iklim dirasakan langsung oleh petani dan kertas kebijakan tentang pengarusutamaan gender dalam nelayan Indonesia yang mengandalkan kondisi alam. The menghadapi perubahan iklim yang diterbitkan oleh Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) telah Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional menginformasikan kepada kita bahwa perubahan iklim (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional disebabkan oleh aktivitas manusia. Perubahan iklim juga (BAPPENAS) pada tahun 2012; 2) Rencana Aksi Nasional menyebabkan peningkatan suhu yang disebabkan dalam Menghadapi Perubahan Iklim yang diterbitkan oleh munculnya greenhouse gas (GHG), gas rumah kaca (GRK) Kementerian PPN/Badan Perencanaan Pembangunan (Spratt & Sutton, 2008) dan menyebabkan ketidakstabilan Nasional (BAPPENAS) 2014; 3) Sosialisasi gender dan pada biosfer bumi. Dampaknya juga termasuk pada perubahan iklim yang dilakukan oleh Kementerian tingginya suhu global, peningkatan frekuensi dan Lingkungan Hidup pada 25 Maret 2014; dan baru-baru ini intensitas kejadian cuaca ekstrim dan bencana alam, dan ada rancangan yang dibuat oleh BNPB (Badan Nasional dampak parah pada keberlanjutan ekosistem (UNFPA; Penanggulangan Bencana) mengenai pengarusutamaan WEDO, 2009). Konsekuensinya, Indonesia mengalami gender dalam keadaan darurat. BNPB berencana untuk intensifikasi lebih dari hal itu—musim hujan cenderung memasukkannya dalam kerangka sistem nasional sebagai lebih lebat dan musim kering cenderung lebih ekstrim. bentuk pencegahan kekerasan berbasis gender yang Data dari 63 dari stasiun cuaca di seluruh Indonesia nantinya terintegrasi dengan pola perlindungan pengungsi selama 40 tahun terakhir menunjukkan efek dari nasional. perubahan iklim (Slingo, 2010). Semua pengamatan data JP (Jurnal Perempuan) menyoroti partisipasi dan dari stasiun cuaca di Indonesia menunjukkan 22% musim kepemimpinan perempuan dalam proses pengambilan kemarau datang teratur, 33% lebih cepat dan 45% lebih keputusan untuk membangun masyarakat yang mampu lambat dari biasanya. Sementara itu, di musim hujan data beradaptasi terhadap perubahan iklim. Hal ini sangat stasiun pengamatan menunjukkan 36% musim hujan signifikan karena tidak semua institusi negara yang ada datang secara teratur, 40% lebih cepat, dan 24% lebih lambat. memiliki perhatian pada kebutuhan perempuan dan Perubahan iklim dunia memiliki dampak langsung berperspektif gender, sehingga seringkali perempuan pada Indonesia, hal ini berdasarkan data perubahan iklim tidak dijadikan bahasan dalam diskusi dan agenda dari periode 1991-2003 dan periode 1961-1990. Met mengenai perubahan iklim. Penelitian ini berlangsung di Office Hadley Centre (2014) melaporkan bahwa Jawa Tengah. JP menemukan bahwa kesehatan peningkatan suhu yang diproyeksikan untuk seluruh reproduksi perempuan sangat tergantung pada akses wilayah Indonesia umumnya konsisten di kisaran 2-2,5 °C perempuan terhadap ketahanan pangan. dan untuk suhu Kalimantan dan Sumatra naik menjadi 2,5-3 °C. Potensi risiko yang memengaruhi ekonomi, Dengan datangnya pemanasan global dan struktur hidup, ekosistem dan risiko khusus yang tinggi perubahan iklim, sering terjadi kekeringan dan banjir di berada pada daerah-daerah tertentu (Vatsa, 2004). Iklim daerah Rembang, hal ini membuat perempuan sulit yang ekstrim dan bencana alam akan memberikan mengakses air bersih. Panen sering gagal dan beban ibu, berbagai dampak besar terhadap SRHR perempuan, yang perempuan dan anak menjadi lebih berat. harus diperhatikan sebagai salah satu poin dalam manajemen bencana. Beberapa aspek negosiasi iklim, khususnya di bidang mitigasi bencana masih buta gender (Enarson