Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini perkembangan zaman yang diiringi kemajuan teknologi mendorong setiap
orang untuk meningkatkan kemampuan dalam hal penguasaan teknologi informasi sehingga
dalam penguasaan teknologi tersebut harus memperhatikan kode etik. Kode etik merupakan
sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang
baik, benar, apa yang tidak baik atau benar bagi profesional. Kode etik juga menerangkan
perbuatan yang salah atau benar, perbuatan yang harus dihindari ataupun dilakukan. Tujuan
kode etik adalah agar seorang profesional nantinya dapat memberikan jasa sebaik mungkin
kepada konsumen atau pemakainya. Kode etik tersebut diharapkan akan ditaati oleh setiap
orang bukan karena paksaan. Dengan adanya kode etik tersebut maka akan melindungi
perbuatan yang tidak profesional. Dalam pemahaman kode etik sangat erat hubungannya
dengan etika profesi. Etika profesi sangatlah dibutuhkan dalam berbagai bidang teknologi
informasi.
Kode etik profesi merupakan bagian dari norma yang lebih umum yang ada dalam
etika profesi. Kode etik ini memperjelas dan merinci norma-norma ke bentuk yang lebih
sempurna walaupun sebenarnya norma-norma terebut sudah tersirat dalam etika profesi. Kata
etika berasal dari bahasa Yunani yaitu “Ethos” yang berarti karakter, watak, kesusilaan atau
adat kebiasaan. Etika mempersoalkan bagaimana manusia harus bertindak.Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang hak
dan kewajiban moral, kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, nilai
mengenai benar dan salah yang dianut masyarakat. Menurut Martin (1993), etika
didefinisikan sebagai “the discipline which can act as the performanceindex or reference for
our control system” yang artinya disiplin yang dapat bertindak sebagai acuan atau indeks
capaian untuk sistem kendali kita.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian konsep Etika
2. Pengertian konsep nilai
3. pengertian konsep hukum
4. hubungan etika, nilai dan hukum
5. Tujuan Pokok Ilmu Etika Profesi Berkaitan Dengan Penerapnya Baik Secara Individu,
Kelompok Maupun Organisasi

C. Tujuan
1. Kita dapat mengetahui pengertian konsep Etika
2. Kita dapat mengetahui pengertian konsep nilai
3. Kita dapat mengetahui pengertian konsep hukum
4. Kita dapat mengetahui apa hubungan antara etika, nilai dan hukum
5. kita dapat mengetahui tujuan ilmu stika profesi

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Konsep Dasar Etika 

Etika merupakan cabang ilmu yang berisi sistem dan pedoman nilai-nilai yang
berkaitan dengan konsepsi benar dan salah yang berlaku dan dihayati oleh kelompok di suatu
komunitas. Terminologi etika sangat sering diperbincangkan, tidak hanya di ruang-ruang
akademis, namun juga di ruang-ruang publik. Banyak orang awam yang salah menafsirkan
secara mudah bahwa etika sama dengan kesopanan dan tata karma. Jadi ketika seseorang
dikatakan tidak beretika, maka secara tidak langsung seseorang itu akan dicap sebagai orang
yang tidak sopan atau tidak memiliki tata karma. Namun benarkah istilah etika hanya
didefinisikan sesederhana itu?
Istilah etika sendiri sejarahnya bermula jauh sejak masa Yunani kuno yang disebut
dengan ethos. Dalam bahasa Yunani, ethos memiliki banyak penafsiran, seperti: tempat
tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, habitat, kebiasaan, adat, akhlak, watak,
perasaan, sikap dan cara berpikir. Makna-makna tersebut dikategorikan makna tunggal,
sedangkan makna jamak dari ethos adalah adat kebiasaan. Oleh Aristoteles – seorang filsuf
besar Yunani di era 384 – 322 SM – istilah etika sudah digunakannya untuk merujuk kepada
filsafat moral. Maka secara sempit kita dapat memaknai istilah etika pada konteks ini adalah
ilmu yang mempelajari tentang adat kebiasaan.Istilah ethos dimaknai sebagai watak
kesusilaan atau adat kebiasaan, yang biasanya berkaitan erat dengan moral. Moral sendiri
berasal dari kata latin “mos”(jamaknya mores) yang berarti juga adat kebiasaan atau cara
hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan) dan menghindari
tindakan-tindakan yang buruk (Ruslan, 2011:31). Dengan demikian maka etika dan moral
memiliki kesamaan makna, namun pada dasarnya keduanya memiliki perbedaan pada
implementasinya. Moral atau moralita digunakan untuk menilai perbuatan yang dilakukan,
sedangkan etika digunakan sebagai sistem nilai yang berlaku. Artinya, etika adalah ilmu
untuk menjelaskan kaidah-kaidah moral.
Konsep etika sebagai ilmu juga ditekankan dalam buku yang ditulis Aristoteles “Etika
Nikomacheia”  yang menyatakan istilah terminius techicus yaitu etika dipelajari untuk ilmu
pengetahuan yang mempelajari masalah perbuatan atau tindakan manusia. dan didalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, ditegaskan pula mengenai etika sebagai ilmu yaitu sebagai
berikut:
 Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral (akhlak);
 Etika adalah kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
 Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
.

