Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1
4. Mampu menghitung besarnya angsuran PPh Pasal25 bagi wajib pajak baru, Bank,
sewa dengan hak opsi, BUMN dan BUMD.
5. Mampu menjelaskan secara rinci mengenai pengenaan PPh pasal 25 bagi Wajib Pajak
Orang Pribadi yang bertolak ke luar negeri.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Sesuai Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-22/PJ/2008 pada 21 Mei
2008, pembayaran harus dilakukan dengan membawa Surat Setoran Pajak (SSP) atau
dokumen sejenisnya.
Contoh 1:
Jumlah Pajak Penghasilan Tuan Dias yang
Terutang sesuai dengan SPT Tahunan PPh 2009 Rp 30.000.000,00
Pada tahun 2009, telah dibayar dan dipotong atau dipungut:
PPh Pasal 21 Rp 8.000.000,00
PPh Pasal 22 Rp 2.000.000,00
PPh Pasal 23 Rp 2.000.000,00
PPh Pasal 25 Rp 12.000.000,00 +
Rp 24.000.000,00 -
Kurang bayar (Pasal 29) tahun 2009 Rp 6.000.000,00
Besarnya angsuran PPh Pasal 25 tahun 2010 adalah:
PPh yang terutang tahun 2009 = Rp 30.000.000,00
Pengurangan:
1. PPh Pasal 21 Rp 8.000.000,00
2. PPh Pasal 22 Rp 2.000.000,00
3. PPh Pasal 23 Rp 2.000.000,00 +
Rp 12.000.000,00
Dasar perhitungan PPh Pasal 25 tahun 2010 Rp 18.000.000,00
Besarnya PPh pasal 25 per bulan :
Rp 18.000.000,00/12 = Rp 1.500.000,00
4
Jadi Tuan Dias harus membayar sendiri angsuran PPh Pasal 25 setiap bulan pada tahun
2010 mulai masa Maret sebesar Rp 1.500.000,00
5
3. Angsuran PPh Pasal 25 untuk setiap bulan dan sesudah adanya keputusan mengenai
kelebihan pembayaran pajak
Apabila PPh yang terutang menurut SPT Pajak Penghasilan Tahun Pajak yang lalu
lebih kecil dari jumlah PPh yang telah dibayar, dipotong/ dipungut selama Tahun Pajak
yang bersangkutan, dan oleh karena itu Wajib Pajak mengajukan permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak atau permohonan untuk memperhitungkan
dengan utang pajak lain, sebelum Direktur Jenderal Pajak memberikan keputusan
mengenai pengembalian atau memperhitungkan kelebhihan tersebut, maka besarnya
angsuran pajak untuk tiap bulan adalah sama dengan angsuran pajak untuk bulan terakhir
dari Tahun Pajak yang lalu. Setelah dikeluarkan surat keputusan, angsuran pajak untuk
bulan-bulan berikutnya setelah tanggal keputusan itu, dihitung berdasarkan jumlah pajak
yang terutang menurut keputusan tersebut.
Contoh 5:
SPT PPh 2009 yang disampaikan oleh WP dalam bulan maret 2010 menunjukkan
kelebihan pembayaran pajak sebesar Rp 40.000.000,00, sedangkan angsuran bulan dalam
tahun 2009 sebesar Rp 1.000.000,0. Atas permohonan pengembalian pajak tahun 2009
tersebut, Direktur Jenderal Pajak menerbitkan keputusan pada bulan Agustus 2010 yang
menghasilkan besarnya angsuran pajak setiap bulan untuk bulan Januari sampai dengan
bulan Agustus 2010 adalah sebesar Rp 1.000.000,00 dan mulai bulan September 2010
adalah nihil.
6
Contoh perhitungan pajak bagi wajib pajak yang berhak atas kompensasi kerugian:
Penghasilan PT Dira tahun 2001 Rp. 150.000.000,00. Sisa kerugian tahun lalu
yang masih dapat dikompensasikan adalah Rp. 200.000.000,00. Sisa kerugian yang
belum dikompensasikan tahun 2001 Rp. 50.000.000,00.