et al, 2007). Di Rembang Jawa Tengah, perubahan iklim UU Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 telah memengaruhi akses terhadap makanan dan air, mengatur hak dan kewajiban dalam pelayanan kesehatan, sementara itu perempuan juga harus bertanggung jawab dan telah memberikan perlindungan dan kepastian atas semua pekerjaan rumah tangga. Kelangkaan air juga hukum bagi penyedia jasa seperti tenaga kesehatan (Pasal memengaruhi SRHR perempuan, perempuan 21-29) serta penerima manfaat kesehatan (Pasal 56-58). membutuhkan lebih banyak air daripada laki-laki, Namun, kebijakan tersebut belum berubah menjadi ketersediaan air sangat penting untuk kesehatan program konkrit untuk melayani kebutuhan reproduksi reproduksi mereka seperti saat menstruasi dan remaja, termasuk menyediakan layanan kesehatan bagi melahirkan bayi. Wanita membutuhkan lebih banyak air, SRHR. Sebaliknya, kebijakan lain yang tidak mendukung hal ini sangat terasa oleh perempuan karena perempuan kesehatan reproduksi dan seksual, seperti UU Perkawinan bertanggung jawab terhadap ketersediaan air untuk Nomor 1 Tahun 1974 yang menetapkan usia minimum keluarga mereka, sebagai pemberi utama. Perubahan untuk menikah pada 16 tahun untuk perempuan dan 19 dramatis ini menyebabkan dampak yang signifikan tahun untuk laki-laki. Meskipun Undang-Undang Nomor terhadap perempuan, seperti akses terhadap kesehatan 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak reproduksi dalam kasus trafficking, perampasan lahan, merekomendasikan bahwa usia hukum untuk pria dan kelangkaan sumber daya alam, dan prevalensi HIV-AIDS. wanita 18 tahun, hal ini tidak berpengaruh. Pola Di Jawa Tengah ada kenaikan angka kematian ibu dan perkawinan juga sangat bervariasi antara satu daerah pernikahan anak. Kajian khusus Jurnal Perempuan ini dengan daerah lain begitu juga antara kelompok etnis. menyimpulkan bahwa perubahan iklim memberikan Sementara tingkat pernikahan usia anak yang tinggi, beban besar pada perempuan dan anak perempuan. Oleh Pemerintah melaporkan bahwa pernikahan di bawah karena itu, perempuan perlu bersuara dan mengambil umur banyak terjadi terutama di daerah perdesaan. peran dalam kebijakan perubahan iklim sehingga mereka Sebuah laporan 2012 PBB menggambar data dari 2010 dapat menyuarakan keprihatinan mereka. memperkirakan bahwa 14,4% dari semua anak perempuan Indonesia antara 15 dan 19 tahun telah menikah, bercerai atau janda, dibandingkan dengan 6,1% Mengapa SRHR Perempuan Penting? dari anak laki-laki (PBB, 2012). Di Indonesia, akses terhadap pendidikan hak seksual dan Data saat ini mengenai pernikahan anak, Riset hak reproduksi sangat rendah. SRHR Alliance oleh Rutgers Kesehatan Dasar 2013 di Indonesia, menyatakan bahwa WPF melaporkan akses pendidikan SRHR di Indonesia jumlah pernikahan dini (berusia 15 sampai 19 tahun) menurun karena kebijakan pemerintah berubah dalam adalah 23,9 persen. Kemudian, pernikahan anak di kurikulum pendidikan (WPF Report, 2013). Analisis Indonesia adalah tertinggi kedua di ASEAN setelah terbaru tentang peningkatan pengantin anak dan Kamboja. Selain itu, pernikahan pada kelompok usia 10 kehamilan di usia dini dipengaruhi oleh budaya yang bias sampai 14 tahun ada sekitar lima persen. Ini merupakan gender dan meningkatnya konservatisme agama fenomena gunung es karena banyak pernikahan di bawah (Candraningrum, 2008: 208). Ketertinggalan umur (di bawah usia 18 tahun) yang pernikahannya tidak pembangunan infrastruktur kesehatan berpengaruh tercatat dengan baik. Hal ini meningkatkan risiko negatif secara khusus pada pelayanan kesehatan untuk perempuan untuk mengalami komplikasi pada saat perempuan. Di daerah terpencil