B. Pengertian Konsep Nilai

Theodorson Pelly (1994) mengemukakan bahwa nilai merupakan sesuatu yang


abstrak, yang dijadikan pedoman serta prinsip – prinsip umum dalam bertindak dan
bertingkah laku. Keterikatan orang atau kelompok terhadap nilai menurut Theodorson relatif
sangat kuat dan bahkan bersifat emosional. Oleh sebab itu, nilai dapat dilihat sebagai tujuan
kehidupan manusia itu sendiri.

2
Sedangkan yang dimaksud dengan nilai budaya itu sendiri sduah dirmuskan oleh beberapa
ahli seperti :
Menurut Koentjaraningrat (1987:85) lain adalah nilai budaya terdiri dari konsepsi–
konsepsi  yang  hidup  dalam  alam  fikiran  sebahagian  besar  warga  masyarakat mengenai
hal–hal yang mereka anggap amat mulia. Sistem nilai yang ada dalam suatu masyarakat
dijadikan orientasi dan rujukan dalam bertindak. Oleh karena itu, nilai budaya yang dimiliki
seseorang mempengaruhinya dalam menentukan alternatif, cara–cara, alat–alat, dan tujuan –
tujuan pembuatan yang tersedia.1
Clyde Kluckhohn(1994) mendefinisikan nilai budaya sebagai konsepsi umum yang
terorganisasi, yang mempengaruhi perilaku yang berhubungan dengan alam, kedudukan
manusia dalam alam, hubungan orang dengan orang dan tentang hal–hal yang diingini dan
tidak diingini yang mungkin bertalian dengan hubungan orang dengan lingkungan dan
sesama manusia.
Sumaatmadja(2000) mengatakan bahwa pada perkembangan,  pengembangan, 
penerapan  budaya  dalam  kehidupan,  berkembang pula nilai – nilai yang melekat di
masyarakat yang mengatur keserasian, keselarasan, serta keseimbangan. Nilai tersebut
dikonsepsikan sebagai nilai budaya.
Selanjutnya, bertitik tolak dari pendapat diatas, maka dapat dikatakan bahwa setiap
individu dalam melaksanakan aktifitas sosialnya selalu berdasarkan serta berpedoman kepada
nilai – nilai atau sistem nilai yang ada dan hidup dalam masyarakat itu sendiri. Artinya nilai –
nilai itu sangat banyak mempengaruhi tindakan dan perilaku manusia, baik secara individual,
kelompok atau masyarakat secara keseluruhan tentang baik buruk, benar salah, patut atau
tidak patut.
Suatu nilai apabila sudah membudaya didalam diri seseorang, maka nilai itu akan
dijadikan sebagai pedoman atau petunjuk di dalam bertingkahlaku. Hal ini dapat dilihat
dalam kehidupan sehari – hari, misalnya budaya gotong royong, budaya malas, dan lain –
lain. Jadi, secara universal, nilai itu merupakan pendorong bagi seseorang dalam mencapai
tujuan tertentu. Manusia dianugerahi akal maka manusia dapat berfikir. Kemampuan berfikir
manusia juga digunakan untuk memecahkan masalah-masalah hidup yang dihadapinya.2
Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai budaya adalah suatu bentuk konsepsi umum yang
dijadikan pedoman dan petunjuk di dalam bertingkah laku baik secara individual, kelompok
atau masyarakat secara keseluruhan tentang baik buruk, benar salah, patut atau tidak patut.

