PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Menurut World Health Organitation (WHO), kematian ibu adalah
kematian selama kehamilan atau dalam periode 42 hari setelah persalinan
akibat semua sebab yang berhubungan langsung maupun tidak langsung,
terkait dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya. Sekitar
80% kematian maternal merupakan akibat meningkatnya komplikasi selama
kehamilan, persalinan, dan setelah persalinan. Menurut laporan WHO yang
telah dipublikasikan pada tahun 2015 Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia
mencapai angka 303.000 jiwa (WHO, 2015).
Plasenta previa merupakan salah satu perdarahan antepartum. Belum
diketahui secara pasti penyebabnya, namun kerusakan dari endometrium
pada persalinan sebelumnya dan gangguan vaskularisasi desidua dianggap
sebagai mekanisme yang mungkin menjadi faktor penyebab terjadinya
plasenta previa (Chalik, 2014).
Kejadian plasenta previa dapat meningkat karena faktor usia yaitu usia
risiko tinggi dalam kehamilan, yaitu usia kurang dari 20 tahun dan usia
lebih dari 35 tahun. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh
Widyastuti dan susilowati di Rumah sakit umum daerah Palembang,
didapatkan hasil risiko plasenta previa pada ibu yang usianya kurang dari
20 tahun dan lebih dari 35 tahun, dua kali lipat dibandingkan dengan ibu
yang usianya 20 tahun sampai 35 tahun (Kutipan FK unand, 2015).
Plasenta previa insidennya pada negara berkembang lebih tinggi
dari negara maju. Di negara maju insidennya lebih rendah yaitu kurang dari
1%. Pada beberapa rumah sakit umum pemerintah dilaporkan insidennya
berkisar 1,7% sampai dengan 2,9%, meskipun demikian plasenta previa
dapat membahayakan bagi ibu karena perdarahan yang dapat menyebabkan
morbiditas maupun mortalitas. Oleh karena itu, penulis coba membuat
asuhan keperawatan tentang plasenta previa untuk menambah pengetahuan
pembaca mengenai apa itu plasenta previa.
1
B. Rumusan masalah
1. Apa definisi dari plasenta previa?
2. Apa etiologi dari plasenta previa?
3. Apa klasifikasi dari plasenta previa?
4. Bagaimana patofisiologi plasenta previa?
5. Bagaimana woc dari plasenta previa?
6. Bagaimana manifestasi klinis plasenta previa?
7. Apa komplikasi dari plasenta previa?
8. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari plasenta previa?
9. Bagaimana penatalaksanaan dari plasenta previa?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien plasenta previa?
C. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
1) Mengetahui definisi dari plasenta previa
2) Mengetahui etiologi dari plasenta previa
3) Mengetahui klasifikasi dari plasenta previa
4) Mengetahui patofisiologi plasenta previa
5) Mengetahui woc dari plasenta previa
6) Mengetahui manifestasi klinis plasenta previa
7) Mengetahui komplikasi dari plasenta previa
8) Mengetahui pemeriksaan penunjang dari plasenta previa
9) Mengetahui penatalaksanaan dari plasenta previa
10) Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien plasenta previa
2. Tujuan khusus
Mahasiswa mengetahui tentang plasenta previadan mampu menerapkan
asuhan keperawatan yang komprehensif kepada pasien dengan kasus plasenta
previa.
D. Manfaaat penulisan
1. Mahasiswa mengetahui definisi dari plasenta previa
2. Mahasiswa mengetahui etiologi dari plasenta previa
2
3. Mahasiswa mengetahui klasifikasi dari plasenta previa
4. Mahasiswa mengetahui patofisiologi plasenta previa
5. Mahasiswa mengetahui woc dari plasenta previa
6. Mahasiswa mengetahui manifestasi klinis plasenta previa
7. Mahasiswa mengetahui komplikasi dari plasenta previa
8. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan penunjang dari plasenta previa
9. Mahasiswa mengetahui penatalaksanaan dari plasenta previa
10. Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan pada pasien plasenta previa
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada
tempat abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi
sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal)
(Mochtar, 2011).