seperti lereng gunung kehamilan yang dapat menyebabkan kematian ibu, yang dan pulau-pulau kecil memberikan tantangan geografis memengaruhi AKI (Angka Kematian Ibu) di Indonesia yang dalam (1) pelayanan kesehatan dan (2) infrastruktur dasar terjadi pada ibu di usia muda. Dengan demikian, Angka yang tepat. Pada tahun 2010, dua indikator yang Kematian Ibu di Indonesia masih cukup tinggi karena digunakan untuk SRHR telah sedikit berkembang. kurangnya fasilitas dalam mengakses pelayanan Pelayanan dan akses kesehatan meningkat dari 68% pada kesehatan reproduksi bagi perempuan. Ada peningkatan tahun 2007 menjadi 76% pada tahun 2010, ini sangat tajam dalam Angka Kematian Ibu di Indonesia, hingga bervariasi antara provinsi satu dan lainnya. Mulai tahun mencapai 359/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2012 2014 pemerintah pusat juga telah menerapkan program sesuai dengan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia perawatan kesehatan menyeluruh. Indonesia terus (SDKI). Hal ini menunjukkan bahwa remaja Indonesia tidak menghadapi tantangan geografis dan infrastruktur dalam cukup siap untuk menghadapi tantangan kesehatan memberikan pelayanan kesehatan yang layak, juga kasus reproduksi dan tanggung jawab yang akan mereka hadapi bias gender dan pelayanan pengobatan yang diskriminatif ketika memasuki tahap kematangan reproduksi. Maka, terhadap perempuan, kekerasan terhadap perempuan penting bagi pemerintah untuk segera mengeluarkan dan remaja perempuan. Menteri Kesehatan Nila Moeloek kebijakan yang memberikan fasilitas kesehatan reproduksi (Presiden Indonesia Utusan Khusus di Women PBB) telah dan meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan memberikan pernyataan bahwa untuk mencapai reproduksi bagi perempuan dan remaja. kesetaraan gender dan pembangunan berkelanjutan, Selain tingginya AKI, Indonesia dihadapkan oleh Indonesia harus menempatkan kesehatan remaja tantangan banyaknya daerah yang rawan bencana dan perempuan sebagai prioritas utama dalam kerangka bukti kuat mengenai hubungan antara perubahan iklim pembangunan pasca 2015. dan SRHR, bahwa baik pria dan wanita semakin kehilangan akses dan kontrol terhadap sumber daya alam dan ekosistem; bahwa baik pria dan wanita berisiko kehilangan produksi sumber daya dan mata pencaharian; kekerasan terhadap perempuan, kurangnya bahwa baik pria dan wanita berisiko tidak dapat akses terhadap kesehatan reproduksi dan mengakses fasilitas perumahan, infrastruktur dan pelayanan lainnya; dan Keluarga Berencana; lingkungan yang sehat (Brock & Thislethwaite, 1996). serta IMS /HIV-AIDS; dan praktik-praktik yang Kondisi sosial yang memburuk ini menimbulkan membahayakan (pernikahan anak dan sunat kesenjangan gender di semua sektor kehidupan: perempuan/FGM (Female Gental Mutilation). kesehatan, kebutuhan dasar manusia, lingkungan 5. Melakukan judicial review UU No 1/1974 tentang pekerjaan, partisipasi dalam pembangunan, peningkatan perkawinan untuk menaikkan usia pernikahan kemiskinan, keamanan pribadi, otonomi, pengambilan yang sah untuk perempuan dari 16 menjadi 18 keputusan, bahkan kelangsungan hidup (Cutter di al, tahun di Mahkamah Konstitusi (yang baru-baru 2003: 54). Perubahan iklim menuntut respon yang tepat ini ditolak). Berdasarkan Konvensi Hak-Hak Anak dalam berbagai tahap seperti adaptasi, mitigasi, tanggap bahwa setiap orang yang berusia di bawah 18 darurat dan masa pemulihan. tahun dianggap sebagai anak dan memiliki hak- haknya yang harus dipenuhi. Kesimpulan 6. Menerbitkan Jurnal Perempuan Edisi 88 Akhiri Kajian khusus yang dilakukan YJP menemukan hubungan Pernikahan Anak dan Video Kampanye yang jelas sekaligus mengkhawatirkan