C. Pengertian Konsep Hukum Hans Kelsen

Teorinya yang “murni” (the pure theory of law) bebas dari elemen-elemen asing pada
kedua jenis teori tradisional, teori tersebut tidak tergantung pada pertimbangan-pertimbangan
moralitas dan fakta-fakta aktual.
Menurut kelsen, filosofi hukum yang ada pada waktu itu dikatakan telah terkontaminasi
oleh ideologi politik dan moralitas disatu sisi, dan telah mengalami reduksi karena ilmu
pengetahuan disisi yang lain.  Sedangkan hukum itu sendiri harus murni dari elemen-elemen
asing yang tidak yuridis. Inilah prinsip metodologis dasarnya dari konsep Hans kelsen
tentang konsep hukum murninya.
Hukum harus dibersihkan dari anasir-anasir yang nonyuridis, seperti unsur sosiologis,
politis, historis, bahkan etis. Kelsen memahami pure theory of law-nya sebagai teori
kognisi hukum, teori pengetahuan hukum. Ia berulang-ulang kali menulis bahwa satu-satunya
tujuan pure theory of law adalah kognisi atau pengetahuan tentang objeknya. Tepatnya
ditetapkan sebagai hukum itu sendiri.
Sebagai sebuah teori, ia terutama dimaksudkan untuk mengetahui dan menjelaskan
tujuannya. Teori ini berupaya menjawab pertanyaan-pertanyaan, apa itu hukum dan

3
bagaimana ia ada, bukan bagaimana ia semestinya ada. Ia merupaka ilmu hukum
(yurisprudensi), bukan politik hukum.
Pure Theory of law adalah teori hukum positif, hanya teori hukum positif, dan bukan
teori tentang sistem hukum tertentu. Pure Theory of Law adalah teori hukum umum, bukan
penafsiran norma-norma hukum Negara tertentu atau hukum internasional. Namun dia
menyajikan teori penafsiran. Positivisme hukum lahir karena tekanan yang kuat pada fakta
sebagai satu-satunya basis pembenaran atau pertanggungjawaban. Dengan inspirasi dari
empirisme filosofis, para pemikir hukum abad ke-19 berusaha menjadikan hukum menjadi
produk ilmiah. Itu berarti, hukum dapat diterima apabila ilmiah. Hukum adalah karya
ilmiyah. Untuk itu hukum harus mendapatkan pembenarannya dan didukung sepenuhnya
oleh fakta empiris.
Bagi kelsen, hukum berurusan dengan bentuk (formal), bukan isi (material). Jadi,
keadilan sebagai isi hukum berada diluar hukum. Suatu hukum dengan demikian dapat saja
tidak adil, tetapi ia tetaplah hukum karena dikeluarkan oleh penguasa.

1. HUBUNGAN ETIKA, NILAI DAN HUKUM

Nilai dan norma senantiasa berkaitan dengan norma dan etika. Dalam pengertian
inilah maka kita memasuki wilayah norma sebagai penutup sikap dan tingkah laku manusia.
Sedangkan hubungan moral dengan etika sangat erat sekali dan kadangkala kedua hal
tersebut di samakan begitu saja. Namun sebenarnya kedua hal tersebut memiliki perbedaan.
Moral merupakan suatu ajaran-ajaran ataupun wewenang-wewenang, patokan-patokan,
kumpulan peraturan, baik lisan maupun tertulis tentang bagaimana manusia harus hidup dan
bertindak agar menjadi manusia yang baik. Sedangkan Etika tidak berwenang menentukan
apa yang boleh atau tidak boleh di lakukan oleh seseorang.

