Makalah Kelompok Teori Belajar Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran PDF
Makalah Kelompok Teori Belajar Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran PDF
Disusun Oleh:
Kelompok 4
IRAWATI
ADDELLA AHSYANI
ILHAM
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat limpahan
rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah
teori-teori belajar dan implikasinya dalam pembelajaran.
Penulisan makalah ini adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan
untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Pendidikan Anak di Sekolah Dasar . Kami
telah berusaha untuk membuat makalah ini sebaik mungkin namun tentu masih
terdapat kekurangan. Untuk itu penulis sangat memerlukan kritik dan saran yang
konstrukstif dalam rangka penyempurnaan penulisan berikutnya.
KATA PENGANTAR......................................................................................................
i.......................................................................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................................
ii
I . PENDAHULUAN
II . ISI
III . PENUTUP
3.1 Kesimpulan
.....................................................................................................................
17
3.2 Saran
.....................................................................................................................
18
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................
19
BAB I
PENDAHULUAN
ISI
Tokoh pelopor teori behavioristik antara lain J.B. Watson, Thorndike, dan
B.F. Skinner. J.B Watson (1878-1958) mengemukakan bahwa perilaku manusia
disebabkan oleh pembentukan faktor lingkungan. Bagi Watson Lingkungan adalah
faktor dominan dan yang paling penting bagi tumbuh berkembang anak. Bahkan
ia mengemukakan pendapat untuk bayi Albert yang dinilai negatif oleh
masyarakat Amerika waktu itu “ Beri aku bayi, selanjutnya terserah dapat
dibentuk mau jadi apa saja” Begitulah pendapat Watson yang akhirnya membuat
para orang tua takut menyekolahkan anaknya karena khawatir anak mereka
dijadikan orang gila, pemabuk, dan sebagainya.
a. Hukum kesiapan
b. Hukum latihan
c. Hukum akibat
d. Hukum berganda
e. Sikap
f. Elemen-elemen berpotensi
g. Respons dengan analogi, dan
h. Pergeseran asosiatif
Tokoh pelopor teori belajar Humanisme antara lain Abraham Maslow dan
Carl Rogers. Maslow meyakini bahwa belajar merupakan kebutuhan akan
perkembangan motivasi. Dalam mencapai sesuatu manusia tidak akan pernah
puas, rasa puas hanya terjadi sesaat saja sehingga manusia mencari peluang lain
untuk menutupi kebutuhannya. Menurut Maslow, puncak kebutuhan yang
sekaligus sebagai ukuran keberhasilan individu ialah berhasil dalam
mengaktualisasikan diri dalam dunianya (Agus Taufik, 2007: 6.6).
Menurut teori ini salah satu karakteristik yang harus ada pada diri pendidik
adalah memiliki kemampuan memotivasi belajar peserta didiknya. Selain itu guru
harus memiliki sikap empati (emphatic), terbuka (open mindedness), keaslian
(genuineness), kekonkretan (concreteness), dan kehangatan (warmth) (Agus
Taufik, 2007: 6.7).
Tokoh pelopor teori belajar kognitif yang terkenal antara lain Max
Wertheimer, Wolfgang Kohler, Kurt Koffka, Kurt Lewin, dan Jean Piaget. Max
Wertheimer (1880-1943), Wolfgang Kohler (1887-1967), Kurt Koffka (1886-
1941) merupakan pionir teori gestalt (Agus Taufik, 2007: 6.8). Teori ini
menekankan bahwa keseluruhan lebih berarti daripada bagian-bagian. Artinya
proses belajar dalam teori ini harus dimulai dari keseluruhan dahulu, baru
menganalisa bagian-bagian atau unsur-unsurnya. Misalnya, permulaan membaca
untuk anak SD yang baik adalah mengajarinya keseluruhan baru
dianalisis/dipisahkan per kata, per suku kata, dan per huruf. Contoh.
I – ini i – bu Bu – di
Jean Piaget seorang ilmuan Prancis yang merupakan salah satu tokoh
aliran kognitivisme melakukan penelitian tentang perkembangan kognitif individu
sejak tahun 1920 sampai 1964. Piglet akhirnya berkesimpulan bahwa
perkembangan kognitif seseorang melalui empat tahapan utama yang secara
kualitatif setiap tahapan memunculkan kualikatif yang berbeda. Tahapan kognitf
Piaglet adalah sebagai berikut.
A. Belajar Konsep
Konsep itu apa sih? Seseorang akan sulit mengetahui apa itu konsep kalau
dia tidak mengetahui konsep akan lingkungannya. Misalnya, konsep tentang ibu,
ayah, piring, mandi, dan hal-hal lain yang terkait dengan individu tersebut.
Konsep sangat erat kaitannya dengan reaksi dari stimulus-stimulus yang ada di
lingkungan kita. Menurut Dahlar (1996:76) konsep-konsep itu menyediakan
skema-skema terorganisasi untuk mengasimilasikan stimulus-stimulus baru, dan
untuk menentukan hubungan di dalam dan di antara kategori-kategori (Agus
Taufik, 2007: 6.11).
a. Tingkat konkret
Pencapaian konsep tingkat konkret ditandai oleh adanya pengenalan anak
terhadap suatu benda yang pernah ia kenal. Pada tingkat ini anak bisa
membedakan stimulus-stimulus yang ada di lingkungannya dan anak
sudah mampu menyimpan gambaran mental dalam sturuktur kognitifnya.