Penghitungan PPh Pasal 25 tahun 2002 :
Penghasilan yang dipakai sebagai dasar penghitungan angsuran PPh Ps 25 adalah
Rp 150.000.000,00 – Rp 50.000.000,00 = Rp 100.000.000,00
PPh Terutang (UU 36/2008) :
5% x Rp. 50.000.000,00 = Rp 2.500.000,00
15% x Rp. 50.000.000,00 = Rp 7.500.000,00
PPh terutang = Rp 10.000.000,00
7
2.6.4 Wajib Pajak Yang Mendapat Perpanjangan Penyampaian SPT
Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk bulan-bulan mulai batas waktu
penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan sampai dengan bulan sebelum
disampaikannya Surat Pemberitahuan Tahunan tersebut adalah sama dengan
besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 yang dihitung berdasarkan Surat
Pemberitahuan Tahunan sementara yang disampaikan Wajib Pajak pada saat
mengajukan permohonan ijin perpanjangan.
Apabila sesudah 3 bulan atau lebih berjalannya suatu tahun pajak, Wajib Pajak
dapat menunjukan bahwa Pajak Penghasilan yang akan terutang untuk tahun pajak
tersebut kurang dari 75% dari Pajak Penghasilan yang terutang yang menjadi dasar
penghitungan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25, Wajib Pajak dapat mengajukan
permohonan pengurangan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 secara tertulis
kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar.
Pengajuan permohonan pengurangan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 harus
disertai dengan penghitungan besarnya Pajak Penghasilan yang akan terutang
berdasarkan perkiraan penghasilan yang akan diterima atau diperoleh dan besarnya
Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk bulan-bulan yang tersisa dari tahun pajak yang
bersangkutan
2.7. Angsuran PPh pasal 25 bagi Wajib Pajak Baru, Bank, BUMN, BUMD dan Wajib
Pajak Tertentu lainnya.
Sesuai pasal 25 ayat 7 UU PPh, perhitungan PPh pasal 25 bagi Wajib Pajak Baru,
BUMN, BUMD dan Wajib Pajak tertentu lainnya ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
8
menyelenggarakan pencatatan dengan menggunakan Norma Penghitungan Netto
atau menyelenggarakan pembukuan tetapi dari pembukuannya tidak dapat dihitung
besarnya penghasilan netto setiap bulan, penghasilan netto fiskal dihitung
berdasarkan Norma Penghitungan Penghasilan Netto atas peredaran atau
penerimaan bruto. Untuk Wajib Pajak orang pribadi Baru, jumlah penghasilan neto
fiskal yang disetahunkan dikurangi terlebih dahulu dengan PTKP.
Contoh :
PT Almond, perusahaan yang baru berdiri terdaftar sebagai Wajib Pajak pada
bulan Juni 2009.
Selama Bulan Juni penjualan PT Almond sebesar Rp 100.000.000,00 dan
biaya-biaya yang terjadi adalah sebesar Rp 60.000.000,00.
Perhitungan PPh Pasal 25 untuk masa Juni 2009 adalah sebagai berikut:
Penjualan Rp 100.000.000,00
Biaya Rp 60.000.000,00 -
Penghasilan netto sebulan Rp 40.000.000,00
Penghasilan netto disetahunkan
(12 x Rp 40.000.000,00) Rp 480.000.000,00
PPh terutang
28% x Rp 480.000.000,00 = Rp 134.400.000,00
PPh Pasal 25 masa Juni:
Rp 134.400.000,00/12 = Rp 11.200.000,00
Untuk bulan berikutnya sampai dengan penyampaian SPT Tahunan dihitung
lagi PPh pasal 25 tiap-tiap bulan seperti pada perhitungan di atas.
2.7.2 Besarnya angsuran PPh Pasal 25 setiap bulan bagi Wajib Pajak Bank
Besarnya angsuran PPh Pasal 25 setiap bulan bagi Wajib Pajak bank atau
sewa guna usaha dengan hak opsi (financial lease), adalah sebesar jumlah pajak
penghasilan yang dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas laba-rugi fiskal
menurut laporan keuangan triwulan terakhir yang disetahunkan dikurangi pajak
penghasilan Pasal 24 yang dibayar atau terutang di luar negeri untuk tahun pajak
yang lalu, dibagi dua belas.
Apabila Wajib Pajak bank atau sewa dengan hak opsi adalah Wajib Pajak
baru, maka besarnya angsuran PPh setiap bulan untuk triwulan pertama adalah
jumlah PPh yang dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas penerimaan laba
rugi fiskal triwulan pertama yang disetahunkan dibagi 12.
Contoh :
PT Bank Dana Sejahtera dalam laporan triwulan April s.d.juni 2009
menunjukkan penghasilan netto Rp 250.000.000,00.
Perhitunngan PPh Pasal 25 untuk masa Juli, Agustus, September 2009 adalah
sebagai berikut:
Penghasilan netto triwulan Rp 250.000.000,00
Penghasilan netto disetahunkan
9
4 x Rp 250.000.000,00 = Rp 1.000.000.000,00
PPh Terutang
28% x Rp 1.000.000.000,00 = Rp 280.000.000,00
PPh Pasal 25 masa Juli, Agustus, September 2009:
Rp 280.000.000,00/12 = Rp 23.333.333,00
Untuk triwulan berikutnya dihitung kembali PPh Pasal 25 tiap-tiap triwulan seperti
perhitungan di atas.
2.7.3 Besarnya angsuran PPh Pasal 25 untuk Wajib Pajak BUMN dan BUMD
Besarnya angsuran PPh Pasal 25 untuk Wajib Pajak BUMN dan BUMD
dengan nama dan bentuk apapun, kecuali Wajib Pajak bank dan sewa guna usaha
dengan hak opsi, adalah sebesar Pajak Penghasilan yang dihitung berdasarkan
penerapan tarif umum atas laa rugi fiskal menurut Rencana Kerja dan Anggaran
Pendapatan (RKAP) tahun pajak yang bersangkutan yang telah disahkan Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) dikurangi dengan pemotongan dan pemungutan
PPh Pasal 22 dan Pasal 23 serta PPh Pasal 24 yang dibayar atau terutang di luar
negeri tahun pajak yang lalu, dibagi dua belas.
Dalam hal Rencana Kerja Anggaran Pendapatan (RKAP) sebagaimana diatur
pada ayat (1) belum disahkan, maka besarnya angsuran PPh Pasal 25 untuk bulan-
bulan sebelum bulan pengesahan adalah sama dengan angsuran PPh Pasal 25
bulan terakhir tahun pajak sebelumnya.
Contoh :
Menurut RKAP tahun 2010 yang sudah disahkan, PT Jogja Bangkit (sebuah
BUMD yang dimiliki pemerintah Kota Yogyakarta) diperkirakan mempunyai
penghasilan netto sebesar Rp 1.000.000.000,00. Kredit Pajak (PPh Pasal 22, pasal
23 dan pasal 24 yang dapat dikreditkan) Tahun 2009 berjumlah Rp 40.000.000,00.
Perhitungan PPh Pasal 25 untuk tahun 2010 adalah sebagai berikut:
Penghasilan netto Rp 1.000.000.000,00
PPh terutang
28% x Rp 1.000.000.000,00 = Rp 280.000.000,00
Kredit pajak (PPh Pasal 22,23, dan 24) Rp 40.000.000,00 -
PPh yang dibayar sendiri Rp 240.000.000,00
PPh Pasal 25:
Rp 240.000.000,00/12 = Rp 20.000.000,00
2.7.4 Besarnya angsuran PPh Pasal 25 untuk Wajib Pajak Masuk Bursa dan
Wajib Pajak lainnya
Besarnya angsuran PPh Pasal 25 untuk Wajib Pajak Masuk Bursa dan Wajib
Pajak lainnya yang berdasarkan ketentuan diharuskan membuat laporan keuangan
berkala, adalah sebesar Pajak Penghasilan yang dihitung berdasarkan penerapan
tarif umum atas laba-rugi fiskal menurut laporan keuangan berkala erakhir yang
disetahunkan dikurangi dengan pemotongan dan pemungutan PPh Pasal 22 dan
Pasal 23 serta PPh Pasal 24 yang dibayar atau terutang di luar negeri tahun pajak
yang lalu, dibagi dua belas.
10
2.7.5 Angsuran Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha tertentu
Angsuran Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha tertentu adalah WP yang
melakukan kegiatan usaha dibidang perdagangan yang melakukan kegiatan usaha
di bidang perdagangan yang mempunyai tempat usaha lebih dari satu, atau
mempunyai tempat usaha yang berbeda alamat dengan domisili.
Besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk Wajib Pajak orang
pribadi pengusaha tertentu, ditetapkan sebesar 0,75% dari jumlah peredaran bruto
setiap bulan dari masing-masing tempat usaha.
2.8 PPh Pasal 25 Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang Bertolak Ke Luar Negeri
Orang pribadi dalam negeri yang akan bertolak ke luar negeri diwajibkan membayar
PPh berupa Fiskal Luar Negeri. Pembayaran Fiskal Luar Negeri dilakukan dengan
menggunakan Tanda Bukti Pembayaran Fiskal Luar Negeri dan pelunasannya dilakukan di
Unit Pelaksanaan Fiskal Luar Negeri di pelabuhan atau tempat lain yang ditentukan oleh
Direktur Jenderal Pajak.
Pembayaran Pajak Penghasilan Orang Pribadi Dalam Negeri ini merupakan
pembayaran angsuran pajak dalam Tahun Pajak berjalan(merupakan pembayaran PPh
Pasal 25), sehingga dapat dikreditkan dengan PPh yang terutang pada akhir tahun dalam
Surat Pemberitahuan Tahunan PPh untuk Tahun Pajak bersangkutan. Agar pembayaran
fiskal luar negeri dapat dikreditkan dengan pajak yang terutang bagi karyawan, maka
karyawan tersebut hendaknya mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP di Kantor
Pelayanan Pajak tempat domisili karyawan yang bersangkutan dan menyampaikan SPT
Tahunan PPh Orang Pribadi dengan mengkreditkanpembayaran Fiskal Luar Negeri
tersebut terhadap PPh yang terutang.
Bila pembayaran Fiskal Luar Negeri bagi karyawan yang bertolek ke luar negeri
ditanggung oleh pemberi kerja, maka pembayaran Fiskal Luar Negeri tersebut merupakan
angsuran PPh Pasal 25 bagi pemberi kerja yang dapat dikreditkan dengan PPh yang
terutang dalam SPT PPh pemberi kerja dengan syarat kepergian karyawan yang
bersangkutandalam rangka tugas perusahaan dan hanya berlaku untuk karyawan dari
pemberi kerja itu sendiri, tidak termasuk anggota keluarga karyawan.
2.8.1 Besarnya Fiskal Luar Negeri yang wajib dibayar oleh orang pribadi yang akan
bertolak ke luar negeri adalah:
Rp 2.500.000,00 bagi setiap orang untuk tiap kali bertolak ke luar negeri dengan
menggunakan pesawat udara.
Rp 500.000,00bagi setiap orang untuk tiap kali bertolak ke luar negeri dengan
menggunakan kapal laut.
2.8.2 Orang pribadi yang bertolak ke luar negeri dengan maksud dan tujuan
dikecualikan dari kewajiban untuk melakukan pembayaran PPh, yaitu:
Anggota Korps Diplomatik, pegawai Perwakilan Negara Asing, staf dari badan-
badan Perserikatan Bangsa-Bangsa, tenaga ahli dalam rangka kerja sama teknik,
dan staf dari Badan/Organisasi Internasional yang mendapat persetujuan
11
Pemerintah Republik Indonesia, sepanjang mereka bukan WNI dan di samping
jabatan resmi tidak melakukan pekerjaan lain atau kegiatan usaha di Indonesia
beserta anggota keluarga dan pembantu rumah tangganya yang bukan WNI,
dengan menggunakan paspor diplomatik.
Pejabat Negara, Anggota TNI atau Polisi Republik Indonesia atau PNS yang
bertolak ke luar negeri dalam rangka dinas yang menggunakan paspor dinas dan
dilengkapi dengan surat tugas/surat perjalanan dinas ke luar negeri untuk tiap kali
keberangkatan, tidak termasuk anggota keluarga. Tapi bila keberangkatannya ke
luar negeri dalam rangka penempatan ke luar negeri, pembebasan diberikan juga
pada istri dan anaknya yang belum berusia 25 tahun, belum kawin, belum
berpenghasilan.
Anggota TNI dan Polisi Republik Indonesia yang mendapat tugas sebagai pasukan
PBB atau dalam rangka latihan bersama dengan pasukan negara lain, dengan
menyerahkan surat tugas dari kesatuan yang bersangkutan dengan menunjukkan
daftar anggota pasukan oleh pemimpin rombongan.
Petugas imigrasi yang melakukan tugas pemeriksaan keimigrasian dalam pesawat
terbang perusahaan penerbangan nasional atau kapal laut perusahaan pelayanan
nasional dengan memperlihatkan surat tugas atau identitas lainnya.
Jemaah haji yang penyelenggarannya dilakukan oleh Departemen Agama dengan
menunjukkan daftar nama para jemaah haji.
Penduduk Indonesia yang melakukan perjalanan lintas batas wilayah Republik
Indonesia dengan mempergunakan Pas Lintas Batas sesuai dengan perjanjian lintas
batas dengan negara terkait, dan lain-lain
12
Mahasiswa atau pelajar asing yang berada di Indonesia dalam rangha belajar
dengan rekomendasi dari pimpinan sekolah atau perguruan tinggi yang
bersangkutan dan tidak menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia
dengan menyerahkan surat rekomendasi sebagai mahasiswa atau pelajar dari
Pimpinan Sekolah atau Perguruan Tinggi yang bersangkutan(pembebasan berlaku
juga bagi istri dan anak-anaknya).
Orang asing yang berada di Indonesia dalam rangka penelitian di Bidang ilmu
pengetahuan dan kebudayaan di bawah koordinasi LembagaIlmu Pengetahuan
Indonesia. Sepanjang tidak menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia
dengan menyerahkan surat rekomendasi dari instansi terkait dan surat pernyataan
tidak memperoleh penghasilan dari indonesia.
2.8.4 Pengecualian dari Kewajiban Pembayaran PPh Orang Pribadi yang akan
Bertolek ke Luar Negeri terhadap Pihak lainnya:
WNI yang akan bekerja di luar negeri dalam rangka program pengiriman tenaga
kerja Indonesia.
Misi kesenian, misi olahraga, dan misi keagamaan.
Pilot Indonesia yang berkerja di maskapai penerbangan asing dan pelaut Indonesia
yang berkerja di kapal yang berbendera asing.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pasal 25 UU PPh mengatur besarnya beban angsuran pajak dalam tahun berjalan yang
harus dibayar sendiri WP untuk tiap bulan. PPh Pasal 25 sebagai beban rutin yang harus
dipenuhi, tetapi dengan dasar Peraturan Direktur Jenderal Pajak bahwa terhadap WP dapat
diberikan pengurangan PPh Pasal 25 yaitu WP yang mengalami perubahan keadaan usaha
atau kegiatan usaha dalam tahun 2009.
Besarnya pengurangan PPh Pasal 25 yang dapat diberikan kepada WP sampai
dengan 25 5 untuk Masa Pajak Januari sampai dengan Juni 2009. Pengurangan PPh Pasal
25 dimaksud dihitung dari besarnya PPh Pasal 25 bulan Desember 2008. Bagi WP yang
telah menyampaikan SPT Tahunan PPh Tahun pajak 2008, maka pengurangan PPh Pasal
25 dihitung dari besarnya PPh Pasal 25 didasarkan pada SPT Tahunan Pajak Penghasilan
Tahun Pajak 2008.
Ketentuan pengurangan PPh Pasal 25 dimaksud tidak berlaku bagi Wajib Pajak
bank, BUMN, BUMD, Wajib Pajak Masuk Bursa dan Wajib pajak lainnya yang
berdasarkan peraturan perundang-undangan harus membuat laporan keuangan berkala.
14
DARTAR PUSTAKA
https://khoyunitapublish.wordpress.com/2011/12/19/pajak-penghasilan-pasal-25/
http://hukumpajakperpajakan-dio.blogspot.co.id/2015/12/pajak-penghasilan-pph-2122232425-
dan-26.html
15