Hubungan Etika dan Hukum (The Relation of Ethics and Law)

Aktivititas bisnis berada dalam wilayah hukum, dan sebagian orang berasumsi bahwa
hukum hanya merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam aktivitas bisnis. Mereka
berasumsi, hanyalah hukum yang merupakan pedoman yang relevan bukan etika. Berikut ini
akan dibahas dua pendapat tentang hubungan etika dan hukum.

Pendapat pertama adalah bahwa hukum dan etika merupakan dua wilayah yang berbeda.
Hukum berlaku dalam kehidupan masyarakat, dimana etika merupakan sesuatu yang bersifat
pribadi. Hukum secara jelas didefinisikan seperangkat aturan yang mengikat yang diterapkan
kepada setiap orang, sedangkan etika merupakan opini yang bersifat pribadi yang
mengarahkan kehidupan kita sendiri. Sebagai bentuk dari kontrol sosial, hukum memiliki
berbagai keunggulan jika dibandingkan dengan etika. Hukum menyediakan aturan yang tepat
dan terinci dibandingkan etika dan aparat penegak hukum tidak hanya melaksanakan aturan-
aturan tersebut dengan kekuasaan dari pemerintah tetapi juga menginterpretasikan ketika
kalimatnya tidak jelas.

Di negara dimana sistem hukumnya telah sangat maju, hukum merupakan aturan yang relatif
lengkap untuk kegiatan bisnis. Segala sesuatu yang tidak sesuai dengan etika
(unethical) adalah tidak sah (illegal). Sebaliknya di negara dimana sistem hukumnya belum
begitu maju, etika merupakan sumber utama sebagai pedoman, bukan hukum. Etika
diperlukan tidak hanya karena berbagai situasi yang tidak dicakup oleh hukum tetapi juga
sebagai pedoman untuk menciptakan hukum yang baru. Dengan demikian hubungan antara

4
etika dan hukum sesuai dengan moto sebagai berikut : “Jika sesuatu adalah legal, maka
secara moral adalah legal” (If it’s legal, then it’s morally okay).

2. TUJUAN POKOK ILMU ETIKA PROFESI BERKAITAN DENGAN


PENERAPNYA BAIK SECARA INDIVIDU, KELOMPOK MAUPUN
ORGANISASI

Apa yang dimaksud dengan etika profesi (professional ethics)? Secara umum,


pengertian etika profesi adalah suatu sikap etis yang dimiliki seorang profesional sebagai
bagian integral dari sikap hidup dalam mengembang tugasnya serta menerapkan norma-
norma etis umum pada bidang-bidang khusus (profesi) dalam kehidupan manusia. Etika
profesi atau kode etik profesi sangat berhubungan dengan bidang pekerjaan tertentu yang
berhubungan langsung dengan masyarakat atau konsumen. Konsep etika tersebut harus
disepakati bersama oleh pihak-pihak yang berada di lingkup kerja tertentu, misalnya; dokter,
jurnalistik dan pers, guru, engineering (rekayasa), ilmuwan, dan profesi lainnya. Kode etik
profesi ini berperan sebagai sistem norma, nilai, dan aturan profesional secara tertulis yang
dengan tegas menyatakan apa yang benar/ baik, dan apa yang tidak benar/ tidak baik bagi
seorang profesional. Dengan kata lain, kode etik profesi dibuat agar seorang profesional
bertindak sesuai dengan aturan dan menghindari tindakan yang tidak sesuai dengan kode etik
profesi.

