Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN FARMASI FISIK

“KELARUTAN”

Nama : Hanik Endah Paramita


NIM : 16020201038
Prodi : S1 Farmasi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Larutan merupakan suatu campuran homogen antara 2 zat dari molekul, atom ataupun ion
dimana zat yang dimaksud adalah zat padat, minyak larut dalam air. Secara kuantitatif,
kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut di dalam larutan jenuhnya pada
suhu dan tekanan tertentu.
Kelarutan suatu senyawa dalam zat pelarut tergantung sifat fisik dan kimia dari zat
terlarut tersebut. Salah satu sifat fisik yang dapat kita amati setiap saat adalah peristiwa
larutnya suatu zat padat dalam pelarut air. Konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada
temperatur tertentu disebut sebagai kelarutan. Kelarutan dalam bidang farmasi sapat
didefinisikan sebagai berikut kelarutan kelarutan suatu obat adalah 1 gram zat terlarut yang
akan dilarutkan dalam sejumlah mL pelarut.
Agar suatu obat dapat di absoprsi, maka obat tersebut mula-mula harus larut dalam media
cairan tempat absorpsi. Sebagai contoh, suatu obat yang diberikan secara oral dalam cairan
pada suatu tempat dalam saluran lambung usus. Melalui bidang farmasi seseorang dapat
mengetahui dan memilih medium pelrut yang baik untuk suatu obat atau kombinasi obat,
membantu mangatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada waktu pembuatan larutan.
Kelarutan sangat penting untuk diketahui karena hal ini diperlukan untuk memilih pelarut
yang tepat untuk suatu sediaan obat.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum “Kelarutan” antara lain untuk mengetahui kelarutan suatu zat
dalam pelarut polar, semipolar dan non polar pada berbagai suhu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelarutan
2.1.1 Pengertian Kelarutan
Kelarutan diartikan sebagai konsentrasi bahan terlarut dalam suatu larutan jenuh pada
suatu suhu tertentu. Larutan sebagai campuran homogen bahan yang berlainan untuk
dibedakan antara larutan dari gas, cairan dan bahan padat dalam cairan. Selain itu terdapat
larutan dalam keadaan padat (misalnya gelas, pembentukan kristal campuran) (Voight, 1994).
Kelarutan suatu senyawa didefinisikan sebagai jumlah terbanyak (yang dinyatakan baik
dalam gram atau dalam mol) yang akan larut dalam kesetimbangan dalam volume pelarut
tertentu pada suhu tertentu. Meskipun pelarut-pelarut selain air digunakan dalam banyak
aplikasi, larutan dalam air adalah yang paling penting dan banyak digunakan (Oxtoby, 2001).
Kelarutan suatu zat didefinisikan sebagai jumlah solut yang dibutuhkan untuk
menghasilkan suatu larutan jenuh dalam sejumlah solven, pada suatu temperatur tertentu
suatu larutan jenuh yang bercampur dengan solut yang tidak terlarut merupakan contoh lain
dari keadaan kesetimbangan dinamik (Moechtar, 1989).

2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Kelarutan


a. Sifat dari solut dan solven
Substansi polar cenderung lebih miscible atau soluble dengan substansi polar lainnya.
Substansi nonpolar cenderung untuk miscible dengan substansi nonpolar lainnya, dan tidak
miscible dengan substansi polar lainnya (Sukardjo, 1977).
b. pH
Suatu zat asam lemah atau basa lemah akan sukar terlarut, karena tidak mudah
terionisasi. Semakin kecil pKa nya maka suatu zat semakin sukar larut, sedangkan semakin
besar pKa maka suatu zat akan mudah larut (Lund, 1994).
c. Suhu
Kenaikan temperatur akan meningkatkan kelarutan zat yang proses melarutnya melalui
penyerapan panas atau kalor (reaksi endotermik) dan akan menurunkan kelarutan zat yang
proses melarutnya dengan pengeluaran panas atau kalor (reaksi eksotermik) (Lund, 1994).
d. Solution aditif
Additivies baik dapat meningkatkan atau mengurangi kelarutan zat terlarut dalam pelarut
tertentu (Lund, 1994).
2.2 Pelarut
2.2.1 Pengertian Pelarut
Pelarut (solven) didefinisikan sebagai suatu medium dimana zat terlarut (solute) terlarut
(Baroroh, 2004).
Pelarut adalah benda cair atau gas yang melarutkan benda padat, cair, gas yang
menghasilkan sebuah larutan. Pelarut paling umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari
adalah air (Shevla, 1979).

