BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Knocke dalam Love and Josephson mendefinisikan kesalahan dan kelalaian atau
Human Error sebagai “penyimpangan dari konstruksi yang tepat (meliputi
pengecekan dan pengawasan) inspeksi teknis, dan instruksi yang memadai untuk
pemeliharaan dan operasional bangunan.”. Kesalahan yang terjadi dalam bangunan
dapat berupa kesalahan manajemen, kesalahan teknis, maupun kesalahan karena
lingkungan (Eldukair and Ayyub, 1991).
Pada kasus ini, terjadi kesalahan teknis, dimana setelah kolom pedestal dicor,
ternyata kolom tersebut mengalami pergeseran sehingga terjadi beban eksentrisitas.
Pergeseran pertama, bergeser sejauh 18 cm sedangkan pergeseran kedua bergeser
sejauh 27 cm. Akibat terjadinya pergeseran, pondasi telapak diubah menjadi pondasi
gabungan. Dengan mengubah bentuk pondasi, diharapakan pondasi mampu menahan
beban dan untuk mencegah terjadinya guling serta lebih stabil.
Dilatarbelakangi hal inilah penulis bermaksud mengangkat judul “Pengaruh
Beban Eksentrisitas Terhadap Daya Dukung Pondasi Telapak Gedung Kuliah
Terpadu Fakultas Syariah IAIN Manado”.
1.2 Tujuan dan Manfaat
Tujuan dan manfaat dari penulisan studi kasus ini yaitu :
a. Menghitung daya dukung setelah adanya eksentrisitas
b. Memberikan solusi dari permasalahan tersebut
1.3 Metodologi Penulisan
Dalam penyusunan studi kasus ini, metode penulisan yang akan digunakan
yaitu:
1. Studi lapangan yaitu pengumpulan data secara langsung dari lapangan.
2. Studi literatur sebagai tahapan awal dari penulisan ini. Dengan dilakukannya
studi literatur akan didapat teori penunjang yang dapat digunakan dalam
penulisan studi kasus ini.
3. Konsultasi dengan dosen pembimbing guna memperlancar proses penyusunan
studi kasus ini.
Agar memudahkan penulisan laporan studi kasus ini maka harus diperlukan
sistematika penulisan sehingga pada penulisan ini dapat terarah dengan baik, dan
disusun sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang dari kasus, tujuan dan manfaat,
meteodologi penulisan, serta sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Merupakan bab yang membahas mengenai teori-teori yang digunakan
sebagai acuan dan mendasari pembahan serta pemecahan masalah
dalam penulisan studi kasus ini serta teori-teori lainnya.
BAB III: PEMBAHASAN
Membahas mengenai identifikasi masalah yang terjadi di lapangan,
serta pemecahan masalah yang didasari oleh pembelajaran di bangku
kuliah.
BAB IV: PENUTUP
Merupakan bagian akhir, yang menyimpulkan masalah serta
memberikan saran atau rekomendasi dari proyek tersebut.
BAB II
3
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Umum
Tanah mempunyai peranan yang sangat penting pada suatu lokasi pekerjaan
konstruksi. Tanah adalah pondasi pendukung suatu bangunan, atau bahan konstruksi
dari bangunan itu sendiri seperti tanggul atau bendungan, atau kadang-kadang
sebagai sumber penyebab gaya luar pada bangunan, seperti tembok/dinding penahan
tanah, sehingga tanah itu selalu berperan pada setiap pekerjaan teknik sipil
(Sosrodarsono & Nakazawa, 2000).
Secara umum tanah dapat diklasifikasikan menjadi 3 berdasarkan sifat lekatnya,
yaitu tanah kohesif, tanah tidak kohesif (granular) dan tanah organik tanah.
a. Tanah Kohesif adalah tanah yang mempunyai sifat lekatan antara butir -
butirnya seperti tanah lempung.
b. Tanah Non Kohesif adalah tanah yang tidak mempunyai atau sedikit sekali
lekatan antara butir - butirnya atau hampir tidak mengandung lempung misal
pasir.
c. Tanah Organik adalah tanah yang sifatnya sangat dipengaruhi oleh bahan -
bahan organik (sifat tidak baik) seperti sisa-sisa hewani maupun
tumbuhtumbuhan.
