Anda di halaman 1dari 35

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Knocke dalam Love and Josephson mendefinisikan kesalahan dan kelalaian atau
Human Error sebagai “penyimpangan dari konstruksi yang tepat (meliputi
pengecekan dan pengawasan) inspeksi teknis, dan instruksi yang memadai untuk
pemeliharaan dan operasional bangunan.”. Kesalahan yang terjadi dalam bangunan
dapat berupa kesalahan manajemen, kesalahan teknis, maupun kesalahan karena
lingkungan (Eldukair and Ayyub, 1991).
Pada kasus ini, terjadi kesalahan teknis, dimana setelah kolom pedestal dicor,
ternyata kolom tersebut mengalami pergeseran sehingga terjadi beban eksentrisitas.
Pergeseran pertama, bergeser sejauh 18 cm sedangkan pergeseran kedua bergeser
sejauh 27 cm. Akibat terjadinya pergeseran, pondasi telapak diubah menjadi pondasi
gabungan. Dengan mengubah bentuk pondasi, diharapakan pondasi mampu menahan
beban dan untuk mencegah terjadinya guling serta lebih stabil.
Dilatarbelakangi hal inilah penulis bermaksud mengangkat judul “Pengaruh
Beban Eksentrisitas Terhadap Daya Dukung Pondasi Telapak Gedung Kuliah
Terpadu Fakultas Syariah IAIN Manado”.
1.2 Tujuan dan Manfaat
Tujuan dan manfaat dari penulisan studi kasus ini yaitu :
a. Menghitung daya dukung setelah adanya eksentrisitas
b. Memberikan solusi dari permasalahan tersebut
1.3 Metodologi Penulisan
Dalam penyusunan studi kasus ini, metode penulisan yang akan digunakan
yaitu:
1. Studi lapangan yaitu pengumpulan data secara langsung dari lapangan.
2. Studi literatur sebagai tahapan awal dari penulisan ini. Dengan dilakukannya
studi literatur akan didapat teori penunjang yang dapat digunakan dalam
penulisan studi kasus ini.
3. Konsultasi dengan dosen pembimbing guna memperlancar proses penyusunan
studi kasus ini.

1.4 Sistematika Penulisan


2

Agar memudahkan penulisan laporan studi kasus ini maka harus diperlukan
sistematika penulisan sehingga pada penulisan ini dapat terarah dengan baik, dan
disusun sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang dari kasus, tujuan dan manfaat,
meteodologi penulisan, serta sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Merupakan bab yang membahas mengenai teori-teori yang digunakan
sebagai acuan dan mendasari pembahan serta pemecahan masalah
dalam penulisan studi kasus ini serta teori-teori lainnya.
BAB III: PEMBAHASAN
Membahas mengenai identifikasi masalah yang terjadi di lapangan,
serta pemecahan masalah yang didasari oleh pembelajaran di bangku
kuliah.
BAB IV: PENUTUP
Merupakan bagian akhir, yang menyimpulkan masalah serta
memberikan saran atau rekomendasi dari proyek tersebut.

BAB II
3

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Umum
Tanah mempunyai peranan yang sangat penting pada suatu lokasi pekerjaan
konstruksi. Tanah adalah pondasi pendukung suatu bangunan, atau bahan konstruksi
dari bangunan itu sendiri seperti tanggul atau bendungan, atau kadang-kadang
sebagai sumber penyebab gaya luar pada bangunan, seperti tembok/dinding penahan
tanah, sehingga tanah itu selalu berperan pada setiap pekerjaan teknik sipil
(Sosrodarsono & Nakazawa, 2000).
Secara umum tanah dapat diklasifikasikan menjadi 3 berdasarkan sifat lekatnya,
yaitu tanah kohesif, tanah tidak kohesif (granular) dan tanah organik tanah.
a. Tanah Kohesif adalah tanah yang mempunyai sifat lekatan antara butir -
butirnya seperti tanah lempung.
b. Tanah Non Kohesif adalah tanah yang tidak mempunyai atau sedikit sekali
lekatan antara butir - butirnya atau hampir tidak mengandung lempung misal
pasir.
c. Tanah Organik adalah tanah yang sifatnya sangat dipengaruhi oleh bahan -
bahan organik (sifat tidak baik) seperti sisa-sisa hewani maupun
tumbuhtumbuhan.
IP Jenis Tanah Plastisitas Kohesi

0 Pasir Non Plastis Non Kohesif


<7 Lanau Rendah Agak Kohesif
7 - 17 Lempung Berlanau Sedang Kohesif
> 17 Lempung Murni Tinggi Kohesif
Tabel 2.1 : Hubungan Nilai Indeks Plastisitas Dengan Jenis Tanah
2.2 Pondasi
Pondasi adalah bagian dari struktur bangunan yang berfungsi untuk menyalurkan
beban struktur ke lapisan tanah di bawahnya. Pondasi bekerja sama dengan bagian
struktur bangunan yang lain dalam menahan beban. Dengan adanya pondasi,
penurunan struktur bangunan dapat banyak dikuangi dan walaupun terjadi penurunan
bangunan, hal tersebut terjadi secara bersama-sama di semua lokasi sehingga tidak
membahayakan struktur bangunan ( Susanti dkk, 2012 ).
Pondasi sebagai struktur bawah secara umum dapat dibagi dalam 2 jenis, yaitu
pondasi dangkal dan pondasi dalam. Pemilihan jenis pondasi tergantung kepada jenis
struktur atas., termasuk konstruksi beban ringan atau beban berat dan juga tergantung
4

pada jenis tanahnya. Untuk konstruksi beban ringan dan kondisi cukup baik,
biasanya dipakai pondasi dangkal, tetapi untuk konstruksi beban berat biasanya jenis
pondasi dalam adalah pilihan yang tepat.
1. Macam-macam pondasi dangkal adalah:
a. Pondasi Telapak Menerus
b. Pondasi Memanjang
c. Pondasi Rakit
2. Macam-macam pondasi dalam adalah :
a. Pondasi Sumuran
b. Pondasi Tiang
Pondasi merupakan suatu komponen struktur yang sangat penting karena semua
beban yang timbul akan diterima oleh pondasi. Kestabilan berdirinya suatu bangunan
ditentukan atau tergantung pada kekuatan konstruksi pondasinya. Sebuah bangunan
tidak dapat begitu saja didirikan langsung diatas tanah, untuk itu diperlukan adanya
struktur bangunan bawah yang disebut pondasi, jadi pondasi adalah bangunan sub
struktur dibawah tanah yang berfungsi sebagai pendukung seluruh berat dari
bangunan dan meneruskan beban yang didukung ke tanah dibawahnya sekaligus
menstabilkan beban (Noorlaelasari, 2010). Dalam perencanaan pondasi untuk suatu
struktur dapat digunakan beberapa macam tipe pondasi. Pemilihan pondasi
berdasarkan fungsi bangunan atas (upper structure) yang akan dipikul oleh pondasi
tersebut, besar beban dan berat bangunan atas, kondisi lapisan tanah dimana
bangunan tersebut didirikan dan berdasarkan tinjauan dari segi ekonomi. Semua
konstruksi yang direncanakan, keberadaan pondasi sangat penting mengingat pondasi
merupakan bagian terbawah dari bangunan yang berfungsi mendukung bangunan
serta seluruh beban bangunan tersebut dan meneruskan beban bangunan itu, baik
beban mati, beban hidup dan beban gempa ke tanah atau batuan yang berada
dibawahnya. Bentuk pondasi tergantung dari macam bangunan yang akan dibangun
dan keadaan tanah tempat pondasi tersebut akan diletakkan, biasanya pondasi
diletakkan pada lapisan tanah yang keras.
Pemilihan jenis struktur bawah (sub-structure) yaitu pondasi, menurut
Soedarsono & Nakazawa (1984) harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Keadaan tanah pondasi
5

Keadaan tanah pondasi kaitannya adalah dalam pemilihan tipe pondasi yang
sesuai. Hal tersebut meliputi jenis tanah, daya dukung tanah, kedalaman
lapisan tanah keras dan sebagainya.
2. Batasan-batasan akibat struktur di atasnya ccccccccccccccccccccccccccccc
Keadaan struktur atas akan sangat mempengaruhi pemilihan tipe pondasi. Hal
ini meliputi kondisi beban (besar beban, arah beban dan penyebaran beban)
dan sifat dinamis bangunan di atasnya (statis tertentu atau tak tentu,
kekakuannya, dll).
3. Batasan-batasan keadaan lingkungan disekitarnya
Yang termasuk dalam batasan ini adalah kondisi proyek, dimana perlu diingat
bahwa pekerjaan pondasi tidak boleh mengganggu ataupun membahayakan
bangunan dan lingkungan yang telah ada disekitarnya.
4. Biaya dan waktu pelaksanaan pekerjaan
Sebuah proyek pembangunan akan sangat memperhatikan aspek waktu dan
biaya pelaksanaan pekerjaan, karena hal ini sangat erat hubungannya dengan
tujuan pencapaian kondisi yang ekonomis dalam pembangunan.
Persyaratan dasar fondasi, yaitu:
a) Memiliki Faktor keamanan (2 atau 3) agar aman terhadap kemungkinan
keruntuhan geser. Misalnya Faktor keamanan = 2, maka kekuatan tanah
yang diijinkan dalam mendukung suatu fondasi mempunyai nilai dua kali
dari dayadukung-batasnya.
b) Bila terjadi penurunan fondasi (settlement), maka penurunan tersebut harus
masih berada dalam batas-batas toleransi (besar penurunan masih ada dalam
batas normal).
c) Differential settlement (Penurunan sebagian) tidak boleh menyebabkan
kerusakan serius / mempengaruhi struktur bangunan.
Antara kekuatan daya dukung tanah dengan beban dikenal beberapa kondisi,
untuk kondisi ‘seimbang’ dikenal istilah ultimate bearing capasity (qult, daya
dukung batas). Untuk kondisi aman, dikenal allowable bearing capacity (qa, daya
dukung-ijin dengan melibatkan Faktor Keamanan (F= 2 s.d. 5) yang dikehendaki.
Peletakan fondasi untuk menopang bangunan (infra-struktur) merupakan masalah
yang dihadapi dalam setiap perencanaan bangunan bertingkat maupun bangunan
dasar.
6

Tanpa perencanaan maka beban bangunan yang melampaui dayadukung tanah


dapat menyebabkan keruntuhan tanah akibat beban sehubungan dengan fondasi,
yaitu:
1. General shear failure (keruntuhan geser menyeluruh dari tanah di bawah
fondasi),
2. Local shear failure (keruntuhan geser setempat dari tanah bawah fondasi)
3. Punching shear failure (keruntuhan geser setempat ke arah bawah fondasi)
Bentuk/tipe fondasi dapat direncanakan. Jenisnya bermacam-macam bergantung
keperluan dan rancangbangun yang telah dipertimbangkan. Untuk fondasi dangkal
dikenal fondasi tapak (spread foundation) dengan beberapa bentuk: lajur (continous),
persegi/segiempat (square), dan melingkar (round, circular). Masing-masing bentuk
fondasi mempunyai cara perhitungan daya dukung tanah batas (qult) yang berbeda-
beda.