antara perubahan #EndChildMarriage. iklim dan status SRHR perempuan. Lebih jauh, kajian ini berfokus pada dampak perubahan iklim secara khusus Daftar Pustaka bagi perempuan, dan menyoroti profil kebijakan tingkat Candraningrum, Dewi. 2008. Mainstreaming Gender in daerah yang diberikan terhadap perempuan--sebagai Indonesian Muhammadiyah Universities: Introducing populasi penduduk yang banyak merasakan dampak Postcolonial Muslim Women Writers. Berlin: LitVerlag. perubahan iklim, serta melihat respon kebijakan nasional Cutter SL, et al. 2003. Social Vulnerability to Environmental Hazars Social Science Quarterly. Southwestern Social Indonesia. Science Association, 84 (2). Enarson, Elaine; Alice Fothergill & Lori Peek, 2007. Gender and Rekomendasi Kunci Disaster: Foundations and Directions. NY: Springer. 1. Menginformasikan hubungan antara SRHR dan Slingo, Julia. 2010. Climate: Observations, Projections and perubahan iklim kepada stakeholders, publik, Impacts. Country Indonesia. Met Office Hadley Centre. masyarakat dan remaja melalui publikasi Jurnal London: Nottingham UP. Perempuan dan kampanye media sosial. UN. 2012. ‘World Marriage Data 2012’, UN Department of Masyarakat dapat mengakses Jurnal Perempuan Economic and Social Affairs, Population Division, New York, NY. http://www.un.org/esa/population/ Edisi 86 SRHR & Perubahan Iklim serta publications/WMD2012/MainFrame.html Indonesian feminist Journal Vol. 3, Agustus 2015 Vatsa, Krishna S. 2004. "Risk, vulnerability, and asset-based (The Remaking of Tradition: Sex, Lies, & Politics) approach to disaster risk management" in melalui www.jurnalperempuan.org & International Journal of Sociology and Social Policy, www.indonesianfeministjournal.org Vol. 24 Iss: 10/11, pp.148. 2. Membangun aliansi penelitian dari universitas http://www.emeraldinsight.com/journals.htm?articlei untuk memperbaharui kaitan penelitian dari d=850513&show=abstract perubahan iklim dan SRHR dan Rutgers WPF Indonesia Report. 2013. Unite for Body Rights menginformasikan kepada pemangku Programme, SRHR Alliance Annual Report Country Indonesia. Rutgers WPF Press. kepentingan nasional dan provinsi dalam bentuk penerbitan Buku Seri Ekofeminisme III. YJP Yayasan Jurnal Perempuan 3. Mengintegrasikan SRHR perempuan dalam Yayasan Jurnal Perempuan adalah sebuah organisasi yang kebijakan perubahan iklim dan penanggulangan didirikan sejak tahun 1995. Jurnal Perempuan (JP) bencana lintas sektor oleh Badan diterbitkan pertama kali pada tahun 1996 dan merupakan Penanggulangan Bencana (BPBN/D) di tingkat jurnal pertama Indonesia yang membahas studi gender daerah, provinsi dan tingkat nasional dengan dan isu-isu perempuan. Hingga tahun 2015, JP telah terbit memasukkan SRHR perempuan dalam sebanyak 87 edisi dan dicetak sebanyak 15000-3000 manajemen bencana (pencegahan, mitigasi, eksemplar setiap edisinya. Visi dan misi YJP adalah untuk penyelamatan, dan tanggap darurat) serta memberdayakan dan membela hak-hak perempuan. YJP mengembangkan SRHR & perubahan iklim berfokus pada pendidikan, penelitian dan publikasi. dengan berbasis gender di komisi legislatif di tingkat nasional dan provinsi. 4. Mendorong kebijakan perubahan iklim yang Contact Person sensitif gender dengan memasukkan pendidikan Dewi Candraningrum seksual yang komprehensif/ CSE (Comprehensive dewicandraningrum@jurnalperempuan.com Sexual Education) ke dalam kurikulum sekolah Yayasan Jurnal Perempuan sebagai prioritas untuk mengatasi tingginya AKI, Jl. Karang Pola Dalam II No. 9A, Jatipadang, Pasar Minggu-Jakarta Selatan Telp/Fax: (021) 22701689 Email : yjp@jurnalperempuan.com Website: www.jurnalperempuan.org www. Indonesianfeministjournal.org