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada
segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan lahir (Saifudin, 2009).
Plasenta previa adalah plasenta yang abnormal, yaitu pada segmen bawah
uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.
Pada keadaan normal plasenta berada pada bagian atas uterus (Chalik, 2014).
B. Etiologi
Plasenta previa merupakan salah satu penyebab serius perdarahan
pada periode trimester ketiga. Disamping masih banyak penyebab plasenta
previa yang belum diketahui atau belum jelas, bermacam – macam teori dan
faktor – faktor di kemukakan sebagai etiologinya (Mochtar, 2011).
1. Endometrium yang inferior
2. Chorion leave yang persisten
3. Korpus luteum yang bereaksi lembat
Strassmann mengatakan bahwa faktor terpenting adalah vaskularisasi
yang kurang pada desidua yang menyebabkan artrofi dan peradangan,
sedangkan Browne menekankan bahwa faktor terpenting ialah vili khorialis
persisten pada desidua kapsula (Mochtar, 2011). Hal ini faktor-faktor
penyebab yang biasanya terjadi pada wanita dengan kondisi sebagai berikut:
1. Umur dan paritas
a. Pada primigravida, umur di atas 35 tahun lebih sering daripada umur
dibawah 25 tahun
b. Lebih sering pada paritas tinggi dari paritas rendah
4
c. Di Indonesia, menurut Toba, plasenta previa banyak dijumpai pada
umur muda dan paritas kecil, hal ini disebabkan banyak wanita
Indonesia menikah pada usia muda dimana endometrium masih
belum matang (inferior).
2. Hipoplasia endometrium: bila kawin dan hamil pada umur muda
3. Endometrium cacat pada bekas persalinan berulang-ulang, bekas operasi,
kuretase, dan manual plasenta.
4. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap
menerima hasil konsepsi.
5. Tumor-tumor seperti mioma uteri, polip endomterium.
6. Kadang-kadang pada malnutrisi
7. Riwayat pembedahan rahim, termasuk seksio sesarea (risiko
meningkat seiring peningkatan jumlah seksio sesarea).
5
11. Merokok
C. Klasifikasi
Klasifikasi plasenta previa menurut Chalik, 2014 didasarkan atas
terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu
tertentu, yaitu :
1. Plasenta previa totalis: seluruh ostium internum tertutup oleh plasenta.
2. Plasenta previa latelaris: hanya sebagian dari ostium tertutup oleh
plasenta.
3. Plasenta previa marginalis: hanya pada pinggir ostium terdapat jaringan
plasenta.
4. Plasenta letak rendah: plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah
rahim demikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih
kurang dari 2 cm dari ostium uteri internum. Jarak yang lebih dari 2 cm
dianggap sebagai plasenta letak normal.
Menurut de Snoo (Mochtar, 2011), berdasarkan pada pembukaan 4-5 cm:
1. Plasenta previa sentralis (totalis), bila pada pembukaan 4-5 cm teraba
plasenta menutupi seluruh ostium.
2. Plasenta previa lateralis, bila pada pembukaan 4-5 cm sebagian
pembukaan ditutupi oleh plasenta, dibagi 3:
a. Plasenta previa latelaris posterior: bila sebagian menutupi ostium
bagian belakang
b. Plasenta previa latelaris anterior: bila menutupi ostium bagian depan
c. Plasenta previa marginalis: bila sebagian kecil atau hanya pinggir
ostium yang ditutupi plasenta.
6
Menurut Browne dalam pengarang Mochtar, 2011 plasenta previa
dibagi beberapa tingkatan:
1. Tingkat 1 (Lateral placenta previa): pinggir bawah plasenta berinsersi
sampai ke segmen bawah rahim namun tidak sampai ke pinggir
pembukaan.
2. Tingkat 2 (Marginal plasenta previa): plasenta mencapai pinggir
pembukaan (ostium).