Etika Profesi Menurut Para Ahli

Agar kita lebih memahami apa itu etika profesi, maka kita dapat merujuk pada pendapat para
ahli berikut ini:

1. Anang Usman, SH., MSi

Menurut Anang Usman, SH., MSi, etika profesi adalah sikap hidup untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan profesional dari klien dengan keterlibatan dan keahlian sebagai
pelayanan dalam rangka kewajiban masyarakat sebagai keseluruhan terhadap para anggota
masyarakat yang membutuhkannya dengan disertai refleksi yang seksama

2. Siti Rahayu

Menurut Siti Rahayu (2010), pengertian etika profesi adalah kode etik untuk profesi tertentu
dan karenanya harus dimengerti selayaknya, bukan sebagai etika absolut.

3. Kaiser

Menurut Kaiser (Suhrawardi Lubis, 1994:6-7), pengertian etika profesi adalah sikap hidup
berupa keadilan untuk memberikan pelayanan professional terhadap masyarakat dengan
penuh ketertiban dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa
kewajiban terhadap masyarakat.

Prinsip Dasar Etika Profesi

5
Terdapat beberapa prinsip dasar yang menjadi landasan dalam pelaksanaan kode etik profesi.
Adapaun prinsip-prinsip etika profesi adalah sebagai berikut:

1. Prinsip Tanggung Jawab

Setiap profesional harus bertanggungjawab terhadap pelaksanaan suatu pekerjaan dan juga
terhadap hasilnya. Selain itu, profesional juga memiliki tanggungjawab terhadap dampak
yang mungkin terjadi dari profesinya bagi kehidupan orang lain atau masyarakat umum.

2. Prinsip Keadilan

Pada prinsip ini, setiap profesional dituntut untuk mengedepankan keadilan dalam
menjalankan pekerjaannya. Dalam hal ini, keadilan harus diberikan kepada siapa saja yang
berhak.

3. Prinsip Otonomi

Setiap profesional memiliki wewenang dan kebebasan dalam menjalankan pekerjaan sesuai
dengan profesinya. Artinya, seorang profesional memiliki hak untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu dengan mempertimbangkan kode etik profesi.

4. Prinsip Integritas Moral

Integritas moral adalah kualitas kejujuran dan prinsip moral dalam diri seseorang yang
dilakukan secara konsisten dalam menjalankan profesinya. Artinya, seorang profesional harus
memiliki komitmen pribadi untuk menjaga kepentingan profesinya, dirinya, dan masyarakat.:

1. Fungsi Kode Etik Profesi

 Sebagai pedoman bagi semua anggota suatu profesi tentang prinsip profesionalitas
yang ditetapkan.
 Sebagai alat kontrol sosial bagi masyarakat umum terhadap suatu profesi tertentu.
 Sebagai sarana untuk mencegah campur tangan dari pihak lain di luar organisasi,
terkait hubungan etika dalam keanggotaan suatu profesi.

2. Tujuan Kode Etik Profesi

 Untuk menjungjung tinggi martabat suatu profesi.


 Untuk menjaga dan mengelola kesejahteraan anggota profesi.
 Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
 Untuk membantu meningkatakan mutu suatu profesi.
 Untuk meningkatkan pelayanan suatu profesi di atas keuntungan pribadi.
 Untuk menentukan standar baku bagi suatu profesi.
 Untuk meningkatkan kualitas organisasi menjadi lebih profesional dan terjalin
dengan erat.

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Etika merupakan cabang ilmu yang berisi sistem dan pedoman nilai-nilai yang berkaitan
dengan konsepsi benar dan salah yang berlaku dan dihayati oleh kelompok di suatu
komunitas. nilai merupakan sesuatu yang abstrak, yang dijadikan pedoman serta prinsip –
prinsip umum dalam bertindak dan bertingkah laku. Keterikatan orang atau kelompok
terhadap nilai menurut Theodorson relatif sangat kuat dan bahkan bersifat emosional. Bagi
kelsen, hukum berurusan dengan bentuk (formal), bukan isi (material). Jadi, keadilan sebagai
isi hukum berada diluar hukum. Suatu hukum dengan demikian dapat saja tidak adil, tetapi ia
tetaplah hukum karena dikeluarkan oleh penguasa.

B.     Saran
Mengantisipasi tindakan yang menyimpang dan tidak sesuai dengan kode etik yang
berlaku dalam hukum dan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai