Anda di halaman 1dari 6

MUSEUM TSUNAMI ACEH

PENGERTIAN

Pengertian umumnya adalah sebuah konsep desain yang beradaptasi dengan


lingkungan yang tropis Tetapi bukan berarti melupakan sisi estetika. Hanya disini hal
yang paling utama adalah sebuah respon positif dari efek iklim tropis itu sendiri.
Tentunya ada beberapa hal yang harus diperhatikan dari segi material, sirkulasi udara,
dan penchayaan alami. Karena lingkungan yang tropis memilikin iklim dengan panas
yang menyengat, pergerakan udara, dan curah hujan yang cukup tinggi. Oleh sebab itu
dalam konsep arsitektur tropis ini juga ada upaya yang harus dicegah dari timbulnya
efek iklim tropis. Seperti faktor kelembaban, perubahan suhu, kesehatah udara.

Pada bangunan arsitektur tropis juga didukung dengan materialnya yang banyak
dengan material loka dan alami. seperti kayu, bambu, dll. Bukaan untuk bangunan
arsitektur tropis harus memperhatikan arah pencahayaan matahari pagi dan sore. Agar
tercipta suhu dalam bangunan yang cukup nyaman dan sehat. Juga sirkulasi udara yang
dirasa akan cukup sebagai udara yang sehat.

KONSEP RANCANGAN

Museum Tsunami Aceh adalah sebuah Museum untuk mengenang kembali


pristiwa tsunami yang maha daysat yang menimpa Nanggroe Aceh Darussalam pada
tanggal 26 Desember 2008 yang menelan korban lebih kurang 240,000
0rang.Perencanaan detail Museum ,situs dan monumen tsunami akan mulai pada bulan
Agustus 2006 dan pembangunan akan dibangun diatas lahan lebih kurang 10,000
persegi yang terletak di Ibukota provinsi Nanggroes Aceh Darussalam yaitu
Kotamadaya Banda Aceh dengan anggaran dana sekitar Rp 140 milyar dengan rincian
Rp 70 milyar dari Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) untuk bangunan dan
setengahnya lagi dari Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk
isinya juga berisi berbagai benda peninggalan sisa tsunami.
Beberapa konsep dasar yang mempengaruhi perancangan Museum Tsunami
antara lain: rumah adat Aceh, bukit penyelamatan (escape hill); gelombang laut (sea
waves), tarian khas Aceh (saman dance), cahaya Tuhan (the light of God) dan taman
untuk masyarakat (public park). Dalam mendesain museum, perancang mencoba
merespon beberapa aspek penting dalam perancangan seperti: memori terhadap
peristiwa bencana tsunami, fungsionalitas sebuah bangunan museum/memorial,
identitas kultural masyarakat Aceh, estetika baru yang bersifat modern dan responsif
terhadap konteks urban. Bangunan megah Museum Tsunami tampak dari luar seperti
kapal besar yang sedang berlabuh. Sementara di bagian bawah terdapat kolam ikan.
Museum ini merupakan satu-satunya di Indonesia dan tidak mustahil akan menjadi
museum tsunami dunia.
Bangunan rumah tradisional masyarakat Aceh, berupa bangunan rumah
panggung Aceh diambil sebagai analogi dasar massa bangunan. Dengan konsep rumah
panggung, bangunan ini juga dapat berfungsi sebagai sebuah escape hill sebuah taman
berbentuk bukit yang dapat dijadikan sebagai salah satu antisipasi lokasi penyelamatan
jika seandainya terjadinya banjir dan bencana tsunami di masa datang.

Kemudian juga ada the hill of light, selain taman untuk evakuasi yang dipenuhi
ratusan tiang, para pengunjung dapat meletakkan karangan bunga, semacam personal
space dan juga ada memorial hill di ruang bawah tanah serta dilengkapi ruang pameran.
Desain ini sarat dengan konten lokal.

Tarian saman sebagai cerminan Hablumminannas (konsep hubungan antar


manusia dalam Islam) distilasi kedalam pola fasade bangunan. Tampilan eksterior yang
luar biasa yang mengekspresikan keberagaman budaya Aceh melalui pemakaian
ornamen dekoratif unsur transparansi elemen kulit luar bangunan.

Gambar diatas bagian eksterior Museum Tsunami Aceh


INTERIOR MUSEUM TSUNAMI

Di dalam bangunan juga terdapat ruang berbentuk sumur silinder yang


menyorotkan cahaya ke atas sebagai simbol hubungan manusia dengan Tuhannya. Dan
juga didalamnya dibangun sebuah taman terbuka bagi masyarakat yang bisa diakses dan
dipergunakan setiap saat sebagai respon terhadap konteks urban.

Untuk membangkitkan kenangan lama akan tragedi tsunami. Tata letak ruangan
di dalam museum dirancang secara khusus. Yaitu adanya urut-urutan (sequence) ruang
di bangunan yang harus dilalui pengunjung dirancang secara seksama. Hal ini untuk
menghasilkan efek psikologis yang lengkap tentang persepsi manusia akan bencana
tsunami. Untuk mewujudkannya ruang dirancang dalam tiga zona yakni: spaces of
memory; spaces of hope dan spaces of relief.

1. Spaces of Memory

Pada zona spaces of memory direalisasikan dalam tsunami passage dan


Memorial Hall. Area penerima tamu (tsunami passage) di museum ini berupa koridor
sempit berdinding tinggi dengan air terjun yang bergemuruh untuk mengingatkan
betapa menakutkannya suasana di saat terjadinya tsunami. Sedangkan Memorial Hall
merupakan area di bawah tanah yang menjadi sarana interaktif untuk mengenang
sejarah terjadinya tsunami. Pada Aceh Memorial Hall ini juga dilengkapi dengan
pencahayaan dari lubang-lubang sebuah reflecting pool yang berada di atasnya.
Gambar diatas adalah koridor sempit (tsunami passage) dan Memorial Hall

2. Zona Spaces of Hope

Sedangkan pada zona spaces of hope diwujudkan dalam bentuk Blessing


Chamber dan Atrium of Hope. Blessing Chamber merupakan ruang transisi sebelum
memasuki ruang-ruang kegiatan non memorial. Ruang ini berupa sumur yang tinggi
dengan ribuan nama-nama korban terpatri di dinding. Sumur ini diterangi oleh skylight
berbentuk lingkaran dengan kaligrafi Allah SWT sebagai makna hadirnya harapan bagi
masyarakat Aceh. kemudian atrium of hope berupa ruang atrium yang besar sebagai
simbol dari harapan dan optimisme menuju masa depan yang lebih baik. Pengunjung
akan menggunakan ramp melintasi kolam dan atrium untuk merasakan suasana hati
yang lega. Atrium dengan refelecting pool ini bisa diaskes secara visual kapan saja
namun tidak bisa dilewati secara fisik.

Gambar diatas adalah Blessing Chamber dan Atrium of Hope.


3. Spaces of Relief

Untuk zona spaces of relief diterjemahkan dalam the hill of light dan escape
roof. The hill of light merupakan taman berupa bukit kecil sebagai sarana
penyelamatan awal terhadap tsunami. Taman publik ini dilengkapi dengan ratusan
tiang obor yang juga dirancang untuk meletakkan bunga dukacita sebagai tanda
personal space. Jika seluruh obor dinyalakan maka bukit ini akan dibanjiri oleh lautan
cahaya. Sangat personal sekaligus komunal. Sedang escape roof merupakan atap
bangunan yang dirancang berupa rooftop yang bisa ditanami rumput  atau lansekap.
Atap ini juga dirancang sebagai area evakuasi bilamana di kemudian hari terjadi
bencana banjir dan tsunami.

Anda mungkin juga menyukai