Misalnya anak sudah mengetahui apa yang namanya tali.
b. Tingkat identias
Seseorang telah mencapai tingkat konsep identitas apabila ia sudah
mengenal suatu objek setelah selang waktu tertentu, memiliki orientasi
ruang yang berbeda terhadap objek itu atau apabila objek tersebut
ditentukan melalui suatu cara indra yang berbeda.Misalnya anak tidak
hanya bisa melihat tali tetapi juga bisa memainkannya.
c. Tingkat classificatory
Tingkatan ini anak bisa dikatakan sudah mampu mengenal persamaan dari
suatu contoh yang berbeda dari kelas yang sama. Misalnya buah jeruk
yang masak dan jeruk yang mentah.
d. Tingkat formal
Pada tingkat ini anak sudah mampu membatasi konsep dengan konsep
lain, membedakannya, menentukan ciri-ciri, memberikan nama atribut
yang membatasinya bahkan sampai mengevaluasi atau memberikan
contoh secara verbal
2.1.5 Belajar Bermakna: David Ausubel
1. Belajar Bermakna
Inti dari teori ini adalah proses belajar yang mengaitkan informasi atau
materi baru dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif.
2. Belajar Hafalan
Belajar hafalan dapat terjadi jika dalam struktur kognitif peserta didik
belum ada konsep-konsep (subsumer) yang relevan dengan informasi atau
materi pembelajaran baru. Dengan belajar hafalan, tidak terjadi proses
asimilasi informasi atau materi pembelajaran baru.
Dari aliran psikologi kognitif, teori Piaget tampak lebih banyak digunakan
dalam praktik pendidikan atau proses pembelajar meskipun teori ini bukanlah
teori mengajar (Agus Taufik, 2007: 6.22). Dalam teori Piaget peserta didik harus
dibimbing agar aktif menemukan sesuatu yang dipelajarinya, tidak harus berpusat
pada guru. Diusahakan agar materi yang diajarkan harus dapat menarik minat
anak dan menantang sehingga mereka merasa senang dan akhirnya terlibat dalam
proses pembelajaran.
Ada dua hal yang harus kita pertimbangkan ketika akan memberikan
pembelajaran konsep. Pertama, perkembangan kognitif atau usia peserta didik
yang kerap kali membuat biasnya pembelajaran konsep. Artinya, konsep-konsep
yang diajarkan harus sesuai dengan perkembangan kognitif atau usia peserta didik
atau tergantung pada pencapaian konsep mana yang akan diajarkan kepada peserta
didik.
b. Analisi konsep
Peserta didik : “Bunga itu pun termasuk makhluk hidup, Bu. Sebab
bunga tersebut kan tumbuh dari kecil, dan sekarang sudah
berbunga.
1. Advance Organizer
2. Diferensi Progresif
Kalau kita cermati secara jeli, dalam konsep belajar bermakna menurut
Ausubel dipandang perlu terjadinya pengembangan dan elaborasi konsep-konsep
yang tersubsumsi. Caranya dengan mengembangkan konsep-konsep yang lebih
umum terlebih dahulu, selanjutnya diberikan konsep-konsep yang lebih mendetail
dan khusus sampai kepada contoh-contoh. Dengan demikian, konsep-konsep
tersebut dikembangkan dari umum ke khusus. Penyusunan konsep seperti ini,
disebut dengan istilah diferensiasi progresif. Oleh sebab itu, suatu konsep yang
diajarkan perlu disusun secara hierarkis.
3. Belajar Superordinat
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
- Proses belajar terjadi dengan adanya tiga komponen pokok yaitu
stimulus, respons, dan akibat. Stimulus adalah sesuatu yang datang
dari lingkungan yang dapat membangkitkan respons individu. Respons
menimbulkan perilaku jawaban atas stimulus. Sedangkan akibat adalah
sesuatu yang terjadi setelah individu merespons baik yang bersifat
positif ataupun yang negatif.
- Teori belajar Humanisme memandang bahwa perilaku manusia
ditentukan oleh faktor internal dirinya dan bukan oleh kondisi
lingkungan ataupun pengetahuan.
- Konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili suatu kelas objek-objek,
kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan atau hubungan yang mempunyai
atribut-atribut yang sama.
- Pandangan kalangan humanisme tentang proses belajar
mengimplikasikan perlunya penataan peran guru/tenaga kependidikan
dan prioritas pendidikan. Menurut pandangan ini guru/tenaga
kependidikan berperan sebagai fasilitator daripada sebagai pengajar
belaka.
- Sedikitnya ada empat aplikasi teori belajar yang dapat diterapkan
dalam proses pembelajaran. Pertama, advance organizer dan entry
behavior pengetahuan siap. Kedua diferensiasi progesif yang
menentukan proses pembelajaran yang berlangsung dari umum ke
khusus. Ketiga, superordinat yang merupakan pengenalan terhadap
konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya sebagai unsur-unsur
dari suatu konsep yang lebih luas. Keempat, penyesuaian interaktif
yang merupakan upaya untuk mengatasi dan mengurangi terjadinya
pertentangan kognitif dalam proses pembelajaran.
B. Saran
- Guru/tenaga kependidikan sebaiknya bukan lagi sebagai pusat proses
pembelajaran, tetapi yang terpenting adalah memfasilitasi tumbuhnya
motivasi belajar secara intrinsik pada diri peserta didik. Kebutuhan
peserta didik harus menjadi bahan pertimbangan yang akan
disampaikan.
- Selain dapat memotivasi peserta didiknya, seorang guru/pendidik harus
memiliki sikap empati, terbuka, jelas dalam menyatakan sesuatu,
bertanggung jawab, berpenampilan apa adanya, dan tulus dalam
memberikan pelayanan pendidikan bagi peserta didiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Mikarsa, Hera Lestari, Agus Taufik dan Puji Lestari Prianto. 2007. Pendidikan
Anak di SD. Jakarta: Universitas Terbuka