3. Tingkat 3 ( Completeplasenta previa): plasenta menutupi osteum waktu
tertutup dan tidak menutupi bila pembukaan hampir lengkap.
4. Tingkat 4 (central plasenta previa): plasenta menutupi seluruhnya pada
pembukaan hampir lengkap.
D. Patofisiologi
Menurut Chalik (2014), Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh
plasenta previa umumnya terjadi pada triwulan ketiga karena saat itu
segmen bawah uterus lebih mengalami perubahan berkaitan dengan semakin
tuanya kehamilannya, dan mulai terbentuknya segmen bawah rahim, tapak
plasenta akan mengalami pelepasan.
Perdarahan di tempat itu relatif dipermudah dan diperbanyak oleh karena
segmen bawah rahim dan serviks tidak mampu berkontraksi dengan kuat
karena elemen otot yang dimilikinya sangat minimal, dengan akibat
7
pembuluh darah pada tempat itu tidak akan tertutup sempurna. Perdarahan
akan berhenti karena terjadi pembekuan kecuali jika ada laserasi mengenai
sinus yang besar dari plasenta pada mana perdarahan akan berlangsung lebih
banyak dan lebih lama.
Oleh karena pembentukan segmen bawah rahim itu akan berlangsung
progresif dan bertahap, maka laserasi baru akan mengulang kejadian
perdarahan. Demikianlah perdarahan akan berulang tanpa sesuatu sebab
lain. Darah yang keluar berwarna merah segar tanpa rasa nyeri. Pada
plasenta yang seluruh ostium uteri internum perdarahan terjadi lebih awal
dalam kehamilan oleh karena segmen bawah rahim terbentuk lebih dahulu
pada bagian terbawah yaitu pada ostium uteri internum.
Sebaliknya, pada plasenta previa parsialis atau letak rendah, perdarahan
baru terjadi pada waktu mendekati atau mulai persalinan. Perdarahan pertama
biasanya sedikit tetapi cenderung lebih banyak pada perdarahan berikutnya.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dinding segmen bawah rahim yang
tipis mudah diinvasi oleh pertumbuhan vili dari trofoblas, akibatnya plasenta
melekat lebih kuat pada dinding uterus.
8
E. WOC
1. Riwayat aborsi Kehamilan > 35 tahun
Kehamilan ganda 2. Riwayat inisisi uterus
3. Riwayat kelahiran
Embrio lebih besar
Uterus tua
dari satu
Kerusakan
Kebutuhan O2 lapisan uterus Vaskularisasi
dan nutrisi uterus menurun
meningkat
Penipisan
endometrium Plasenta
Plasenta lebih memperluaskan
besar permukaan
Vaskularisasi uterus tempat
blastosit berimplantasi
Plasenta previa
G. Komplikasi
Berikut ini adalah kemungkinan komplikasi plasenta previa oleh Chalik
(2014) dan Mochtar (2012):
1. Pertumbuhan janin lambat karena pasokan darah yang tidak
mencukupi, adanya atrofi pada desidua dan vaskularisasi yang berkurang
menyebabkan suplai darah dari ibu ke janin berkurang. Dalam darah
terdapat oksigen dan zat-zat makanan yang dibutuhkan tubuh janin untuk
berkembang. Kekuranagan suplai darah menyebabkan suplai makanan
berkurang.
2. Anemia janin, tekanan yang ditimbulkan terus menerus pada plasenta
akan mengurangi sirkulasi darah antara uterus dan plasenta sehingga
suplai darah ke janin berkurang.
3. Janin yang tertekan akibat rendahnya pasokan oksigen. Berkurangnya
suplai darah berarti suplai oksigen dari ibu ke janin juga berkurang.
10
4. Shock dan kematian ibu jika pendarahan berlebihan. Pada kasus
yang terbengkalai, bila ibu tidak mendapatkan pertolongan transfuse
darah akibat banyak kehilangan darah akibat perdarahan hebat dapat
menyebabkan shock bahkan kematian pada ibu.