IP Jenis Tanah Plastisitas Kohesi
pada jenis tanahnya. Untuk konstruksi beban ringan dan kondisi cukup baik,
biasanya dipakai pondasi dangkal, tetapi untuk konstruksi beban berat biasanya jenis
pondasi dalam adalah pilihan yang tepat.
1. Macam-macam pondasi dangkal adalah:
a. Pondasi Telapak Menerus
b. Pondasi Memanjang
c. Pondasi Rakit
2. Macam-macam pondasi dalam adalah :
a. Pondasi Sumuran
b. Pondasi Tiang
Pondasi merupakan suatu komponen struktur yang sangat penting karena semua
beban yang timbul akan diterima oleh pondasi. Kestabilan berdirinya suatu bangunan
ditentukan atau tergantung pada kekuatan konstruksi pondasinya. Sebuah bangunan
tidak dapat begitu saja didirikan langsung diatas tanah, untuk itu diperlukan adanya
struktur bangunan bawah yang disebut pondasi, jadi pondasi adalah bangunan sub
struktur dibawah tanah yang berfungsi sebagai pendukung seluruh berat dari
bangunan dan meneruskan beban yang didukung ke tanah dibawahnya sekaligus
menstabilkan beban (Noorlaelasari, 2010). Dalam perencanaan pondasi untuk suatu
struktur dapat digunakan beberapa macam tipe pondasi. Pemilihan pondasi
berdasarkan fungsi bangunan atas (upper structure) yang akan dipikul oleh pondasi
tersebut, besar beban dan berat bangunan atas, kondisi lapisan tanah dimana
bangunan tersebut didirikan dan berdasarkan tinjauan dari segi ekonomi. Semua
konstruksi yang direncanakan, keberadaan pondasi sangat penting mengingat pondasi
merupakan bagian terbawah dari bangunan yang berfungsi mendukung bangunan
serta seluruh beban bangunan tersebut dan meneruskan beban bangunan itu, baik
beban mati, beban hidup dan beban gempa ke tanah atau batuan yang berada
dibawahnya. Bentuk pondasi tergantung dari macam bangunan yang akan dibangun
dan keadaan tanah tempat pondasi tersebut akan diletakkan, biasanya pondasi
diletakkan pada lapisan tanah yang keras.
Pemilihan jenis struktur bawah (sub-structure) yaitu pondasi, menurut
Soedarsono & Nakazawa (1984) harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Keadaan tanah pondasi
5
Keadaan tanah pondasi kaitannya adalah dalam pemilihan tipe pondasi yang
sesuai. Hal tersebut meliputi jenis tanah, daya dukung tanah, kedalaman
lapisan tanah keras dan sebagainya.
2. Batasan-batasan akibat struktur di atasnya ccccccccccccccccccccccccccccc
Keadaan struktur atas akan sangat mempengaruhi pemilihan tipe pondasi. Hal
ini meliputi kondisi beban (besar beban, arah beban dan penyebaran beban)
dan sifat dinamis bangunan di atasnya (statis tertentu atau tak tentu,
kekakuannya, dll).
3. Batasan-batasan keadaan lingkungan disekitarnya
Yang termasuk dalam batasan ini adalah kondisi proyek, dimana perlu diingat
bahwa pekerjaan pondasi tidak boleh mengganggu ataupun membahayakan
bangunan dan lingkungan yang telah ada disekitarnya.
4. Biaya dan waktu pelaksanaan pekerjaan
Sebuah proyek pembangunan akan sangat memperhatikan aspek waktu dan
biaya pelaksanaan pekerjaan, karena hal ini sangat erat hubungannya dengan
tujuan pencapaian kondisi yang ekonomis dalam pembangunan.
Persyaratan dasar fondasi, yaitu:
a) Memiliki Faktor keamanan (2 atau 3) agar aman terhadap kemungkinan
keruntuhan geser. Misalnya Faktor keamanan = 2, maka kekuatan tanah
yang diijinkan dalam mendukung suatu fondasi mempunyai nilai dua kali
dari dayadukung-batasnya.
b) Bila terjadi penurunan fondasi (settlement), maka penurunan tersebut harus
masih berada dalam batas-batas toleransi (besar penurunan masih ada dalam
batas normal).
c) Differential settlement (Penurunan sebagian) tidak boleh menyebabkan
kerusakan serius / mempengaruhi struktur bangunan.
Antara kekuatan daya dukung tanah dengan beban dikenal beberapa kondisi,
untuk kondisi ‘seimbang’ dikenal istilah ultimate bearing capasity (qult, daya
dukung batas). Untuk kondisi aman, dikenal allowable bearing capacity (qa, daya
dukung-ijin dengan melibatkan Faktor Keamanan (F= 2 s.d. 5) yang dikehendaki.
Peletakan fondasi untuk menopang bangunan (infra-struktur) merupakan masalah
yang dihadapi dalam setiap perencanaan bangunan bertingkat maupun bangunan
dasar.
6
Kombinasi beban vertikal Pu kolom (ke bawah) dan gaya geser tekanan
tanah ke atas berlangsung sedemikian rupa hingga sedikit demi sedikit
membuat retak miring tadisemakin menjalar keatas dan membuat daerah
beton tekan semakin mengecil.
Dengan semakin mengecilnya daerah beton tekan ini, maka mengakibatkan
beton tidak mampu menahan beban geser tanah yang mendorong ke atas,
akibatnya beton tekan akan mengalami keruntuhan. Kerusakan pondasi yang
diakibatkan oleh gaya geser 1 arah ini biasanya terjadi jika nilai
perbandingan antara nilai a dan nilai d cukup kecil, dan karena mutu beton
yang digunakan juga kurang baik, sehingga mengurangi kemampuan beton
dalam menahan beban tekan. Menetapkan ukuran agregat maksimum sesuai
dengan persyaratan berdasarkan dimensi penampang dan jarak tulangan.
4. Mengontrol Kuat Geser 2 Arah (Punching Shear)
Kuat geser 2 arah atau biasa disebut juga dengan geser pons, dimana akibat
gaya geser ini pondasi mengalami kerusakan di sekeliling kolom dengan
jarak kurang lebih d/2.
5. Menghitung Tulangan Pondasi
Beban yang bekerja pada pondasi adalah beban dari reaksi tegangan tanah
yang bergerak vertikal ke atas akibat adanya gaya aksi vertikal kebawah
(Pu) yang disalurkan oleh kolom. Tulangan pondasi dihitung berdasarkan
momen maksimal yang terjadi pada pondasi dengan asumsi bahwa pondasi
dianggap pelat yang terjepit dibagian tepi- tepi kolom. Menurut SNI 03-
2847-2002, tulangan pondasi telapak berbentuk bujur sangkar harus disebar
merata pada seluruh lebar pondasi
6. Mengontrol Daya Dukung Pondasi
Pondasi sebagai struktur bangunan bawah yang menyangga kolom memikul
beban-beban diatasnya (bangunan atas), harus mampu menahan beban axial
terfaktor (Pu) dari kolom tersebut. Maka dari itu menurut bowles J,E 1997
beban dari Pu diisyaratkan tidak boleh melebihi daya dukung dari pondasi
(Pup) yang dirumuskan sebagai berikut:
Pu < Pup Pup = 0,85 x fc’ x A……………………..………………….. (2.4)
Dimana :
16
Qult
adalah 1,5 hingga 5, sehingga nilai dayadukung yang diijinkan adalah Qa =
FK
17
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Identifikasi Masalah
Dalam penulisan studi kasus ini, masalah yang di identifikasi adalah sebagai
berikut :
- Terjadi pergeseran markingan kolom pedestal dari AS pondasi telapak
- Berapa daya dukung setelah terjadi eksentrisitas
3.2 Pemecahan Masalah
Data pondasi yang digunakan :
Menggunakan pondasi telapak berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 2,1 meter
x 2,1 meter dengan kedalaman 2.9 meter.
Untuk pergeseran kedua, terjadi pergeseran cukup jauh yaitu 0,27 m, Yang
awal perencanaan menggunakan pondasi telapak berbentuk bujur sangkar lalu
diubah menjadi pondasi gabungan.
P = 210.824,69 kg
kg
P = 210.824,69 kg
P = 210.824,69 kg
Eksentrisitas yang terjadi lebih kecil dari B/6, sehingga pengaruh akibat
eksentrisitas dapat di gambarkan seperti dibawah ini :
e = 0,18 < 2,1/6 = 0,18 < 0,35
e = 0,27 < 2,1/6 = 0,27 < 0,35
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Data Pendukung dan Gambar Proyek
33
Dokumentasi Proyek
34
Pekerjaan Pondasi
35