Npm : 192040007
Memasuki era ekonomi kreatif, perusahaan tidak hanya dituntut bersaing pada
strategi penawaran produk ke konsumen, namun perusahaan dituntut untuk memberi
ruang bagi karyawan untuk berpikir kreatif sehingga dapat menyelesaikan pekerjaan
sehari-hari secara efektif (Andri, 2015; Nugroho, 2006).Ruang ini mampu tercipta
apabila standar kualitas kehidupan kerja, seperti misalnya partisipasi karyawan dalam
pemecahan masalah perusahaan, sistem imbalan yang inovatif, lingkungan kerja yang
kondusif, pengembangan diri, kepemimpinan, integrasi elemen-elemen perusahaan dan
relevansi sosial. Maka dari itu kinerja karyawan perlu ditingkatkan dan dilakukan
penilaian secara berkala (Zin, 2004; Prawirasentoso, 2003). Standar kehidupan kerja ini
menjadi fondasi dasar dalam menurunkan stres karyawan dalam bekerja, meningkatkan
kualitas karyawan dalam bekerja, memaksimalkan tanggung jawab atas pekerjaan
mereka, menciptakan komitmen yang tinggi di dalam organisasi, serta memberi
kesempatan pada karyawan untuk menjadi lebih kreatif dalam melakukan pekerjaan,
yang pada akhirnya meningkatkan produktifitas mereka bekerja(Arifin, 2012; Mathieu
dan Zajac, 1990, Sinungan, 2008).
Sumber daya manusia adalah harta atau aset yang paling berharga dan penting
dimiliki oleh organisasi atau perusahaan, karena tercapainya tujuan suatu organisasi
sangat dipengaruhi oleh faktor manusia. Manusia berperan sebagai perencana, pelaksana,
dan sekaligus pengendali terwujudnya tujuan organisasi dan perusahaan, selain itu tidak
ada satupun organisasi tanpa manusia didalamnya yang dapat menggerakkan organisasi
atau perusahaan(Ardana et al., 2012).
Tercapainya standar kualitas kehidupan kerja tergantung dari sejauh mana pemimpin
mampu menciptakan suasana demokratis di dalam organisasi (Yukl, 2005; Melcher,
1995). Pemimpin ini, atau disebut juga dengan gaya kepemimpinan demokratis
cenderung mengikutsertakan karyawan dalam pengambilan keputusan, serta mendorong
partisipasi karyawan dalam menentukan bagaimana metode kerja dan tujuan yang ingin
dicapai ( Robbins, 2003; Siagian, 2002). Beberapa penelitian juga menyatakan bahwa
suasana demokratis dalam organisasi mampu meningkatkan iklim kerja yang positif
(Emilia, 2011; Syamsul, 2014), dimana iklim organisasi yang positif inilah yang
mempengaruhi tercapai tidaknya kehidupan kerja yang berkualitas dalam
organisasi(Bhutto et al., 2012).
Penelitian ini menggunakan konteks perbankan sebagai studi kasus, dimana konteks
perbankan ini merupakan sebuah konteks yang jarang digunakan untuk menguji model
yang dibangun dalam penelitian ini. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan
masukan yang baik bagi pengembangan keilmuan manajemen sumber daya manusia,
khususnya pada topik kepemimpinan dalam organisasi.
REFERENSI
Bakhshi, Arti., Kuldeep Kumar, Ekta Rani. 2009. Organizational Justice Perceptions as
Predictor of Job Satisfaction and Organization Commitment. International Journal of
Business and Management. Vol.4,No.9.
Bhutton, Niaz Ahmed, Minhoon Khan Laghari dan Falah-ud-Din Butt, 2012. A
Comparative Study of Organizational Climate and Job Satisfaction in Public, Private
and Foreign Banks, Asian Social Science, 8 (4), pp: 259-267. Brown, P. S., & Leigh,
W.T. 1996. A new look at psychological climate ant itsRelationship to job
involvement, effort and performance.Journalof Applied Psychology, 81(4), pp 358-
368.
Davis, Keith. 2010. Organizational Behavior- Human Behavior at Work 13th Edition.
New Delhi: Mcgraw Hill Company.
Devi kurniasari, 2012. Pengaruh Lingkungan Kerja dan Iklim Organisasi Terhadap
Komitmen Organisasi Melalui Kepuasan Kerja Karyawan pada Dinas Pasar Unit Pasar
Tanjung Kabupaten Jember. Skripsi..