5. Infeksi dan pembentukan bekuan darah. Luka pada sisa robekan plasenta
rentan menimbulkan infeksi intrauterine. Ibu dengan anemia berat karena
perdarahan dan infeksi intrauterine, baik seksio sesarea maupun persalinan
pervaginam sama-sama tidak mengamankan ibu maupun janinnya.
6. Kehilangan darah yang membutuhkan transfuse. Kehilangan banyak
darah akibat perdaahan hebat perlu mendapatkan pertolongan transfuse
segera. Perdarahan merupakan factor dominant penyebab kematian
maternal khususnya di Negara Indonesia.
H. Pemeriksaan penunjang
1. Ultrasonografi atau USG
Penentuan lokasi plasenta secara ultrasonografi sangat tepat dan tidak
menimbulkan bahaya radiasi terhadap janin.
2. Pemeriksaan Dalam
Penentuan lokasi plasenta secara ultrasonografi sangat tepat dan tidak
menimbulkan bahaya radiasi terhadap janin.
3. Pemeriksaan Darah
Yaitu golongan darah, hemoglobin , hematokrit serta darah lengkap
dan kimia darah untuk menunjang persiapan operasi.
4. Sinar X
Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan
bagian-bagian tubuh janin.
5. Vaginal
Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya
ditunda jika memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai (lebih
baik sesuadah 34 minggu). Pemeriksaan ini disebut pula prosedur susunan
ganda (double setup procedure). Double setup adalah pemeriksaan steril
11
pada vagina yang dilakukan di ruang operasi dengan kesiapan staf dan alat
untuk efek kelahiran secara cesar.
I. Penatalaksanaan
1. Terapi ekspektatif (pasif)
Tujuan ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir prematur,
penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis
servisis. Upaya diagnosis dilakukan secara non invasif. Pemantauan klinis
dilakukan secara ketat dan baik (Mochtar, 2012 dan Chalik, 2014).
Syarat-syarat terapi ekspektatif:
a. Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian
berhenti, penanganan pasif pada kasus kehamilan preterm dengan
perdarahan sedikit kemudian berhenti di maksudkan dapat
memberikan kesempatan pada janin untuk tetap tumbuh dan
berkembang dalam kandungan sampai janin matur.
b. Belum ada tanda-tanda in partu, menunda tindakan pengakhiran
kehamilan segera pada kasus plasenta previa bila tidak terdapat tanda-
tanda inpartu ditujukkan untuk mempertahankan janin dalam
kandungan.
c. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas
normal).
d. Janin masih hidup.
Faktor- faktor yang menentukan sikap atau tindakan persalinan
mana yang akan dipilih adalah:
a. Jenis plasenta previa
b. Perdarahan banyak atau sedikit tetapi berulang-ulang
c. Keadaan umum ibu hamil
d. Keadaan janin hidup gawat atau meninggal
e. Pembukaan jalan lahir
f. Paritas atau jumlah anak hiduo
g. Fasilitas penolong dan rumah sakit
12
2. Terapi aktif
Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang
aktif dan banyak, harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa
memandang maturitas janin. Cara menyelesaikan persalinan dengan
plasenta previa (Mochtar, 2012):
a. Persalinana Abdominal dengan cara Seksio sesarea
Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk
menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak
punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan. Indikasi
seksio sesarea pada plasenta previa:
a) Semua plasenta previa sentralis, janin hidup atau meninggal,
semua plasenta previa lateralis, posterior karena perdarahan yang
sulit dikontrol dengan cara- cara yang ada.
b) Semua plasenta previa dengan perdarahan yang banyak dan tidak
berhenti dengan tindakan – tindakan yang ada.
c) Plasenta previa dengan panggul sempit, letak lintang.