2.2.2 Jenis-Jenis Pelarut


Pelarut polar melarutkan zat terlarut ionik dan zat polar lainnya. Sesuai dengan itu, air
bercampur dengan alkohol dalam segala perbandingan dan melarutkan gula dan senyawa
polihidroksi yang lain (Martin, 2008).
Pelaru nonpolar tidak dapat mengurangi gaya tarik-menarik antara ion-ion elektrolit kuat
dan lemah, karena tetapan dieektrik pelarut yang rendah. Pelarut juga tidak dapat
memecahkan ikatan kovalen dan elektrolit yang terionisasi lemah karena pelarut aprotik, dan
dapat membentuk jembatan hidrogen dengan nonelektrolit (Martin, 2008).
Pelarut semipolar seperti keton dan alkohol dapat menginduksi suatu derajat polaritas
tertentu dalam molekul pelarut nonpolar, sehinga menjadi dapat larut dalam alkohol,
contohnya benzena yang mudah dapat dipolarisasikan (Martin, 2008).

2.3 Tinjauan Bahan


a. Aquadest (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : Aqua Destillata
Nama lain : Air Suling
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

b. Alkohol (Ditjen POM, 1979)


Nama resmi : Aethanolum
Nama lain : Etanol
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak, bau
khas, rasa panas. Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak
berasap
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, ditempat sejuk, jauh dari
nyala api.

c. Kloroform (Ditjen POM, 1979)


Nama resmi : Chloroformum
Nama lain : Kloroform
Pemerian : Ciran, mudah menguap, tidak berwarna, bau khas, rasa manis dan membakar
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik bersumbat kaca, terlindung dari cahaya

d. Asam Salisilat (Ditjen POM, 1979)


Nama resmi : Acidum Salicylicum
Nama lain : Asam Salisilat
Pemerian : Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk berwarna putih, hampir tidak
berbau, rasa agak manis dan tajam
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

e. Asam Borat (Ditjen POM, 1979)


Nama resmi : Acidum Boricum
Nama lain : Asam Borat
Pemerian : Hablur, serbuk hablur putih atau sisik mengkilap tidak berwarna, kasar, tidak
berbau, rasa agak asam dan pahit kemudian manis
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

BAB III
MERODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan “Kelarutan” antara lain kertas saring,
termometer, neraca analitik, oven, corong gelas, batang pengaduk, kompor listrik, cawan
porselen, pipet tetes, gelas ukur 100 mL, erlenmeyer 250 mL, dan baeker glass 250 mL.

3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan “Kelarutan” antara lain aquadest, alkohol
95%, kloroform, asam salisilat dan asam borat.
3.3 Cara Kerja
Cara kerja dalam percobaan “Kelarutan” antara lain kertas saring kosong ditimbang pada
neraca analitik. Bahan (sampel asam salisilat dan asam borat) ditimbang masing-masing
sebanyak 1 gram. Bahan yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam baeker glass 250 mL
dan ditambahkan pelarut sebanyak 10 mL, aduk selama 5 menit pada suhu kamar.
Selanjutnya larutan dipanaskan diatas penangas pada suhu 45ºC dan diaduk selama 5 menit,
ulangi langkah yang sama dengan pemanasan 60ºC. Selanjutnya larutan di saring dengan
kertas saring sesuai dengan suhu masing-masing. Kertas saring yang telah digunakan dilipat
dan diletakkan diatas cawan porselin yang telah diberi etiket, selanjutnya dikeringkan dalam
oven pada suhu 100ºC selama 30 menit. Kertas saring ditimbang dan dihitung kelarutan
masing-masing zat.