Gambar 2.1 : Jenis-jenis Keruntuhan Tanah Akibat Beban Sehubungan Dengan


Fondasi, a) General Shear, b) Local Shear, dan c) Punching Shear
(Koerner, 1984)

2.2.1 Klasifikasi Tanah dan Pondasi


Suatu klasifikasi mengenai tanah adalah perlu untuk memberikan gambaran
sepintas mengenai sifat-sifat tanah dalam menghadapi perencanaan dan pelaksanaan.
Jadi, untuk maksud pemanfaatan contoh-contoh perencanaan dan pelaksanaan di
7

masa yang lampau atau ketelitian penggunaan syarat-syarat perencanaan yang


digunakan dalam peraturan perecanaan (spesifikasi perencanaan), ternyata
diperlukan suatu klasifikasi tanah yang dikelompokkan menurut suatu kriteria yang
sama.
Klasifikasi tanah diperlukan menurut Sosrodarsono & Nakazawa (2000),
antara lain sebagai berikut:
1. Perkiraan hasil eksplorasi tanah (persiapan log-bor tanah dan peta tanah dll).
2. Perkiraan standar kemiringan lereng dari penggalian tanah atau tebing.
3. Perkiraan pemilihan bahan (penentuan tanah yang harus disingkirkan,
pemilihan tanah dasar, bahan tanah timbunan dll).
4. Perkiraan persentasi muai dan susut.
5. Pemilihan jenis konstruksi dan peralatan untuk konstruksi (pemilihan cara
penggalian dan rancangan penggalian).
6. Perkiraan kemampuan peralatan untuk konstruksi.
7. Rencana pekerjaan/pembuatan lereng dan tembok penahan tanah dll.
Struktur pondasi dari suatu bangunan harus direncanakan sedemikian rupa
sehingga proses pemindahan beban bangunan ke tanah dasar dapat berlangsung
dengan baik dan aman. Untuk keperluan tersebut, pada perencanaan pondasi harus
mempertimbangkan beberapa persyaratan, yaitu:
1. Pondasi harus cukup kuat untuk mencegah penurunan (settlement) dan
perputaran (rotasi) yang berlebihan.
2. Tidak terjadi penurunan setempat yang terlalu besar bila dibandingkan
dengan penurunan pondasi di dekatnya.
3. Cukup aman terhadap bahaya longsor.
4. Cukup aman terhadap bahaya guling.
2.2.2 Macam-macam Pondasi
Klasifikasi pondasi dibagi menjadi dua tipe, yaitu: (Hardiyatmo, 2002)
1. Pondasi Dangkal
Pondasi dangkal adalah pondasi yang mendukung beban secara langsung
dengan kedalaman Df/B≤4, seperti:
a. Pondasi telapak yaitu pondasi yang berdiri sendiri dalam mendukung
kolom.
8

b. Pondasi memanjang yaitu pondasi yang dipergunakan untuk mendukung


sederetan kolom yang berjarak dekat sehingga bila dipakai pondasi
telapak sisinya akan terhimpit satu sama lainnya.
c. Pondasi telapak menerus adalah pondasi telapak yang dibuat memanjang
sepanjang dinding. Ini adalah pondasi menerus dari pondasi footplate.
d. Pondasi rakit yaitu pondasi yang digunakan untuk mendukung bangunan
yang terletak pada tanah lunak atau digunakan bila susunan kolom-kolom
jaraknya sedemikian dekat disemua arahnya, sehingga bila dipakai
pondasi telapak, sisi-sisinya berhimpit satu sama lainnya.
2. Pondasi Dalam
Pondasi dalam adalah pondasi yang meneruskan beban bangunan ke tanah
keras atau batu yang terletak jauh dari permukaan dengan kedalaman
Df/B≥4, seperti:
a. Pondasi sumuran yaitu pondasi yang merupakan peralihan antara pondasi
dangkal dan pondasi tiang, digunakan bila tanah dasar yang kuat terletak
pada kedalaman yang relatif dalam.
b. Pondasi tiang digunakan bila tanah pondasi pada kedalaman yang normal
tidak mampu mendukung bebannya dan tanah kerasnya terletak pada
kedalaman yang sangat dalam. Pondasi tiang umumnya berdiameter lebih
kecil dan lebih panjang dibanding dengan pondasi sumuran.
2.3 Pondasi Dangkal
Disebut Pondasi dangkal karena kedalaman masuknya ke tanah relatif dangkal,
hanya beberapa meter masuknya ke dalam tanah. Salah satu tipe yang sering
digunakan ialah pondasi menerus yang biasa pada rumah-rumah, dibuat dari beton
atau pasangan batu, meneruskan beban dari dinding dan kolom bangunan ke tanah
keras. Pondasi dangkal memiliki bermacam-macam jenis dan bentuk yang biasanya
tergantung dari kondisi dan perencanaanya.
9

Tabel 2.2 : Jenis – jenis Pondasi Dangkal (Setiawan, 2016)


2.3.1 Pondasi Telapak
Dalam perencanaan pondasi ada beberapa model pondasi yang sering sekali
dipakai dalam konstruksi salah satunya adalah pondasi telapak atau biasa disebut
pondasi foot plate. Pondasi tapak adalah pondasi yang terbuat dari beton bertulang
yang dibentuk papan/telapak. Pondasi i1ni biasanya digunakan sebagai tumpuan
struktur kolom, khususnya untuk bangunan bertingkat. Agar bisa meneruskan beban
ke lapisan tanah keras di bawahnya dengan baik, dimensi pondasi tapak sengaja
dibuat lebih besar daripada ukuran kolom di atasnya, hal ini bertujuan agar beban
yang diteruskan ke pondasi dapat disebarkan keluasan tanah yang lebih besar
dibawahnya.

Gambar 2.2 : Pondasi Telapak


10

Gambar 2.3 : Penempatan Pondasi Telapak


Pondasi Telapak ini berfungsi sebagai memperkuat struktur bangunan yang
menahan beban vertical seperti beban mati, beban hidup, dan beban gempa serta
beban angin. Dalam perencanaan pondasi telapak harus memenuhi syarat-syarat
segala tanda aspek keamanan yang sesuai dengan persyaratan yang berlaku di
Indonesia, seperti penentuan ukuran pondasi yang memenuhi panjang, lebar dan
ketebalan pondasi. Untuk Peraturan perencanaan pondasi telapak sudah ditetapkan
dalam SNI 03-2847-2002.
Pondasi telapak ini didesain agar mempunyai kapasitas daya dukung tanah
dengan penurunan tertentu.Desain utamanya mempertimbangkan penurunan dan
daya dukung tanah, dalam beberapa kasus seperti turap, lendutan pondasi juga
diikutkan dalam pertimbangan.
Secara geometrik, bentuk dari pondasi telapak ini dapat dibuat dengan dua
macam bentuk, yaitu dengan bentuk bujur sangkar atau persegi panjang. Telapak
yang berbentuk bujur sangkar biasanya terletak di bawah kolom bangunan bagian
tengah. Sedangkan yang berbentuk persegi panjang ditempatkan pada bawah kolom
bangunan tepi atau samping agar lebih stabil. Luas telapak kaki pondasi tergantung
pada beban bangunan yang diterima dan daya dukung tanah yang diperkenankan ( σ
tanah), sehingga jika daya dukung tanahnya makin besar, maka luas pelat kakinya
dapat dibuat lebih kecil.
- Kelebihan Pondasi Telapak :
 Biaya pembuatannya terbilang cukup murah dibandingkan jenis pondasi
lainnya
11

 Kebutuhan galian tanahnya tidak terlalu dalam


 Bisa dipakai untuk menahan bangunan yang mempunyai satu hingga
empat lantai
 Proses pengerjaannya relatif sederhana
 Daya dukung yang dimilikinya sangat baik
- Kekurangan Pondasi Telapak :
 Waktu pengeringan betonnya cukup lama hingga mencapai 28 hari
 Dibutuhkan manajemen waktu yang tepat agar pengerjaanya efisien
 Rumit dalam merencanakan pembesian dan desain penulangannya
2.3.2 Stabilitas Pondasi
Stabilitas pondasi ditentukan oleh :
1. Daya dukung pondasi, yang dipengaruhi oleh:
a. Macam pondasi: dimensi dan letak pondasi
b. Sifat tanah (indeks dan teknis): berat volume (ˠ), kohesi (c), sudut geser
dalam
2. Penurunan (settlement)
a. Penurunan segera (immediately settlement); akibat elastisitas tanah
b. Penurunan konsolidasi (consolidation settlement), akibat keluarnya air
pori tanah yang disebabkan oleh adanya pertambahan tegangan akibat
beban pondasi
Bentuk terjadinya penurunan dibedakan atas:
 Penurunan seragam (uniform settlement)
 Penurunan tidak seragam (differential settlement)

Gambar 2.4 : Penurunan Pondasi Dangkal


12

Penurunan pondasi harus diperkirakan dengan sangat hati-hati untuk


berbagai konstruksi misalnya jembatan, menara, dan khususnya pada
bangunan. Penurunan biasanya digolongkan sebagai berikut :
a. Penurunan seketika yaitu penurunan yang terjadi pada waktu beban
ditetapkan atau dalam suatu jangka waktu sekitar 7 hari biasanya terdapat
pada tanah berbutir halus termasuk lanau dan lempung.
b. Penurunan konsolidasi yaitu: penurunan yang tergantung waktu dan
berlangsung dalam beberapa bulan bahkan tahunan.
Adapun masalah penurunan pondasi yang sering terjadi, akibat pengaruh
dari:
 Pengaruh kadar air tanah
 Keadaan tanah
 Terjadinya gempa bumi.
Akibat penurunan atau patahnya pondasi, maka akan terjadi :
 Kerusakan pada dinding, retak-retak, miring dan lain-lain
 Lantai pecah, retak, bergelombang
 Penurunan atap dan bagian-bagian bangunan lain.
Dalam menanggulangi penurunan ini, terkadang perbaikan tanah lebih
menguntungkan, yakni dengan menambah kerapatan tanah atau mengurangi
rongga/pori tanah. Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam memodifikasi
tanah, antara lain:
a. Pemampatan,
b. Pra Pembebanan,
c. Pembuatan Drainase,
d. Pemadatan dengan Alat penggetar,
e. Pengadukan Encer,
f. Stabilisasi kimia,
g. Geo-Tekstil
2.3.3 Perencanaan Pondasi Telapak
1. Menghitung Daya Dukung Tanah Dengan metode terzaghi
Analisis daya dukung bertujuan mempelajari kemampuan tanah dalam
mendukung beban pondasi struktur yang terletak diatasnya. Daya dukung
menyatakan tahanan geser tanah untuk melawan penurunan akibat
13

pembebanan, yaitu tahanan geser yang dapat dikerahkan oleh tanah


disepanjang bidang-bidang gesernya. Menurut karl von terzaghi ada analisis
dengan beberapa asumsi yaitu:
a. Pondasi memanjang tak terhingga
b. Tanah di dasar pondasi homogen
c. Berat tanah diatas dasar pondasi dapat digantikan dengan beban terbagi
merata
d. Tahanan geser tanah di atas dasar pondasi diabaikan
e. Dasar pondasi kasar
f. Bidang keruntuhan terdiri dari lengkung spiral log-aritmik dan linier
g. Baji tanah yang terbentuk di dasar pondasi dalam kedudukan elastis dan
dinamis bersama-sama dengan dasar pondasi.
h. Pertemuan antara sisi baji dan dasar pondasi membentuk sudut sebesar
sudut geser dalam tanah.
i. Berlaku prinsip superposisisi.
j. Kapasitas dukung ultimit (qu) didefinisikan sebagai beban maksimum per
satuan luas dimana tanah masih dapat mendukung beban tanpa
mengalami keruntuhan.
Dimana daya dukung ultimate :
qult = C.Nc + γb.Nq.Df + 0,5.γb.B.Nγ ……………………….…… (2.1)
Dan daya dukung ijin :
q = qult / Sf …………………………………………….………….... (2.2)
dimana : qult = Daya Dukung Ultimit Pondasi
C = Cohesi Tanah γb = Berat Volume Tanah
Zf = Kedalaman Dasar Pondasi B = Lebar Pondasi
FK = Factor Keamanan ( 2,5 – 3 )
Nc, Nq, Nγ = Faktor daya dukung Terzaghi ditentukan oleh besar sudut
geser
14

Tabel 2.3 : Nilai Faktor Daya Dukung Terzaghi


2. Menentukan Dimensi pondasi :
Dimensi dari pondasi telapak di tentukan oleh tegangan ijin pada tanah
dimana pondasi tersebut diletakkan. Dimensi ini meliputi: panjang, lebar
dan ketebalan telapak pondasi. Semuanya harus di desain sedemikian rupa,
sehingga tegangan yang terjadi pada dasar pondasi tidak melebihi daya
dukung tanah dibawahnya. Atau dengan kata lain tegangan yang terjadi
pada tanah harus lebih kecil dari tegangan ijin pada tanah didasar pondasi
tersebut.
q max ≤ q izin ……………………..………. ………. (2.3)
Jika berdasarkan hasil pengecekan tegangan diketahui bahwa tegangan yang
terjadi lebih besar dari tegangan ijin yang bisa diterima tanah, maka dimensi
pondasi perlu diperbesar. Karena pelat pondasi adalah beton bertulang,
maka diijinkan terjadinya tegangan tarik pada tanah dasar.
3. Mengontrol Kuat Geser 1 Arah
Kerusakan akibat gaya geser 1 arah terjadi pada keadaan dimana mula-mula
terjadi retak miring pada daerah beton tarik (seperti creep), akibat distribusi
beban vertikal dari kolom (Pu kolom) yang diteruskan ke pondasi sehingga
menyebabkan bagian dasar pondasi mengalami tegangan. Akibat tegangan
ini, tanah memberikan respon berupa gaya reaksi vertikal ke atas (gaya
geser) sebagai akibat dari adanya gaya aksi tersebut.
15

Kombinasi beban vertikal Pu kolom (ke bawah) dan gaya geser tekanan
tanah ke atas berlangsung sedemikian rupa hingga sedikit demi sedikit
membuat retak miring tadisemakin menjalar keatas dan membuat daerah
beton tekan semakin mengecil.
Dengan semakin mengecilnya daerah beton tekan ini, maka mengakibatkan
beton tidak mampu menahan beban geser tanah yang mendorong ke atas,
akibatnya beton tekan akan mengalami keruntuhan. Kerusakan pondasi yang
diakibatkan oleh gaya geser 1 arah ini biasanya terjadi jika nilai
perbandingan antara nilai a dan nilai d cukup kecil, dan karena mutu beton
yang digunakan juga kurang baik, sehingga mengurangi kemampuan beton
dalam menahan beban tekan. Menetapkan ukuran agregat maksimum sesuai
dengan persyaratan berdasarkan dimensi penampang dan jarak tulangan.
4. Mengontrol Kuat Geser 2 Arah (Punching Shear)
Kuat geser 2 arah atau biasa disebut juga dengan geser pons, dimana akibat
gaya geser ini pondasi mengalami kerusakan di sekeliling kolom dengan
jarak kurang lebih d/2.
5. Menghitung Tulangan Pondasi
Beban yang bekerja pada pondasi adalah beban dari reaksi tegangan tanah
yang bergerak vertikal ke atas akibat adanya gaya aksi vertikal kebawah
(Pu) yang disalurkan oleh kolom. Tulangan pondasi dihitung berdasarkan
momen maksimal yang terjadi pada pondasi dengan asumsi bahwa pondasi
dianggap pelat yang terjepit dibagian tepi- tepi kolom. Menurut SNI 03-
2847-2002, tulangan pondasi telapak berbentuk bujur sangkar harus disebar
merata pada seluruh lebar pondasi
6. Mengontrol Daya Dukung Pondasi
Pondasi sebagai struktur bangunan bawah yang menyangga kolom memikul
beban-beban diatasnya (bangunan atas), harus mampu menahan beban axial
terfaktor (Pu) dari kolom tersebut. Maka dari itu menurut bowles J,E 1997
beban dari Pu diisyaratkan tidak boleh melebihi daya dukung dari pondasi
(Pup) yang dirumuskan sebagai berikut:
Pu < Pup Pup = 0,85 x fc’ x A……………………..………………….. (2.4)

Dimana :
16

Pu = Gaya aksial terfaktor kolom (N)


Pup = Daya dukung pondasi yang dibebani (N)
fc’ = Mutu beton yang diisyaratkan (Mpa)
A = Luas daerah yang dibebani (mm2)