Perdarahan pada bekas insersi plasenta kadang-kadang berlebihan
dan tidak dapat diatasi dengan cara-cara yang ada, jika hal ini
dijumpai tindakannya adalah: bila anak belum ada, untuk
menyelamatkan alat reproduktif dilakukan ligasi rteri hipogastrika,
dan bila anak sudah ada dan cukup, yang paling baik adalah
histerektomi.
d) Melahirkan pervaginam
13
b. Pada primigravida dengan plasenta previa lateralis atau
marginalis dengan pembukaan 4 cm atau lebih
c. Plasenta previa lateralis/ marginalis dengan janin yang sudah
meninggal
Keuntungan amniotomi adalah:
a. Bagian terbawah janin yang berfungsi sebagai tampon akan
menekan plasenta yang berdarah dan perdarahan berkurang atau
berhenti
b. Partus akan berlangsung lebih cepat
c. Bagian plasenta yang berdarah dapat bebas mengikuti cincin
gerakan dan regangan segmen bawah rahim, sehingga tidak
ada lagi plasenta yang lepas.
14
Menurut Manuaba (2008) Plasenta previa dengan perdarahan
merupakan keadaan darurat kebidanan yang memerlukan penanganan
yang baik. Bentuk pertolongan pada plasenta previa adalah:
1) Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan
ibu dan anak untuk mengurangi kesakitan dan kematian.
2) Memecahkan ketuban di atas meja operasi selanjutnya pengawasan
untuk dapat melakukan pertolongan lebih lanjut.
3) Bidan yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat
mengambil sikap melakukan rujukan ke tempat pertolongan yang
mempunyai fasilitas yang cukup.
15
BAB III
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN PRENATAL
A. Identitas klien
Initial Klien : Ny.A
Usia : 28 tahun
Status Perkawinan : Istri
Pekerjaan : IRT
Pendidikan Terakhir : SMP
B. Keluhan utama
Klien datang ke rumah sakit dengan keluhan keluar darah dari vaginanya
sejak 1 minggu ini, seperti menstruasi, pada hari pertama darah yang keluar
baru sedikit, tetapi semakin hari semakin banyak, hari ini sudah menggunakan
3 pembalut. Klien juga mengatakan sejak keluar darah dari vaginanya
badannya merasa lemas dan mudah lelah saat melakukan aktivitas.
C. Riwayat Kehamilan dan Persalinan yang lalu
No Tahun Jenis Penolong Jenis Keadaan bayi Masalah
Kelamin waktu lahir kehamilan
Persalinan
16
Riwayat Ginekologi : Pasien menarche pada usia 12 tahun, siklus haidnya
28 hari teratur dan ibu mengatakan pernah
mengalami perdarahan pervaginam sebelumnya dan
mengalami keguguraan pada usia kehamilan 16
minggu.
lenting, tidak
keras (bokong)
Keluhan : Keluar darah berwarna merah segar dari vaginanya namun tidak
disertai rasa nyeri.
Data umum kesehatan saat ini
1. Status Obstretik : G3P1A1
2. Keadaan umum : Lemah
3. Kesadaran : Compos Mentis
4. BB/TB : 65Kg/160 cm
5. Tanda Vital :
Tekanan Darah : 90/60 mmHg
Nadi : 100 x/menit
Suhu : 380c
Pernafasan : 28 x/menit
17
6. Kepala – Leher:
Kepala : Rambut dan kepala bersih, warna hitam, tidak ada
rambut rontok selama kehamilan, tidak ada massa
dan tidak ada nyeri tekan
Mata : Kongjungtiva anemis, sklera ikterik
Hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung
Mulut : Bibir pucat, mukosa bibir kering, tidak ada
pembengkakan gusi, tidak ada caries, warna lidah
merah muda dan bersih
Telinga : Telinga bersih dan tidak ada pengeluaran cairan
dari telinga
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe,
tidak ada hiperpigmentasi di leher
Masalah Khusus : Tidak ada masalah khusus
7. Dada
Jantung : Nadi 110x/menit, bunyi jantung 1 dan bunyi
jantung 2 terdengar jelas dan tidak ada suara
merembes (murmur)
Paru : Frekuensi nafas 28 x/menit, suara nafas vesikuler
dan tidak ada suara nafas tambahan
Payudara : Hiperpigmentasi aerola, simetris, tidak ada dilatasi
pembuluh darah, tidak ada striae. Tidak ada
benjolan dan nyeri tekan, asi yang keluar berwarna
kuning (kolostrum)
Puting Susu : Kedua putting menonjol
8. Abdomen
Uterus : Tidak teraba keras dan tegang, dan tidak ada nyeri
tekan
TFU : 30 cm
Kontraksi : Terdapat kontraksi (tanda: perut terasa kencang,
terasa kram
Leopold I : Teraba keras, bulat dan bergerak (Kepala)
Leopold II : Teraba lurus, keras seperti papan
18
Kanan : punggung
Kiri : punggung
Leopold III : Teraba tidak bulat, tidak lenting, tidak keras
(bokong)
9. Pigmentasi:
Linea nigra : Terdapat linea nigra (+)
Striae : Terdapat striae (+)
Fungsi pencernaan : Tidak ada masalah pada fungsi pencernaan
Masalah Khusus : Tidak ada masalah khusus
10. Perineum dan genital
Vagina : Keluar darah berwarna merah segar
Varises : Tidak terdapat varises
Kebersihan : (-) Karena ada darah yang keluar dari vagina klien
Keputihan : Ibu mengalami keputihan
Jenis/warna : Putih Jernih
Konsistensi : sedikit kental
Bau : Tidak bau
Hemorrhoid : Tidak mengalami hemoroid
11. Ekstremitas
Ekstremitas Atas : Tidak terdapat edema
Eksremitas Bawah : Tidak terdapat edema dan tidak terdapat
verises
12. Eliminasi
BAK : Selama hamil ibu buang air kecil 4-5 kali / hari, urine
berwarna kuning
BAB : 1-2 kali / hari, feses lunak dan sekali-kali keras
13. Istirahat dan Kenyamanan
Selama hamil ibu tidur pada saat malam hari pukul 21.00 – 04.30
WIB (± 7 jam ) dan tidur siang 2 jam .
19
15. Nutrisi dan cairan
Asupan nutrisi: Selama hamil ibu makan 3x /hari dengan nasi, sayur,
lauk-pauk. Selama hamil ibu makan sering nambah.
Asupan Cairan: Minum sehari > 8 gelas air putih /hari.
16. Keadaan Mental
Adaptasi psikologi: Pasien merasa cemas dengan kondisinya
sekarang.
Penerimaan terhadap kehamilan: Pasien menyadari tentang
kondisinya yang tidak memungkinkan melahirkan normal
Masalah khusus : Tidak ada masalah khusus pada keadaan mental
ibu
E. Persiapan persalinan
Selama hamil ibu mengkonsumsi tablet Fe sebanyak 1x/minggu. Ibu tidak
pernah melakukan atau mengikuti senam hamil sama sekali. Awalnya ibu
belum ada persiapan sama sekali, akan tetapi sekarang pasien sudah mulai siap
untuk melahirkan secara secsio sesarea.
F. Hasil pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaa Hasil Nilai normal
n
Hemoglobin 8 g/dl 12-16 g/dl
Hemotokrit 65 % 37-54 %
20
merasa lemas sejak
perdarahan
3) Klien mengatakan
mudah lelah saat
melakukan aktivitas
Data objektif:
1) TD: 100/70 mmHg
Nadi: 110 x/menit
RR: 28 x/menit
Suhu: 38°c
1) Pasien tampak lemah
2) Bibir pucat
3) Mukosa bibir kering
4) Ht: 65%
2 Data subjektif: Kekurangan volume Risiko syok
1) Klien mengatakan cairan (perdarahan)
darah keluar dari
vaginanya sudah 1
minggu
2) Klien mengatakan
sudah menggunakan 3
pembalut dalam sehari
Data objektif:
1) Nadi: 110 x/menit
RR: 28 x/menit
TD: 90/60 mmHg
2) Klien tampak lemah
3) Hb: 8 g/dl
H. Diagnosa keperawatan
21
1. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (perdarahan)
2. Risiko syok berhubungan dengan kekurangan volume cairan (perdarahan)
22
PERENCANAAN KEPERAWATAN
23
saat melakukan aktivitas Dengan Kriteria hasil : terdapat reaksi transfusi mencegah terjadinya
1. Hemoptysis 1/2/3/4/5 kesalahan tranfusi ke klien
2. Distensi abdomen 1/2/3/4/5 5. Menjaga tekanan osmotik
Data objektif:
3. Perdarahan vagina 1/2/3/4/5 darah tetap sama sebelum
4. Tekanan darah 1/2/3/4/5 dilakukan transfusi
1. TD: 100/70 mmHg 6. Transfusi darah dalam waktu
lebih dari 4 jam berisiko
Nadi: 110 x/menit darah mengalami pembekuan
RR: 28 x/menit sehinnga susah mengalir
pada selang intravena
Suhu: 38°c 7. Menghentikan transfusi jika
muncul tanda reaksi
2. Pasien tampak lemah
transfusi, berupa: demam,
3. Bibir pucat nyeri perut, muntah, dan
diare.
4. Mukosa bibir kering
5. Ht: 65% SIKI : Manajemen perdarahan 1. Menanyakan apakah ada
akhir masa kehamilan riwayat perdarahan pada
1. Identifikasi riwayat kehamilan sebelumnya
kehilangan darah 2. Mengidentifikasi usia gestasi
2. Identifikasi perkiraan usia mengetahui usia kehamilan
gestasi menggunakan HPHT sehingga tahu penyebab
3. Periksa perineum perdarahan
4. Periksa kontraksi 3. Memeriksa perineum apakah
ada cedera atau tidak
4. Mengetahui adanya tanda
kontraksi seperti: perut
menegang dan terasa kram
2. Risiko syok berhubungan dengan Setelah Diberikan Intervensi SIKI : manajemen perdarahan
kekurangan cairan (perdarahan) Keperawatan Selama… X … pervaginam
24
Jam, Diharapkan Pasien Mampu 1. Identifikasi keluhan ibu 1. Mengetahui keluhan ibu
Data subjektif: Menunjukkan: 2. Monitor keadaan uterus dan yang berhubungan dengan
abdomen perdarahan
1. Klien mengatakan darah keluar 3. Monitor kesadaran dan tanda 2. Memantau terus keadaan
SLKI : Status cairan vital uterus dan abdomen ibu
dari vaginanya sudah 1 minggu
Ditingkatkan pada level… 4. Kolaborasi pemberian apakah ada tanda-tanda
2. Klien mengatakan sudah Dipertahankan pada level… antikoagulan kontraksi
3. Memantau tingkat kesadaran
menggunakan 3 pembalut dalam Pada Level: jangan sampai menurun dan
sehari tanda-tanda vital selalu stabil
1= Meningkat 4. Pembeian antikoagulan
2= Cukup meningkat untuk membantu proses
3= Sedang pembekuan darah
Data objektif: 4= Cukup menurun
5=Menurun
SIKI: Manajemen hipovolemia
1. Nadi: 110 x/menit 1. Periksa tanda dan gejala 1. Mengetahui apakah ada
hipovolemia tanda dan gejala hipovolemia
RR: 28 x/menit Dengan kriteria hasil :
2. Monitor intake dan output seperti seperti tekanan darah
1. Perasaan lemah1/2/3/4/5
menurun, naditeraba lemah,
TD: 90/60 mmHg 2. Keluhan haus1/2/3/4/5 3. Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral volume urin menurun, turgor
3. Kadar Hb 1/2/3/4/5
2. Klien tampak lemah 4. Kadar Ht 1/2/3/4/5
kulitmenurun, dll.
2. Memantau pemasukan dan
3. Hb: 8 g/dl pengeluaran cairan tetap
seimbang
3. Mencegah terjadinya
hipovolemia dan risiko syok
25
DAFTAR PUSTAKA
Fletcher, Gillian. 2012. Myles Buku Ajar Bidan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
26