Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Menurut World Health Organitation (WHO), kematian ibu adalah
kematian selama kehamilan atau dalam periode 42 hari setelah persalinan
akibat semua sebab yang berhubungan langsung maupun tidak langsung,
terkait dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya. Sekitar
80% kematian maternal merupakan akibat meningkatnya komplikasi selama
kehamilan, persalinan, dan setelah persalinan. Menurut laporan WHO yang
telah dipublikasikan pada tahun 2015 Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia
mencapai angka 303.000 jiwa (WHO, 2015).
Plasenta previa merupakan salah satu perdarahan antepartum. Belum
diketahui secara pasti penyebabnya, namun kerusakan dari endometrium
pada persalinan sebelumnya dan gangguan vaskularisasi desidua dianggap
sebagai mekanisme yang mungkin menjadi faktor penyebab terjadinya
plasenta previa (Chalik, 2014).
Kejadian plasenta previa dapat meningkat karena faktor usia yaitu usia
risiko tinggi dalam kehamilan, yaitu usia kurang dari 20 tahun dan usia
lebih dari 35 tahun. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh
Widyastuti dan susilowati di Rumah sakit umum daerah Palembang,
didapatkan hasil risiko plasenta previa pada ibu yang usianya kurang dari
20 tahun dan lebih dari 35 tahun, dua kali lipat dibandingkan dengan ibu
yang usianya 20 tahun sampai 35 tahun (Kutipan FK unand, 2015).
Plasenta previa insidennya pada negara berkembang lebih tinggi
dari negara maju. Di negara maju insidennya lebih rendah yaitu kurang dari
1%. Pada beberapa rumah sakit umum pemerintah dilaporkan insidennya
berkisar 1,7% sampai dengan 2,9%, meskipun demikian plasenta previa
dapat membahayakan bagi ibu karena perdarahan yang dapat menyebabkan
morbiditas maupun mortalitas. Oleh karena itu, penulis coba membuat
asuhan keperawatan tentang plasenta previa untuk menambah pengetahuan
pembaca mengenai apa itu plasenta previa.

1
B. Rumusan masalah
1. Apa definisi dari plasenta previa?
2. Apa etiologi dari plasenta previa?
3. Apa klasifikasi dari plasenta previa?
4. Bagaimana patofisiologi plasenta previa?
5. Bagaimana woc dari plasenta previa?
6. Bagaimana manifestasi klinis plasenta previa?
7. Apa komplikasi dari plasenta previa?
8. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari plasenta previa?
9. Bagaimana penatalaksanaan dari plasenta previa?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien plasenta previa?

C. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
1) Mengetahui definisi dari plasenta previa
2) Mengetahui etiologi dari plasenta previa
3) Mengetahui klasifikasi dari plasenta previa
4) Mengetahui patofisiologi plasenta previa
5) Mengetahui woc dari plasenta previa
6) Mengetahui manifestasi klinis plasenta previa
7) Mengetahui komplikasi dari plasenta previa
8) Mengetahui pemeriksaan penunjang dari plasenta previa
9) Mengetahui penatalaksanaan dari plasenta previa
10) Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien plasenta previa
2. Tujuan khusus
Mahasiswa mengetahui tentang plasenta previadan mampu menerapkan
asuhan keperawatan yang komprehensif kepada pasien dengan kasus plasenta
previa.

D. Manfaaat penulisan
1. Mahasiswa mengetahui definisi dari plasenta previa
2. Mahasiswa mengetahui etiologi dari plasenta previa

2
3. Mahasiswa mengetahui klasifikasi dari plasenta previa
4. Mahasiswa mengetahui patofisiologi plasenta previa
5. Mahasiswa mengetahui woc dari plasenta previa
6. Mahasiswa mengetahui manifestasi klinis plasenta previa
7. Mahasiswa mengetahui komplikasi dari plasenta previa
8. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan penunjang dari plasenta previa
9. Mahasiswa mengetahui penatalaksanaan dari plasenta previa
10. Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan pada pasien plasenta previa

3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada
tempat abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi
sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal)
(Mochtar, 2011).
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada
segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan lahir (Saifudin, 2009).
Plasenta previa adalah plasenta yang abnormal, yaitu pada segmen bawah
uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.
Pada keadaan normal plasenta berada pada bagian atas uterus (Chalik, 2014).

B. Etiologi
Plasenta previa merupakan salah satu penyebab serius perdarahan
pada periode trimester ketiga. Disamping masih banyak penyebab plasenta
previa yang belum diketahui atau belum jelas, bermacam – macam teori dan
faktor – faktor di kemukakan sebagai etiologinya (Mochtar, 2011).
1. Endometrium yang inferior
2. Chorion leave yang persisten
3. Korpus luteum yang bereaksi lembat
Strassmann mengatakan bahwa faktor terpenting adalah vaskularisasi
yang kurang pada desidua yang menyebabkan artrofi dan peradangan,
sedangkan Browne menekankan bahwa faktor terpenting ialah vili khorialis
persisten pada desidua kapsula (Mochtar, 2011). Hal ini faktor-faktor
penyebab yang biasanya terjadi pada wanita dengan kondisi sebagai berikut:
1. Umur dan paritas
a. Pada primigravida, umur di atas 35 tahun lebih sering daripada umur
dibawah 25 tahun
b. Lebih sering pada paritas tinggi dari paritas rendah

4
c. Di Indonesia, menurut Toba, plasenta previa banyak dijumpai pada
umur muda dan paritas kecil, hal ini disebabkan banyak wanita
Indonesia menikah pada usia muda dimana endometrium masih
belum matang (inferior).
2. Hipoplasia endometrium: bila kawin dan hamil pada umur muda
3. Endometrium cacat pada bekas persalinan berulang-ulang, bekas operasi,
kuretase, dan manual plasenta.
4. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap
menerima hasil konsepsi.
5. Tumor-tumor seperti mioma uteri, polip endomterium.
6. Kadang-kadang pada malnutrisi
7. Riwayat pembedahan rahim, termasuk seksio sesarea (risiko
meningkat seiring peningkatan jumlah seksio sesarea).

Seksio sesarea yaitu pembedahan untuk melahirkan janin dengan


membuka dinding perut dan dinding uterus (Mochtar, 2012 Hal:85). Dalam
hubungan ini perlu diingat bahwa seorang ibu yang telah mengalami
pembedahan itu merupakan seorang yang mempunyai parut dalam uterus
dan tiap kehamilan serta persalinan berikut memerlukan pengawasan yang
cermat berhubung dengan bahaya rupture uteri.
Menurut Chalik, 2014 penyebab terjadinya plasenta previa
diantaranya adalah mencakup :
1. Perdarahan
2. Usia lebih dari 35 tahun
3. Multiparitas
4. Pengobatan infertilitas
5. Multiple gestation
6. Erythroblastosis
7. Riwayat operasi/pembedahan uterus sebelumnya
8. Keguguran berulang
9. Status sosial ekonomi yang rendah
10. Jarak antar kehamilan yang pendek

5
11. Merokok

C. Klasifikasi
Klasifikasi plasenta previa menurut Chalik, 2014 didasarkan atas
terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu
tertentu, yaitu :
1. Plasenta previa totalis: seluruh ostium internum tertutup oleh plasenta.
2. Plasenta previa latelaris: hanya sebagian dari ostium tertutup oleh
plasenta.
3. Plasenta previa marginalis: hanya pada pinggir ostium terdapat jaringan
plasenta.
4. Plasenta letak rendah: plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah
rahim demikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih
kurang dari 2 cm dari ostium uteri internum. Jarak yang lebih dari 2 cm
dianggap sebagai plasenta letak normal.
Menurut de Snoo (Mochtar, 2011), berdasarkan pada pembukaan 4-5 cm:
1. Plasenta previa sentralis (totalis), bila pada pembukaan 4-5 cm teraba
plasenta menutupi seluruh ostium.
2. Plasenta previa lateralis, bila pada pembukaan 4-5 cm sebagian
pembukaan ditutupi oleh plasenta, dibagi 3:
a. Plasenta previa latelaris posterior: bila sebagian menutupi ostium
bagian belakang
b. Plasenta previa latelaris anterior: bila menutupi ostium bagian depan
c. Plasenta previa marginalis: bila sebagian kecil atau hanya pinggir
ostium yang ditutupi plasenta.

Menurut penulis buku – buku Amerika Serikat (Mochtar, 2011):

1. Plasenta previa totalis: seluruh ostium di tutupi plasenta


2. Plasenta previa partialis: sebagian ditutupi plasenta
3. Plasenta letak rendah: tepi plasenta berada 3-4 cm di atas pinggir
pembukaan, pada pemeriksaan dalam tidak teraba

6
Menurut Browne dalam pengarang Mochtar, 2011 plasenta previa
dibagi beberapa tingkatan:
1. Tingkat 1 (Lateral placenta previa): pinggir bawah plasenta berinsersi
sampai ke segmen bawah rahim namun tidak sampai ke pinggir
pembukaan.
2. Tingkat 2 (Marginal plasenta previa): plasenta mencapai pinggir
pembukaan (ostium).
3. Tingkat 3 ( Completeplasenta previa): plasenta menutupi osteum waktu
tertutup dan tidak menutupi bila pembukaan hampir lengkap.
4. Tingkat 4 (central plasenta previa): plasenta menutupi seluruhnya pada
pembukaan hampir lengkap.

Sumber dari Flecther, 2012: klasifikasi plasenta previa

D. Patofisiologi
Menurut Chalik (2014), Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh
plasenta previa umumnya terjadi pada triwulan ketiga karena saat itu
segmen bawah uterus lebih mengalami perubahan berkaitan dengan semakin
tuanya kehamilannya, dan mulai terbentuknya segmen bawah rahim, tapak
plasenta akan mengalami pelepasan.
Perdarahan di tempat itu relatif dipermudah dan diperbanyak oleh karena
segmen bawah rahim dan serviks tidak mampu berkontraksi dengan kuat
karena elemen otot yang dimilikinya sangat minimal, dengan akibat

7
pembuluh darah pada tempat itu tidak akan tertutup sempurna. Perdarahan
akan berhenti karena terjadi pembekuan kecuali jika ada laserasi mengenai
sinus yang besar dari plasenta pada mana perdarahan akan berlangsung lebih
banyak dan lebih lama.
Oleh karena pembentukan segmen bawah rahim itu akan berlangsung
progresif dan bertahap, maka laserasi baru akan mengulang kejadian
perdarahan. Demikianlah perdarahan akan berulang tanpa sesuatu sebab
lain. Darah yang keluar berwarna merah segar tanpa rasa nyeri. Pada
plasenta yang seluruh ostium uteri internum perdarahan terjadi lebih awal
dalam kehamilan oleh karena segmen bawah rahim terbentuk lebih dahulu
pada bagian terbawah yaitu pada ostium uteri internum.
Sebaliknya, pada plasenta previa parsialis atau letak rendah, perdarahan
baru terjadi pada waktu mendekati atau mulai persalinan. Perdarahan pertama
biasanya sedikit tetapi cenderung lebih banyak pada perdarahan berikutnya.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dinding segmen bawah rahim yang
tipis mudah diinvasi oleh pertumbuhan vili dari trofoblas, akibatnya plasenta
melekat lebih kuat pada dinding uterus.

8
E. WOC
1. Riwayat aborsi Kehamilan > 35 tahun
Kehamilan ganda 2. Riwayat inisisi uterus
3. Riwayat kelahiran
Embrio lebih besar
Uterus tua
dari satu
Kerusakan
Kebutuhan O2 lapisan uterus Vaskularisasi
dan nutrisi uterus menurun
meningkat
Penipisan
endometrium Plasenta
Plasenta lebih memperluaskan
besar permukaan
Vaskularisasi uterus tempat
blastosit berimplantasi

Blastosit mencari tempat


yang lebih baik

Blastosit implantasi didekat


segmen bawah uterus

Plasenta menutupi seluruh


atau sebagian jalan lahir

Plasenta previa

Pembentukkan segmen bawah Menutupi pembukaan jalan


uterus dan dilatasi ostium uteri lahir

Tipisnya pembuluh darah Seksio cesarea


serviks dan uterus segmen
bawah
Luka post operasi
MK: GANGGUAN Merangsang area
RASA NYAMAN sensori motorik
Kontraksi uterus
Jaringan terputus
MK:
Perdarahan Volume darah PENURUNAN
menurun MK: RESIKO
CURAH
INFEKSI
JANTUNG
MK:
HIPOVOLEMIA Hipoksia jaringan/organ
9 MK: RISIKO CEDERA
pada janin
PADA JANIN
F. Manifestasi klinis
Menurut Mochtar (2012) Gejala Utama Plasenta Previa yaitu :
1. Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang
berwarna merah segar, tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri.
2. Perdarahan yang terjadi pertama kali biasanya tidak banyak dan tidak
berakibat fatal. Perdarahan berikutnya hampir selalu lebih banyak dari
sebelumnya. Perdarahan pertama sering terjadi pada trimester ketiga.
3. Pada uterus tidak teraba keras dan tidak tegang.
4. Janin mungkin masih hidup atau sudah mati, tergantung banyaknya
perdarahan, sebagian besar kasus, janinnya masih hidup.
5. Pada ibu, tergantung keadaan umum dan jumlah darah yang hilang,
perdarahan yang sedikit demi sedikit atau dalam jumlah banyak dengan
waktu yang singkat, dapat menimbulkan anemia sampai syok.
6. Pada janin, turunnya bagian terbawah janin ke dalam Pintu Atas Panggul
(PAP) akan terhalang, tidak jarang terjadi kelainan letak janin (letak janin
sunsang) dalam rahim, dan dapat menimbulkan aspiksia sampai kematian
janin dalam rahim.

G. Komplikasi
Berikut ini adalah kemungkinan komplikasi plasenta previa oleh Chalik
(2014) dan Mochtar (2012):
1. Pertumbuhan janin lambat karena pasokan darah yang tidak
mencukupi, adanya atrofi pada desidua dan vaskularisasi yang berkurang
menyebabkan suplai darah dari ibu ke janin berkurang. Dalam darah
terdapat oksigen dan zat-zat makanan yang dibutuhkan tubuh janin untuk
berkembang. Kekuranagan suplai darah menyebabkan suplai makanan
berkurang.
2. Anemia janin, tekanan yang ditimbulkan terus menerus pada plasenta
akan mengurangi sirkulasi darah antara uterus dan plasenta sehingga
suplai darah ke janin berkurang.
3. Janin yang tertekan akibat rendahnya pasokan oksigen. Berkurangnya
suplai darah berarti suplai oksigen dari ibu ke janin juga berkurang.

10
4. Shock dan kematian ibu jika pendarahan berlebihan. Pada kasus
yang terbengkalai, bila ibu tidak mendapatkan pertolongan transfuse
darah akibat banyak kehilangan darah akibat perdarahan hebat dapat
menyebabkan shock bahkan kematian pada ibu.
5. Infeksi dan pembentukan bekuan darah. Luka pada sisa robekan plasenta
rentan menimbulkan infeksi intrauterine. Ibu dengan anemia berat karena
perdarahan dan infeksi intrauterine, baik seksio sesarea maupun persalinan
pervaginam sama-sama tidak mengamankan ibu maupun janinnya.
6. Kehilangan darah yang membutuhkan transfuse. Kehilangan banyak
darah akibat perdaahan hebat perlu mendapatkan pertolongan transfuse
segera. Perdarahan merupakan factor dominant penyebab kematian
maternal khususnya di Negara Indonesia.

H. Pemeriksaan penunjang
1. Ultrasonografi atau USG
Penentuan lokasi plasenta secara ultrasonografi sangat tepat dan tidak
menimbulkan bahaya radiasi terhadap janin.
2. Pemeriksaan Dalam
Penentuan lokasi plasenta secara ultrasonografi sangat tepat dan tidak
menimbulkan bahaya radiasi terhadap janin.
3. Pemeriksaan Darah
Yaitu golongan darah, hemoglobin , hematokrit serta darah lengkap
dan kimia darah untuk menunjang persiapan operasi.
4. Sinar X
Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan
bagian-bagian tubuh janin.
5. Vaginal
Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya
ditunda jika memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai (lebih
baik sesuadah 34 minggu). Pemeriksaan ini disebut pula prosedur susunan
ganda (double setup procedure). Double setup adalah pemeriksaan steril

11
pada vagina yang dilakukan di ruang operasi dengan kesiapan staf dan alat
untuk efek kelahiran secara cesar.

I. Penatalaksanaan
1. Terapi ekspektatif (pasif)
Tujuan ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir prematur,
penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis
servisis. Upaya diagnosis dilakukan secara non invasif. Pemantauan klinis
dilakukan secara ketat dan baik (Mochtar, 2012 dan Chalik, 2014).
Syarat-syarat terapi ekspektatif:
a. Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian
berhenti, penanganan pasif pada kasus kehamilan preterm dengan
perdarahan sedikit kemudian berhenti di maksudkan dapat
memberikan kesempatan pada janin untuk tetap tumbuh dan
berkembang dalam kandungan sampai janin matur.
b. Belum ada tanda-tanda in partu, menunda tindakan pengakhiran
kehamilan segera pada kasus plasenta previa bila tidak terdapat tanda-
tanda inpartu ditujukkan untuk mempertahankan janin dalam
kandungan.
c. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas
normal).
d. Janin masih hidup.
Faktor- faktor yang menentukan sikap atau tindakan persalinan
mana yang akan dipilih adalah:
a. Jenis plasenta previa
b. Perdarahan banyak atau sedikit tetapi berulang-ulang
c. Keadaan umum ibu hamil
d. Keadaan janin hidup gawat atau meninggal
e. Pembukaan jalan lahir
f. Paritas atau jumlah anak hiduo
g. Fasilitas penolong dan rumah sakit

12
2. Terapi aktif
Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang
aktif dan banyak, harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa
memandang maturitas janin. Cara menyelesaikan persalinan dengan
plasenta previa (Mochtar, 2012):
a. Persalinana Abdominal dengan cara Seksio sesarea
Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk
menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak
punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan. Indikasi
seksio sesarea pada plasenta previa:
a) Semua plasenta previa sentralis, janin hidup atau meninggal,
semua plasenta previa lateralis, posterior karena perdarahan yang
sulit dikontrol dengan cara- cara yang ada.
b) Semua plasenta previa dengan perdarahan yang banyak dan tidak
berhenti dengan tindakan – tindakan yang ada.
c) Plasenta previa dengan panggul sempit, letak lintang.
Perdarahan pada bekas insersi plasenta kadang-kadang berlebihan
dan tidak dapat diatasi dengan cara-cara yang ada, jika hal ini
dijumpai tindakannya adalah: bila anak belum ada, untuk
menyelamatkan alat reproduktif dilakukan ligasi rteri hipogastrika,
dan bila anak sudah ada dan cukup, yang paling baik adalah
histerektomi.
d) Melahirkan pervaginam

Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta.


Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
1) Amniotomi dan akselerasi
Amniotomi atau pemecahan selaput ketuban adalah cara yang
terpilih untuk melancarkan persalinan per vaginam. Indikasi
amniotomi pada plasenta previa:
a. Plasenta previa latelaris atau marginalis atau letak rendah, bila
telah ada pembukaan

13
b. Pada primigravida dengan plasenta previa lateralis atau
marginalis dengan pembukaan 4 cm atau lebih
c. Plasenta previa lateralis/ marginalis dengan janin yang sudah
meninggal
Keuntungan amniotomi adalah:
a. Bagian terbawah janin yang berfungsi sebagai tampon akan
menekan plasenta yang berdarah dan perdarahan berkurang atau
berhenti
b. Partus akan berlangsung lebih cepat
c. Bagian plasenta yang berdarah dapat bebas mengikuti cincin
gerakan dan regangan segmen bawah rahim, sehingga tidak
ada lagi plasenta yang lepas.

Setelah ketuban dipecahkan berikan oksitosin drip 2,5 – 5


satuan dalam 500 cc dekstrosa 5%. Bila upaya diatas belum berhasil,
ada 2 cara lagi yang dapat dikerjakan terutama di daerah perifer
dimana fasilitas operasi tidak ada dari penderita tidak mau dirujuk ke
rumah sakit yang ada fasilitas operasinya.

2) Versi Braxton Hicks


Versi Baxton Hicks dilakukan pada janin letak kepala, untuk
mencari kaki supaya dapat ditarik keluar. Bila janin letak
sungsang atau letak kaki, menarik kaki keluar akan lebih mudah.
Kaki diikat dengan kain kasa, dikatrol, dan diberi beban seberat 50
-100 gr.
3) Traksi dengan Cunam Willet
Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam Willet, kemudian beri
beban secukupnya sampai perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang
efektif untuk menekan plasenta dan seringkali menyebabkan
pendarahan pada kulit kepala. Tindakan ini biasanya dikerjakan
pada janin yang telah meninggal dan perdarahan tidak aktif.

14
Menurut Manuaba (2008) Plasenta previa dengan perdarahan
merupakan keadaan darurat kebidanan yang memerlukan penanganan
yang baik. Bentuk pertolongan pada plasenta previa adalah:
1) Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan
ibu dan anak untuk mengurangi kesakitan dan kematian.
2) Memecahkan ketuban di atas meja operasi selanjutnya pengawasan
untuk dapat melakukan pertolongan lebih lanjut.
3) Bidan yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat
mengambil sikap melakukan rujukan ke tempat pertolongan yang
mempunyai fasilitas yang cukup.

15
BAB III
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN PRENATAL

Kasus: Ny. A 28 tahun datang ke RS M.Yunus bersama suaminya dengan


membawa surat rujukan dari bidan. Tertulis disurat status obstetri G3P1A1
dengan susp. Plasenta previa. Saat wawancara, klien mengeluh keluar darah dari
vaginanya tapi tidak disertai rasa nyeri, mengeluh lemas dan lelah saat melakukan
aktivitas.

Tanggal Pengkajian : 03 September 2019


Ruangan/RS : Mawar/RS. M.Yunus
No.reg : 808121

A. Identitas klien
Initial Klien : Ny.A
Usia : 28 tahun
Status Perkawinan : Istri
Pekerjaan : IRT
Pendidikan Terakhir : SMP
B. Keluhan utama
Klien datang ke rumah sakit dengan keluhan keluar darah dari vaginanya
sejak 1 minggu ini, seperti menstruasi, pada hari pertama darah yang keluar
baru sedikit, tetapi semakin hari semakin banyak, hari ini sudah menggunakan
3 pembalut. Klien juga mengatakan sejak keluar darah dari vaginanya
badannya merasa lemas dan mudah lelah saat melakukan aktivitas.
C. Riwayat Kehamilan dan Persalinan yang lalu
No Tahun Jenis Penolong Jenis Keadaan bayi Masalah
Kelamin waktu lahir kehamilan
Persalinan

1 2003 Perempuan Bidan Normal Bayi lahir dengan Tidak ada


berat badan 2800
gram

2 2016 - Dokter Abortus Usia kehamilan 16 Perdarahan


minggu aktif (+)

Pengalaman menyusui : Pernah menyusui

Berapa lama : Sampai usia bayi 2 tahun

16
Riwayat Ginekologi : Pasien menarche pada usia 12 tahun, siklus haidnya
28 hari teratur dan ibu mengatakan pernah
mengalami perdarahan pervaginam sebelumnya dan
mengalami keguguraan pada usia kehamilan 16
minggu.

Masalah Ginekologi :Saat menstruasi pasien sering mengalami


disminorea pada hari pertama dan pengeluaran darah
pervaginam berwarna merah segar pada kehamilan
saat ini.

Riwayat KB :Ibu mengatakan riwayat KB terakhir yang dipakai


oleh ibu adalah KB suntik 3 bulan.

D. Riwayat Kehamilan saat ini


1. HPHT : 25 Januari 2019
2. Taksiran Partus : 29 Oktober 2019
3. BB Sebelum Hamil : 68 kg
4. TD Sebelum hamil : 120/80 mmHg
TD BB/TB TFU Letak/presentasi DJJ
Usia Gestasi
Janin

90/60 65 kg/160 30 cm Sunsang/teraba 122x/menit 28 minggu 5 hari


mmHg cm tidak bulat, tidak ireguler

lenting, tidak
keras (bokong)
Keluhan : Keluar darah berwarna merah segar dari vaginanya namun tidak
disertai rasa nyeri.
Data umum kesehatan saat ini
1. Status Obstretik : G3P1A1
2. Keadaan umum : Lemah
3. Kesadaran : Compos Mentis
4. BB/TB : 65Kg/160 cm
5. Tanda Vital :
 Tekanan Darah : 90/60 mmHg
 Nadi : 100 x/menit
 Suhu : 380c
 Pernafasan : 28 x/menit

17
6. Kepala – Leher:
 Kepala : Rambut dan kepala bersih, warna hitam, tidak ada
rambut rontok selama kehamilan, tidak ada massa
dan tidak ada nyeri tekan
 Mata : Kongjungtiva anemis, sklera ikterik
 Hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung
 Mulut : Bibir pucat, mukosa bibir kering, tidak ada
pembengkakan gusi, tidak ada caries, warna lidah
merah muda dan bersih
 Telinga : Telinga bersih dan tidak ada pengeluaran cairan
dari telinga
 Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe,
tidak ada hiperpigmentasi di leher
 Masalah Khusus : Tidak ada masalah khusus

7. Dada
 Jantung : Nadi 110x/menit, bunyi jantung 1 dan bunyi
jantung 2 terdengar jelas dan tidak ada suara
merembes (murmur)
 Paru : Frekuensi nafas 28 x/menit, suara nafas vesikuler
dan tidak ada suara nafas tambahan
 Payudara : Hiperpigmentasi aerola, simetris, tidak ada dilatasi
pembuluh darah, tidak ada striae. Tidak ada
benjolan dan nyeri tekan, asi yang keluar berwarna
kuning (kolostrum)
 Puting Susu : Kedua putting menonjol
8. Abdomen
 Uterus : Tidak teraba keras dan tegang, dan tidak ada nyeri
tekan
 TFU : 30 cm
 Kontraksi : Terdapat kontraksi (tanda: perut terasa kencang,
terasa kram
 Leopold I : Teraba keras, bulat dan bergerak (Kepala)
 Leopold II : Teraba lurus, keras seperti papan

18
Kanan : punggung
Kiri : punggung
 Leopold III : Teraba tidak bulat, tidak lenting, tidak keras
(bokong)
9. Pigmentasi:
 Linea nigra : Terdapat linea nigra (+)
 Striae : Terdapat striae (+)
 Fungsi pencernaan : Tidak ada masalah pada fungsi pencernaan
 Masalah Khusus : Tidak ada masalah khusus
10. Perineum dan genital
 Vagina : Keluar darah berwarna merah segar
 Varises : Tidak terdapat varises
 Kebersihan : (-) Karena ada darah yang keluar dari vagina klien
 Keputihan : Ibu mengalami keputihan
 Jenis/warna : Putih Jernih
 Konsistensi : sedikit kental
 Bau : Tidak bau
 Hemorrhoid : Tidak mengalami hemoroid
11. Ekstremitas
 Ekstremitas Atas : Tidak terdapat edema
 Eksremitas Bawah : Tidak terdapat edema dan tidak terdapat
verises
12. Eliminasi
 BAK : Selama hamil ibu buang air kecil 4-5 kali / hari, urine
berwarna kuning
 BAB : 1-2 kali / hari, feses lunak dan sekali-kali keras
13. Istirahat dan Kenyamanan
Selama hamil ibu tidur pada saat malam hari pukul 21.00 – 04.30
WIB (± 7 jam ) dan tidur siang 2 jam .

14. Mobilisasi dan latihan


Klien adalah seorang ibu rumah tangga, sahari-hari mengurusi
rumah, anak dan suaminya.

19
15. Nutrisi dan cairan
 Asupan nutrisi: Selama hamil ibu makan 3x /hari dengan nasi, sayur,
lauk-pauk. Selama hamil ibu makan sering nambah.
 Asupan Cairan: Minum sehari > 8 gelas air putih /hari.
16. Keadaan Mental
 Adaptasi psikologi: Pasien merasa cemas dengan kondisinya
sekarang.
 Penerimaan terhadap kehamilan: Pasien menyadari tentang
kondisinya yang tidak memungkinkan melahirkan normal
 Masalah khusus : Tidak ada masalah khusus pada keadaan mental
ibu
E. Persiapan persalinan
Selama hamil ibu mengkonsumsi tablet Fe sebanyak 1x/minggu. Ibu tidak
pernah melakukan atau mengikuti senam hamil sama sekali. Awalnya ibu
belum ada persiapan sama sekali, akan tetapi sekarang pasien sudah mulai siap
untuk melahirkan secara secsio sesarea.
F. Hasil pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaa Hasil Nilai normal
n
Hemoglobin 8 g/dl 12-16 g/dl
Hemotokrit 65 % 37-54 %

2. Hasil pemeriksaan USG


Tampak janin letak sungsang, kepala di leopold I dan bokong di
leopold III. Terlihat plasenta previa parsialis atau letak rendah.
G. Analisa data
N Data Senjang Etiologi Masalah
O
1 Data subjektif: Kehilangan cairan Hipovolemia
1) Klien mengatakan ada aktif (perdarahan)
darah merah segar
yang keluar dari
vaginanya
2) Klien mengatakan

20
merasa lemas sejak
perdarahan
3) Klien mengatakan
mudah lelah saat
melakukan aktivitas

Data objektif:
1) TD: 100/70 mmHg
Nadi: 110 x/menit
RR: 28 x/menit
Suhu: 38°c
1) Pasien tampak lemah
2) Bibir pucat
3) Mukosa bibir kering
4) Ht: 65%
2 Data subjektif: Kekurangan volume Risiko syok
1) Klien mengatakan cairan (perdarahan)
darah keluar dari
vaginanya sudah 1
minggu
2) Klien mengatakan
sudah menggunakan 3
pembalut dalam sehari

Data objektif:
1) Nadi: 110 x/menit
RR: 28 x/menit
TD: 90/60 mmHg
2) Klien tampak lemah
3) Hb: 8 g/dl

H. Diagnosa keperawatan

21
1. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (perdarahan)
2. Risiko syok berhubungan dengan kekurangan volume cairan (perdarahan)

22
PERENCANAAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Ny. A UMUR : 28 tahun

RUANGAN :MAWAR NO.REG : 808121

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA KEPERAWATA N TUJUAN /KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL


(SLKI) KEPERAWATAN (SIKI)

1 Hipovolemia berhubungan dengan Setelah Diberikan Intervensi SIKI : Transfusi darah


kehilangan cairan aktif (perdarahan) Keperawatan Selama… X … Observasi:
Jam, Diharapkan Pasien Mampu 1. Identifikasi rencana transfusi 1. Mengidentifikasi rencana
Menunjukkan: 2. Monitor tanda-tanda vital kapan dilakukannya transfusi
sebelum, selama dan setelah darah
Data subjektif: SLKI : Tingkat perdarahan transfusi 2. Memantau adanya perubahan
 DitingkatkanKe… 3. Monitor reaksi transfusi tanda- tanda vital tubuh
1. Klien mengatakan ada darah  DipertahankanPada… Terapeutik: menerima darah baru
merah segar yang keluar dari 4. Lakukan pengecekkan ganda 3. Memantau adanya perubahan
pada label darah respon tubuh dalam
vaginanya Pada Level: 5. Berikan NaCl 0.9% 50-100 menerima zat baru yang
ml sebelum transfusi menurutnya sedikit asing
2. Klien mengatakan merasa lemas  1= Meningkat dilakukan 4. Mengecek golongan darah,
 2= Cukup meningkat 6. Berikan transfusi dalam rhesus, tanggal kadaluwarsa,
sejak perdarahan  3= Sedang waktu maksimal 4 jam nomor seri, jumlah dan
3. Klien mengatakan mudah lelah  4= Cukup menurun 7. Hentikan transfusi jika identitas pasien untuk
 5=Menurun

23
saat melakukan aktivitas Dengan Kriteria hasil : terdapat reaksi transfusi mencegah terjadinya
1. Hemoptysis 1/2/3/4/5 kesalahan tranfusi ke klien
2. Distensi abdomen 1/2/3/4/5 5. Menjaga tekanan osmotik
Data objektif:
3. Perdarahan vagina 1/2/3/4/5 darah tetap sama sebelum
4. Tekanan darah 1/2/3/4/5 dilakukan transfusi
1. TD: 100/70 mmHg 6. Transfusi darah dalam waktu
lebih dari 4 jam berisiko
Nadi: 110 x/menit darah mengalami pembekuan
RR: 28 x/menit sehinnga susah mengalir
pada selang intravena
Suhu: 38°c 7. Menghentikan transfusi jika
muncul tanda reaksi
2. Pasien tampak lemah
transfusi, berupa: demam,
3. Bibir pucat nyeri perut, muntah, dan
diare.
4. Mukosa bibir kering
5. Ht: 65% SIKI : Manajemen perdarahan 1. Menanyakan apakah ada
akhir masa kehamilan riwayat perdarahan pada
1. Identifikasi riwayat kehamilan sebelumnya
kehilangan darah 2. Mengidentifikasi usia gestasi
2. Identifikasi perkiraan usia mengetahui usia kehamilan
gestasi menggunakan HPHT sehingga tahu penyebab
3. Periksa perineum perdarahan
4. Periksa kontraksi 3. Memeriksa perineum apakah
ada cedera atau tidak
4. Mengetahui adanya tanda
kontraksi seperti: perut
menegang dan terasa kram

2. Risiko syok berhubungan dengan Setelah Diberikan Intervensi SIKI : manajemen perdarahan
kekurangan cairan (perdarahan) Keperawatan Selama… X … pervaginam

24
Jam, Diharapkan Pasien Mampu 1. Identifikasi keluhan ibu 1. Mengetahui keluhan ibu
Data subjektif: Menunjukkan: 2. Monitor keadaan uterus dan yang berhubungan dengan
abdomen perdarahan
1. Klien mengatakan darah keluar 3. Monitor kesadaran dan tanda 2. Memantau terus keadaan
SLKI : Status cairan vital uterus dan abdomen ibu
dari vaginanya sudah 1 minggu
 Ditingkatkan pada level… 4. Kolaborasi pemberian apakah ada tanda-tanda
2. Klien mengatakan sudah  Dipertahankan pada level… antikoagulan kontraksi
3. Memantau tingkat kesadaran
menggunakan 3 pembalut dalam Pada Level: jangan sampai menurun dan
sehari tanda-tanda vital selalu stabil
 1= Meningkat 4. Pembeian antikoagulan
 2= Cukup meningkat untuk membantu proses
 3= Sedang pembekuan darah
Data objektif:  4= Cukup menurun
 5=Menurun
SIKI: Manajemen hipovolemia
1. Nadi: 110 x/menit 1. Periksa tanda dan gejala 1. Mengetahui apakah ada
hipovolemia tanda dan gejala hipovolemia
RR: 28 x/menit Dengan kriteria hasil :
2. Monitor intake dan output seperti seperti tekanan darah
1. Perasaan lemah1/2/3/4/5
menurun, naditeraba lemah,
TD: 90/60 mmHg 2. Keluhan haus1/2/3/4/5 3. Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral volume urin menurun, turgor
3. Kadar Hb 1/2/3/4/5
2. Klien tampak lemah 4. Kadar Ht 1/2/3/4/5
kulitmenurun, dll.
2. Memantau pemasukan dan
3. Hb: 8 g/dl pengeluaran cairan tetap
seimbang
3. Mencegah terjadinya
hipovolemia dan risiko syok

25
DAFTAR PUSTAKA

Mochtar, Rustam. 2011. Sinopsis Obsetri Fisiologis dan Patologis.


Jakarta: EGC

Saifuddin, Abdul Bari. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal . Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Chalik, T.M.A .2014. Perdarahan Pada Kehamilan Lanjut dan Persalinan


dalam Ilmu Kebidanan. Jakarta: Editor Ketua Saifudin, Abdul Bari.
Cetakan Keempat. Penerbit : P.T Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Fletcher, Gillian. 2012. Myles Buku Ajar Bidan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC

26

Anda mungkin juga menyukai