BAB IV
HASIL PENGAMATAN

4.1 Tabel Hasil Pengamatan


Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil pengamatan sebagai
berikut:
No Sampel Pelarut Suhu Berat Berat Berat Berat
Sampel Kertas Kertas Residu
(Gram) Saring Saring +
Kosong Sampel
1. Asam Aquadest Suhu kamar 0,5 2,328 2,993 0,665
Salisilat 45ºC 0,5 2,361 2,987 0,626
60ºC 0,5 2,360 2,776 0,416
Alkohol Suhu kamar 0,5 2,384 2,802 0,418
45ºC 0,5 2,381 2,720 0,339
60ºC 0,5 2,395 2,840 0,445
Kloroform Suhu kamar 0,5 2,368 2,860 0,492
45ºC 0,5 2,431 2,893 0,462
60ºC 0,5 2,456 2,859 0,403
2. Asam Aquadest Suhu kamar 0,5 2,457 2,903 0,446
Borat 45ºC 0,5 2,424 3,025 0,601
60ºC 0,5 2,451 2,834 0,383
Alkohol Suhu kamar 0,5 2,355 2,751 0,396
45ºC 0,5 2,360 2,775 0,415
60ºC 0,5 2,414 2,882 0,468
Kloroform Suhu kamar 0,5 2,417 3,136 0,719
45ºC 0,5 2,238 2,747 0,509
60ºC 0,5 2,311 2, 757 0,446

4.2 Perhitungan
4.2.1 Perhitungan Berat Residu
ASAM SALISILAT
1. Aquadest
a. Suhu kamar = 2,993-2,328 = 0,665
b. Suhu 45ºC = 2,987-2,361 = 0,626
c. Suhu 60ºC = 2,776-2,360 = 0,416

2. Alkohol
a. Suhu kamar = 2,802-2,384 = 0,418
b. Suhu 45ºC = 2,720-2,381 = 0,339
c. Suhu 60ºC = 2,840-2,395 = 0,445

3. Kloroform
a. Suhu kamar = 2,860-2,368 = 0,492
b. Suhu 45ºC = 2,893-2,431 = 0,462
c. Suhu 60ºC = 2,859-2,456 = 0,403

ASAM BORAT
1. Aquadest
a. Suhu kamar = 2,903-2,457 = 0,446
b. Suhu 45ºC = 3,025-2,242 = 0,601
c. Suhu 60ºC = 2,834-2,451 = 0,383

2. Alkohol
a. Suhu kamar = 2,751-2,355 = 0,396
b. Suhu 45ºC = 2,775-2,360 = 0,415
c. Suhu 60ºC = 2,882-2,414 = 0,468

3. Kloroform
a. Suhu kamar = 3,136-2,417 = 0,719
b. Suhu 45ºC = 2,747-2,238 = 0,509
c. Suhu 60ºC = 2,757-2,311 = 0,446

4.2.2 Perhitungan Gram Zat Terlarut


ASAM SALISILAT
1. Aquadest
a. Suhu kamar = 0,5-0,665 = -0,165
b. Suhu 45ºC = 0,5-0,626 = -0,126
c. Suhu 60ºC = 0,5-0,416 = 0,084

2. Alkohol
a. Suhu kamar = 0,5-0,418 = 0,082
b. Suhu 45ºC = 0,5-0,339 = 0,161
c. Suhu 60ºC = 0,5-0,445 = 0,055

3. Kloroform
a. Suhu kamar = 0,5-0,492 = 0,008
b. Suhu 45ºC = 0,5-0,462 = 0,038
c. Suhu 60ºC = 0,5-0,403 = 0,097

ASAM BORAT
1. Aquadest
a. Suhu kamar = 0,5-0,446 = 0,054
b. Suhu 45ºC = 0,5-0,601 = -0,101
c. Suhu 60ºC = 0,5-0,383 = 0,117

2. Alkohol
a. Suhu kamar = 0,5-0,396 = 0,104
b. Suhu 45ºC = 0,5-0,415 = 0,085
c. Suhu 60ºC = 0,5-0,468 = 0,032

3. Kloroform
a. Suhu kamar = 0,5-0,418 = 0,082
b. Suhu 45ºC = 0,5-0,339 = 0,161
c. Suhu 60ºC = 0,5-0,445 = 0,055
4.2.3 Perhitungan Kelarutan Zat
ASAM SALISILAT
1. Aquadest
−0,165
a. Suhu kamar = x 100 %=−3,3 %
5
0,126
b. Suhu 45ºC = x 100 %=−2,52%
5
0,084
c. Suhu 60ºC = x 100 %=1,68 %
5