2.3.4 Beban Eksentris Pondasi


Beban eksentris terjadi akibat dari beban-beban yang berada dimana saja yang
tidak terletak di titik sentral dari telapak tersebut.Telapak-talapak dengan beban-
beban yang eksentris dapat dianalisa untuk menghitung daya dukung dengan
menggunakan 2 cara :
1. Konsep dari Lebar Manfaat
2. Penggunaan dari Faktor Reduksi
Meyerhof (1953) menggolongkan pengaruh eksentristas beban terhadap
kapasitas dukung pondasi segi empat menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu :
a. Eksentrisitas satu arah
b. Eksentrisitas dua arah
c. Eksentrisitas dua arah yang disederhanakan
2.3.5 Daya Dukung Tanah
Daya dukung tanah adalah besarnya tekanan atau kemampuan tanah untuk
menerima beban dari luasr sehingga menjadi stabil. Kapasitas dayadukung pondasi
dangkal berhubungan dengan perancangan dalam bidang geoteknik. Terzaghi
mempersiapkan rumus dayadukung tanah yang diperhitungkan dalam keadaan
ultimate bearing capacity, artinya: suatu batas nilai apabila dilampaui akan
menimbulkan runtuhan (colapse). Oleh sebab itu daya dukung yang dijinkan
(allowable bearing capacity) harus lebih kecil daripada ultimate bearing capacity.
Daya dukung ijin (allowable bearing capacity, qa) bergantung kepada seberapa
besar Faktor Keamanan (FK) yang dipilih. Pada umumnya nilai FK yang dipilih

Qult
adalah 1,5 hingga 5, sehingga nilai dayadukung yang diijinkan adalah Qa =
FK
17

Gambar 2.5 : Hubungan Qa dan Qult Dalam Suatu Sistem Pondasi


Jika F = 3, ini berarti bahwa kekuatan fondasi yang direncanakan adalah 3 kali
kekuatan daya dukung batasnya, sehingga fondasi diharapkan aman dari keruntuhan.
Dengan kondisi qa < qult maka tegangan kontak (sc) yang terjadi akibat transfer
beban luar ke tanah bagian bawah fondasi menjadi kecil (sengaja dibuat kecil)
bergantung nilai F yang diberikan. Fondasi dikategorikan dangkal bilamana lebar
fondasi (= B), sama atau lebih besar dari jarak level muka tanah ke fondasi atau D,
kedalaman fondasi (Terzaghi & Peck, 1993;Bowles, 1984).
Berdasarkan eksperimen dan perhitungan beberapa peneliti terdahulu yaitu :
Meyerhof, Hansen, Bala, Muhs dan Milovic (dalam Bowles, 1984), terungkap bahwa
hasil perhitungan dayadukung metoda Terzaghi menghasilkan nilai terkecil terutama
pada kondisi sudut geser dalam > 30o. Nilai terkecil tersebut dinilai aman dalam
antisipasi keruntuhan tanah atau kegagalan fondasi (Bowles, 1984). Pada eksperimen
Miloniv (dalam Bowles, 1984) dengan sudut-geser dalam kurang dari 30°,
didapatkan hasil yang tak jauh berbeda dengan hasil perhitungan nilai secara teoritis
cara Terzaghi.
2.3.6 Faktor Daya Dukung Tanah
Faktor daya dukung tanah bergantung kepada sudut geser-dalam. Nc, Nq dan N
γ merupakan konstanta Terzaghi. Konstants tersebut dapat dilihat berdasarkan
tabel,grafik, maupun perhitungan. Untuk tabel dapat dilihat pada tabl 2.3, sedangkan
untuk grafik dapat dilihat dibawah ini.
18

Grafik 3.1 : Nilai Faktor Dukung Tanah


Untuk perhitungan dapat dihitung dengan cara :
228+4,3 ∅
Nc = ………………..…………………………………………..(2.5)
40−∅
40+5 ∅
Nq = ………………..………………………………………….…..(2.6)
40−∅
6x ∅
Nγ = ………………..………………………………………………...
40−∅
(2.7)
19

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Identifikasi Masalah
Dalam penulisan studi kasus ini, masalah yang di identifikasi adalah sebagai
berikut :
- Terjadi pergeseran markingan kolom pedestal dari AS pondasi telapak
- Berapa daya dukung setelah terjadi eksentrisitas
3.2 Pemecahan Masalah
Data pondasi yang digunakan :
Menggunakan pondasi telapak berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 2,1 meter
x 2,1 meter dengan kedalaman 2.9 meter.

Gambar 3.1 : Potongan Pondasi Telapak


20

3.2.1 Pergeseran Markingan Kolom Pedestal


Pada perencanaan awal dibuat pondasi telapak berbentuk bujur sangkar
dengan beban berada di tengah pondasi, namun karena terjadi kesalahan teknis
sehingga terjadi pergeseran dari markingan kolom pedestal.

Gambar 3.2 : Denah Rencana Pondasi


Pergeseran tersebut terjadi pada 5 pondasi. Pergeseran pertama terjadi pada
pondasi type P-1 dengan row D7 , sedangkan pergeseran kedua terjadi pada pondasi
type P-1 dengan row D4, D5,E4, dan E5.

Gambar 3.3 : Pondasi yang mengalami pergeseran markingan


21

Sebelum terjadi pergeseran beban berada ditengah telapak, seperti gambar


dibawah ini :

Gambar 3.4 : Pondasi Row D7 Sebelum Terjadi Pergeseran


Namun terjadi pergeseran sejauh 0,18 m ke arah kanan bangunan, sehingga
pondasi mengalami eksentrisitas.

Gambar 3.5 : Pondasi Row D7 Setelah Terjadi Pergeseran


22

Gambar 3.6 : Kolom Pedestal


Sedangkan pada pergeseran kedua, terjadi pergeseran sejauh 0.27 m ke arah
kanan bangunan.

Gambar 3.7 : Pondasi Sebelum Terjadi Pergeseran

Gambar 3.8 : Pondasi Setelah Terjadi Pergeseran


23

Untuk pergeseran kedua, terjadi pergeseran cukup jauh yaitu 0,27 m, Yang
awal perencanaan menggunakan pondasi telapak berbentuk bujur sangkar lalu
diubah menjadi pondasi gabungan.

Gambar 3.9 : Denah Rencana Pondasi Setelah Perubahan

Gambar 3.10 : Kolom Pedestal


24

3.2.2 Perhitungan Beban Eksentris


- Penetuan beban rencana
Beban mati :
Lantai 1 : - Sloof (S1) = 0,6 m x 0,35 m x 5,8 m x 2400 kg/m3 = 2.923,2 kg
(S4) = 0,15 m x 0,2 m x 4,7 m x 2400 kg/m3 =338,4 kg
- Kolom = 0,6 m x 0,7 m x 4 m x 2400 kg/m3 = 4.032 kg
- Pedestal = 0,6 m x 0,7 m x 2,35 m x 2400 kg/m3 = 2.368,8 kg
- Penutup lantai = 27,26 m 2x 24 kg/m 2 = 654,24 kg
Berat total lantai 1 = 10.316 ,64 kg
Lantai 2 : - Balok (B1) = 0,4 m x 0,75 m x 4,7 m x 2400 kg/m3 = 3.384 kg
(B2) = 0,35 m x 0,65 m x 5,8 m x 2400 kg/m3 = 3.166,8 kg
- Kolom (K1) = 0,6 m x 0,7 m x 4 m x 2400 kg/m3 = 4.032 kg
- Kolom (K5) = 0,35 m x 5,75 m x 4 x 2400 kg/m3 = 19.320 kg
- Plat lantai= 27,26 m 2 x 0,12 m x 2400 kg/m3 = 7.850,88 kg
Untuk lantai 3 dan 4 sama dengan lantai 2, maka :
Berat total lantai 2 = 37.752,8 kg x 3 = 113.258,4 kg
- Berat Atap = 27,26 m2 x 9 kg/m2 = 245,34 kg
Berat total beban mati = 10.316 ,64 kg + 113.258,4 kg + 245,34 kg
= 123.819,74 kg
Beban hidup :
Faktor reduksi beban hidup untuk ruang kuliah = 0,9
= 27,26 m 2 x 250 kg/m 2 x 0,9 = 6133,5 kg
= 6133,5 kg x 4 = 24.534 kg
Beban Ultimate = (1,2 x 123.819,74) + (1,6 x 24.534 kg)
= 187.838,09 kg
Berat pondasi = 2,1 m x 2,1 m x 0,4 m x 2400 kg/m3 = 4.233,6 kg
Berat tanah = [(2,1 m x 2,1 m) – (0,6 m x 0,7 m)] x 2,35 m x 2000 kg/m3
= 18.753 kg
Beban total = 187.838,09 kg + 4.233,6 kg + 18.753 kg
= 210.824,69 kg
Sehingga, didapat beban yang harus dipikul satu titik pondasi sebesar
210.824,69 kg
25

P = 210.824,69 kg
kg

a. Daya Dukung Sebelum Terjadi Pergeseran


- Dengan kedalaman pondasi (zf ) = 2,9 m
- Nilai Kohesif (C) =0
- Lebar telapak (B) = 2,1 m
- Sudut perlawanan geser (∅) = 30°
- Berat isi tanah (ϫ) = 20 kN/m3
Perhitungan menggunakan persamaan terzaqhi untuk telapak bujur sangkar
Untuk nilai koefisien Nc,Nq, dan N ϫ dapat dilihat pada tabel dibawah :

Tabel 3.1 : Nilai Faktor Daya Dukung Terzaghi


26

Qult = (1,2 x C x Nc) + ( ϫ x zf x Nq ) + (0.4 x ϫ x B x N ϫ )


= 0 + ( 20 kN/m3 x 2,9 m x 22,5 ) + ( 0,4 x 20 kN/m3 x 2,1 m x 19,7 )
= 1.635,96 kN/m 2 = 163.596 kg/m 2
Didapat nilai daya dukung untuk satu pondasi sebesar 163.596 kg/m2
b. Daya Dukung Setelah Terjadi Pergeseran

P = 210.824,69 kg

Gambar 3.11 : Eksentrisitas Pada Pondasi Sejauh 0,18 m

- Perhitungan daya dukung dengan menggunakan faktor reduksi :


Qult terkoreksi = Qult sebelum terjadi eksentrisitas x Rc
ex 0,18 m
Rc = Faktor Koreksi = = 0,09
B 2,1 m
ex
Didapat nilai Rc berdasarkan grafik perbandingan ekentrisitas ( )
B
terhadap jenis tanah (non kohesif) = 0,64
27

Grafik 3.1 Faktor reduksi berdasarkan e/B


Qult Terkoreksi = 163.596 kg/m 2 x 0,64
= 104.701,44 kg/m 2
Sehingga didapat daya dukung ultimate dengan eksentrisitas 0,18 m
sebesar = 104.701,44 kg/m2.
28

P = 210.824,69 kg

Gambar 3.12 : Eksentrisitas Pada Pondasi Sejauh 0,27 m

Qult terkoreksi = Qult sebelum terjadi eksentrisitas x Rc


ex 0,27 m
Rc = Faktor Koreksi = = 0,13
B 2,1 m
ex
Didapat nilai Rc berdasarkan grafik perbandingan ekentrisitas ( )
B
terhadap jenis tanah (non kohesif) = 0,54 (Lihat grafik 3.1)
Qult Terkoreksi = 163.596 kg/m 2x 0,54
= 88.341,84 kg/m 2
Sehingga didapat daya dukung ultimate dengan eksentrisitas 0,27 m
sebesar = 88.341,84 kg/m2
Berdasarkan perhitungan diatas, pengaruh beban eksentrisitas
menyebabkan pengurangan daya dukung tanah, dimana nilai daya dukung
tanah semakin menurun dengan bertambahnya beban eksentrisitas.
29

Eksentrisitas yang terjadi lebih kecil dari B/6, sehingga pengaruh akibat
eksentrisitas dapat di gambarkan seperti dibawah ini :
e = 0,18 < 2,1/6 = 0,18 < 0,35
e = 0,27 < 2,1/6 = 0,27 < 0,35

Gambar 3.13 : Pengaruh Eksentrisitas untuk e<B/6


c. Kontrol Terhadap Daya Dukung
Pondasi sebagai struktur bangunan bawah yang menyangga kolom memikul
beban-beban diatasnya (bangunan atas), harus mampu menahan beban axial
terfaktor (P) dari kolom tersebut. Maka dari itu beban dari P diisyaratkan
tidak boleh melebihi daya dukung dari pondasi (Qult) .
Beban P sebesar P = 210.824,69 kg , dengan menggunakan faktor keamanan
2,5
30

Daya dukung dengan e = 0,18 m sebesar 104.701,44 kg/m 2


104.701,44 kg/m 2 x 2,5 > 210.824,69 kg
261.753,6 kg/m 2 > 210.824,69 kg …... Aman!
Daya dukung dengan e = 0,27 m sebesar 88.341,84 kg/m 2
88.341,84 kg/m 2x 2,5 > 210.824,69 kg
220.854,6 > 210.824,69 kg ……Aman!
3.2.3 Solusi
Kesalahan teknis yang mengakibatkan pergeseran pada kolom pedestal
setelah dicor, menimbulkan beban eksentris dimana daya dukung tanah mengalami
pengurangan. Untuk mengatasi masalah tersebut, tidak mungkin dilakukan
pembongkaran karena tidak ekonomis, sehingga solusi yang dapat diambil dengan
menggunakan chemical anchor.
Chemical anchor atau chemical angkur adalah pemasangan angkur
menggunakan bahan zat kimia. Yang mempunyai fungsi sebagai penambah kekuatan
sehingga lebih kuat menahan beban.
Cara pemasangan chemical anchor sangat sederhana, yaitu dengan melakukan
pengeboran awal pada bidang yang akan dipasang chemical angkur, kedalaman
tulangan yang dichemical sedalam 10D-15D. Kemudian lubang yang telah  dibor
dibersihkan menggunakan sikat agar debu-debu yang tersisa dari pengeboran
menghilang, tujuan pembersihan lubang ini yaitu agar chemical  angkur akan benar-
benar menempel dengan bidang. setelah pembersihan  lubang diinjeksikan chemical,
setelah peninjeksian selesai lalu masukkan anchor yang akan dipasang pada lubang
yang telah terdapat chemical.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
31

Berdasarkan hasil identifikasi masalah, dapat diambil kesimpulan sebagai


berikut :
1. Pergeseran yang mengakibatkan adanya beban eksentrisitas, sehingga terjadi
pengurangan daya dukung tanah.
2. Daya dukung untuk pergeseran pertama dengan eksentrisitas 0.18 m sebesar
1047,01 kN/m 2 , sedangkan daya dukung untuk pergeseran kedua dengan
eksentrisitas 0.27 m sebesar 833,42 kN/m 2.
3. Eksentrisitas mempengaruhi daya dukung tanah, hal ini dapat dilihat dari nilai
daya dukung tanah yang semakin menurun dengan bertambahnya beban
eksentrisitas.
4. Dimensi telapak 2,1 m x 2,1 masih aman untuk memikul beban dengan
eksentrisitas.
5. Penggunaan chemical anchor dapat digunakan sebagai solusi dari masalah
tersebut, selain metode pemasangannya yang sederhana serta penggunaannya
yang lebih ekonomis.
4.2 Rekomendasi
Suatu bangunan harus mempunyai sudut yang siku, sehingga saat menyiku
bangunan harus dikerjakan lebih teliti dan harus diawasi oleh pelaksana lapangan,
agar tidak terjadi kesalahan teknis.
Untuk itu, saya merekomendasikan untuk pelaksanaan pekerjaan yang
dikerjakan harus memahami metode atau cara kerja yang sesuai spesifikasi dan
persyaratan yang berlaku sehingga bangunan yang dibangun memiliki struktur yang
lebih kokoh dan aman untuk para penghuni bangunan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Fitri. 2017. Pondasi Telapak di https://www.scribd.com (di aksese 30 November )


32

Heri. 2009. Daya Dukung Pondasi Dangkal di https://www.scribd.com (di akses 5


Desember)

Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung


Rahmadi. 2017 . Pondasi Telapak di https://steemit.com (di aksese 30 November )
Setiawan, Agus. 2016. Perancangan Struktur Beton Bertulang Berdasarkan SNI
2847:2013. Jakarta: Erlangga
Winnilicious. 2010. Pengaruh Eksentrisitas Beban di https://cwienn.wordpress.com
(di aksese 30 November ).

LAMPIRAN
Data Pendukung dan Gambar Proyek
33

Dokumentasi Proyek
34

Pekerjaan Pondasi
35

Pengecoran Poer Plat dan Kolom Pedestal

Anda mungkin juga menyukai