2. Alkohol
0,082
a. Suhu kamar = x 100 %=1,64 %
5
0,161
b. Suhu 45ºC = x 100 %=3,22 %
5
0,055
c. Suhu 60ºC = x 100 %=1,1 %
5

3. Kloroform
0,008
a. Suhu kamar = x 100 %=0,16 %
5
0,038
b. Suhu 45ºC = x 100 %=0,76 %
5
0,097
c. Suhu 60ºC = x 100 %=1,94 %
5

ASAM BORAT
1. Aquadest
0,054
a. Suhu kamar = x 100 %=1,08 %
5
−0,101
b. Suhu 45ºC = x 100 %=−2,02%
5
0,117
c. Suhu 60ºC = x 100 %=2,34 %
5

2. Alkohol
0,104
a. Suhu kamar = x 100 %=2,08 %
5
0,085
b. Suhu 45ºC = x 100 %=1,7 %
5
0,032
c. Suhu 60ºC = x 100 %=0,64 %
5

3. Kloroform
−0,219
a. Suhu kamar = x 100 %=−4,38 %
5
0,009
b. Suhu 45ºC = x 100 %=0,18 %
5
0,054
c. Suhu 60ºC = x 100 %=1,08 %
5

BAB V
PEMBAHASAN

Percobaan yang dilakukan kali ini yaitu kelarutan suatu zat salam pelarut pada suhu
tertentu, yang dilakukan pada sampel asam salisilat dan asam borat dengan menggunakan
pelarut aquadest, alkohol dan kloroform pada suhu kamar, suhu 45ºC dan suhu 60ºC.
Percobaan pertama dilakukan dengan menimbang kertas saring kosong bertujuan untuk
mengetahui berat kertas saring. Selanjutnya percobaan dilakukan pada sampel asam salisilat
0,5 gram yang ditambahkan dengan pelarut aquadest sebanyak 5 mL pada suhu kamar, suhu
45ºC dan suhu 60ºC bertujuan untuk mengetahui kelarutan asam salisilat dalam pelarut
aquadest pada suhu yang berbeda.Setelah dilarutkan, larutan sampel diaduk selama 5 menit
untuk membantu mempercepat difusi antar partikel sehingga mempercepat kelarutan. Setelah
diaduk selama 5 menit, larutan disaring dengan menggunakan kertas saring yang telah
ditimbang bertujuan untuk memisahkan larutan dengan residu. Setelah 15 menit kertas saring
dikeluarkan dari oven dan ditimbang bertujuan untuk mengetahui berat residu. Berdasarkan
percobaan maka diperoleh berat residu asam salisilat dalam pelarut aquadest pada suhu kamar
yaitu 0,665 gram, suhu 45ºC yaitu 0,626 gram, dan suhu 60ºC yaitu 0,416 gram. Persen asam
salisilat yang terlarut dalam aquadest pada suhu kamar yaitu -3,3%, suhu 45ºC yaitu -2,52%,
dan suhu 60ºC yaitu 2,68%. Hal tersebut membuktikan bahwa asam salisilat sukar larut
dalam aquadest, karena aquadest merupakan pelarut non polar.
Percobaan selanjutnya dilakukan pada sampel yang sama yaitu asam salisilat dengan
pelarut alkohol pada suhu kamar, suhu 45ºC dan suhu 60ºC bertujuan untuk mengetahui
kelarutan asam salisilat dalam pelarut alkohol pada suhu yang berbeda. Metode yang
digunakan sama dengan percobaan pertama. Berdasarkan percobaan, maka diperoleh berat
residu asam salisilat dalam pelarut alkohol pada suhu kamar yaitu 0,418 gram, suhu 45ºC
yaitu 0,339 gram, dan suhu 60ºC yaitu 0,445 gram. Persen asam salisilat yang terlarut dalam
alkohol pada suhu kamar yaitu 1,64%, suhu 45ºC yaitu 3,22%, dan suhu 60ºC yaitu 1,1%.
Hal tersebut membuktikan bahwa asam salisilat larut dalam alkohol karena alkohol
merupakan pelarut semi polar.
Percobaan dilakukan dengan metode yang sama pada sampel asam salisilat sebanyak 0,5
gram dengan pelarut kloroform sebanyak 5 mL pada suhu yang berbeda. Berdasarkan
percobaan maka diperoleh berat residu hasil penimbangan pada suhu kamar yaitu 0,492 gram,
suhu 45ºC yaitu 0,462 gram, dan suhu 60ºC yaitu 0,403 gram. Persen asam salisilat yang
terlarut dalam kloroform pada suhu kamar yaitu 0,16%, suhu 45ºC yaitu 0,76%, dan suhu
60ºC yaitu 1,94%. Hal tersebut membuktikan bahwa hanya sedikit sampel asam salisilat yang
terlarut dalam kloroform, sedangkan dalam literatur dijelaskan bahwa asam salisilat mudah
larut dalam kloroform.
Percobaan selajutnya dilakukan pada sampel asam borat dengan metode yang sama pada
sampel asam salisilat. Berdasarkan percobaan pada pelarut aquadest diperoleh berat residu
pada suhu kamar yaitu 0,446 gram, suhu 45ºC yaitu 0,601 gram, dan suhu 60ºC yaitu 0,383
gram. Persen asam borat yang terlarut dalam aquadest pada suhu kamar yaitu 1,08%, suhu
45ºC yaitu -2,02%, dan suhu 60ºC yaitu 2,34%. Pada pelarut alkohol diperoleh berat residu
pada suhu kamar yaitu 0,396 gram, suhu 45ºC yaitu 0,415 gram, dan suhu 60ºC yaitu 0,468
gram. Persen asam borat yang terlarut dalam alkohol pada suhu kamar yaitu 2,08%, suhu
45ºC yaitu 1,7%, dan suhu 60ºC yaitu 0,64%. Sedangkan pada pelarut kloroform diperoleh
berat residu pada suhu kamar yaitu 0,719 gram, suhu 45ºC yaitu 0,509 gram, dan suhu 60ºC
yaitu 0,446 gram. Persen asam borat yang terlarut dalam kloroform pada suhu kamar yaitu
-4,38%, suhu 45ºC yaitu -0,18%, dan suhu 60ºC yaitu 1,68%.
Berdasarkan hasil percobaan, terjadi perbedaan dengan teori dan literatur. Hal tersebut
kemungkinan dikarenakan pengadukan terhadap larutan yang tidak merata dan kurang hati-
hati serta penimbangan kertas saring, bahan maupun residu yang kurang teliti.
BAB VI
KESIMPULAN

Kesimpulan dari percobaan “Kelarutan” antara lain asam salisilat sukar larut dalam
pelarut non polar, sedikit larut dalam pelarut semi polar, dan larut dalam pelarut polar.
Sedangkan asam borat sedikit larut dalam pelarut non polar, dan lebih mudah larut dalam
pelarut semi polar dan polar. Semakin tinggi suhu maka kelarutan suatu zat yang semakin
tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Alfred, Martin. 2008. Farmasi Fisika Dasar-Dasar Farmasi Fisik dalam Ilmu Farmasetika
Edisi Ketiga Jilid 2. UI-Press. Jakarta

Baroroh, Umi L.U. 2004. Diktat Kimia Dasar 1. Universitas Lambung Mangkurat.
Banjarbaru

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia III. Depkes RI. Jakarta

Lund, W. 1994. The Pharmaceutical Codex Principles and Practice of Pharmaceutics 12th ed.
The Pharmaceutical Press. London

Moechtar. 1989. Farmasi Fisik Bagian Larutan dan Dispersi. Gadjah Mada Uniersity.
Yogyakarta

Oxtoby david w, dkk. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern. Erlangga. Surabaya

R, Voight. 1994. Buku Pelajaran Teknolgi Farmasi Edisi Kelima. Penerbit Gadjah Mada
University. Yogyakarta

Shevla. 1979. Buku Ajar Vogel Analisis Anorganik Kuantitatif Makro dan Semimikro. PT
Kalman Media Pusaka. Jakarta
Sukardjo. 1977. Kimia Fisika. Rineka Cipta. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai